Anda di halaman 1dari 39

BAB I BAKTERI BATANG GRAM (+)

1.1. Bacillus anthracis


Spora dari Bacillus anthracis dapat bertahan dalam soil selama bertahun-tahun. Infeksi diperoleh ketika spora masuk melalui kulit yang abrasi atau karena terhirup. Infeksi menyebabkan septikemia dan kematian; pulmonary anthrax (woolsorters disease) karena terhirup; polyglutamic aci0d capsule merupakan anti fagosit dari organisme.

1.2 Lactobacillus acidophilus


Lactobacillus adalah saprofit. Beberapa spesies bersifat komensal pada rongga mulut dan di beberapa bagian tubuh lainnya serta mempunyai kemampuan membuat lingkungan asam sehingga berperan dalam proses pembentukan karies. Bersifat asidogenik dan asidurik. Spesies Lactobacillus yang utama dalam rongga mulut yaitu L. casei, L. rhamnosus, L. acidophilus, L. oris.

Lactobacillus dibagi menjadi dua grup utama, yakni : 1. Homofermenters0 Kebanyakan memproduksi asam laktat (65%) dari fermentasi glukosa. Contoh : L. casei 2. Heterofermenters Memproduksi asam laktat dan juga asetat, etanol dan karbon dioksida. Contoh : L. fermentum

Habitat dan transmisi Lactobacillus ditemukan di rongga mulut, traktus gastrointestinal, dan traktus genital wanita. Di rongga mulut terdapat kurang dari 1% dari keseluruhan flora. Rute transmisi tidak diketahui.

Karakteristik Merupakan bakteri basil gram positif (beberapa berbentuk coccobacillus) alfa atau non-haemolitik, anaerob fakultatif. Organisme ini memfermentasikan karbohidrat untuk membentuk asam dan dapat hidup dengan baik di lingkungan asam.

Pemeliharaan dan identifikasi Lactobacillus tumbuh dalam kondisi mikroaerofilik dengan adanya karbondioksida dan pada pH asam (6.0). Media diperkaya dengan glukosa atau blood promote growth. Memiliki medium selektif untuk pengembangbiakannya, tomato juice agar (pH 5.0). Identifikasi bakteri ini melalui reaksi kimia yaitu dengan fermentasi glukosa.

Patogenisitas Bakteri ini dapat diisolasi dari lesi karies dalam pH yang rendah pada saliva. Lactobacillus berperan cukup baik pada proses pembentukan karies.

Lactobacillus acidophilus Merupakan bakteri yang hidup pada lingkungan asam sehingga bertanggung jawab untuk mengubah laktosa menjadi asam laktat. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus atau batang (kebanyakan berbentuk batang), bersifat non motil, dan nonspora yang memproduksi asam laktat sebagai produk utama dari metabolisme fermentasi dan menggunakan laktosa sebagai sumber karbon utama dalam memproduksi energi. L. acidophilus dapat tumbuh dalam lingkungan anaerob maupun aerob, dan bakteri ini dapat hidup pada lingkungan yang sangat asam sekalipun, seperti pada pH 4-5 atau dibawahnya dan bakteri ini merupakan bakteri homofermentatif. Bakteri ini merupakan spesies Lactobacillus yang ditemukan di dalam gastro intestinal manusia, hewan, mulut, dan vagina. bakteri ini L. acidophilus membantu tubuh melawan penyebab penyakit patogen sehingga disebut juga sebagai sistem kekebalan tubuh kedua. Menurut penelitian, L. acidophilus memproduksi laktase, vitamin K, dan zat anti-mikroba. Keberadaan L. acidophilus dalam tubuh membantu menjaga kondisi asam, sehingga mencegah infeksi mikroba. Mengingat berbagai manfaat kesehatan yang dimilikinya, L. acidophilus digunakan dalam produk susu serta untuk tujuan terapeutik. Lactobacillus acidophilus juga digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti infeksi saluran kemih (ISK), bacterial vaginosis (BV), dan diare.

Gambar Lactobacillus acidophilus Sumber: http://foodbacteria.blogdetik.com/tag/lactobacillus-acidophilus-sale/

1.3 Clostridium tetani


Habitat dan transmisi Clostridium tetani berada di saluran percernaan herbivora, dan sporanya tersebar di dalam tanah. Germinasi spora dinaikkan oleh suplai darah dan jaringan nekrotis yang kurang serta bekas yang ditinggalkan luka.

Karakteristik Panjang, batang tipis dengan terminal spora membentuk karakteristik seperti drumstik. Menghasilkan neurotoksin yang sangat berpotensi, tetanospasmin, oleh sel vegetatif pada sisi yang terluka. Toksin lain yang tidak terlalu kuat adalah tetanolisin merupakan hemolitik di alam.

Kultur dan identifikasi Tumbuh di agar darah dan lingkungan anaerob, ditemukan sebagai koloni yang tersebar. Di lingkungan in vitro, teridentifikasi sebagai toksin dalam tes netralisasi pada agar darah, atau sebagai inokulasi dari kultur filtrat anak tikus. Ada dua anak tikus yang digunakan

sebagai percobaan. Pertama, tikus diproteksi oleh antitoksin dan yang satunya lagi tidak diproteksi, kemudian mati dengan ciri-ciri penyakit tetanus.

Patogenesis Agen penyakit tetanus terjadi akibat adanya tetanopasmin. Tetanopasmin tersebut diproduksi ketika terjadi luka dan dikeluarkan ketika sel mengalami lisis. Sehingga menyebabkan kejang pada otot dan tanda-tanda kejang muncul seperti pada otot kunyah (lockjaw, trismus) dan otot wajah (otot risus) dan (opishotonos). Gen toksin adalah kode plasma. Clostridium tetani juga menghasilkan tetanolisin yang meripakan ciri klinis bahwa enzim tersebut tidak bersih.

Pengobatan dan Pencegahan Pemberian Antitoksin (hyperimmune human alpha globulin) dengan atau tanpa toksoid akan menambah kekebalan pasien terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh C. tetani. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan tetanus toxoid (komponen dari vaksin DTP [diphteria tetanus pertussis]). Selain itu, pemberian penicilin pun akan menghambat pertumbuhan dan infeksi sekunder dari clostridium.

1.4 Clostridium perfringens


Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak memproduksi eksotoksin. Sumber utama MO ini terdapat pada daging atau produk-produk daging. Urutan kejadian yang khas yang menjurus ke peracunan makanan adalah penyiapan masakan daging yang dimakan 1 atau 2 hari kemudian. Karena Clostridium perfringens membentuk endospora yang relative panas cara memasak biasa sering tidak memusnahkan MO ini. Stelah makanan dingin, spora bersemai dan sel-sel vegetatif yang terjadi berkembang biak.

Klasifikasi dari bakteri Clostridium perfringens: Kingdom : Bacteria Division : Firmicutes Class : Clostridia Order : Clostridiales Family : Clostridiaceae Genus : Clostridium Species : perfringens Binomial : Clostridium perfringens Clostridium perfringens secara luas dapat ditemukan dalam tanah dan merupakan flora normal dari saluran usus manusia dan hewan-hewan tertentu. Bakteri ini dapat tumbuh cepat pada makanan yang telah dimasak dan menghasilkan enterotoksin yang dapat mengakibatkan penyakit diare. Sayuran dan buah-buahan akan terkontaminasi sporanya melalui tanah. Makanan asal hewan (daging dan olahannya) akan terkontaminasi melalui proses pemotongan dengan spora dari lingkungan atau dari saluran usus hewan yang dipotong. Makanan-makanan kering sering menjadi sumber bakteri ini dan pembentuk spora lainnya. Ketahanan spora bakteri ini terhadap panas bervariasi di antara strain. Secara garis besar spora dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu spora yang tahan panas (90 Celsius selama 15 sampai 145 menit) dan spora yang tidak tahan panas (90 Celsius, 3 sampai 5 menit). Spora yang tahan panas secara umum membutuhkan heat shock 75-100 derajat Celsius selama 5 sampai 20 menit untuk proses germinasi (perubahan spora menjadi bentuk sel vegetatif). Keracunan makanan oleh Clostridium perfringens hampir selalu melibatkan peningkatan temperatur dari makanan matang. Hal ini dapat dicegah dengan cara makanan matang segera dimakan setelah dimasak, atau segera disimpan dalam refrigerator bila tidak dimakan, dan dipanaskan kembali sebelum dikonsumsi untuk membunuh bakteri vegetatif. Klostridia menghasilkan sejumlah besar toksin dan enzim yang mengakibatkan penyebaran infeksi. Toksin alfa Clostridium perfringens tipe A adalah suatu lesitinase, dan sifat letalnya sebanding dengan laju pemecahan lesitin menjadi fosforilkolin dan digliserida. Toksin teta mempunyai efek hemolitik dan nekrotik yang serupa tetapi bukan suatu lesitinase.
6

DNase dan hialuronidase, suatu kolagenase yang mencernakan kolagen jaringan subkutan dan otot, dihasilkan juga.

Toksin Alfa Clostridium perfringensBeberapa strain Clostridium perfringens menghasilkan enterotoksin yang kuat, terutama bila tumbuh dalam masakan daging. Kerja enterotoksin Clostridium perfringens meliputi hipersekresi yag nyata dala jejunum dan ileum, disertai kehilangan cairan dan elektrolit pada diare. Bila lebih dari 108 sel vegetative termakan dan bersporulasi dalam usus, terbentuk enterotoksin. Enterotoksin adalah suatu protein yang tampaknya identik dengan komponen pembungkus spora, berbeda dengan toksin klostridia lainnya, menyebabkan diare hebat dalam 6-18 jam penyakit ini cenderung sembuh sendiri. Keracunan makanan karena Clostridium perfringens biasanya terjadi setelah memakan

sejumlah besar klostridia yang tumbuh dalam makanan daging yang dihangatkan. Proses patogenesisnya adalah mula-mula spora klostridia mencapai jaringan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terluka (tanah,feses) atau dari saluran usus. Spora berkembangbiak pada keadaan potensial reduksi-oksidasi rendah, sel-sel vegetative berkembangbiak, meragikan karbohidrat yang terdapat dalam jaringan dan membentuk gas. Peregangan jaringan dan gangguan aliran darah, bersama-sama dengan sekresi toksin yang menyebabkan nekrois dan enzim hialuronidase, mempercepat penyebaran infeksi. Nekrosis jarinan

bertambah luas, member kesempaan untuk peninkatan pertumbyhan bakateri, anemia hemolitik, dan akhirnya toksemia berat dan kematian. Clostridium perfringens secara normal ditemukan pada usus sapi dewasa dan dapat bertahan hidup cukup lama di tanah. Kondisi perubahan program pakan yang secara mendadak yang dimakan berlebih dapat mengakibatkan proses pencernaan makanan yang kurang sempurna, memperlambat pergerakan usus, menproduksi gula, protein dan konsentrasi oksigen yang rendah yang berujung pada lingkungan yang cocok untuk mempercepat pertumbuhan bakteri Clostridium. Kondisi basah dan lembab juga terlihat diinginkan oleh bakteri ini. Beberapa strain Clostridium menyebabkan penyakit ringan sampai sedang yang membaik tanpa pengobatan. Strain yang lainnya menyebabkan gastroenteritis berat, yang sering berakibat fatal. Beberapa racun tidak dapat dirusak oleh perebusan,sedangkan yang lainnya dapat. Daging yang tercemar biasanya merupakan penyebab terjadinya keracunan makanan karena Clostridium perfringens.Penyakit Gastroenteritis adalah salah satu penyakit ang disebakan oleh
7

Clostridium perfringens. Gastroenteritis ini disebabkan karena memakan makanan yang tercemar oleh toksin (racun) yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium perfringens.

Cara-cara Penularan Cara penularan adalah karena menelan makanan yang terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana makanan tersebut sebelumnya disimpan dengan cara yang memungkinkan kuman berkembangbiak. Hampir semua KLB yang terjadi dikaitkan dengan proses pemasakan makanan dari daging (pemanasan dan pemanasan kembali) yang kurang benar, misalnya kaldu daging, daging cincang, saus yang dibuat dari daging sapi, kalkun dan ayam. Spora dapat bertahan hidup pada suhu memasak normal. Spora dapat tumbuh dan berkembang biak pada saat proses pendinginan, atau pada saat penyimpanan makanan pada suhu kamar dan atau pada saat pemanasan yang tidak sempurna. KLB biasanya dapat dilacak berkaitan dengan usaha katering, Clostridium perfringensrestoran, kafetaria dan sekolah-sekolah yang tidak mempunyai fasilitas pendingin yang memadai untuk pelayanan berskala besar. Diperlukan adanya Kontaminasi bakteri yang cukup berat (yaitu lebih dari 105 organisme per gram makanan) untuk dapat menimbulkan gejala klinis.

Distribusi Penyakit Penyebaran penyakit ini sangat luas dan lebih sering terjadi di negara-negara dimana masyarakatnya mempunyai kebiasaan menyiapkan makanan dengan cara-cara yang dapat meningkatkan perkembangbiakan clostridia.

Reservoir Tanah, berperan sebagai reservoir saluran pencernaan orang-orang sehat dan binatang (lembu, babi, ayam dan ikan), juga dapat berperan sebagai reservoir.

Gejala Gastroenteritis yang terjadi biasanya ringan meskipun dapat menjadi berat dengan gejala

Pengobatan Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan, penderita diberi cairan dan dianjurkan untuk istirahat. Pada kasus yang berat, diberikan penicillin. Jika penyakit ini sudah merusak bagian dari usus halus, mungkin perlu diangkat melalui pembedahan.

Pencegahan Hal-hal yang dapat dilakukan untuk melakukan tindakan pencegahan penyebaran bakteri Clostridium perfringens adalah dengan cara-cara sebagai berikut: -dasar kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam sanitasi makanan memungkinka mikroorganisme

dihidangkan agar dapat tercegah dari infeksi dan keracunan

1.5 Actinomyces israelii


Adalah bakteri penyebab penyakit menular yang disebut Actinomycosis pada hewan, habitat bakteri ini biasanya pada sela sela gigi dan gusi hewan. pada manusia bakteri ini biasanya terdapat pada gigi orang yang kebersihan mulutnya kurang, sehingga menyebabkan penyakit periodontal. Bakteri ini merupakan batang gram positif,tidak membentuk spora, anaerob, dan merupakan mikroba komensal yang ditemukan di rongga mulut normal, dalam kriptus tonsil, dalam plak gigi, dan dalam karies gigi kariesbakteri. Keterlibatan bakteri ini pada jantung menyebabkan perikardium

http://en.wikipedia.org/wiki/File:Actinomyces_israelii.jpg

Tanda dan gejala Penyakit Actinomycosis ini ditandai dengan pembentukan abses yang menyakitkan di mulut, paru-paru, atau saluran pencernaan. Abses tumbuh membesar yang berlangsung

selama beberapa bulan.. Pada kasus yang berat, mereka mungkin menembus tulang dan otot
10

sekitar kulit, sehingga menyebabkan kulit terbuka dan bernanah. Pus purulen pada rongga sinus berisi "butiran belerang," yang mengandung bakteri.

Pengobatan Bakteri Actinomyces umumnya sensitif terhadap penisilin, yang sering digunakan untuk mengobati actinomycosis. Pada pasien yang alergi penisilin, digunakan doxycyclin. Sulfonamida seperti sulfametoksazol dapat digunakan sebagai rejimen alternatif pada dosis harian total 2-4 gram. Respon terhadap terapi lambat

Epidemiologi Penyakit biasanya lebih sering pada laki-laki antara usia 20 dan 60 tahun daripada perempuan. Sebelum adanya perawatan antibiotik, kejadian di Belanda dan Jerman adalah 1 per 100.000 orang / tahun. Amerika Serikat pada tahun 1970 adalah 1 per 300.000 orang / tahun, sementara di Jerman pada tahun 1984, diperkirakan menjadi 1 per 40.000 orang / tahun.

1.6 Propionibacterium acnes


Propionibacterium acnes termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini termasuk flora normal kulit. Propionibacterium acnes berperan pada patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne. Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran terhadap udara. Genome dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh).

11

Morfologi Ciri-ciri penting dari bakteri Propionibacterium acnes adalah berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada pewarnaan gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran antara bentuk batang/filamen dengan bentuk coccus.

http://domekaformadero.files.wordpress.com/2012/05/propionibacterium_acnes_hemoc.jpg

http://bjo.bmj.com/content/87/9/1190.full

Patogenitas Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob. Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman. Akne terjadi ketika lubang kecil pada permukaan kulit yang disebut pori-pori tersumbat. Poripori merupakan lubang bagi saluran yang disebut folikel, yang mengandung rambut dan kelenjar minyak. Biasanya, kelenjar minyak membantu menjaga kelembaban kulit dan
12

mengangkat sel kulit mati. Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak minyak, pori-pori akan banyak menimbun kotoran dan juga mengandung bakteri. Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyekresikan bahan kimia yang menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan minyak kulit tersumbat dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras akan membesar.

Pengobatan Obat-obat yang digunakan untuk terapi topikal kebanyakan mengandung unsur sulfur dan astrigen lainya. Benzoil peroksida 2,5-10% sangat aktif dalam melawan P-acnes. Obat ini bersifat komedolitik, karena obat ini mengandung antimikroba, antikomedo, dan efek antiinflamasi. Namun kerugian utamanya adalah dapat menyebabkan iritasi. Topikal eritromisin dan klindamisin juga sama efektifnya dengan benzoil peroksida. Obat terapi sistemik yang digunakan adalah tetrasiklin dan eritromisin. Namun demikian, penggunaan pada sistem gastrointestinal pada penggunaan ketika perut kosong akan mengakibatkan dampak yang buruk. Studi terbaru menyatakan bahwa doksisiklin, minosiklin, dan trimetroprim-sulfametoksazol lebih efektif daripada tetrasiklin.

1.7 Mycobacterium
Mycobacterium tersebar baik di lingkungan dan pada binatang. Bakteri ini menyebabkan dua penyakit yang banyak diderita oleh manusia, yaitu tuberkulosis dan lepra. Mereka bersifat aerob dan merupakan bakteri tahan asam yang tidak bisa diwarnai oleh pewarna Gram karena komponen dinding sel yang banyak mengandung lemak. Patogen utama yang penting dalam medik adalah : Mycobacterium tuberculosis, yang merupakan agen dari tuberkulosis, merupakan satu dari tiga penyakit infeksius utama yang mempengaruhi manusia secara global M. bovis menyebabkan tuberkulosis baik pada manusia maupun pada anak sapi M. africanum juga menyebabkan penyakit tubekulosis pada manusia M. leprae, agen dari penyakit lepra, menyebabkan penyakit yang menginfeksi jutaan manusia di Asia dan Afrika
13

Mycobacteria selain tuberculosis bacilli (MOTT), seperti M. avium-intracellulare dan M. kansasii, sering menyebabkan penyakit pada pasien yang menderita HIV

1.6.1 Mycobacterium tuberculosis Habitat dan Transmisi Ditemukan pada manusia yang terinfeksi, biasanya pada paru-paru. Transmisi melalui batuk (droplet).

Karakteristik Merupakan bakteri yang tahan asam, tahan alkohol, tinggi langsing dengan basil hampir seperti manik-manik, dan tidak berspora. Akibat adanya rantai panjang asam lemak di dalam dinding sel, organisme ini tidak dapat diwarnai dengan pewarna Gram dan perlu menggunakan pewarnaan spesial (Ziehl-Neelsen) untuk melihatnya. Namun sekarang, fluorescent microscopy dengan pewarna auramine, sekarang digunakan untuk kepentingan ini.

Kultur dan Identifikasi Spesies ini tidak tumbuh pada media yang biasa dan membutuhkan medium Lowenstein-Jensen untuk tumbuh. Lambat dalam tumbuh pada 37o C. Secara umum, identifikasi dari mycobacterium dilakukan berdasarkan kecepatan tumbuh, syarat suhu yang dibutuhkan, dan produksi pigmen dengan adanya atau tidak adanya cahaya. Test biokimia juga dapat membantu.

Patogenisitas Organisme ini adalah agen dari tuberkulosis, yang merupakan infeksi yang kronis dan lambat dalam progresivitasnya, biasanya pada paru-paru, dan akan mempengaruhi organ dan jaringan lainnya. Tuberkulosis merupakan penyakit pandemik yang lebih sering ditemui pada negara berkembang dan pada penderita HIV. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah adanya formasi granuloma dan mediasi kasiasi oelh sel imunitas. Tidak ada exotoxin atau endotoxin.
14

Sensitivitas Terhadap Antibiotik dan Kontrolnya Karena resistensi obat menjadi masalah yang semakin bertambah besar, terapi kombinasi harus selalu diberikan. Basil tuberkel resisten terhadap berbagai obat

antituberkulus adalah masalah yang selalu bertumbuh. Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksin yang diberikan pada saat kecil. Pasteurisasi susu dan perbaikan standard hidup, telah memberikan peranan penting dalam pencegahan.

1.6.2 Mycobacterium bovis Organisme ini menginfeksi anak sapi. Manusia akan terinfeksi apabila meminum susu yang terkontaminasi dengan Mycobacterium bovis. Organisme ini menyebabkan penyakit skofuloderma pada anak-anak yang ditandai dengan pembesaran noda limpatik. Mycobacterium bovis mirip dalam berbagai aspek dengan Mycobacterium tuberculosis. Pada laboratorium dapat diidenttifikasi dari lambatnya pertumbuhan pada medium LowensteinJensen dan langsung menginfeksi kelinci.

1.6.3 Mycobacterium leprae Habitat dan Transmisi Manusia adalah satu-satunya yang diketaui merupakan host dari M. leprae, yang biasanya tumbuh pada kulit dan saraf. Seringnya terjadi kontak diperkirakan sebagai sarana transmisinya.

Karakteristik Merupakan bakteri aerob, tahan asam, berbentuk basil dan tidak menghasilkan toxin.

15

Kultur dan Identifikasi Tidak bisa dikultur secara in vito, namun tumbuh pada jalur yang dilalui oleh tikus atau armadilo.

Pathogenesitas Leprosy basilus menghasilkan penyakit yang lambat progresnya dan kronik, dimana biasanya menginfeksi kulit dan saraf. Lesi terlihat dominan pada bagian tubuh yang sering ditutupi oleh pakaian. Dua bentuk dari leprosy dapat teridentifikasi : Lepromatous leprosy Respon imun pada sel yang terinfeksi menurun atau tidak ada. Basil M. leprae biasanya ditemukan dalam jumlah yang besar pada lesi atau pada darah. Tuberculoid leprosy Berasosiasi dengan sel imun.

Sensitivitas Terhadap Antibiotik dan Kontrolnya Obatnya adalah dapsone, rifampicin dan clofazimine. Sebagai penanggulangan terhadap resistensi obat, terapi kombinasi harus dilaukan. Tidak ada vaksin. Keluarga yang sering berkontak dengan pasien harus diberikan dapsone.

1.6.4 MOTT Mycobacteria selain basil tuberkulosis (Mycobacteria other than tuberculosis bacilli) adalah nama yang diberikan pada grup mycobakteri yang pathogenisitasnya pada manusia rendah.

Habitat dan Transmisi Diisolasi dari tanah, air, burung dan hewan.

16

Kultur dan Identifikasi Tumbuh pada medium Lowenstein-Jensen, namun berbeda dengan mycobakteri yang patogen dala warna pigmen yang dihasilkan dan temperatur yang dibutuhkan. Beberapa spesies menghasilkan pigmen saat gelap, sebagian saat terkena cahaya dan sisanya masih non kromogen.

Pathogenesitas dan Sensitifitas Terhadap Obat Penyakit utama yang disebabkan oleh MOTT adalah infeksi pulmonal, biasanya bersamaan dengan M. tuberculosis, infeksi sering terlihat pada penderita yang memiliki daya tahan tubuh yang tidak bagus. Mycobakteria ini diduga sebagai jalur pada proses penginfeksian penyakit. Mereka biasanya sensitif pada obat antituberkulosis yang biasanya diberikan.

1.8 Leptospira

Habitat Berbagai binatang menyusui bisa mengidap bakteri ini. Di Australia, yang paling biasa yaitu jenis kucing, anjing, binatang kandang, babi kandang maupun hutan, kuda dan domba.

17

Karakteristik Leptospira adalah bakteri gram negatif, berbentuk pegas, langsing, lentur, tumbuh lambat pada kondisi aerob, tumbuh optimum pada suhu 280C- 300C. Bakteri ini memiliki flagella internal yang khas, sehingga dapat menembuh masuk kedalam jaringan. Leptospira memiliki struktur dua membran sitoplasma dan dinding sel peptidoglycan yang menempel satu sama lain, dan dilapisi oleh lapisan bagian luar. Lipopolisakarida Leptospira mempunyai komposisi yang sama dengan bakteri gram negatif yang lain, tetapi mempunyai aktivitas endotoksik yang lebih rendah. Leptospira dapat diwarnai dengan counterstain carbolfuchsin. Penggolongan bakteri ini didasarkan pada analisis serelogi antigen leptospires dan membagi kedalam sepuluh genom. Masing-masing genom dibagi menjadi serogroups, dan kemudian dibagi lagi menjadi serovars. Ada lebih dari 200 serovars yang diketahui saat ini, tapi hanya satu diantaranya yang menyebabkan penyakit pada binatang dan manusia. Serovars itu dikenal dengan istilah "leptospirosis". Bakteri yang hampir seluruhnya patogen adalah Leptospira interrogans dan yang paling sering menimbulkan penyakit berat dan fatal adalah Leptospira interrogans serovar Icterohaemorrhagiae.

Patogenesis Bakteri ini masuk kedalam tubuh lewat luka atau lecet kulit, dan kadang-kadang lewat selaput didalam mulut, hidung dan mata. Berbagai jenis binatang bisa mengidap bakteri ni di dalam ginjalnya. Penjalarannya bisa terjadi setelah tersentuh air kencing atau tubuh dari binatang tersebut. Tanah, lumpur atau air yang dicemari air kencing hewanpun dapat

menjadi sumber infeksi. Atau bahkan dengan makanan atau minuman yang tercemarpun bisa menyebabkan infeksi.

1.9 Spirochaetes
Spirochaetes dibagi dalam kelompok spiral dan organisme yang dapat bergerak. Ada 5 genus dari famili Spirochaetes ini, tetapi hanya 3 genus yang patogen untuk manusia. 1. Treponema adalah jenis gen yang menyebabkan terjadinya penyakit sipilis, bejel, yaws, pinta & ANUG bersama sama dengan fusobacteria
18

2. Borrelia 3. Leptospira (leptospirosis)

Bentuk bakteri helix dengan central protoplasma silinder & mempunyai membrane cytoplasma . Bersama dengan batang gram negatif anaerob atau microarophillic. Bergerak secara rotasi, dapat dilihat dibawah mikroskop medan gelap. Serta imunofluorensence dapat dipakai untuk identifikasi

1.10 Treponema
Beberapa spesies menyebabkan kondisi systemic patogen, juga berperan dalam penyakit periodontal

1.10.1 Treponema Pallidum Karakteristik Treponema pallidum mikroorganismeini halus, berpilin ketat dengan ujung meruncing dan terdiri dari 6 sampai

14s p i r a l ; b e r u k u r a n l e b a r 0 , 2 5 s a m p a i 0 , 3 u m d a n p a n j a n g 6 s a m p a t 1 5 u m . Organisme ini dapat dikenali paling jelas pada suatu spesimen klinis yang berasal dari luka sifilitik stadium primer dan sekunder dibawah mikroskop medan gelap ;i n i j e l a s t e r l i h a t d a r i b e n t u k s p i r a l d a n p e r g e r a k a n n y a y a n g s e p e r t i p u t a r a n pembuka sumbat . Treponema pallidum mempunyai membran luar, atau selongsong

yangd i s e b u t p e r i p l a s

yang melingkungi komponen-

k o m p o n e n d a l a m s e l (keseluruhannya disebut silinder protoplasma). Suatu

19

filamen aksial, yang terdiridari tiga sampai enam fibril, terletak diantara periplas dan silinder protoplasma.

T. pallidum yang virulen belum berhasil di biakkan secara in vitro. Galurgalur T.pallidum yang non virulen (tidak patogenik), seperti galur Reiter dan Noguchi, telah berhasil dibiakkan invitro dan menjadi sumber antigen untuk uji-uji diagnostik laboratoris.

1.10.2 Oral treponemes Treponema denticola, T. vincentii, T. pectinovarum, T, socransii

Habitat & transmisi Predominant pada rongga mulut (manusia & primata). Di margin gusi dan sulkus gusi. Route transmisi belum diketahui.Infeksi bersifat endogen .

Karakteristik Helical, bergerak, iregular spiral, gram negatif

Kultur & identifikasi T. pallidium & oral spirochaetes tumbuh invitro, anaerob, tumbuh lambat pada medium isolasi untuk treponema. Differensiasi melalui resesi fermentasi & test serology (aglutinasi). Lesi dari ANUG & periodontitis dapat dilihat melalui pengecatan gram & visualisasi dengan karakteristik fusospirochaetal complex dibawah mikroskop cahaya atau medan gelap
20

Patogenitas Fusospirochaetal complex penyebab ANUG & Vincent angina, periodontal disease. Faktor virulensi endotoxin. T. denticolla proteolitic menghancurkan colagen dan dentin. Therapy & control. Penicillin & metronidazole obat pilihan . Preventif OH (Oral Hygiene yang baik)

21

BAB II BATANG GRAM (-)

2.1 Enterobacteria
Enterobacteria dapat ditemukan pada usus manusia dalam kepadatan kurang lebih 109 sel per gram feses. Akan tetapi, spesies predominan dalam usus adalah Bacteroides. Enterobacteria tumbuh pesat dengan ukuran 2 um x 0,4 um dan menghasilkan kapsul serta banyak spesies Enterobacteria ini yang dapat bergerak karena adanya pili dan flagella. Semua spesies Enterobacteria menghasilkan endotoxin. Kultur dapat dilakukan pada media biasa seperti agar darah. Karakteristik dari kultur Enterobacteria adalah bentuknya yang sirkuler, cembung dan koloninya berkilau. Kebanyakan bakteri tidak berwarna tapi beberapa ada yang berwarna merah, merah muda, kuning, dan biru. Enterobacteriaceae memfermentasikan karbohidrat dalam jumlah besar. Seluruh Enterobacteriaceae berpotensi menjadi pathogen terutama pada penderita immunosuppressed, pasien dengan alat dalam tubuh atau manipulasi medis. Penanganan dapat dilakukan dengan ampicillin/amoxicillin, cephalosporins, aminoglycosides, trimethoprim, chloramphenicol dan ciprofloxacin.

2.1.1 Escherichia coli Escherichia coli, atau biasa disingkat E. Pada umumnya, coli, adalah yang salah satu

jenis spesies utamabakteri gram

negatif.

bakteri

ditemukan

oleh Theodor Escherichini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan

memproduksivitamin K2, atau dengan mencegah baketi lain di dalam usus.

22

E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagaivektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. colidipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Negaranegara di eropa sekarang sangat mewapadai penyebaran bakteri E.Coli ini, mereka bahkan melarang mengimpor sayuran dari luar.

Morfologi Pewarna Gram Bentuk bakteri : Batang Warna : merah Susunan : menyebar Sifat : gram (-)

Sifat Biokimia Reaksi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Glukosa : (+) Sukrosa : (+) Laktosa : (+) Manosa : (+) Maltosa : (+) Lirea : (-) 7. 8. 9. 10. 11. 12. Indo : (+) MR : (+) VP : (-) Citrat : (-) Motil : (+) KIA : Lereng = Acid Dasar = Acid Gas = + H2S = -

Hasil MC Bentuk Koloni : bulat Ukuran koloni : kecil Warna koloni : merah Tepi koloni : rata

23

Permukaan koloni : cembung Fermentasi laktosa : (+) Konsistensi : Mucoid

Hasil MEB Bentuk Koloni : bulat Ukuran koloni : kecil Warna koloni : metallic sheen Tepi koloni : rata Permukaan koloni : cembung Fermentasi laktosa : laktosa dan sukrosa (+) Konsistensi : semi Mucoid

Patogenitas E. Coli merupakan flora normal diusus. Bakteri ini banyak didapatkan diusus bagian ileococal dan makin kea rah proximal dan distal. Habitatnya adalah traetus digestifus dari manusia atau binatang tanah, sampah dan air. E. Coli menyebabkan penyakit terhadap manusia yang disebut infantile diarrhea dan disebut juga epidemic diarrhea

Resistensi E. Coli mati pada pemanasan pada suhu 600C, selama 30menit, tetapi ada juga yang resisten. Dalam media pada suhu kamar, kuman dapat bertahan selama 1 minggu. Beberapa strain E. Coli dapat bertahan hibup dalam es selama 6 bulan. Dan peka terhadap desinfektan dan kepekaanya sama dengan streptococcus dan staphylococcus.

Struktur Antigen Mudah berubah menurut perubahan koloni Ada 3 macam antigen : A. Antigen O yang bersifat tahan panas atau terstabil B. Antigen H yang bersifat tidak tahan panas atau termolabil dan rusak pada suhu 100 0C. C. Antigen K atau envelop antigen

24

2.1.2 Salmonellae Spesies ini hidup pada intestinal tract manusia, unggas dan binatang peliharaan.

Habitat dan transmisi Sumber utama dari salmonella spp adalah produk dari unggas dan kura-kura peliharaan. infeksi dapat melalui tertelannya makanan yang sudah terkontaminasi atau person to person.

Karakteristik Gram negatif, motil, non-sporing, semua tidak berkapsul kecuali S. Typhi, fakultatif anaerob.

Kultur dan Identifikasi Kombinasi dari tes biokimia dan serotype wajib dilakukan dalam mengidentifikasi.

Patogenitas Penyakit terbanyak yang ditimbulkan dari spesies ini adalah enteric fever, gastroenteritis, dan septikimia. Enter fever Enter fever (typhoid fever). Disebabkan oleh S. Typhi atau S. Paratyphi A, B, atau C. Gastroenteritis Paling sering terjadi . gejala mulai tampak 10-24 jam setelah ingesti. Dapat

menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, diare dll.

25

Septikemia Paling sering disebabkan oleh S. Dublin atau S. Choleraesius; kadang-kadang fatal.

Pengobatan dan pencegahan Memasak dengan benar makanan yang bersumber dari hewan. Vaksin typhoid .

2.1.3 Shigellae Habitat dan Transmisi Terdapat pada intestinal manusia. Infeksi disebarkan melalui faecal oral.

Karakteristik Gram negative, non motil, non kapsul.

Kultur dan Identifikasi Semua spesies bertumbuh baik dalam media biasa dan termasuk non-laktosa fermenters kecuali S. sonnei.

Patogenitas Menginvasi epithelium intestinal. Tanda dari adanya inflamasi ditandai dengan adanya darah, diare mucopurulen (disentri). Tidak terdapatnya enterotoxin, tapi exotoxin dari spesies Shigella adalah neurotoxin.

26

Perawatan dan Pencegahan Disentri yang parah bisa diatasi dengan cairan dan elektrosit pengganti. Antibiotik harus dihindari. Penyebaran dapat dikontrol dengan sanitasi yang baik dan higienitas untuk mengganggu transmisi faecal-oral.

2.1.4 Klabisella Sistem Binomial dan klasifikasi kingdom Phylum Class Ordo Familly Genus Spesies : : : : : : : Bakteria Proteobakteria Gama Proteobakteria Enterobakteriales Enterobakteriaceae Klebsiella Klebsiella pneumonia

Genus Klebsiella di bagi atas beberapa strain penting yang sering berupa infeksi Oportunistik bagi manusia,diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. K. pneumonia K. ozaena K. rhinoscleromatis K. oxytoca K. planticola K. terrigena K. ornitinolitika K. singaporensis K. variicola K. senegalensis K. miletis K. aerogenes

27

Morfologi Berbentuk batang,Gram negatif,bersifat Aerob fakultatif,tidak mampu berbentuk spora,tidak dapat bergerak dengan bebas dan Mempunyai kapsul yang tersusun dari Polisakarida sehingga dengan mudah dapat mengikat lipoprotein untuk membetuk Lipopolisakarida yang berfungsi sebagai Patogenitas Bakteri ini.

Sifat Pertumbuhan Coliform dapat didefinisikan sebagai golongan bakteri dengan ciri gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif, memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada pengeraman 35-37oC selama 24-48 jam. Spesies yang termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.

Sifat mutualistk dan komensalistik Klebsiella merupakan hampir sebagian besar spesiesnya hidup sebagai flora normal,dan dapat menjelajahi kulit,Faring dan saluran cerna seperti mikro organisme lainnya, K.aerogenes menggunakan L-glutamine sebagai metabolit dalam metabolism

nitrogen.Nitrogen amida dari glutamine adalah penting dalam biosintesis asparagin, glukosamin 6-fofat, triptofan, histidin, fosfat karbamil, p-amino benzoate, adenosine, 5monofosfat, sitosin 5-trifosfat, guanosin 5-monofosfat, glutamate dan asam amino lainnya.Kelompok alpha-ami no glutamine juga di transferkan ke asamalfa-keto dalam reaksi transaminase.Semua reaksi ini memungkinkan reaksi biosintesis untuk asimilasi NH3 ke semua asam amino.Sehingga dapat bersifat mutualistik dan komensalistik karena pada tanah dapat juga beker ja memfiksasi Nitrogen untuk kesuburan tanaman.

Sifat oportunistik Pada dasarnya pertahanan terhadap invasi bakteri tergantung pada fagositosis oleh granulosit polymorphonuclear dan efek bakterisidal serum. Bakteri mengatasi imunitas host bawaan melalui beberapa cara. Mereka memiliki kapsul polisakarida, yang merupakan penentu utama patogenisitas mereka. Kapsul ini terdiri dari polisakarida asam kompleks. lapisan besar Its melindungi bakteri dari fagositosis oleh granulosit polymorphonuclear. Selain itu, kapsul bakteri mencegah kematian disebabkan oleh faktor serum

bakterisidal.Lipopolysacarida (LPS) merupakan faktor lain patogenisitas bakteri. Mereka mampu mengaktifkan pelengkap, yang menyebabkan deposisi selektif C3b ke molekul LPS
28

di lokasi yang jauh dari membran sel bakteri. Hal ini menghambat pembentukan kompleks serangan membran (C5b-C9), yang mencegah kerusakan membran dan kematian sel bakteri. Orang-orang berisiko tinggi dalam hal nosokomial infeksi adalah laki-laki yang lebih tua dengan alkoholisme, diabetes, atau penyakit bronkopulmonalis kronis. Faktor risiko pada pneumonia sangat sering,dan dapat di bedakan menjadi dua : 1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut (acute lung injury) serta bronkiektasis

2. Faktor eksogen antara lain : a. Pembedahan : Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan operasi abdomen bawah (5%). b. Penggunaan antibiotik : Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan. Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan penisilin mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran pencernaan. Sebagaimana diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring melepaskan bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Pemberian penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri gram positif dan meningkatkan kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring. c. Peralatan terapi pernapasan kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri

Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi. d. Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi enteral

Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.

29

e. Lingkungan rumah sakit Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur

Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu

napas, selang makanan, selang infus, kateter dll.

Patogenesis dan Patologi Anggota genus Klebsiella biasanya mengekspresikan 2 jenis antigen pada permukaan sel mereka. Yang pertama adalah lipopolisakarida (O antigen), yang lain adalah polisakarida kapsul (K antigen). Kedua antigen ini berkontribusi pada patogenisitas. Tentang 77 K antigen dan 9 O antigen ada. Variabilitas struktur antigen ini membentuk dasar untuk klasifikasi dalam berbagai serotipe. Virulensi dari semua serotipe tampaknya serupa. Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiellanya masing-masing punya ciri khas. Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang

menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintikbintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau. Lobar pneumonia berbeda dari pneumonia lain dalam hal itu dikaitkan dengan perubahan destruktif di paru-paru. Ini adalah penyakit yang sangat berat dengan onset yang cepat dan hasil yang sering fatal meskipun pengobatan antimikroba dini dan tepat. Pasien biasanya hadir dengan onset akut demam tinggi dan menggigil, gejala seperti flu, dan batuk produktif dengan sputum banyak, tebal, ulet, dan darah-biruan kadang-kadang disebut dahak jeli kismis. Sebuah kecenderungan meningkat ada ke arah pembentukan abses, kavitasi, empiema, dan adhesi pleura. Kebanyakan penyakit paru disebabkan oleh K.pneumoniae dalam bentuk

bronkopneumonia atau bronkitis. Infeksi ini biasanya didapat di rumah sakit dan memiliki presentasi yang lebih halus. Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu :
30

1.Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus neurologis 2.Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien 3.Hematogenik 4.Penyebaran langsung

Daerah penyebaran Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis.Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma ini tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya ada di Eropa timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteriKlebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang

mempunyai lingkungan jelek. Di beberapa bagian dunia, K pneumoniae merupakan penyebab penting pneumonia komunitas-diakuisisi pada orang tua. Studi yang dilakukan di Malaysia dan Jepang memperkirakan laju insiden pada orang tua untuk menjadi 15-40%, yang sama dengan, jika tidak lebih besar dari, yaitu Haemophilus influenzae. Namun, di Amerika Serikat, angkaangka yang berbeda. Orang dengan alkoholisme merupakan populasi utama di risiko, dan mereka merupakan 66% dari orang yang terkena penyakit ini. Tingkat mortalitas adalah setinggi 50% dan pendekatan 100% pada orang dengan alkoholisme dan bakteremia. Klebsiellae juga penting dalam infeksi nosokomial antara populasi orang dewasa dan anak.Klebsiellae account untuk sekitar 8% dari semua infeksi yang didapat di rumah sakit. Di Amerika Serikat, tergantung pada studi ditinjau, mereka terdiri 3-7% dari semua infeksi bakteri nosokomial, menempatkan mereka di antara 8 patogen atas di rumah sakit. Klebsiellae menyebabkan sebanyak 14% kasus bakteremia primer, kedua hanya sebagai Escherichia coli penyebab sepsis gram negatif. Mereka mungkin mempengaruhi situs tubuh, tetapi infeksi pernapasan.

Pengobatan Pengobatan tergantung pada sistem organ yang terlibatl. Secara umum, terapi awal pasien dengan bakteremia mungkin adalah empiris.. Pemilihan agen antimikroba spesifik tergantung pada pola-pola kerentanan setempat.. Setelah bakteremia dikonfirmasi pengobatan dapat dimodifikasi. Pengobatan dengan aktivitas intrinsik yang tinggi terhadap K pneumoniae harus dipilih untuk pasien sakit parah. Contoh obat tersebut termasuk sefalosporin generasi ketiga
31

(misalnya, cefotaxime, ceftriaxone), carbapenem,ddengan nama genaeriknya( imipenem / cilastatin), aminoglikosida (misalnya, gentamisin, amikasin), dan kuinolon.Obat-obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau terapi kombinasi. Beberapa ahli menyarankan menggunakan kombinasi dari aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga sebagai pengobatan. Lainnya tidak setuju dan merekomendasikan monoterapi. Aztreonam dapat digunakan pada pasien yang alergi terhadap antibiotik beta-laktam. Kuinolon juga pilihan pengobatan yang efektif untuk rentan isolat pada pasien, baik alergi carbapenem atau alergi beta-laktam. Antibiotik lain yang digunakan untuk mengobati rentan isolat termasuk ampisilin / sulbaktam, piperasilin / tazobactam, tetrakarsilin / klavulanat, seftazidim, sefepim, levofloxacin, norfloksasin, gaitfloxacin, moksifloksasin, meropenem, dan ertapenem.

2.2 Vibrosus
Genus Vibrio merupakan 2 jenis bakteri yang dapat menyebabkan diare, habitat aslinya adalah air. Vibrio cholerae menyebabkan penyakit cholera, dan V. parahaemolyticus menyebabkan penyakit diare. Gejala utama dari penyakti kolera adalah diare berat yang bisa berakibat fatal karena dehidrasi, sebab hilangnya cairan dan elektrolit pada tubuh.

2.2.1 Vibrio cholerae Habitat dan Transmisi Habitatnya pada kontaminasi antara air dengan feses penderita atau carriers, tidak dapat ditularkan melalui hewan reservoir.

Characteristics

32

Bakteri ini bersifat gram negatif, fermentatif, bentuk sel batang, dengan ukuran panjang antara 2-3 m, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung. Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma (vibrio), tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua. Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 3 x 0,4 0,6 m tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 5,0) m dan lebar (0,3 1,3) m..

Culture and Identification Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar bakteri bersifat halofilik yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 2040. Bakteri Vibrio termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 8,5-9,2.Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae.

Media selective untuk culture bakteri vibrio adalah TCBS (thiosulphate-citrate-bile-sucrose). Biochemical dan serology membantu mengindentifikasi. Serotye didasarkan padasomtic O antigens.

33

Pathogenicity Vibrio cholera mempunyai kemampuan untuk berkoloni di saluran usus dengan jumlah sangat tinggi dan mencapai 108 sel per ml yang terlihat di peses penderita. Sel menyerang tetapi tidak pada mucosa usus. Penyakit disebabkan oleh sekresi enterotoxin yang mengikat reseptor ganglioside pada sel mukosa. Setelah periode lag dari 15-45 menit, siklase adenilat diaktifkan dan konsentrasi cAMP di dalam sel usus meningkat. Pada saat ekskresi elektrolit dan air berupa diare, akan menyebabkan dehidrasi yang berat.

Perawatan dan Pencegahan Pemberian cairan dan elektrolit pada intravena sangat penting untuk pemulihan. Larutan pada oral yang mengandung glukosa dan elektrolit juga dapat berhasil, tetapi pasien harus mampu mengkonsumsi cairran melalui mulut. Pasien yang sakit parah, umumnya terlalu lemah untuk menelan cairan. Antibiotik (biasanya tetrasiklin) tidak mempengaruhi penyakit pada saat pertama enterotoksin menempel pada sel-sel usus, tetapi mereka mencegah serangan berikutnya dengan mengurangi jumlah sel yang memproduksi toksin v.cholearae di dalam usus.

2.2.2 Vibrio parahaemolyticus Vibrio ini membutuhkan konsentrasi garam yang cukup tinggi untuk bertumbuh. Bakteri ini menyebar di lingkungan laut. Penyakit ini berhubungan dengan konsumsi

makanan laut yang dimasak tidak benar. Sampai saat ini belum ada perawatan khusus untuk diare, selain melakukan pencegahan dengan memasak masakan laut dengan benar.

34

2.3 Legionella

Bakteri Legionella http://www.cmse.ie/Legionella_Risk_Assessment_-368.html

Bakteri Legionella Sumber Gambar: http://www.rainwatercollecting.com/blog/2010/12/do-legionella-and-otherbacteria-grow-in-rainwater/

Saat ini ada sekitar 39 spesies yang diakui milik genus Legionella. L.pneumophila, adalah spesies yang pertama kali dijelaskan, pathogen terhadap manusia dan yang paling penting menyebabkan pneumonia atipikal, baik di masyarakat luas atau pasien rawat inap.

35

2.3.1 Legionella pneumophila Habitat dan Transmisi Organisme ini ditemukan di mana-mana seperti di tanah dan air, termasuk AC, pasokan domestik dan air rumah sakit, dan kadang-kadang dalam sistem air limbah dari dental unit. Diketahui terjadi penyebaran oleh aerosol yang terkontaminasi.

Karakteristik

Legionella pneumophila dengan pewarnaan Gram http://commons.wikimedia.org/wiki/File%3ALegionellaPneumophila_Gram.jpg

Gram negatif batang, dimana ada noda samar-samar dengan pewarnaan gram standar.

36

Kultur dan Identifikasi

Legionella sp. under UV illumination Sumber Gambar: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Legionella_Plate_01.png

Tidak tumbuh pada media biasa, tumbuh lambat (3 minggu) dalam media khusus (cysteine-charcoal-yeast extract agar) di bawah 5% karbon dioksida. Identifikasinya adalah dengan imunofluoresensi langsung.

Patogenisitas Portal masuk adalah lewat saluran pernapasan dan hasil infeksi pada legionnaires disease, bentuk yang parah dari pneumonia. Pria yang lebih tua yang merokok dan minum alkohol secara berlebihan biasanya akan terpengaruh. Faktor risiko lain adalah kanker dan imunosupresi. Gambaran klinis adalah variabel, mulai dari yang ringan, seperti penyakit influenza, dan untuk pneumonia berat dengan retardasi mental, diare, hematuria, dan proteinuria. Bentuk yang kurang parah adalah pneumonia (Pontiac fever) yang dapat diproduksi oleh beberapa legionellae.

37

Sensitivitas

Antibiotik

dan

Kontrol

Eritromisin adalah pilihan obat dan dapat dikombinasikan dengan rifampisin atau ciporofloxacin. Merupakan hal yang tidak mungkin untuk membasmi organisme dari pasokan air karena di mana-mana, tapi upaya perlindungan mencakup konsentrasi klorin yang ditingkatkan dan suhu pasokan air rumah sakit; aerosolisasi air yang harus diminimalkan.

38

Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Clostridium_perfringens http://en.wikipedia.org/wiki/Actinomycosis http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Leptospira_scanning_micrograph.jpg http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1820899105%20ta%20ada%20h%2098.pdf http://jilbab.or.id/archives/328-tentang-mikroorganisme-dan-makanan/ http://kompas.com/kompas-cetak/0301/27/iptek/97493.htm http://manglayang.blogsome.com/2006/04/06/kct-diare-pada-sapi-pedet/ http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/tri-asih-pramasanti-078114019.pdf http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=457&idktg=7&idobat=&UID= 20080208114724222.124.209.68 http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/7140/DOH-7140-IND.pdf Jawetz, 1995, Mikrobiologi Kedokteran, 201-202, EGC, Jakarta

39

Anda mungkin juga menyukai