Anda di halaman 1dari 7

Pengembangan PAUD Secara Holistik a.

Tujuan / Proyeksi Pengembangan PAUD Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM Bapennas dalam Jurnal Ilmiah anak usia dini (2008: 41) menyebutkan bahwa Strategi PAUD Holistik-Integratif bertujuan Terselenggaranya pelayanan pengembangan anak usia dini holistik integratif menuju terwujudnya anak usia dini Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. Sedangkan tujuan khususnya antara lain Terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, pendidikan, dan pengasuhan sesuai segmentasi umur. Terlindunginya anak dari perlakuan yang salah baik pada tataran keluarga maupun lingkungan.

b. Pentingnya Pengembangan PAUD Secara Holistik Sejalan dengan tuntutan dapat tercapainya tujuan pendidikan dan terpenuhinya kebutuhan anak usia dini secara utuh, harus menjadi komitmen kita bahwa PAUD memiliki arti penting dan strategis dalam menyiapkan generasi unggul bangsa masa depan, khususnya para pengelola Lembaga PAUD, sebagai peyelenggara Lembaga PAUD perlu melakukan pengembangan kapasitas dan layanan guna dapat memenuhi kebutuhan anak usia dini tersebut melalui program pengembangan PAUD secara holistik, merujuk beberapa ketentuan dan pendapat para ahli,

Sebagaimana dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009, disebutkan bahwa agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orangtua dan orang dewasa untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh (Holistik) dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan.

Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM Bapennas dalam Jurnal Ilmiah anak usia dini (2008: 23) pengembangan anak usia dini perlu dilakukan secara holistik-integratif. Lebih lanjut Nina Sardjunani bahwa konsep PAUD holistik-integratif, didasarkan beberapa teori dan hasil penelitian untuk memahami aspek-aspek yang esensial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain : teori ekologi perkembangan manusia, kesehatan dan kecukupan gizi, perkembangan otak,

kecerdasan dan kepribadian anak, pola pengasuhan,dan faktor-faktor yang berpegaruh.

Misni Irawati, dalam PAUD Investasi Masa Depan Bangsa (2006: 151) menegaskan bahwa Pemberian segala bentuk kebutuhan anak usia dini hendaknya diberikan secara holistik dan integral. Karena periode kritis bagi perkembangan otak manusia 0-3 th golden Age, lebih lanjut kualitas SDM sangat ditentukan oleh kualitas pada usia dini, janin-6 th (Nina Sadjunani, 2008: 23)

Dari ketentuan Permendiknas dan pendapat para ahli tersebut, betapa urgennya untuk tidak sekedar menyelenggarakanpendidikan PAUD, lebih dari itu perlunya menyelenggarakan PAUD secara holistik. Sehingga untuk proyeksi kini dan kedepan penerapan pengembangan PAUD secara holistik menjadi keharusan.

Paradigma terkini pendidikan anak usia dini menumbuhkan pendekatan yang holistik (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 178). Lebih lanjut Yuliani Nurani Sujiono menjelaskan bahwa anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan pelayanan yang menyeluruh pula. Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat

Selanjutnya mengenai pengembangan anak, khususnya sisi aspek pendidikan, Hamid Muhammad, Dirjen PNFI dalam jurnal Ilmiah Anak Usia Dini (2008) menyebutkan bahwa investasi pengembangan anak usia dini merupakan investasi yang sangat penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Lebih lanjut Hamid menyebutkan bahwa PAUD tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar pada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak.

Sedangkan pengembangan dari sisi aspek asupan gizi-kesehatan, beberapa ahli berpendapat, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan dalam Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini (2008) secara tegas menyebutkan bahwa Perlambatan pertumbuhan mulai terjadi pada periode usia 6-24 bulan, penyebabnya tak lain adalah pola makan yang tidak memenuhi syarat gizi.

Ahli lain, Prof. Dr. Soegeng Santoso, MPd (2008 : 1.11) menyebutkan bahwa Kesehatan dan Gizi anak akan berpengaruh terhadap pengembangan potensi anak. Potensi dapat dikembangkan pada anak yang sehat secara fisik dan mentalnya. Lebih lanjut Soegeng Santoso menegaskan Kesehatan dan Gizi merupakan hal penting yang diperhatikan dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan TPA (2008) disebutkan bahwa Kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat (higiene) harus diterapkan bagi anak-anak sedini mungkin.

Dari sisi manfaat program PAUD secara holistik, seorang ahli, Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc, dalam jurnal ilmiah anak usia dini (2008) bahwa Investasi dibidang PAUD sebagai investasi yang menguntungkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri. Lebih lanjut Dwi Hastuti menyebutkan bahwa manfaat sosial program PAUD jangka pendek (short-term) antara lain Peningkatan kemampuan kognitif dan sosial emosi anak, peningkatan keterlibatan orangtua, penurunan stres pada orangtua, serta Peningkatan potensi orangtua untuk belajar keterampilan sosial sebagai orangtua (positive parenting skills). Dari berbagai pendapat para ahli tersebut betapa strategis dan pentingnya menerapkan penyelenggaraan PAUD secara holistik, guna mengoptimalkan semua potensi pada diri si anak.

3. Kemitraan Keterbatasan yang dimiliki mengharuskan agar lembaga PAUD mampu menjalin kemitraan secara produktif dan sinergitas dengan pihak terkait, acuannya

sebagaimana tersebut dibawah ini. Sebagaiamana dalam Permendiknas No. 49 Tahun 2007 disebutkan bahwa : a. Satuan pendidikan non formal (PNF) mengikutsertakan warga satuan PNF dan masyarakat peduli pendidikan non formal dalam mengelola pendidikan. ....., c. Setiap satuan PNF menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, baik lembaga pemerintah maupun swasta, d. Sistem kemitraan Satuan PNF ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis. Relevan dengan itu, untuk layanan pola pengasuhan, lembaga PAUD dapat bermitra dengan psikolog untuk penajaman substansi materi pengasuhan, dan dengan para orangtua yang tergabung dalam Persatuan Ortu, yang umumnya didominasi para ibuibu, untuk proses penerapan pengasuhan sehari-hari diluar sekolah, tentu saja perlu mensinkronkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan para ibu-ibu tersebut dengan program lembaga PAUD, misalnya melalui upaya peningkatan kapasitas kemampuan mengasuh anak melalui pelatihan & penyuluhan, terkait hal tersebut Prof. Dr. Ali khomsan, dalam jurnal ilmiah anak usia dini (2008: 83), menegaskan bahwa Melatih ibu agar menjadi pengasuh anak yang baik sehingga dihasilkan generasi baru yang berkualitas.

Ibu yang tampak bahagia ketika mengasuh anaknya (selalu tersenyum, tertawa, dan bahagia) akan memberikan konstribusi positif bagi terbentuknya anak-anak yang memiliki pola tumbuh kembang yang optimal.

Keberhasilan anak-anak keturunan Jepang dan Korea di Amerika dikisahkan berkat keberhasilan peranan seorang ibu dalam membimbing anak-anaknya. Mereka bangga dapat mengasuh anak-anak dirumah (Padmi Roddhiansyah, SPd, 2006)

Lebih lanjut Ali khomsan menegaskan bahwa kewajiban kita orang tua adalah menjamin hak anak-anak untuk memperoleh makanan secara cukup dan berkualitas disertai pola asuh yang baik, maka anak-anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi SDM yang tangguh.

Anak memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan dirinya melalui bermain, bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan (BEF. Montolalu dkk, 2008: 1.18), lebih lajut Montolalu menyebutkan bahwa bemain, bermanfaat mencerdaskan otak, memicu kreativitas, bermanfaat menanggulangi konflik, bermafaat untuk melatih Empati, bermafaat mengasah pamcaindra, sebagai media terapi, dan bermain itu melakukan penemuan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat garis bawahi bahwa bilamana penerapan penyelenggaraan PAUD secara holistik dapat optimal, yang meliputi tiga aspek layanan sebagaimana yang diharapkan tersebut, maka akan terbangun pola layanan, sistem penyelenggaraan PAUD, yang berarti bahwa dengan sendirinya Lembaga PAUD secara umum meningkat mutunya.

A. Proses Penerapan Gagasan 1. Langkah-Langkah Tindakan Langkah konkrit yang perlu dilakukan : -Dengan latar belakang tugas dan fungsi penilik, maka upaya motivasi dan dukungan Penilik terhadap lembaga PAUD : Pertama, Lembaga PAUD dimotivasi dan dipacu untuk meningkatkan kapasitas dari Program dan sumberdaya yang ada selama ini, mengingat dipandang begitu Langkah awal dan

mendesak dan urgennya penyeleggaraan PAUD secara holistik.

intensif melakukan diskusi terarah (FGD) interen antara penilik, pengelola dan pendidik PAUD, hingga menghasilkan konsep dan rumusan rencana implementasi program holistik, yang dapat disusun bagan alur sebagaimana alam beberapa gambar berikut ini.

Gambar : 1

Kedua, Lembaga PAUD dengan pendampingan penilik melakukan koordinasi dan mohon dukungan Camat dan Kepala Desa untuk membangun kemitraan/melakukan kemitraan dengan pihak terkait, antara lain dengan Puskesmas/Dokter/Penyuluh BKKBN Kecamatan Sempu, Lembaga Bumi Hijau Center, Psikolog/Ahli Pendidikan Anak, serta Persatuan Orangtua Murid (Bukan Komite Sekolah), dan lembaga lain yang mungkin. Kerjasana dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama (MoU) yang

sejauh ini dalam rintisan, sudah dan sedang dalam proses penyelesaian. Mekanisme dan pembagian peran sebagaimana terlihat dalam gambar 2 dan gambar 3 berikut :

Gambar : 2

Bentuk Peran Dalam Kemitraan Program PAUD Holistik Dinas Pendidik Puskesmas/ Posyandu BKKBN Psikolog Persatuan Ortu / Ortu Lembaga Bumi

an

Hijau Center Melalui Lembaga PAUD Mutiara Hati / Tim Program Holistik Fasilitasi :

Pendidikan dan / Pembelajar an

- Detekti dan intervensi dini Gizi dan kesehatan

Bina keluarga Balita Sejahtera

Penyuluhan

- Tata Lingkung pelatihan dan yang lebih an tempat teknik/cara baik bermain dan belajar pengasuhan - Pemberian anak pada ortu dan asupan Gizi Pembelaja pendidik secara ran terkontrol berbasis lingkunga - Deteksi n Kesehatan dini - PLH bagi anak usia anaknya dini

- Pengasuhan

Gambar : 3

Anda mungkin juga menyukai