[MATA KULIAH : TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN RAMAH LINGKUNGAN] Dosen Pengampu : Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Roza yusfiandayani Nora Akbarsyah/C451130061/Teknologi Perikanan Laut/ FPIK IPB/2014
Page 2
1. Bagaimana trend pengelolaan perikanan tangkap dengan menggunakan FAD di Indonesia Fish Aggregating Device (FAD) adalah alat bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul di suatu tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan. Prinsip lain penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan ikan tersebut mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki. Faktor yang menyebabkan ikan berkumpul di sekitar rumpon karena tertarik terhadap benda-benda terapung (thigmotaxis) kemudian karena keperluan mencari makan. Ikan-ikan tersebut mencari makanan atau mangsa yang kemudian didapatkan di sekitar rumpon. Kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya akumulasi individu-individu ikan menjadi kawanan ikan yang didukung oleh sebuah jaringan makanan (foodweb) dan konstruksi rumpon, terutama bagian atraktor. Pada sekitar tahun 80 - 90 an sampai awal tahun 2000 , penggunaan FAD masih berorientasi pada pengumpulan ikan sebanyak - banyaknya pada suatu tempat tertentu yang kemudian dapat memudahkan nelayan dalam mencari dan menangkap ikan. Menurut Atapattu (1991) dalam DKPMM (2011) tujuan utama penggunaan rumpon adalah untuk membantu meningkatkan laju tangkap sehingga dapat mengurangi biaya produksi, apabila waktu untuk mencari gerombolan ikan berkurang maka biaya operasi kapal akan berkurang pula, selain itu juga berfungsi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan serta memudahkan operasi penangkapan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon. Pada tahun - tahun tersebut, penggunaan FAD dapat meningkatkan hasil tangkapan. Hal ini dipaparkan oleh Effendi (2002) bahwa penggunaan rumpon dapat meningkatkan hasil tangkapan bagan apung sebesar 71,04%. Pada saat itu penangkapan dengan menggunakan FAD sangat menguntungkan para nelayan dan industri yang bergerak di bidang penangkapan. Melimpahnya hasil tangkapan dapat memberikan banyak pemasukan keuangan. Hal ini berdampak pada penangkapan yang berlebihan, yang kemudian akan mengancam tersedianya sumberdaya ikan didalam perairan. Selain itu penggunaan rumpon juga memicu konflik baik antar nelayan dlam satu Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Roza yusfiandayani Nora Akbarsyah/C451130061/Teknologi Perikanan Laut/ FPIK IPB/2014
Page 3
daerah, nelayan antar wilayah, sampai dengan antar negara. Pada tahun 1996, Direktorat Jenderal Perikanan mengemukakan beberapa permasalahan yang timbul pada nelayan di wilayah Sulawesi dan Irian Jaya akibat penggunaan rumpon baik pada taraf regional, nasional, hingga internasional adalah sebagai berikut : Hasil tangkapan nelayan purse seine Filiphina jauh lebih banyak dari pada hasil tangkapan nelayan pancing ulur nelayan plasma Maluku dan Irian Jaya Ketidak seimbangan Lokasi pemasangan rumpon laut dalam milik perindustrian Filiphina yang terpasang hampir di seluruh ZEE Laut Sulawesi dan Pasifik, sedangkan rumpon milik BUMN hanya terpasang di beberapa tempat di perairan Maluku dan di perairan utara Irian Jaya. Pembatasan jumlah rumpon oleh Direktorat Jenderal Perikanan cenderung tidak dihiraukan, sehingga terjadi situasi padat rumpon yang selanjutnya di khawatirkan dapat mengganggu ruaya ikan dan pengoperasian pole and line milik nelayan maluku. Rumpon yang dipasang oleh perusahaan lepas pantai dari Jawa Barat dan perusahaan lepas pantai dari Flores dan Timor dirasa mengganggu nelayan setempat, sehingga menimbulkan konflik sosial. Demi menanggulangi konflik yang terjadi di masyarakat dalam pengelolaan perikanan berbasis rumpon tersebut, maka Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa peraturan secara nasional tentang rumpon berupa SK Mentan No. 51/Kpts/IK.250/1/97. Selain berdasarkan keputusan tersebut, pemerintah juga mengadopsi peraturan internasional tentang Code of Conduct for Responsible Fishing (CCRF) yang memuat beberapa aspek yaitu sebagai berikut : Aspek pengelolaan perikanan (Fisheries Management) Aspek operasi penangkapan ikan (Fishing Operations). Aspek pembangunan akuakultur (Aquaculture Development). Aspek integrasi perikanan ke dalam pengelolaan kawasan pesisir (Integration of Fisheries into Coastal Area Management) Aspek praktek-praktek pasca panen dan perdagangan (Post-Harvest Practices and Trade) Namun, pada dewasa ini stok sumberdaya ikan pada beberapa wilayah pengelolaan perikanan berada pada kondisi tereksploitasi penuh atau bahkan Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Roza yusfiandayani Nora Akbarsyah/C451130061/Teknologi Perikanan Laut/ FPIK IPB/2014
Page 4
mengalami penangkapan berlebih. Saran kebijakan kepada pemerintah yang diajukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mensyaratkan penurunan atau paling tidak jangan lagi menambah tekanan terhadap sumberdaya yang ada saat ini. Hal ini mengakibatkan pembelokkan orientasi pemasangan FAD yang awalnya sebagai alat pengumpul ikan sehingga nelayan mudah melakukan penangkapan beralih menjadi sarana konservasi untuk mengembalikan jumlah sumberdaya ikan yang telah mendekati kolaps. Sesuai dengan uraian yang disampaikan oleh Sondita (2011) bahwa pemanfaatan rumpon sebagai alat untuk mengelola perikanan yaitu dipergunakan sebagai alat untuk memantau status stok ikan, dasar penetapan jumlah ikan yang boleh ditangkap (total allowable catch), penetapan kawasan dan musim penangkapan ikan (fishing area), penetapan kawasan konservasi dan no-take zone area. Sampai dengan saat ini, rumpon di fungsikan tidak hanya sebagai alat yang dapat membantu operasi penangkapan ikan, tetapi juga dapat meningkatkan produktivitas hasil tangkapan. Semakin bertambahnya waktu pemanfaatan rumpon menjadi semakin intensif dan sampai saat ini masih dianggap cara yang paling baik untuk memastikan produksi ikan berjalan dengan baik, dan nelayan tidak kekurangan akan hasil tangkapan. Perspektif yang berkembang saat ini adalah pemanfaatan rumpon yang di orientasikan pada peningkatan produksi.
2. Bagaimana sebaiknya WPP diberdayakan sebagai satuan spasial pengelolaan di Indonesia. Melihat cakupan area perairan Indonesia yang dikelola sangatlah luas, maka diperlukan metode yang tepat untuk diterapkan dalam pengelolaan, salah satunya adalah dengan membaginya menjadi beberapa wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Pembagian WPP ini dimulai sejak tahun 2009, berdasarkan Permen Kelautan Perikanan Republik Indonesia No. PER.01/MEN/2009, tentang wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Adapun Tujuan dari pembagian wilayah ini selain untuk memudahkan pengelolaan dan program pengembangan wilayah pesisir juga untuk mengurangi kemungkinan konflik yang terjadi antar nelayan maupun antar stakeholder, karena batasan wilayah penangkapan masing - masing daerah telah ditandai dengan jelas. Sisi positif dari Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Roza yusfiandayani Nora Akbarsyah/C451130061/Teknologi Perikanan Laut/ FPIK IPB/2014
Page 5
pengelolaan menurut WPP adalah proses pengeloaan menjadi mudah karena dilakukan perwilayah. Selanjutnya peraturan pengelolaan dapat disesuaikan dengan keadaan wilayah dan adat daerahnya masing - masing. Apabila bicara tentang pengelolaan dan pengembangan wilayah perikanan maka tidak akan lepas dari masyarakat khususnya nelayan yang menjadi subyek utama/pelaku pengembangan. Sebagai pelaku utama seharusnya nelayan mempunyai kompetensi atau pengetahuan yang lebih mengenai pengelolaan. Sebenarnya kendala terbesar negara Indonesia dalam mengelola wilayah perairan adalah pada kompetensi sumberdaya manusia. Konflik di beberapa daerah yang disebabkan perebutan wilayah secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk kurang menyebarnya pengetahuan tentang keadaan perairan. Keadaan tersebut dapat meliputi jumlah sumberdaya ikan (stok) yang tersedia, sehingga apabila tidak ada manajemen penangkapan yang tepat maka akan menyebabkan over-exploited dalam kurun waktu yang cepat. Ketidak tersediaan sumber daya ikan di suatu wilayah akan berdampak pada penurunan hasil tangkapan dari nelayan. Penurunan hasil tangkapan secara langsung akan menyebabkan turunnya pendapatan. Sehingga nelayan akan berusaha agar pendapatan nya tetap dengan cara mencari hasil tangkapan yang relatif sama dengan hasil tangkapan pada saat sumber daya ikan masih tersedia di wilayahnya. Salah satu cara yang digunakan adlah dengan menangkap ikan diluar wilayahnya sendiri. Hal inilah yang sering memicu konflik antar nelayan. Konflik nelayan yang berkepanjangan akan mengganggu jalannya program - program yang telah direncanakan dan sedang di lakukan dalam proses pengelolaan wilayah perikanan. Maka dari itu sebaiknya pengelolaan wilayah perikanan juga memperhatikan aspek SDM dari pengelola langsung wilayah perikanan. Alangkah baiknya apabila pengembangan wilayah pengelolaan perairan juga dibarengi dengan pengembangan pendidikan sumberdaya manusia serta pengembangan masyarakat nelayan. Pembangunan masyarakat desa ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan kesengsaraan yang biasa terjadi pada nelayan Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Roza yusfiandayani Nora Akbarsyah/C451130061/Teknologi Perikanan Laut/ FPIK IPB/2014
Page 6
serta mengaktifkan kembali dan meningkatkan peran kelembagaan di dalam masyarakat nelayan. Untuk mewujudkan pengelolaan wilayah perikanan, tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, tetapi juga membutuhkan sarana prasarana yang menunjang. Adapun sarana tersebut termasuk adanya SDM, kelembagaan, produk hukum dan perundang - undangan, sistem informasi manajemen. Pengembangan sistem informasi dibidang perikanan kelautan terutama di wilayah pesisir dapat meliputi banyak hal seperti menyusun tata ruang kelautan, menentukan tingkat pemanfaatan sumberdaya alam, menentukan tingkat kerusakan lingkungan (dalam bentuk pencemaran, erosi/abrasi, perubahan bentang alam, dan lain - lain). Selain itu pengembangan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi di wilayah pesisir dan lautan sangat berperan dalam keberhasilan pembangunan. Salah satu contoh dari ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kelautan dan perikanan adalah teknologi penginderaan jauh.
3. Jelaskan tentang bentuk pengembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia Teknologi penangkapan ikan dewasa ini telah mengalami modifikasi yang cukup banyak. Baik modifikasi oleh nelayan sendiri maupun berdasarkan hasil rekayasa alat oleh peneliti. Arimoto (2000) dalam artikel di Indonesia Maritime Institut mengemukakan tentang pengembangan teknologi penangkapan ikan saat ini telah di orientasikan tidak hanya pada tujuan meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga ditujukan untuk memperbaiki proses penangkapan (capture process), kemudian untuk mengurangi pengaruh penangkapan (fishing impact) terhadap lingkungan serta keragaman hayati (bio-diversity). Dewasa ini perairan Indonesia banyak diisukan telah dalam keadaan over exploited. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim pengkaji WPP RI tahun 2011, bahwa teknologi penangkapan ikan yang digunakan di Indonesia adalah pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Nilai Komposit Teknologi Penangkapan Ikan di Indonesia Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Roza yusfiandayani Nora Akbarsyah/C451130061/Teknologi Perikanan Laut/ FPIK IPB/2014
Page 7
Sumber : Laporan Perkembangan WPP-RI 2011 Adapun hasil diatas di dapat dari beberapa aspek yang menjadi kriteria penilaian yaitu Fishing capacity, selektivitas alat tangkap, Metode Penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau illegal, kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal, modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan, dan sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan (Laporan perkembangan WWP-RI, 2011). Telah banyak dilakukan perekayasaan baik dalam alat tangkap maupun alat bantu penangkapan yang dilakukan oleh pelaku penangkapan dan pengelolaan sumberdaya ikan. Untuk mengatasi kesulitan para nelayan akan mencari hasil tangkapan ikan karena sumberdaya yang semakin sedikit, maka upaya yang dilakukan adalah dengan mendeteksi keberadaannya dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh (satelit, Akustik). Selain itu, perekayasaan habitat ikan buatan yaitu dengan pemasangan rumpon di perairan yang sangat signifikan dapat meningkatkan produktivitas dari perairan.
Daftar Pustaka Dahuri, R., Jacub R, Sapta PG, M.J. Sitepu.2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta (ID). PT. Pradnya Paramita. Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Roza yusfiandayani Nora Akbarsyah/C451130061/Teknologi Perikanan Laut/ FPIK IPB/2014
Page 8
Direktorat Sumberdaya Ikan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, WWFIndonesia dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. 2011. Keragaan Pendekatan Ekosistem Dalam Pengelolaan Perikanan (Ecosystem Approach to Fisheries Management) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. Jakarta (ID).KKP.Effendi, I. 2002. Pengaruh Penggunaan Rumpon Pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. http://dkpmm.blogspot.com/2011/04/pembentukan-daerah-penangkapan- ikan.html. Di Unduh 2014 Juni 1; Bogor, Indonesia http://mukhtar-api.blogspot.com/2012/11/kebijakan-pengelolaan-perikanan- tangkap.html. Di Unduh 2014 Juni 1; Bogor, Indonesia. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.01/Men/2009 Tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta (ID).KKP. Rumpon Elektronik, Buah Tangan IPB Untuk Nelayan. indomaritimeinstitute. org/2011/07/rumpon-elektronik-buah-tangan-ipb-untuk-nelayan/.Di Unduh 2014 Juni 1; Bogor, Indonesia. Satria, A. 2002.Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta (ID). Cidesindo. Sondita, F.A.2011. Sebuah Perspektif: Rumpon Sebagai Alat Pengelolaan Sumberdaya Ikan [Ulasan].Institut Pertanian Bogor : P 141-152.
Proses Identifikasi Potensi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Pulau Lingayan Di Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, Dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) Jakarta Pusat