Anda di halaman 1dari 16

Foto and Text by Indra Setiawan

Taman Nasional

KOMODO

Prakata
SALAM RANSEL..
Melanjutkan edisi Flores sebelumnya ebook Backpacker Borneo edisi Taman Nasional Komodo akhirnya kelar juga diantara sibuknya pekerjaan. Perjalanan menyusuri salah satu dari New Seven Wonders ini merupakan salah satu perjalanan berkesan bagi saya karena setelah terluntang lantung di Labuan Bajo akhirnya bisa ke sini full gratis. Mungkin takdirlah yang menentukan saya harus bertemu dengan Bang Pedi yang mengajak saya kesini, juga terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada Kapten Sofian dan crewnya Juna, Gus dan Yos. Kembali feedback dari para pembaca yang budiman sangat saya harapkan demi perbaikan ebook Backpacker Borneo kedepannya. Terima Kasih.

Contact :
Facebook: Backpacker Borneo Naraituh twitter @indra_naraituh _ Blog: www.backpackerborneo.com Email: kambehai@gmail.com

Salam, Indra Setiawan Indra.st@hotmail.com

Taman Nasional Komodo


aman Nasional Komodo terletak di antara provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat . Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar Pulau Komodo, Pulau Rinca , dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional ini 603 km dan wilayah total adalah 1817 km. Pada tahun 1980 taman nasional ini didirikan untuk melindungi komodo dan habitatnya.

Di sana terdapat 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi, karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka. Selain itu, di kawasan ini terdapat pula terumbu karang.

Setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana, dengan sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat wisatawan asing untuk berenang atau menyelam di perairan ini. Pulau-pulau ini aslinya adalah pulau vulkanis. Jumlah penduduk di wilayah ini kurang lebih adalah 4.000 jiwa. Pada tahun 1986 taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan

Dunia UNESCO. Pada tanggal 11 November 2011, New 7 Wonders telah mengumumkan pemenang sementara, dan Taman Nasional Komodo masuk kedalam jajaran pemenang tersebut bersama dengan, Hutan Amazon , Teluk Halong, Air Terjun Iguazu , Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain. (Sumber Wikipedia)

Snorkeling di
Akhirnya hari yang telah dinantikan tiba, Pulau Komodo aku datang.walau sebenarnya saya ditelpon oleh Abang Pedi untuk sudah siap di dermaga pukul 8 pagi namun sejak pukul 7 saya sudah siap di tempat. Saya duduk menunggu di belakang terminal penumpang sambil memandangi laut, tampaknya di di sini juga ada glass bottom boat, sehingga kita tidak perlu capek-capek snorkeling untuk menikmati keindahan bawah laut, cukup sambil duduk di atas perahu sambil menikmati terumbu karang dan ikan-ikan di bawah kita. Akhirnya merekapun datang dengan mobil dan sayapun bergegas untuk menuju perahu, sambil membantu menurunkan tas-tas mereka, ternyata tamunya ada 4 orang dari Francis, ada Raymond Boutin, Nordis, Francois dan Alain, mereka sepasang suami istri dan seorang guru. Siapa bilang guru tidak bisa jalan-jalan, buktinya mereka bisa sampai ke Indonesia. Walaupun gaji guru di sana dan di Indonesia mungkin berbeda jauh, tapi dari tahun ke tahun Gaji Oemar Bakri di Indonesia kan terus meningkat. Tujuan pertama kita adalah Pulau Bidadari, waktu tempuh biasanya sekitar 30 menit, namun karena sekarang arus agak deras sehingga menjadi lebih lama. Pemandangan gugusan pulau dan kapal-kapal di teluk menjadi pemandangan yang menemani perjalanan kita ini. Akhirnya kita merapat di pantai Pulau Bidadari yang berpasir putih, mereka langsung bersnorkling ria sedangkan saya sendiri keliling-keliling untuk mengabadikan keindahannya ke dalam camera saya. Di bawah rindang pohon tampang seseorang yang sedang dudukduduk, ternyata dia adalah sorang penjaga pulau ini, sayapun heran kenapa pulau ini harus dijaga. Ternyata dibalik rimbunnya pohon dan bebatuan ada sebuah resort mewah yang bernama sama dengan nama pulaunya Angel Island Resort yang lebih mengejutkan adalah untuk menginap pun harus membayar dengan Euro, no Rupiah pleasewajar saya karena yang punya adalah bule yang terlanjur cinta dengan pulau ini.

Pula u Bida dari

Setelah itu barulah saya menceburkan diri, karena tidak menyewa alat snorkeling sayapun meminjam dari Bang Pedi. Sayapun speechless melihat kendahan bawah lautnya, hanya sekitar kedalaman 3 meter saya sudah bisa melihat terumbu karang yang warnawarni, sunggu berbeda jauh dari pengalaman saya sebelumnya yang

hanya snorkeling di Teluk Tamiang. Tampak salah seorang Awak Kapal menyelam untuk mengambil sesuatu, ternyata itu adalah kerang yang isinya sangat lezat walau dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu, hanya dagingnya yang berwarna putih yang gurih dan enak dimakan, apalagi ditambah dengan parutan air jeruk.

Kera jaa nnya Ko mo do


Setelah puas bersnorkling ria di Angel Island kita melanjutkan perjalanan untuk menuju Pulau Rinca, salah satu pulau yang dihuni oleh Komodo yang kini menjadi salah satu keajaiban dunia versi New Seven Wonder berkat dukungan dari seluruh rakyat Indonesia. Pulau RInca berada di sebelah barat Pulau Flores, yang dipisahkan oleh Selat Mola, di pulau ini hidup bebagai macam jenis binatang seperti Komodo, Babi liar, kerbau dan berbagai macam burung.

Pulau Rinca
Kapal kita merapat di dermaga Loh Buaya, hal itu dapat terlihat dari tulisan di gapura dan beberapa larangan atau hal yang tidak boleh kita lakukan di pulau ini. Ketika mulai menginjakan kaki di tanah kita disambut oleh beberapa monyet yang asyik bermain di atas pohon mangrove, terus menyusuri jalan setapak akhirnya kita sampai pada komplek pengelola Taman Nasional Komodo, selagi Bang Pedi mengurus administrasi kita beristirahat di gazebo serta bersiap-siap untuk trekking.

Tak susah untuk bertemu Komodo di Pulau ini, tampak beberapa komodo di dekat dapur sedang bermalas-malasan total ada tiga Komodo di tempat ini, dan salah satunya adalah Komodo yang sudah tua dan kedua tangannya patah bekas berkelahi dengan Komodo yang lainnya. Sebelum memulai trekking si Ranger (Pemandu) kita menjelaskan rute yang akan kita lalui serta apa saja yang tak boleh kita lakukan, salah satunya adalah dengan tidak memakai benda yang berjuntai-juntai karena itu akan menarik perhatian si Komo. Wisatawan juga diberi pilihan untuk memilih Janis track yang akan dilalui, Short Trek, Medium Trek atau Long Trek. Dan tampaknya kami memilih Medium Trek karena tamu-tamunya Bang Pedi memang sudah agak berumur. Di tengah jalan tiba-tiba jalan dialihkan, ternyata ada komodo yang sedang bertelur di dalam lubang. Berkamuflase merupakan salah satu keahlian huwan purba ini, bahkan untuk sarang pun dia membuat tiga lubang,

dan hanya satu yang berisi Komodo betina yang sedang bertelur, itupun sarangnya hasil dari merebut sarang burung seperti burung Kiwi, burung yang selalu setia pada satu pasangan, apabila pasangannya mati, maka dia akan jomblo seumur hidupnya.

melanjutkan perjalanan, ternyata belakangan baru saya tau bahwa di long trek kita akan melihat pemandangan yang sangat indah dari atas bukit. Ketika pulang kita terlebih dahulu beristirahat di pondok peristirahatan, di sini juga dijual souvenirs seperti patung komodo dan lainlain.

Kita meninggalkan pulau Rinca ketika matahari telah condong ke barat. Malam ini kapal kita akan bersandar di dermaga Desa Rinca agar terlindung dari angin, namun sebelumnya kita mampir di Pulau Kalong Rinca untuk melihat ribuan BATMAN yang akan meninggalkan saranya ketika matahari mulai terbenam.

Selain Komodo, di Pulau Rinca ini juga banyak dijumpai Kerbau Air yang mempunyai tanduk panjang, dan merekalah yang nantinya menjadi santapan Komodo itu, maka jangan heran kalau banyak bertemu dengan tulangtulang hasil keganasan Komodo. Trekking di Pulau Rinca cenderung lebih teduh karena banyak pepohonan yang melindungi. Di ujung perjalanan kami kembali bertemu dua ekor komodo yang sedang bermalas-malasan, salah satunya sedang bersembunyi di akar pohon menunggu untuk memangsa Kerbau yang sedang asyik berendam. Sayangnya kami tidak

Dan benar saja, ketika matahari mulai tenggelam langit tiba-tiba saja berubah menjadi gelap kerena tertutup oleh ribuan kalong yang terbang untuk mencari makan di malam hari, sungguh pemandangan yang amazing, semakin larut semakin sedikit jumlahnya dan mereka akan kembali dini hari ketika kita masih tidur. Setelah itu kita menuju dermaga Desa Rinca untuk bersandar dan namun tetap tidur di atas kapal. Makan di atas kapal ini menunya memang tidak

membosankan, hal itu karena chefnya yang memang pandai memasak, oh ya saya lupa mengenalkan awak kapal kami, kapten kapal bernama Sofian dibantu oleh Yos yang ahli masalah mesin serta Juna dan Gus yang begitu telaten di dapur walaupun seorang laki-laki. Malamnya kita bersantai di Desa Rinca sambil ngopi dan saya hanya menjadi pendengar setia cndaan mereka, ketika sudah mulai ngantuk kitapun kembali ke kapal dan mencari lokasi untuk merebahkan badan.

Sayapun memilih di bagian depan kapal bersama matras saya yang setia dan Sleeping Bag cukup menghangatkan tubuh saya. Dini hari saya terbangun karena titik air hujan di wajah saya dan sayapun bergeser ke bagian yang beratap dan melanjutkan tidur kembali. Sebenarnya ada sebuah kamar dengan kasur empuk namun itu hanya bagi tamu saja, sedangkan saya bisa ikut aja sudah sangat bersyukur. Masalah tidur, udah biasa..

Pulau Kalong

Pulau Komodo [DONE]


ari kedua tujuan kami adalah Pulau Komodo, pagipagi kita langsung berangkat karena menuju Pulau Komodo agak jauh daripada Pulau Rinca. Rupanya beberapa kapal sudah bersandar di pelabuhan Loh Liang dan itu artinya ada beberapa wisatawan yang sudah terlebih dahulu tiba di sana. Di Pulau Komodo kita tidakperlu mengurus administrasi lagi karena sudah mengurus di Pulau Rinca, Cuma menunjukan bukti perijinan saja. Di dinding tampak sejarah Komodo menurut legenda masyarakat setempat. Menurut Haji Amir, seorang Kampung Komodo, konon kampung itu dahulunya bernama Kampung Najo. Karena ditemukan oleh saudagar

dari utara bernama Najo. Suatu ketika, kisahnya, Epa --anak perempuan Najo-hendak melahirkan. Sesuai tradisi kampung, tidak diperbolehkan bersalin secara alamiah. Harus dibedah. Mengunakan pisau dari kulit bambu. Ini cara menghindari resiko kematian. Saat hari lahir itu tiba, seorang dukun beranak membedah perut Epa. Keluar lah dua sosok mahluk hidup. Satunya bayi laki-laki, satunya lagi bayi kadal.

Meski terkejut, takdir itu diterima. Epa dan suaminya Wake memberi nama Gerong untuk manusia, yang kadal dinamai Orah. Kian besar, Orah mulai ganas. Semua hewan peliharaan disambar. Penduduk marah. Lalu mengusirnya ke hutan. Meski begitu, sesekali ia datang diam-diam. Hubungan Komodo dengan penduduk asli, kata Haji Amir, sangat dekat. Orang luar susah merasakannya. Halaman kampung kami kerap didatangi hewan itu. Namun belum pernah ada

kasus gigitan komodo terhadap warga, kata Haji Amir. Menghormati komodo yang diangap satu leluhur itu, warga keturunan Najo sesekali menggelar ritual adat. Ritual itu namanya Aru Gele. Pada upacara adat itu warga menumbuk buah pohon untuk jadi makanan. Penduduk Komodo kini berjumlah 1.500 orang. Mereka berasal dari berbagai suku. Bugis, Bima, dan Manggarai. Umumnya mereka bekerja sebagai nelayan.

Seperti biasa sebelum trekking kita dijelaskan terlebih dahulu tentang peraturan di Taman Nasional ini, ketika kita mau berangkat tiba-tiba saja di tengah jalan menghadang seekor Komodo Dewasa, sehingga kita harus menunggu hingga dia pergi. Kalau Sebelumnya di Pulau Rinca ada banyak Kerbau sedangkan di Pulau Komodo kita bisa bertemu dengan rusa. Ketika memasuki wilayah mata air yang menjadi pusat berkumpulnya para

binatang kita diharuskan untuk tidak membuat keributan supaya tidak mengganggu mereka, dan benar di sini memang banyak binatang seperti sekumpulan Rusa dan babi, tak lupa pula predator utama mereka yaitu Komodo yang sedang bermalas malasan. Selanjutnya kita mendaki sebuah bukit yang katanya ketika pagi hari cocok untuk bird waching, dan dari sini kita melihat lautan luas dan

pemandangan perbukitan yang tampak berwaarna coklat, mungkin tanamannya sedang mengering karena sedang musin kemarau. Trek di sini sudah diatur sedemikian rupa, sehingga ketika pulang kita akan melalui pusat Sovenir milik masyarakat setempat, namun sebelumnya kita bertemu dengan seekor komodo yang sedang asyik santai di sebuah Restoran yang sedang tutup, ya iyalah tutup mana berani buka kalau pelanggannya seekor Komodo, dan salah seorang Ranger Komodo ini baru saja makan seekor babi, pantas saja samar-samar kita mencium bau yang tidak sedap.

Pusat Sovenir dibuat di pinggir jalan pulang dan sudah dibuat sedemikian rupa sehingga terhindar dari panas dan hujan, dan bagi anda yang ingin membeli oleh-oleh sebaiknya membeli di sini karena walaupun agak mahal namun bisa membantu komunitas lokal, karena mayoritas yang berjualan di sini adalah penduduk Desa Komodo. Ketika akan kembali ke kapal kita melihat lagi seekor Komodo yang

berjalan di atas pasir dan sedang menuju kita, rupanya dia tertarik mencium bau Babi tadi. Penciumannya yang tajam membuat komodo banyak yang datang untuk berkumpul di tempat ini, begitu dekat sayapun bisa melihat liarnya yang menetes di mulutnya, dan itu bisa membunuh kerbau yang berkali-kali lebih besar dari tubuhnya. Kalau tidak salah total ada 12 Komodo yang saya temui di kedua Pulau yang sudah saya kunjungi ini.

Ketika kita datang air laut masih pasang sehingga kita langsung bersandar di dermaga, namun ketika pulangnya kita harus menggunakan speed boat ke kapal kita yang bersandar agak jauh dari dermaga. Dan tujuan kita selanjutnya adalah Pink Beach, salah satu tujuan utama saya di Taman Nasional Komodo Ini. Dari Loh Liang rupanya tidak jauh untuk menuju Pantai Merah, hanya memutari sebuah tanjung dan tiba lah

kita disebuah teluk yang yang berpasir agak kemerahan, itulah Pink Beach atau Pantai Merah yang legendaris itu dan hanya ada beberapa tempat di dunia. Dan sayapun tak sabar untuk menikmati keindahan bawah lautnya, namun ternyata ketika kita datang arusnya sedang deras sehingga saya harus berenang lebih kuat dan pantai ini juga terkenal dengan air lautnya yang dingin, sehingga hanya beberapa saat saya sudah menggigil. Setelah agak berkurang arusnya sayapun kembali menceburkan diri, karena kapal tidak boleh bersandar di pantai karena akan merusak karang maka kapal-kapal pengunjung harus bertambat pada pelampung-pelampung yang sudah disediakan. Sehingga saya tidak bisa membawa camera untuk turun ke pantai cantik ini. Pemandangan bawah lautnya membuat saya serasa berada di dunia lain, ini lokasi Snorkling terindah yang pernah saya kunjungi, kayaknya hampir semua jenis terumbu karang ada di sini, begitu juga dengan ikan-ikannya yang

berwarna warni. Sambil snorkeling saya mengarah ke pantai, dan ternyata butiran pasirnya memang banyak yang berwarna merah bercampur dengan putih sehingga dari kejauhan pantai ini terlihat berwarna merah. Di tepi pantai banyak saya temukan karang-karang berwarna merah yang masih berbentuk dan inilah yang menjadi butiran pasir berwarna merah. Tampak ada sebuah Gazebo yang dibangun untuk wisatawan beristirahat dan tampaknya ini masih baru, selain itu ada juga beberapa peraturan tentang Snorkling di sini, poin terakhir yang paling saya ingat yaitu Takes only Pictures and Leaves only Boobles. Walau begitu masih banyak sampah plastic yang saya temukan di atas pasir ini.

Di ujung pantai ada sebuah bukit dank arena penasaran sayapun mendakinya walau dengan langkah yang cepat karena telapak kaki kepanasan menginjak pasir dan bebatuan. Tidak sia-sia susah-susah naik ke atas ini karena pemandangan yang bisa dilihat sangat luar biasa, ingin saya duduk berlama-lama di sini namun panasnya yang menyengat membuat saya mengurungkan diri, dan satu-satunya yang saya sesali adalah tidak bisa membawa camera untuk mengabadikan keindahannya. Ketika kembali ke perahu saya harus memutas hingga ke ujung pantai satunya yang berbatu karena dengan mengikuti arus akan

memudahkan saya berenang mencapai perahu. Ketika tiba kembali di perahu saya terkejut karena ternyata salah sorang tamu hamping pingsan ketika ingin kembali ke perahu oleh arus yang deras, dan ditolong oleh awak kapal. Kita melewatkan waktu dengan bersantai di atas perahu, lokasi pavorit saya di atas kapal ini adalah di sebuah yang terbuat dari kain khas Flores yang digantung di atas kapal. Hingga pukul tiga sore kita masih di Pink Beach hingga saya bertemu dengan rombongan pemenang ACI dari yang terkena tugas di NTT, dan saya adalah salah satu orang yang harus tersingkir dari jalan-jalan gratis berhadiah tersebut.

MAU

Klik www.backpackerborneo.com

Tips menuju Pulau Komodo


Taman Nasional berada di Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat, jadi untuk mengunjunginya kita terlebih dahulu menuju Kota Labuan Bajo sebagai Ada beberapa maskapai penerbangan yang melayani penerbangan menuju Labuan Bajo dari Denpasar, selain lewat udara juga bisa naik Bus dengan Rute Kota Asal-Mataram-Bima-Labuan Bajo. Bisa juga naik kapal pelni selama 3-5 hari dan turun di Bima atau Labuan Bajo. Kalau punya banyak waktu bisa menumpang Truk-Truk besar yang menuju Flores. Sebelum ke Pulau Komodo kita bisa menginap di Labuan Bajo terlebih dahulu, ada banyak penginapan Murah di sekitar pelabuhan Fery. Banyak agen perjalanan yang membuka trip ke Taman Nasional Komodo di sepanjang Jl. Soekarno Hatta, dari yang harian sampai 3 hari tergantung kebutuhan. Bandingkan harga agen yang satu dengan yang lainnya. Waktu terbaik untuk bertanya adalah sore dan malam hari sehingga anda bisa bergabung dengan yang lain untuk sharing cost. Apabila anda datang dengan rombongan bisa langsung mencari kapal untuk sailing trip Bagi yang mau diving bisa bergabung dengan Dive trip yang biasanya diadakan oleh Dive Center yang berjejer disepanjang jalan. Bagi yang Cuma mau melihat Komodo bisa dengan one day trip menuju pulau rinca yang lebih dekat dari Pulau Komodo, kedua pulau ini merupakan populasi terbanyak Komodo yang sering dikunjungi wisatawan, masing-masing juga mempunyai keunikan tersendiri. Selain bertemu dengan si Komo keindahan bawah laut Taman Nasional Komodo juga merupakan salah satu dive spot yang terindah di Dunia, jadi sayang kalau Pulau Komodo Cuma untuk liat kadal raksasa ini tanpa menikmati keindahan pantai dan bawah lautnya seperti Pantai Pink yang terkenal.

Bagi yang merasa sailing trip masih terlalu mahal bisa mencoba alternative lain yaitu:

Ikut kapal nelayan atau penduduk desa Komodo yang pulang belanja dari pasar Labuan Bajo.

Kapal berangkat pagi-pagi jadi jangan sampai ketinggalan.

Di Desa Komodo bisa meninap di rumah penduduk karena tidak ada penginapan disana

Untuk tempat makan murah ada di Pasar Labuan Bajo, setiap pagi juga ada yang menjual nasi bungkus.

Kemudian dari Desa komodo bisa ikut penduduk yang berjualan di Loh Liang

Anda mungkin juga menyukai