Anda di halaman 1dari 5

VERNACULAR ARCHITECTURE 1.

1 The word vernacular is derived from a socio-economic concept, verna meaning slave and vernacular signifies a person residing in the house of the master. The meaning thus was applied first to the language and then to the art of indigenous and lowly forms. Steven Holl aptly states It is vernacular that most clearly expresses the unique in a culture. Vernacular architecture develops from the characteristics of place rather than imposition of external meanings. It distinguishes itself as an important source where the basic components such as climate technology, culture and related symbolism have existed and matured over centuries of mans involvement with architecture. 2 According to Suha Ozkan, in a very broad classification we observe two approaches to vernacularism. First is the conservative attitude and other is the interpretative attitude. Both have ideals of bringing the new and contemporary existence of vernacular forms and spatial arrangement. They differ only in the way they treat technology and community. Conservative vernacularism emerged as an approach to bring back vernacular modes, building traditions using innovative design technology with same local material and environment. A pioneer of such approach is Hassan Fathy. Interpretative or neo-vernacularism emerged as an approach to bring new life to vernacular heritage for new contemporary functions. Modern comfort, ease of construction and maintenance are inevitably important factors. They utilized levels of technology that had nothing to do with those existing originally. Thus, architecture became an expression of local shapes and forms where culture was reduced to souvenirs and folklore. A pioneer of such trend is the tourism development.

REGIONALISM 1.2 In an essay on Regionalism, Peter Buchnan defines regionalism asa self- conscious continuation or re-attainment of the formal and symbolic identity. It is rooted in the specific of situation and mystiques of local culture. Like the local culture it is less concerned with the abstract and rational issues and more with adding sensual physicality, depth and nuance to lifes experience. According to him, a healthy regionalism is not a regressive return to the forms of the past; nor is it a camouflage - mere fitting or a fancy dress. Instead it is the synthesis of what is most common-sense, dignified and enriching - sensually and symbolically - from tradition with freedom, comfort and securities offered by the industrial civilization. 3 Regionalism, thus, is much more than mere stylistic change or elaboration returning to a sense of place and belonging also involves redefining goals and processes in planning and politics and no less reviewing aspiration and lifestyle.

Konservasi Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut : Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary). Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982). Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968). Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan Konservasi, antara lain adalah : Preservasi Pengawetan; pemeliharaan; penjagaan; perlindungan Restorasi Adalah tindakan untuk menjadikan sebuah bangunan atau bagian-bagiannya supaya dapat lebih berfungsi lagi setelah dilakukan perbaikan dan perkuatan. Adalah tindakan untuk mengembalikan kondisi struktur bangunan seperti kondisi semula. Adaptive re-use Revitalisasi, dan Proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali: berbagai kegiatan kesenian tradisional diadakan dl rangka -- kebudayaan lama Regenerasi

Pembaruan semangat dan tata susila; 2 Bio penggantian alat yg rusak atau yg hilang dng pembentukan jaringan sel baru; 3 ki penggantian generasi tua kpd generasi muda; peremajaan Diagram Regionalism

Pembagian Preservasi

Arsitektur Neo Vernacular Adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik ( bentuk, konstruksi ) maupun non fisik ( konsep, filosopi, tata ruang ) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

Replikatif Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Arsitektur Vernakular di Indonesia Arsitektur tradisional dan vernakular di Indonesia berasal dari dua sumber. Pertama adalah dari tradisi Hindu besar dibawa ke Indonesia dari India melalui Jawa. Yang kedua adalah arsitektur pribumi asli. Rumah-rumah vernakular yang kebanyakan ditemukan di daerah pedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti atap ilalang, bambu, anyaman bambu, kayu kelapa, dan batu. Bangunan adalah penyesuain sepenuhnya selaras dengan lingkungan sekitar. Rumah-rumah di pedalaman di Indonesia masih banyak yang menggunakan bambu, namun dengan seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu ini sedikit demi sedikit diganti dengan bangunan dinding bata.

Arsitektur Tradisional di Indonesia Bangunan vernakular yang tertua di Indonesia saat ini tidak lebih dari sekitar 150 tahun usianya. Namun dari relief di dinding abad ke-9 di candi Borobudur di Jawa Tengah mengungkapkan bahwa ada hubungan erat dengan arsitektur rumah vernakular kontemporer yang ada saat ini. Arsitektur vernakular Indonesia juga mirip dengan yang dapat ditemukan di seluruh pulau-pulau di Asia Tenggara. Karakteristik utamanya adalah dengan digunakannya lantai yang ditinggikan (kecuali di Jawa), atap dengan kemiringan tinggi menyerupai pelana dan penggunaan material dari kayu dan bahan organik tahan lama lainnya.

Pengaruh Islam dalam Arsitektur

Budaya Islam di Indonesia dimulai pada tahun 13 Masehi ketika di Sumatra bagian utara muncul kerajaan Islam Pasai di 1292. Dua setengah abad kemudian bersama-sama juga dengan orang-orang Eropa, Islam datang ke Jawa. Islam tidak menyebar ke kawasan Indonesia oleh kekuatan politik seperti di India atau Turki namun lebih melalui penyebaran budaya. Budaya Islam pada arsitektur Indonesia dapat dijumpai di masjid-masjid, istana, dan bangunan makam. Menurunnya kekuatan kerajaan Hindu Majapahit di Jawa menandai bergantinya periode sejarah di Jawa. Kebudayaan Majapahit tersebut meninggalkan kebesarannya dengan dengan serangkaian candi-candi monumental sampai abad keempat belas. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa "Zaman Klasik" di Jawa ini kemudian diganti dengan zaman "biadab" dan juga bukanlah awal dari "Abad Kegelapan". Selanjutnya kerajaan-kerajaan Islam melanjutkan budaya lama Majapahit yang mereka adopsi secara jenius. "New Era" selanjutnya menghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid di Demak, Kudus dan Banten pada abad keenam belas. Juga dengan situs makam Imogiri dan istana-istana Yogyakarta dan Surakarta pada abad kedelapan belas. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam tidak memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru dan ajaran-ajarannyapun diajarkan lebih dalam cara-cara mistis oleh para sufi, atau dengan kata lain melalui sinkretisme, sayangnya hal inilah yang mempengaruhi gagalnya Islam sebagai sebuah sistem baru yang benar-benar tidak menghapuskan warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988).

Masjid Kudus dengan Gaya Hindu untuk Drum Tower dan Gerbang Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dari abad ke-12 dan seterusnya dengan memperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun, perubahan dari gaya lama ke baru yang lebih bersifat ideologis baru kemudian teknologi. Kedatangan Islam tidak mengarah pada pengenalan bangunan yang sama sekali baru, melainkan melihat dan menyesuaikan bentuk-bentuk arsitektur yang ada, yang diciptakan kembali atau ditafsirkan kembali sesuai persyaratan dalam Islam. Menara Kudus, di Jawa Tengah, adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat mirip dengan candi dari abad ke-14 di era kerajaan Majapahit, menara ini diadaptasi untuk kepentingan yang lebih baru dibangun masjid setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Demikian pula, masjid-masjid di awal perkembangan Islam di Indonesia murni terinspirasi dari tradisi bangunan local yang ada di Jawa, dan tempat lain di Nusantara, dengan empat kolom utama yang mendukung atap tengahnya. Dalam kedua budaya ini empat kolom utama atau Saka Guru mempunyai makna simbolis.

Anda mungkin juga menyukai