Anda di halaman 1dari 16

Assalamualaikum wr.

wb
Welcome to my ppt, The tittle is :

Imunoteraphy of alergy
BY : Sitty Hardianty Amiruddin NIM : 821 412 079

PENGERTIAN

Imunoterapi spesifik adalah pengobatan yang diberikan untuk berbagai macam penyakit alergi yang disebabkan oleh alergen hirupan dan sengat, pengobatan ini dilakukan dengan cara pemberian ekstrak alergen untuk mencapai toleransi imun terhadap alergen yang menyebabkan gejala alergi pada pasien. Pengobatan ini efektif pada penyakit alergi derajat ringan dan yang tidak responsif terhadap terapi standar. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa imunoterapi merubah pejalanan penyakit, dan menghambat terjadinya asma pada anak dengan rinitis alergika. Imunoterapi spesifik masih merupakan pengobatan pilihan untuk reaksi sistemik pada sengatan tawon dan lebah. Mekanisme yang jelas pada kegunaan imunoterapi masih banyak perdebatan dan perlu penelitian lebih lanjut. Efek pada Sel T regulator kelihatannya adalah yang paling mungkin, berkaitan dengan 2 pergeseran sel B dalam produksi IgG4.

PENJELASAN

Data yang ada saat ini membuktikan bahwa efek imunoterapi memerlukan waktu lama, tetapi begitu tercapai, memberikan perbaikan klinis yang berlangsung lama, sedangkan farmakoterapi, bermanfaat selagi pemberian berlangsung. Tehnik baru imunoterapi saat ini sedang dikembangkan meliputi alergen rekombinan, alergen hipoalergenik, vaksin peptida Sel T, stimulan Th1, dan anti-IgE, yang hasilnya cukup menjanjikan untuk digunakan pada penyakit alergi. Kata kunci: Imunoterapi, imunomodulasi, penyakit alergi, sel T, sel B, IgE, IgG.

Imunoterapi untuk penyakit alergi disebut juga sebagai imunoterapi spesifik karena metode ini memberikan ekstrak alergen yang sensitif pada penderita untuk merubah atau menghilangkan gejala alergi. Keputusan untuk melakukan imunoterapi diperlukan pemeriksaan yang teliti mengenai keadaan penderita dan peran dari alergen. Imunoterapi pertamakali dikembangkan di St Mary Hospital London pada akhir abad ke 19. Prinsip dasarnya banyak ditulis oleh Noon dan Freeman yang masih dianut sampai sekarang. Pada umumnya penderita menerima suntikan ekstrak alergen dimulai dengan dosis yang sangat kecil dan dinaikkan berjenjang setiap minggu sampai dosis rumatan tercapai. Dosis ini diberikan sampai 3-5 tahun.

IMUNOTERAPI UNTUK HIPERSENSITIFITAS TERHADAP SENGAT Walaupun jarang, sengatan lebah dapat menyebabkan anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian. IgE spesifik terhadap sengat dapat ditemukan pada 30-40% individu yang tersengat dan menghilang setelah beberapa bulan. Pada beberapa penderita, IgE ini bertahan beberapa tahun, pada golongan ini sengatan berikutnya akan menyebabkan anafilaksis dan beberapa akan menyebabkan kematian. Keputusan untuk memberikan imunoterapi pada penderita semacam ini harus berdasarkan pemeriksaan yang akurat dan pendalaman yang baik mengenai perjalanan penyakit. Penggunaan sengat murni dalam imunoterapi sengat menunjukkan perbaikan efektifitas imunoterapi untuk hipersensitifitas terhadap sengat. Preparat yang lama menggunakan ekstrak seluruh badan lebah menunjukkan hasil yang sama dengan plasebo. Setelah menggunakan ekstrak sengat murni, terdapat 10% reaksi sistemik ringan terhadap sengatan lebah.

IMUNOTERAPI UNTUK RINITIS ALERGIKA Imunoterapi spesifik sangat efektif untuk Rinitis Alergika terutama jika penyebabnya terbatas. Seperti penggunaan untuk penyakit lain, sangat penting dilakukan pemilihan pasien yang tepat. Efektifitas imunoterapi terhadap Rinitis Alergika musiman (Seasonal Allergic Rhinitis) terutama yang gagal dengan pengobatan konvensional, telah banyak dibuktikan pada beberapa Hal ini sangat kontras dengan pengobatan konvensional yang biasanya berhenti kasiatnya begitu pengobatan dihentikan. Kegunaan imunoterapi untuk rinitis alergi perrenial kurang memuaskan dibanding rinitis alergika musiman. Hal ini mencerminkan lebih kompleksnya faktor penyebab rinitis alergi perrenial. Selain alergi, ada penyebab lain yaitu instabilitas vasomotor, infeksi, dan sensitifitas terhadap aspirin. Beberapa penelitian membuktikan adanya perbaikan toleransi terhadap paparan dengan bulu kucing, baik melalui uji provokasi maupun klinis.

IMUNOTERAPI UNTUK ASMA Imunoterapi untuk asma masih merupakan indikasi utama di beberapa bagian utara Amerika dan Eropa. Obat untuk asma saat ini menurunkan inflamasi dan melonggarkan saluran nafas, tetapi tidak ada satupun yang menyembuhkan, dan gejala asma timbul kembali begitu obat dihentikan. Meta-analisis 1954-1998 menunjukkan kegunaan yang nyata imunoterapi pada asma. Imunoterapi dapat mengurangi gejala asma, penggunaan obat untuk asma dan memperbaiki hipereaktifitas bronkus. Efektifitas imunoterapi bisa disetarakan dengan kortikosteroid hirupan. Kemungkinan terjadinya efek samping renjatan harus diperhitungkan pada imunoterapi. Imunoterapi bisa merubah perjalanan penyakit asma, dan jika diberikan pada awal penyakit alergi yang lain seperti rinitis alergika, dapat merubah perjalanan penyakit, mencegah sensitisasi baru, dan mencegah perkembangan penyakit menjadi asma.

Analisis lain menyimpulkan bahwa imunoterapi dapat berfungsi sebagai imunomodulator, untuk memperbaiki, dan mencegah perkembangan penyakit alergi menjadi asma. Imunoterapi merupakan terapi imunologi yang tersedia saat ini yang bisa mengontrol dan mencegah penyakit alergi. Dan penelitian saat ini membuktikan bahwa imunoterapi adalah aman, efektif, dan murah. Jadi pada masa harga obat mahal seperti saat ini, imunoterapi bisa diberikan pada pasien tertentu. PENGARUH IMUNOTERAPI TERHADAP PERJALANAN PENYAKIT Telah diketahui bahwa sebagian penderita rinitis alergika berkembang menjadi asma. Imunoterapi dapat merubah perjalanan penyakit rinitis alergika menjadi asma. Angka kekambuhan asma dan derajat berat penyakit asma bisa diturunkan dengan imunoterapi. Beberapa bukti menunjukkan imunoterapi mengurangi kejadian sensitisasi terhadap alergen baru. Sebuah penelitian multisenter menunjukkan bahwa imunoterapi dapat mencegah anak alergi berumur 7-13 tahun berlanjut berkembang menjadi asma.
.

KEAMANAN IMMUNOTERAPI Faktor utama yang memberatkan imunoterapi sebagai pengobatan asma adalah adanya efek samping. Di Inggris antara 19571986, 27 reaksi berat telah dilaporkan oleh komite keamanan pengobatan. Terdapat 16 kasus kematian, 16 diantaranya adalah penderita asma. Hal yang sama dilaporkan oleh American Academy of Allergy Asthma and Immunology, kasus kematian imunoterapi kelihatannya sehubungan dengan asma. Angka kejadian reaksi sistemik imunoterapi berkisar antara 5-35%. Penelitian di Surabaya menggunakan imunoterapi untuk asma ringan pada anak selama 3 bulan tidak ditemui efek samping sistemik maupun lokal. Pada umumnya disetujui, imunoterapi tidak dilakukan pada keadaan auto-imun, kelainan jantung, dan penderita yang menggunakan obat antagonis beta.

IMUNOTERAPI BENTUK LAIN Beberapa bentuk lain imunoterapi telah diteliti antara lain: Imunoterapi lokal. Imunoterapi lokal dengan dosis tinggi telah dipakai pada awal pertengahan abad 20. Pada tahun 1998 European Academy of Allergy and Clinical Immunology mengevaluasi publikasi mengenai lokal imunoterapi antara lain imunoterapi nasal, sublingual, dan intrabronkial. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa imunoterapi sublingual dosis rendah juga efektif pada pengobatan asma pada anak. Pada penelitian ini dibuktikan tejadi perbaikan variabilitas PEFR dan penurunan penggunaan obat setelah imunoterapi sublingual selama 3 bulan. Enzyme-Potentiated Desensitisation.

IMUNOTERAPI MASA DEPAN Dengan kemajuan biologi molekuler, penyempurnaan imunoterapi mulai dikembangkan. Teknologi baru imunoterapi Alergen rekombinan Alergen hipo-alergenik Vaksin peptida Sel T Imunostimulan Th1 Komplek alergen-imunostimulan Anti IgE Alergen rekombinan memungkinkan standarisasi alergen yang lebih tepat dan mengatur penggunaan ekstrak terhadap pola reaktivitas yang tidak umum. Sebagian besar penderita alergi bereaksi terhadap komponen alergen yang sama yang disebut common allergen, yaitu alergen yang ditemukan pada serum lebih dari 50% penderita dengan klinis yang serupa terhadap alergen yang sensitif. Sebagian lagi tidak bereaksi tehadap allergen ini sehingga perlu digunakan kombinasi alergen lain yang juga sensitif. Tersedianya alergen rekombinan memungkinkan karakterisasi sensitivitas yang lebih lebar. Tehnologi ini juga memungkinkan dibuat alergen dengan modifikasi molekul tertentu.

Telah dibuat rekombinan trimer yang terdiri dari tiga kovalensi alergen utama birch pollen. Bentuk trimer ini mempunyai alergenisitas rendah walaupun mempunyai epitop sel B dan sel T yang sama, dan dapat menginduksi pelepasan sitokin Th1. Yang sangat menarik, trimer menginduksi IgG seperti yang dihasilkan dengan imunoterapi spesifik konvensional. Vaksin peptida sel T dikembangkan berdasarkan epitop yang diikat oleh IgE tiga dimensi, sedangkan epitop yang dikenali sel T lebih pendek. Dua pendekatan telah dicoba, pertama diberikan dosis besar dari peptida, menyebabkan sel T toleran terhadap dosis besar, kedua dengan memberikan ligan peptida yang telah dirubah. Kedua prosedur memerlukan pemeriksaaan kompleks histokompatibilitas major calon penerima imunoterapi.

Dengan cara perubahan sebagian peptida Der p maka proliferasi klon sel T dihambat, dan menekan ekspresi ligan CD40 beserta produksi IL-4, IL-5 dan IFN-. Sel T yang anergi ini tidak bisa membantu sel B memproduksi IgE, dan yang penting anergi ini tidak bisa dirubah lagi dengan pemberian IL-4 eksogen. Dari pengalaman epidemiologi dan studi eksperimental telah dibuktikan bahwa vaksinasi BCG menyebabkan penurunan reaksi alergi. Dua pendekatan menggunakan vaksin DNA saat ini sedang dalam penelitian intensif. Pertama, menggunakan cytosine-phosphat-guanosine oligodeoxynucleotides (CpG ODN), yang menyerupai DNA kuman. Bahan ini akan merangsang sitokin Th1. Imunoglobulin E memegang peran penting dalam patofisiologi penyakit alergi. Imunoterapi baru yang sedang dikembangkan antara lain anti-IgE.42 Penelitian yang melibatkan banyak subyek berumur 6-76 tahun sedang dilakukan, ternyata hasilnya memuaskan terutama pada penderita asma yang gagal dengan steroid hirupan dosis tinggi.

Pengobatan dengan anti-IgE bermanfaat juga pada pasien yang disertai rinitis alergika.43 Tujuan utama pemberian anti-IgE adalah menghambat peran sentral IgE yaitu menghambat hipereaktivitas tipe I. Hasil akhir pengobatan ini adalah menurunkan IgE tanpa melihat spesifistas alergennya. Jika digabung dengan imunoterapi spesifik, akan meningkatkan efektifitas dan menurunkan efek samping.

kesimpulan

Imunoterapi telah digunakan dalam penyakit alergi lebih dari satu abad. Pada asma dan rinitis alergika yang gejalanya jelas dicetuskan oleh paparan alergen menunjukkan hasil yang baik. Mekanisme imunoterapi bertitik tangkap pada sel T dengan cara menurunkan respons pembentukan IgE terhadap rangsangan allergen. Jika digunakan pada pasien yang tepat, imunoterapi sangat efektif dan aman, tetapi harus tetap memperhatikan adanya efek samping. Perlu seorang yang ahli dalam memberikan imunoterapi dan siap dalam penanggulangan efek samping. Masa depan imunoterapi termasuk pengembangan ekstrak yang terstandardisasi lebih baik, dan penggunaan ekstrak rekombinan. Keduanya akan memberikan pola keamanan yang lebih sempurna. Seiring dengan itu, saat ini sedang dikembangkan ekstrak alergen yang bersifat lebih mengarah modulator imun dengan tujuan pendekatan yang lebih umum untuk penderita yang sensitif terhadap alergen multiple.

SEKIAN Thanks for the Attantion !!


Berusaha, Berdoa, Yakin dan Tawakkal O:) Keep Spirit and Smile !! Ganbatte !! Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai