Anda di halaman 1dari 3

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Sholat Berjamaah (Bagian 2-Selasai)

A. Latar Belakang Buletin Gerbang Muhlisin edisi kali ini merupakan kelanjutan edisi sebelumnya yang akan mengulas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sholat berjamaah.

B. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Sholat Berjamaah 3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Mamum a) Mamum yang terdiri hanya seorang sebaiknya berdiri di sebelah kanan imam. Dalilnya:

Saya meninap di rumah bibiku, Maimunah. Maka Nabi pun bangun untuk sholat malam. Saya pun mengikutinya dan berdiri di sebelah kirinya. Maka beliau pegang kepalaku dan menarikku ke sebelah kanannya. (Hadits berasal dari Ibnu Abbas, diriwayatkan oleh Jamaah).

b)

Mamum tidak dibenarkan mendahului takbir atau mendahului gerakangerakan imam sampai imam sempurna mengerjakan. Dalilnya:

Imam itu diadakan adalah agar diikuti. Maka jangan sekali-kali kalian menyalahinya (menyelisihinya). Jika ia takbir, maka takbirlah kalian, jika ia ruku, rukulah kalian dan jika ia mengucapkan samiallohu liman hamidah, katakanlah Allohuma robbana wa lakal hamdu. Jika ia sujud, sujudlah kalian, bahkan jika ia sholat dengan cara duduk, sholatlah kalian selagi duduk pula. (Hadits berasal dari Abu Huroiroh, diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim).

Imam itu diadakan untuk diikuti. Maka jika ia takbir, takbirlah kalian. Dan jangan bertakbir sebelum ia bertakbir. Dan jika ia ruku, rukulah dan janganlah kalian ruku sebelum ia ruku. Dan jika ia sujud, sujudlah dan

janganlah sujud sebelum ia sujud. (Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud).

c)

Hendaknya masing-masing orang berebut mendapatkan barisan (shof) yang pertama dan mengambil tempat di sebelah kanan, tanpa memperhatikan basa-basi pergaulan sehari-hari, yang biasanya mempersilahkan orang lain, apalagi yang dianggap lebih terhormat, untuk maju ke muka sedang dirinya sendiri mengalah untuk mendapatkan shof yang pertama tersebut. Dalilnya:

Sesungguhnya Alloh dan para Malaikat-Nya memberi rahmat serta mendoakan agar supaya orang-orang yang sholat di shof sebelah kanan diberikan rahmat. (Hadits berasal dari Aisyah, diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah).

Majulah dan ikuti saya, sedang orang-orang yang di belakang kalian harus mengikuti kalian juga. Suatu kaum yang suka di belakang tentu akan dibelakangkan pula oleh Alloh Azza Wa Jalla. (Hadits berasal dari Abu Said al-Khudriyi, diriwayatkan oleh Muslim, Nasai, Abu Daud dan Ibnu Majah).

d)

Mendatangi jamaah sholat dengan sikap tenang, jauh dari sikap tergesa-gesa sekalipun jamaah sudah berdiri. Dalilnya:

Pada suatu ketika kami sholat bersama Rosululloh saw, tiba-tiba terdengar suara ribut orang-orang di belakang. Setelah sholat selesai, beliau pun bertanya: Ada apakah tadi ?. Jawab mereka: Kami bergegas agar dapat mengikuti jamaah. Beliau lalu bersabda: Janganlah berlaku yang demikian. Jika kamu mendatangi sholat (jamaah), hendaklah bersikap yang tenang. Mana yang kalian dapatkan dengan jamaah, lakukanlah dan mana pula yang tertinggal sempurnakanlah. (Hadits berasal dari Abu Qotadah, diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim).

4. Mamum Masbuq

Mamum masbuq adalah orang yang mengikuti sholat jamaah yang datang kemudian (menyusul), hingga tidak sempat membaca Quran Surat al-Fatihah pada rokaat tersebut dengan sempurna.

Jika yang bersangkutan masih mendapati ruku-nya imam dengan sempurna, maka ia dinyatakan mendapatkan rokaat tersebut, tetapi jika ia mendapati dan menyusulnya ketika imam telah itidal, maka ia tidak mendapatkan rokaat yang disusulnya. Seorang mamum masbuq harus segera mengikuti gerakan sholat yang dilaksanakan oleh jamaah, tidak boleh berdiam diri menunggu jamaah masuk kepada gerakan rokaat sholat berikutnya. Dalilnya:

Apabila salah seorang di antara kalian mendatangi sholat (jamaah), sewaktu kami sujud, maka hendaklah kalian sujud dan janganlah kalian hitung ia satu rokaat dan barangsiapa yang mendapati ruku bersama imam, maka ia telah mendapatkan satu rokaat. (Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud).

Wallohu alam. [Selesai]

Sumber: Pasha, Musthafa Kamal, Chalil, M.S., Wahardjani. 2003. Fikih Islam Sesuai Dengan Putusan Majelis Tarjih, Citra Karsa Mandiri, Yogyakarta, Halaman 78-82

Anda mungkin juga menyukai