Anda di halaman 1dari 23

2013

LAPORAN PRAKTIKUM
Instalasi Jaringan & Komputer
SUBNETING

Rizky Shandika P

1102656/2011 || Pendidikan Teknik Informatika || UNIVERSITAS NEGERI PADANG 1/1/2013

A. Tujuan Praktikum
Memahami fungsi dan peranan protokol dalam jaringan komputer. Mampu melakukan pengalamatan (IP Address) pada komputer jaringan. Mampu melakukan pengaturan Subnet Mask pada jaringan lokal. Memahami fungsi subnetting pada jaringan komputer.

B. Alat dan Bahan


PC NIC/LAN card Switch/Hub Kabel Ethernet Straight Trought/crossover

C. Teori Singkat
IP address digunakan sebagai alamat dalam hubungan antar host di internet sehingga merupakan sebuah system komunikasi yang universal karena merupakan metode pengalamatan yang telah diterima di seluruh dunia. Dengan menentukan IP address berarti kita telah memberikan identitas yang universal bagi setiap interface komputer. IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. IP address ini mempunyai range dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai 11111111.11111111. 11111111.11111111. SUBNET MASK Subnet mask adalah istilah yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.

Gambar 1. Cara konfigurasi IP Address dan Subnet mask Penggunaan sebuah subnet mask yang disebut address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut: Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1. Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0. Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/I membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja, baik subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni: Notasi Desimal Bertitik Notasi Panjang Prefiks Jaringan

Desimal Bertitik Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP. Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah: alamat IP www.xxx.yyy.zzz Kelas alamat Kelas A B Kelas Kelas 000 000 Subnet mask (biner) 11111111.00000000.00000000.00000 11111111.11111111.00000000.00000 11111111.11111111.11111111.00000 0.0 .0.0 255.0 Subnet mask (desimal) 255.0. 255.255 255.255.

subnet C mask www.xxx.yyy.zzz 000

Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut: 138.96.58.0, 255.255.255.0

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Formatnya adalah sebagai berikut: /<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier> Kelas alamat Kelas A Kelas B Kelas C 11111111.00000000.00000000 11111111.11111111.00000000 .00000000 11111111.11111111.11111111 .00000000 .00000000 Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal) 255. 0.0.0 255.2 55.0.0 255.25 5.255.0 /8 /16 /24 Prefix Length

Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16. Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua

jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254. Menentukan alamat Network Identifier Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0. Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier. Contoh: Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)

Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000) ------------------------------------------------------------------------------- AND Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

Subnetting Alamat IP kelas A Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.

Jumlah subnet (segmen jaringan) 1-2 3-4 5-8 9-16 17-32 33-64 65-128 129-256 257-512 513-1024 1025-2048 2049-4096 4097-8192 8193-16384 16385-32768 32769-65536 65537-131072 131073-262144 262145-524288 524289-1048576 1048577-2097152 2097153-4194304
Subnetting Alamat IP kelas B Jumlah subn et/ segmen jarin 1-2 3-4 5-8 9-16 17-32 33-64 65-128 129-256 257-512 5131024 10252048 20494096 16384 40978192 8193-

Jumlah subnet bit

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Ju mlah

Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks) 1 255.128.0.0 atau /9 2 255.192.0.0 atau /10 3 255.224.0.0 atau /11 4 255.240.0.0 atau /12 5 255.248.0.0 atau /13 6 255.252.0.0 atau /14 7 255.254.0.0 atau /15 8 255.255.0.0 atau /16 9 255.255.128.0 atau /17 1 255.255.192.0 atau /18 1 255.255.224.0 atau /19 1 255.255.240.0 atau /20 1 255.255.248.0 atau /21 1 255.255.252.0 atau /22 1 255.255.254.0 atau /23 1 255.255.255.0 atau /24 1 255.255.255.128 atau /25 1 255.255.255.192 atau /26 1 255.255.255.224 atau /27 2 255.255.255.240 atau /28 2 255.255.255.248 atau /29 2 255.255.255.252 atau /30
Subnet mask (notasi desimal bertit

Jumlah host tiap subnet 8388606 4194302 2097150 1048574 524286 262142 131070 65534 32766 16382 8190 4094 2046 1022 510 254 126 62 30 14 6 2
Jumlah host tiap su 327 163 819 409 204 102 51 25 12 62 30 14 6 2

gan

et bit

subn ik/ 1 2 /17 3 s)/18 4 /19 5 /20 6 /21 7 /22 8 /23 9 /24

255.255.128.0 atau notasi panjang prefik 255.255.192.0 atau 255.255.224.0 atau 255.255.240.0 atau 255.255.248.0 atau 255.255.252.0 atau 255.255.254.0 atau 255.255.255.0 atau 255.255.255.128 ata 255.255.255.192 ata 255.255.255.224 ata 255.255.255.240 ata 255.255.255.248 ata 255.255.255.252 ata

bnet 66 82 0 4 6 2 0 4 6

0 1 2 3 4

1 u /25 1 u /26 1 u /27 1 u /28 1 u /29 u /30

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B. Subnetting Alamat IP kelas C Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C. Jumlah subnet (segmen jaringan) 1-2 3-4 5-8 9-16 17-32 33-64 Jumlah subnet Subnet mask (notasi desimal bertitik/ b1255.255.255.128 notasi panjang prefik atau /25 2255.255.255.192 atau /26 s) 3255.255.255.224 atau /27 4255.255.255.240 atau /28 5255.255.255.248 atau /29 6255.255.255.252 atau /30 Jumlah host tiap subnet 126 62 30 14 6 2

it

Variable-length Subnetting Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP. Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmensegmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM). Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.

Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmensegmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya. Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bitbit host. VLSM (Variabel Length Subnet Mask) memungkinkan pembagian ruang IP address secara rekrusif, contoh agregasi routingnya sebagai berikut :

D. Langkah Kerja:
1. Siapkan beberapa buah PC yang sudah terpasang NIC, kabel Ethernet straighttrought dan switch/hub. 2. Hubungkan masing-masing PC ke switch/hub menggunakan kabel Ethernet.

3. Lakukanlah pengaturan IP Address dan Subnet mask masing-masing PC sesuai yg dibutuhkan pada praktikum dengan cara mengklik Control Panel -> Network Connections.

4. Klik kanan gambar di atas, kemudian pilih disable. Kemudian klik kanan lagi gambar di atas dan pilih properties, maka akan muncul gambar seperti di bawah ini. Klik ganda Internet Protocol

5. Langkah selanjutnya adalah isi IP Address dan Subnet mask. Komputer yang terhubung pada jaringan komputer adalahh Range IP address 192.168.1.1 dan menggunakan subnet mask 255.255.255.0. 6. Klik OK. Kemudian klik 2x gambar di langkah nomor 3 di atas, maka LAN akan enable.

E. Evaluasi dan Kesimpulan.


1. Kelompok 3 membangun sebuah jaringan LAN sederhana dengan 4 buah PC yang dihubungkan menggunakan Hub/Switch. a. Melakukan konfigurasi IP pada masing-masing PC, yaitu dengan address 192.168.3.50 (Rizky Shandika P), 192.168.4.25 (Noper Ardi), 192.168.4.1 (Futhy Pratiwi), dan 192.168.4.201 (). b. Melakukan command ping ke setiap PC yang telah terhubung.
C:\Users\user>ping 192.168.4.1

Pinging 192.168.4.1 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.4.25: bytes=32 time=1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.25: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.25: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.25: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.4.1: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.4.201

Pinging 192.168.4.201 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.4.201: bytes=32 time=1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.201: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.201: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.201: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.4.201: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.4.25

Pinging 192.168.4.25 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.4.50: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.50: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.50: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.4.50: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.4.25: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 0ms, Average = 0ms

c. Mengecek semua PC yang terhubung dalam LAN yang telah dibuat, da semua PC terhubung dengan baik dengn command net view:

C:\Users\user>net view Server Name Remark

-----------------------------------------------------------------------------\\Futhy \\ardi-PC \\w7 \\w7 The command completed successfully. 2. Futhy Ardi Computer Rizky Shandika P

Menggabungkan semua PC pada praktikum. 4 buah pada masing-masing kelompok terhubung ke sebuah Hub/Switch, kemudian 4 buah Hub/Switch itu digabungkan menjadi jaringan LAN baru. Dengan IP Address dari 192.168.1.1 sampai 192.168.1.16. a. Melakukan tes koneksi ke beberapa PC yang terhubung.
C:\Users\user>ping 192.168.1.2 Pinging 192.168.1.2 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.2: bytes=32 time=3ms TTL=128 Reply from 192.168.1.2: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.2: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.2: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.2: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 3ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.3

Pinging 192.168.1.3 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.3: bytes=32 time=1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.3: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.3: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.3: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.3: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.4

Pinging 192.168.1.4 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.4: bytes=32 time=1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.4: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.4: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.4: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.4:

Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.5

Pinging 192.168.1.5 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.5: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.5: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.5: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.5: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.5: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 0ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.6

Pinging 192.168.1.6 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.6: bytes=32 time=2ms TTL=128 Reply from 192.168.1.6: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.6: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.6: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.6: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds:

Minimum = 0ms, Maximum = 2ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.7

Pinging 192.168.1.7 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.7: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.7: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.7: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.7: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.7: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 0ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.8

Pinging 192.168.1.8 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.8: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.8: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.8: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.8: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.8: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 0ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.9

Pinging 192.168.1.9 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable. Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable. Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable. Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable.

Ping statistics for 192.168.1.9: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),

C:\Users\user>ping 192.168.1.10

Pinging 192.168.1.10 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable. Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable. Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable. Reply from 192.168.1.13: Destination host unreachable.

Ping statistics for 192.168.1.10: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),

C:\Users\user>ping 192.168.1.11

Pinging 192.168.1.11 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.11: bytes=32 time=35ms TTL=128 Reply from 192.168.1.11: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.11: bytes=32 time<1ms TTL=128

Reply from 192.168.1.11: bytes=32 time=26ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.11: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 35ms, Average = 15ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.12

Pinging 192.168.1.12 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.12: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.1.12: bytes=32 time<1ms TTL=64 Reply from 192.168.1.12: bytes=32 time<1ms TTL=64 Reply from 192.168.1.12: bytes=32 time<1ms TTL=64

Ping statistics for 192.168.1.12: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.14

Pinging 192.168.1.14 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.14: bytes=32 time=2ms TTL=128 Reply from 192.168.1.14: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.14: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.14: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.14: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 2ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.15

Pinging 192.168.1.15 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.15: bytes=32 time=1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.15: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.15: bytes=32 time=1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.15: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.15: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 1ms, Average = 0ms

C:\Users\user>ping 192.168.1.16

Pinging 192.168.1.16 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.1.16: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.16: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.16: bytes=32 time<1ms TTL=128 Reply from 192.168.1.16: bytes=32 time<1ms TTL=128

Ping statistics for 192.168.1.16: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),

Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum = 0ms, Maximum = 0ms, Average = 0ms

b. Mengecek semua PC yang terhubung dalam LAN yang telah dibuat, da semua PC terhubung dengan baik.

C:\Users\user>net view

Berikut percobaan subnetting yang dilakukan pada OS Linux Debian : 1) Pengaturan ip adress pada linux debian

Kita atur mode setting jaringan menjadi bridge. 2) Kita atur alamat ip dengan 192.168.1.111

3) Lakukan percobaan ping ke ip windows dengan alamat yg kita setting tadi yaitu 192.168.1.11

4) Lakukan percobaan ping pada PC yg berbeda dengan ip address 192.168.1.12

Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum maka dapat diambil kesimpulan 1. Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja, baik subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau

supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP. 2. Untuk men cek terhubung atau tidak terhubungnya jaringan kita dengan jaringan lain, cara nya ketik netview di CMD maka akan ada pemanggilan ke jaringan yang dituju. 3. Beda antara switch dengan hub adalah kalau hub rawan terhadap pencarian data karena data bias diterima oleh semua alamat tujuan. Sedangkan switch pada saat data masuk maka switch akan memverifikasi data dan menyesuaikan pengiriman data ke alamat yang dituju itu saja. 4. Subnet mask adalah istilah yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama.

5. SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C


192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti: 11111111.11111111. 11111111. 11000000 (255.255.255.192). Penghitungannya: Semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu: Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62 host. Blok Subnet = 256 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128, 192.

Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.

S ubnet H ost Pertama H ost Terakhir B roadcast 92.168.1.63 92.168.1.62 92.168.1.1 92.168.1.0

1 92.168.1.64 1 92.168.1.65 1

1 92.168.1.128

1 92.168.1.192 1 92.168.1.193 1 92.168.1.254 1 92.168.1.255

1 92.168.1.129

1 92.168.1.126

1 92.168.1.190 1 92.168.1.191

1 92.168.1.127

Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah:

Nila Subnet Mask 255.255.255. 128 /25 i CIDR

255.255.255. 192 255.255.255. 224 255.255.255. 240 255.255.255. 248 255.255.255. 252 /30 /29 /28 /27 /26

Anda mungkin juga menyukai