Anda di halaman 1dari 2

19 Februari 15:56 http://perpusbb.blogspot.in/2014/01/peraturan-menteri-no28-tahun-2008.html pp diatas mengatur standar kompetensi pustakawan sekolah http://www.kopertis12.or.

id/tag/uji-publik-draft-revisi-pp-no-74-tahun-2008-tentang-guru pp diatas mengatur tugas guru yg merangkap pustakawan Pustakawan adalah profesi yg memiliki ilmu kepustakawanan hingga jenjang S2. kenyataan yang kita lihat dan hadapi banyak perpustakaan sekolah yg tidang menjalankan fungsi perpustakaan krn beban gurupun sdh cukup berat jika ditambah rangkapan tugas perpustakaam berharap pemerintah dpt meninjau kembali rancangan perubahan yang madih uji publik agar 2 profesi ini berdiri sendiri dan pustakaean sekolah diakui ekuivalen 24 jam sehingga bisa fokus mengembangkan perpustakaan sekolah sebagai pusat informasi dam media belajar sama halnya dengan negara2 maju yang menjadikan perpustakaan sebagai media informasi dan ilmu mungkin nggak ya pak mimpi dan keinginan saya agar profesi kita bisa lebih diperhatikan dan lebih dihargai dengan keinginan yg saya uraikan diatas Dear Rachma, Terimakasih atas rujukan yang diberikan. Sebenarnya saya pribadi tentu tidak dapat mengubah apa yang sudah ada, tetapi jika pustakawanpustakawan mau bersatu dalam asosiasi yang bersama-sama memperjuangkan aspirasi mereka, pasti akan ada perubahan. Intinya adalah: sekolah/sistem pendidikan di Indonesia memerlukan seseorang yang sekaligus memiliki pengetahuan pedagogi dan perpustakaan. Di negara-negara yang sudah menyadari pentingnya Perpustakaan Sekolah (mis. Australia), memang ada orang yang memenuhi kategori ini, dan disebut Guru-Pustakawan (teacher-librarian) atau Pustakawan-Guru. Persoalannya: bagaimana mencapai status/peringkat ini? Di Australia, status ini dicapai dengan pendidikan formal. Artinya, setiap Guru-Pustakawan harus punya gelar S-2 sebelum boleh bekerja di sekolah. Artinya lagi, S-1 mereka bisa dari Perpustakaan dan bisa dari Guru. Di Indonesia, jalur pendidikan formal ini akan memberatkan dari segi waktu dan biaya. Bayangkan jika semua guru dan semua pustakawan yang ingin menjadi Guru-Pustakawan harus sekolah lagi untuk mencapai S-2. Berapa yang sanggup? Padahal, Indonesia membutuhkan SEGERA profesi Guru-Pustakawan ini. Itulah sebabnya, revisi PP no 74 tentang Guru akan dijadikan "jalan masuk" untuk secepat-cepatnya memproduksi guru-pustakawan. Tentu saja, revisi ini didasarkan pada kepentingan profesi guru, sebab PP-nya juga tentang guru.

Kita tidak dapat "melawan" upaya revisi ini, tetapi justru harus merevisi Peraturan Menteri tahun 2008 tentang Perpustakaan agar sedemikian rupa dapat mendukung argumentasi bahwa Pustakawan juga bisa menjadi Pustakawan-Guru, sebagaimana halnya guru bisa menjadi Guru-Pustakawan. Untuk upaya ini, diperlukan gerakan bersama. Tidak bisa sendiri-sendiri, dan apalagi tidak bisa hanya saya sendiri yang memikirkannya Mudahmudahan ini menjawab kegalauan Rachma Pak ada keinginan dari saya untuk mengangkat permasalahan ini pada rakor IPI di tingkat propinsi kaltim yang rencananya akan diadakan pada akhir februari atau awal maret 2014. Berlebihan nggak ya.. Mengingat saya hanya pustakawan di sekolah dgn basic pendidikan hanya diploma 3 dan sdh menggeluti perpustakaan dari tahun 2009 untuk tingkat sd smp dan sma. Website perpus yg saya kelola www.perpusbb.blogspot.com

Berlebihan sih enggak, tetapi Rachma mungkin harus menerima kenyataan bahwa latar belakang pendidikan diploma akan dianggap "bukan pustakawan" di kalangan Departemen Pendidikan, melainkan "teknisi perpustakaan". Jadi, jangan tersinggung atau heran kalau (mungkin) ada teman-teman yang memandang remeh diploma. Ada baiknya Rachma menggalang dukungan dari teman-teman yang lain. Jangan sendirian. Terima kasih atas sarannya pak. Berharap kelak perpustakaan sekolah bisa dijadikan sumber belajar dan sumber informasi sama seperti dinegara2 maju lainnya. Semoga kelak bapak masih berkenan meluangkan waktu jika ada hal yang ingin saya tanyakan. Terima kasih

Silakan, Rachma. Mudah-mudahan bisa membantu. Selamat bekerja.

Anda mungkin juga menyukai