Sesungguhnya Al-quran Al-Karim dalam tinjauannya yang syamil terhadap alam raya, kehidupan, dan insan telah menjelaskan kepada kita manhaj amaly dalam proses penyiapan ruh insan, pembentukan keimanannya dan tarbiyah kejiwaannya. Allah berfirman : !!., _ `.. , | 1`.. < _-> >l !.! >`, .s >.!:,. -, >l < : _.l ,L-l __ Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. 1 dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar. #QS.Al- Anfal(8):29# !!., _ `.., 1. < `.. , .., >.`, _ _. ...> _-> l . :.. ., -, >l < "s ,> __ Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. #Al Hadid(57):28# _. _`., < _-> .` l>>: _ `, _. ,> . .> , Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.(2) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,(3) #QS.Ath- Tholaaq(65)2-3#
Dari ayat-ayat di atas, kita memahami bahwa takwa kepada Allah SWT adalah kebajikan dan cahaya. Dengan takwa kepada-Nya seorang mukmin bisa membedakan yang haq dan batil. Allah akan memberikan cahaya bagi orang yang bertakwa yang dengannya ia jalan dikalangan manusia kemudian mereka mengikuti petunjuknya dan bersinar dengannya. Akan menemukan jalan keluar meski banyak menemui kesulitan (mengalami cobaan). Sayyid Qutb berkata dalam tafsirnya mengenai firman Allah dalam surat Al-Anfal :29: Inilah bekal dalam mengarungi perjalanan yang panjang Yaitu bekal takwa yang menghidupkan hati dan membangunkannya Yaitu bekal cahaya yang memberi petunjuk bagi hati untuk membelah sudut-sudut jalan sepanjang penglihatan manusia. Cahaya ini tidak bisa ditipu oleh syubhat,
1 Artinya: petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan. dimama mata biasa tidak bisa menembusnya. Itulah bekal ampunan bagi segala dosa. Bekal yang memberikan ketenteraman, kesejukan dan kemantapan. Bekal merenungi nikmat-nikmat Allah Yang Maha Agung di hari bekal-bekal tersebut dibutuhkan dan di hari amal perbuatan manusia berkurang Itulah hakikat sebenarnya: bahwa takwa kepada Allah itu menjadikan furqon dalam hati. Ia bisa membuka jalan-jalan yang bengkok. Tetapi hakikat ini sebagaimana seluruh hakikat aqidah tidak bisa diketahui kecuali oleh orang-orang yang benar-benar merasakannya. Sesungguhnya al haq itu sendiri tidak menutup-nutupi fitrah, tetapi hawa nafsulah yang menolak alhaq dan fitrah. Hawa nafsu itulah yang menyebarluaskan kelaliman, menghalang- halangi penglihatan dan membutakan jalan-jalan kebenaran serta merahasiakan petunjuk. Hawa nafsu itu tidak bisa hanya didorong dan didukung oleh hujjah tetapi ia hanya bisa digerakkan dan ditopang oleh takwa, rasa takut kepada Allah dan muraqabah Allah di saat sepi maupun ramai. Dengan sendirinya furqan itulah yang menyinari hati, menghilangkan kerancuan dan membelah jalan-jalan kebenaran. Apabila takwa mempunyai urgensi seperti di atas. Apakah takwa yang hakiki itu? Bagaimana bias sampai ke arah tingkatan takwa. Takwa adalah hasil yang pasti. Ia adalah buah nyata dari perasaan yang mempunyai keimanan yang dalam. Keimanan ini bersambung dengan muraqabah Allah SWT, takut kepada-Nya dan takut akan marah dan siksaan-Nya dan senantiasa memohon ampunan-Nya dan pahala dari Allah. Atau takwa itu sebagaimana dikatakan oleh ulama adalah: Menjauhi (takut) azab Allah dengan mengerjakan amalan yang shalih dan takut kepada-Nya di saat sepi dan ramai. Berpijak dari sinilah Al Quran sangat memperhatikan fadhilah takwa. Sehingga hampir-hampir orang yang membaca Al-Quran belum sampai membaca satu halaman atau baru membaca beberapa ayat melainkan di situ ia mendapatikata takwa. Dari sinilah para sahabat dan salafush shalih serius memperhatikan takwa. Mereka benar-benar telah mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, bersungguh-sungguh ingin mencapai derajat takwa dan meminta sifat takwa kepada Allah SAT. Dalam suatu riwayat diceritakanbahwa umar Al Faruq bertanya kepada Ubay bin Kaab mengenai apa itu takwa. Ubay bin Kaab menjawab: Bukankah Anda pernah melewati jalan yang berduri? Umar menjawab: Ya benar Ubay berkata: Itulah takwaAtas dasar itulah , Sayyid Qutb berkata dalam tafsirnya Fi Zilalil quran: Itulah takwa. (yaitu ) hati yang sensitif, perasaan yang jernih, ketakutan yang terus menerus (kepada Allah), kewaspadaan yang tidak henti-hentinya dan menjauhi duri-duri jalan. Yaitu jalan kehidupan yang senantiasa diliputi duri-duri jalan, pengharapan yang tak bermakna dan syahwat, ketamakan dan ambisi. ketakutan dan kecemasan dan lain-lain. Takwa adalah sumber akhlak yang mulia. Takwa adalah jalan satu-satunya dalam memberantas kerusakan, kejahatan dan kemaksiatan. Bahkan takwa adalah rukun yang asasi dalam pembentukan jiwa dan akhlak seorang untuk menghadapi suka duka kehidupan, membedakan yang baik atau buruk dan sabar dalam menerima cobaan dan musibah. Namun, jalan untuk mencapai tidaklah mudah. Ada Tahapan yang harus dikerjakan untuk mencapainya.: A. MUAHADAH Firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 91: Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah kalian itu, sesudah meneguhkannya, sedang kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalain perbuat. Kaifiyatul muahadah ialah: Seorang mukmin menyendiri dengan Rabb-nya dan berkata kepada jiwanya:wahai jiwaku, sesungguhnya aku telah menyerahkan janji kepada Allah dalam kegiatan sehari-hari di hadapan Allah SWT dan memanjatkan doa: Hanya kepada-Mu ya Allah aku beribadah dan meminta pertolongan . Tunjukilah aku ke jalan yang lurus (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat bukan jalan orang-orang yang Engkau marahi dan orang-orang yang sesat. Wahai jiwaku. Bukankah dalam munajat yang telah engkau ucapkan di hadapan Allah adalah ikrar dari engkau bahwa engkau tidak akan beribadah kecuali kepada Allah. Engkau tidak akan meminta pertolongan melainkan hanya kepada Allah. Engkau akan iltizam dengan jalan Allah yang lurus.. Ketahuilah wahai jiwaku. Bahwa jalan tersebut adalah Islam. Engkau juga berjanji akan menyingkir jauh-jauh dari jalan orang-orang yang sesat dan dimarahi Allah dari para pemeluk agama selain Islam. J ikalau demikian wahai jiwaku hendaklah engkau berhati-hati jangan sekali-kali engkau mengkhianati janji setelah sebelumnya engkau menjadikan Allah sebagai pengawas. Barang siapa yang sesat maka sesungguhnya ia telah menyesatkan dirinya sendiri. Dan seseorang itu tidak akan menanggung dosa orang lain dan Allah tidak akan menurunkan siksa- Nya melainkan setelah datangnya Rasul. Menurut saya wahai akhi da?iyah sesungguhnya apabila Anda mengikat diri Anda setiap hari untuk iltizam dengan janji-janji ini yang Anda berikan tiap hari dan malam sebanyak tujuh belas kali atau lebih kemudian Anda menepati janji tersebut dan melaksanakannya, maka sesungguhnya Anda mulai naik menuju tangga takwa. Anda berjalan menuju ruhaniyah,. Dan di akhir perjalanan Anda sampai menjadi orang-orang yang bertakwa. B. MURAQABAH. Sebenarnya muraqabah adalah firman SWT dalam surat Asy-Syura ayat 18-19. Allah yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk mendirikan shalat). Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sabda Rasulullah SAW ketika beliau ditanya apa itu ihsan: Yaitu engkau hendaklah beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat Allah. J ika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR.Muslim). Arti muraqabah berdasarkan ayat Allah dan sabda Rasulullah tadi adalah menghadirkan kebesaran dan keagungan Allah di setiap waktu dan kondisi dan muraqabah Allah dalam waktu sendirian maupun waktu ramai. Kaifiyat muraqabah adalah: Hendaklah seorang mukmin memeriksa dirinya sebelum melakukan sesuatu pekerjaan atau di tengah-tengah proses kerja. Apakah pekerjaan ini digerakkan oleh kepentingan pribadi dan mencari sanjungan atau kemasyhuran? Ataukah ini digerakkan oleh keridhaan Allah dan mencari pahala dari-Nya. Apabila pekerjaan tersebut didorong karena Allah maka hendaknya ia terus melangkah ke depan tanpa ragu-ragu. Tapi sebaliknya jika digerakkan hawa nafsu maka sepatutnyalah ia berpaling dari padanya, meninggalkannya dan memperbaharui niat kembali dan bertekad untuk memulai mengerjakan amalan yang baru dengan tajarrud dari semua kepentingan pribadi, ikhlas dan mencari keridhaan Allah semata. Menurut saya itulah ikhlas dan tajarrud yang sebenarnya dan itulah pembebasan yang menyeluruh dari tempat-tempat nifaq dan riya. Imam Hasan Basri semoga Allah merahmatinya- berkata: Semoga Allah merahmati seseorang hamba yang serius memperhatikan niatnya. Apabila niatnya itu Lillah maka ia terus berjalan dan apabila bukan karena Allah ia berhenti tidak meneruskan amalan tersebut. Muraqabah Allah bagi seorang hamba itu bermacam-macam: Muraqabah Allah dalam hal-hal yang mubah, maka muraqabah ini dengan jalan menjaga norma-norma dan mensyukuri nikmat. Sesungguhnya jika kita mempunyai muraqabah Allah sampai ke tingkatan ini maka dengan tidak ragu-ragu lagi kita telah menapaki jalan takwa, melangkah ke jalan ruhaniyah dan di penghujung akhir kita tiba di tempat orang-orang yang bertakwa.