A. HAKEKAT RIYA Secara etimologi, kata riya berasal dari akar kata ruyah (melihat). Apabila dikatan si Fulan riya, berarti ia melakukan sesuatu yang ingin dilihat atau agar diperhatikan oleh orang lain (mencari perhatian). Adapaun dalam tinjauan terminologi (istilah), riya adalah sikap seseorang yang ingin diperhatikan orang lain dalam melakukan aktivitas kebaikan, dengan tujuan untuk mendapatkan kedudukan, pujian, atau tujuan-tujuan lain yang bersifat duniawi. Dengan kata lain, riya berarti melakukan amal untuk selain Allah SWT. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah motif beribadah. Oleh karena itulah, hadirnya keikhlasan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi. Motif- motif ibadah untuk selain Allah harus disingkirkan sejauh-jauhnya, termasuk diantaranya adalah riya itu sendiri. Bahkan secara spesifik penyakit riya ini dilarang dengan tegas dalam Al-Quran dan Sunnah, karena ia akan menghanguskan nilai ibadah (pahala) kita. Sebagaimana dalam firman-Nya : !,!., _ `.. , lL,. >... . _.l!, _: _.ll _.`, .` !. ,! . _!.l _.`, <!, ,,l > .`: . _ :. . ,ls ', . .,!.! _, .. . _'.1, _ls ,`_: !.. , . < _., 1l _.>l ___ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya, dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang-orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lau menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. #QS.Al-Baqarah (2) : 264#
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Shahbat bertanya : Apa yang dimaksud syirik kecil, ya Rasulullah? Rasulullah menjawab : Syirik kecil adalah riya. #HR. Ahmad#
B. SEBAB-SEBAB RIYA Hal penting yang perlu kita ketahui dalam maslah riya adalah sebab-sebab yang bisa menjatuhkan diri kita dalam penyakit ini.. Di anatara sebab-sebabnya adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan tempat di mana anggota-anggotanya berinteraksi secara intens sehingga yang terjadi adalah saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Apabila seseorang hidup dalam sebuah keluarga yang kental dengan tampilan-tampilan riya, maka sulit untuk tidak jatuh pada penyakit ini, terlebih bagi anak-anak yang mempunyai kecenderungan untuk meniru orang tua. Maka langkah strategis yang harus dilakukan orang tua adalah memberi contoh untuk menjauhi prilaku riya dan memperdalam pengetahuan ajaran Islam, sehingga sang anak tidak terkena penyakit ini. 2. Pengaruh Teman Pergaulan Sebagaimana keluarga mempunyai pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi hitam putihnya prilaku kita, teman pergaulan pun demikian, sehingga Allah SWT senantiasa menganjurkan kepada kita agar menjadikan orang-orang yang shalih sebagai mitra kita atau teman dalam bergaul. Allah telah menggambarkan sebuah penyesalan hambanya yang salah dalam berinteraksi. Allah SWT berfirman : _.l,., _.., l `l .> !. ,l> __ Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dahulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). #QS.Al-Furqaan (25) : 28 #
3. Tidak Mengenal Allah dengan Baik Ketidaktahuan seseorang akan kedudukan keagungan Allah SWT dan kebesaran-Nya akan menghantarkan pada tampilan sikap dalam beribadah kepada- Nya. Maka, mengenal Allah merupakan hal yang urgen sekali, karena dengan cara itulah kita akan terjaga dari kesalahan-kesalahan dalam beribadah kepada Allah, termasuk munculnya penyakit riya. 4. Keinginan yang berlebihan untuk menjadi pemimpin atau meraih jabatan dan kedudukan 5. Ketamakan kepada harta. 6. Kekaguman yang berlebihan dari orang lain. Kekaguman yang berlebihan dari orang lain manakala tidak dikelola dengan baik bias menjadikan orang yang dikagumi membusungkan dadanya dan lupa kepada Allah SWT sehingga timbullah sikap riya. Penyebabnya, ia akan senantiasa mencari celah agar sikap, prilaku, dan ibadahnya senantiasa mendapat sanjungan dari orang lain. 7. Kekhawatiran penilaian yang kurang menyenangkan dari orang lain.
C. DAMPAK SIFAT RIYA Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang tentu dia mempunyai efek negative dalam kehidupan kaum muslimin, baik secara pribadi maupun dalam bentuk amal Islami. Berikut ini adalah dampak negative dari sifat riya : 1. Dampak riya terhadap pelakunya a. Terhalangi dari petunjuk dan taufik Allah SWT, b. Menimbulkan kegoncangan jiwa dan kesempitan hidup, c. Hilangnya kharismatika dirinya pada orang lain, d. Hilangnya profesionalisme dalam bekerja, e. Terjerumus pada sikap ujub, terpedaya, dan sombong, f. Batalnya amal ibadah yang dilakukan, g. Akan mendapat adzab pada hari akhir. 2. Dampak riya terhadap amal Islami Efek negative riya yang paling dominant dalam amal Islami adalah tertundanay banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi beaya pekerjaan yang besar. Hal ini disebabkan, setiap pekerjaan yang dilakukan menunggu sanjungan orang lain yang pada waktu bersamaan akan berimbas pada pembiayaan pekerjaan. Betapa banyaknya pekerjaan-pekerjaan besar yang terbengkalai manakala kaum muslimin terjangkit penyakit ini . Maka, manakala kita mengetahui dampak negatifnya yang begitu besar, baik secara individu maupun kolektif, menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan memusnahkan sifat ini dari diri kita.
C. TERAPI SIFAT RIYA Islam adalah agama yang solutif, sehingga tatkala riya yang merupakan rival keikhlasan, yang dapat membatalkan nilai-nilai ibadah dan amal-amal kita, Islam yidak membiarkan begitu saja tanpa adanya solusi atau terapi untuk memproteksi diri kita dari sifat yang berbahaya ini. Berikut ini adalah terapi sifat riya : 1. Mengetahui dan senantiasa ingat terhadap dampak negatifnya, 2. Menjauhkan diri kita dari berinteraksi social dari orang-orang yang mengidap penyakit riya 3. Mengenal Allah SWT dengan baik, 4. Melakukan perlawanan (jihad) melawan hawa nafsu yang selalu mendorong dan menjatuhkan kita ke dalam pelanggaran-pelanggaran kepada Allah, termasuk riya. 5. Komitmen ternadap akhlak Islam. 6. Berusaha semaksimal mungkin untuk memahami nash-nash Al-Quran dan Sunnah yang melarang sifat riya. 7. Menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sandaran kita dan tempat berlindung.