Anda di halaman 1dari 3

NAQIYYAH, AJ ADIB DAN QI'AN

Oleh : Achmad Hanif, S.Ag.



: :



( # #
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a., dia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda :
Perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu yang diberikan oleh Allah kepadaku adalah
seperti hujan lebat yang turun ke bumi, lalu ada tanah yang subur (naqiyyah), menyerap air
hujan sehingga bisa menumbuhkan rerumputan dengan subur, dan ada pula tanah yang keras
(ajadib) yang bisa menyimpan air hujan yang Allah menjadikannya bermanfaat bagi manusia
sebagai air minumdan mengairi tanaman, dan ada pula tanah yang tandus (qian) tidak bisa
menyimpan air dan tidak bisa menumbuhkan rerumputan. Itulah (contoh pertama dan kedua)
perumpamaan orang yang memahami Islam, memperoleh keuntungan dari ajaran yang
diberikan oleh Allah SWT kepadaku, kemudian ia mempelajari dan mengajarkannya kepada
orang lain, sedangkan (contoh ketiga) adalah perumpamaan orang yang tidak mau
memperhatikan ajaran dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa. (HR Bukhari-
Muhtashar Shahih Bukhari, hal. 40-41).

Hadits ini mengajarkan kepada kita beberapa hal:
1. Bahwasanya Islam, agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw, dan ajaran-ajaran yang
beliau sampaikan, serta ilmu yang beliau ajarkan adalah ibarat hujan yang lebat.
2. Allah SWT menyebut angin yang membawa hujan sebagai busyra (berita gembira)
> _ `_.`, _.,l :, _,, _., ...- _.> :| l !,!> . !1. ..1.
,l ,. !.l.! , ,! .l !.>>! ., _. _ ,.:l l. _> _..l >l-l
_`. . __
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah
itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macambuah-buahan. seperti
Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran. #QS.Al-Araaf(7):57#
_. ,., _ ..lL l `> ,l _. `_.`, _.,l :, _,, _., ...-
.l, _. < _l.-. < !.s _: __
Atau siapakah yang memimpin kamu dalamkegelapan di dataran dan lautan dan siapa
(pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan)
rahmat-Nya?
1
Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah
terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). #QS An-Naml(27):63#
_. ..., , _.`, _!,l ,:,`. >1,.`,l _. ...- _>.l ,ll .:.!,
-.,.l _. .. >l-l `>: __
Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin
sebagai pembawa berita gembira
2
dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-
Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya
3
dan (juga) supaya kamu
dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur. #QS.Ar-Ruum(30):46#

Sebagai busyra kehadiran dan kedatangan ilmu hendaknya disikapi dengan bersuka cita
dan rasa senang (yastabsyirun) sebagaimana sikap manusia terhadap turunnya hujan
[QS.Ar-Rum(30):48]. Dan keliru bila kita mensikapi ilmu, atau jalan ilmu, tatsqif atau
talim misalnya, dengan sikap tidak senang.
3. Di dalam Al Quran Allah SWT juga menjelaskan bahwa hujan memiliki banyak fungsi :
mensucikan dan membersihkan (yuthahhirakum), menghilangkan kotoran syetan
(yudzhiba ankum rijzasysyaithan) menguatkan ikatan hati sesama kaum mukminin
(rabthulqulub) dan sebagai tatsbit (pembawa dan penyebab tsabat) [QS.Al-Anfal(8):11)].
Begitu banyak fungsi hujan, berarti, banyak pula fungsi ilmu. Bila kita melihat ada banyak
hati yang kotor, tidak bersih, dan tidak suci, ini merupakan pertanda bahwa hati itu sudah
lama tidak mendapatkan siraman hujan (baca : ilmu). Begitu pula bila kotoran-kotoran
syetan telah hinggap dalam jiwa manusia, maka untuk membersihkannya, hendaknya jiwa
itu dibawa ke majlis ilmu, agar mendapatkan siraman dari sana, sehingga bersih.
Ukhuwwah yang retak, ikatan yang mengendor dan tali hubungan yang terurai, juga
karena absennya ilmu. Begitu juga dengan hilangnya tsabat, juga disebabkan oleh jauhnya
hati itu dari majlis ilmu.
4. Dalam hadits di atas Rasulullah SAW mengklasifikasikan tanah yang mendapatkan siraman
hujan itu dalam tiga kategori, berarti ada tiga kategori pula peserta (pendengar) ilmu:
a. Naqiyyah
Dalam riwayat Imam Muslim : thayyibah, yaitu tanah yang menyerap air,
menyimpannya dalam dirinya, memanfaatkannya untuk dirinya, memunculkan

1
Yang dimaksud dengan rahmat Tuhan di sini ialah air hujan yang menyebabkan suburnya tumbuh-tumbuhan.
2
Pembawa berita gembira Maksudnya: awan yang tebal yang ditiup angin lalu menurunkan hujan. karenanya
dapat dirasakan rahmat Allah dengan tumbuhnya biji-biji yang telah disemaikan dan menghijaunya tanaman-
tanaman serta berbuahnya tumbutumbuhan dan sebagainya.
3
Yaitu: dengan seizin Allah dan dengan sekehendak-Nya.
berbagai macam tanaman dan rerumputan, sehingga makhluq lain (manusia dan
binatang) mengambil manfaat darinya. Inilah perumpamaan orang yang menuntut
ilmu, ilmu itu dia simpan dalam dirinya, diamanfaatkan untuk dirinya dan ia berikan
manfaat itu kepada sesamanya (al-alim al-amil al-muallim =mengerti,mengamalkan
dan mengajarkan).
b. Ajaadib
Yaitu tanah hanya mampu menampung air saja, dia sendiri tidak mengambil manfaat
darinya, akan tetapi dengan daya tampungnya, ia mempunyai beberapa manfaat;
memberi minum dan bercocok tanam. Inilah perumpamaan orang yang mendatangi
majlis ilmu, ia mampu menghafal, atau catatannya bagus, meskipun dia sendiri tidak
mengerti untuk apa hafalan dan catatannya itu, akan tetapi, dengan kemampuan
hafalan dan catatan itu, orang lain bisa mengambil manfaat darinya. Lumayan.
c. Qiian
Yaitu jenis tanah yang tidak menumbuhkan sesuatu pun, dan tidak menampung air,
bablas, istilah jawanya : bungentuwo = melebu kuping tengen metu kuping kiwa
(masuk telingakanan, keluar telinga kiri).
Sudah tentu, kita semua ingin termasuk orang-orang yang masuk kategori naqiyyah atau
thayyibah, karenanya:
1. Kita mesti rajin mendatangi majlis-majlis ilmu.
2. Kita harus serius mengikuti perjalanan majlis ilmu itu dengan cara mendengarkan secara
seksama, mencatat, menghafal, mengamalkan dan mengajarkan yang kita dapatkan itu
kepada orang lain.
3. Bila kita datang ke majlis ilmu hanya karena melaksanakan tugas atau kewajiban (seperti
anak kecil dalam ceramah taraweh), tidak mendengarkan, tidak mencatat, boro-boro
menghafal, berarti kita telah memposisikan diri kita menjadi tipe-tipe qian, naudzubillah
min dzalik.
Semoga Allah swt menjadikan kita termasuk golongan para ulama, amilun,atau
mutaallimun, atau mustamiun atau muhibbun lil ilmi, amiiin.


---oooOooo---

Anda mungkin juga menyukai