Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA


SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

TA. HAYATI

Oleh :
Raditya Putra I. R.
08.024

AKADEMI ANALIS FARMASI & MAKANAN


YAYASAN PUTRA INDONESIA MALANG
2010
PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA

Bakteri Typus (Salmonella Thypi)


1. Klasifikasi Salmonella thyposa

Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Classis : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Familia : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella thyposa
2. Deskripsi

Salmonella adalah suatu genus bacteria enterobakteria gram negatif


berbentuk tongkat yang mengakibatkan penyakit paratifus, tifus, dan penyakit
foodborne. Species-species salmonella bisa bergerak bebas dan menghasilkan
hidrogen sulfide. Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan
bila masuk melalui mulut. Bakteri ini ditularkan dari hewan atau produk hewan
kepada manusia dan menyebabkan enteritis, infeksinsistemik,dan demam
enternik.Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan
panjangnya bervariasi. Kebanyakan species bergerak dengan flagel peritrih.
Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan sukrosa
dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dari glukosa dan
manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan masa yang lama.
Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium
tetrationat, dan natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman koliform
dan karena itu bermanfaat untuk isolasi salmonella dari tinja
Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab salmonella
adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak. Pada uji
pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu, yang
membuat semua gram negative menjadi berwarna merah/merah muda. Pengujian
ini berfungsi mengelompokkan kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan
struktur dinding sel mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat
patogen ( penyebab penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme
inang. Sifat patogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel
gram negative terutama lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai endotoksin.
3. Dasar-dasar Virulensi Salmonella thyposa:
1. Memiliki endotoksin yang menyebabkan berbagai gejala toksis termasuk
demam, leucopenia, pendarahan, hipotensi, dan koagulasi intravaskuler yang
tersebar.
2. Beberapa mengeluarkan eksotoksin.
3. Dibantu oleh daya antifagositosis.
4. Kemampuan untuk tetap hidup di dalam makrofag tanpa diketahui
mekanismenya.
Salmonella thyposa bersifat infektif terhadap manusia dan infeksi
organisme ini berarti ditularkan dari sumber manusia. Tetapi, sebagian besar
salmonella bersifat patogen bagi binatang yang merupakan sumber untuk infeksi
bagi manusia. Binatang-binatang ini meliputi unggas,babi, binatang pengerat,
sapi, kura-kura sampai burung kakaktua.Di antara faktor-faktor yang
menyebabkan resisten terhadap infeksi salmonella adalah keasaman lambung,
jasad renik flora usus normal dan daya tahan usus.Pada manusia, salmonella
menimbulkan beberapa macam penyakit utama, tetapi sering juga ditemukan
bentuk campuran:
4. Demam Enterik
Salmonella yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke kelenjar
getah bening lalu dibawa aliran darah. Kemudian kuman dibawa oleh darah
menuju berbagai organ termasuk usus di mana organisme berkembang biak dalam
jaringan limfoid dan diekskresi dalam tinja. Setelah masa inkubasi 10-14 hari,
timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi. Demam sangat tinggi, limpa serta
lever menjadi besar. Pada beberapa kasus terlihat bintik-bintik merah yang
berlangsung sebentar. Jumlah sel darah putih normal atau rendah. Pengobatan
dengan khloramfenikol atau ampisilin telah mengurangi angka kematian kurang
dari 1%. Kadang-kadang Salmonella thyposa resisten terhadap obat-obat tersebut
dan memberi reaksi terhadap trimetoprim-sulfametoksazol

Enterokolitis
Merupakan gejala yang paling sering dari infeksi Salmonella. Setelah
makan Salmonella, 8 hingga 48 jam, timbul mual, sakit kepala, muntah dan diare
yang hebat, dengan beberapa lekosit dalam tinja tetapi jarang terdapat darah.
Biasa terdapat demam ringan tetapi biasanya kejadian ini sembuh dalam 2-3 hari.
Gejala lain, biasanya diawali dengan demam lebih dari seminggu, pada awalnya
seperti terkena flu(tanpa batuk dan pilek). Hanya saja, demam tifus muncul pada
sore dan malam hari dan tidak juga turun meskipun sudah minum obat penurun
demam/panas. Yang kedua, lidah yang terlihat berselaput putih susu di bagian
tengah. Bila semakin parah, lever dan limpa bisa membengkak. Penyakit ini bisa
berkomplikasi pada usus sehingga mengalami luka.Sementara itu, yang sering
menipu, suhu tubuh sering mendadak turun sehingga penderita menganggap
sembuh.
A. Tujuan
Untuk mengetahui aktivitas antimikroba dan Serbuk Herbal Cap Bunga Siantan
terhadap bakteri uji Salmonella typtiosa ATCC 14028 dengan penentuan Kadar Hambat
Minimal (KHM) dan metode dilusi.

A. Alat
Otoklaf, Inkubator, Lemari pendingin, Oven, Neraca analitik, Vortex, Pipet
Eppendorf, penanga air, sengkelit, inset, lampu spiritus, alat-alat gelas dan lain-lain.

C. Bahan
1. Bahan uji : Serbuk Herbal Cap Bunga Siantan dari PT Ruslindo Anugerah Alam
Sejahtera.
2. Bakteri uji: Salmonella typhosa ATCC 14028
3. Media: Nutrien agar steril, Mueller Hinton agar steril
4. Bahan lain : akuades steril, NaCl 0,9 % steril, suspensi McFarland III

Gamabar. serbuk herbal siantan


D. CARA KERJA
1. Pembuatan Larutan Uji
a. Ditimbang 10,0 g bahan uji kemudian dilarutkan dengan akuades hingga volume
100 ml sehingga didapat konsentrasi jamu 100 mg/ml.
b. Larutan uji dipekatkan 10x-nya sehingga diperoleh konsentrasi 1000 mg/ml di atas
waterbath.
c. Larutan uji disterilkan dengan otoklaf selama 5 menit.
d. Larutan uji diencerkan dengan metode pengenceran kelipatan dua dengan akuades
steril sehingga diperoleh konsentrasi 500; 250;125; 62,5; 31,25; 15,62; 7,81; 3,91;
1,95 mg/mI.
2. Pembuatan lnokulum Bakteri
Bakteri uji diinokulasi dalam agar nutrien miring dan diinkubasi pada suhu
37°C selama 18-24 jam. Biakan kuman yang telah berumur 18-24 jam diambil
beberapa sengkelit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 2 ml NaCl 0,9 %
steril sehingga kekeruhan sebanding dengan suspensi McFarland Ill, kemudian
dilakukan pengenceran hingga diperoleh konsentrasi kuman 106 kuman/ml.

3. Penentuan Kadar Hambat Minimal (KHM) Terhadap Bakteri


Pada percobaan ini pengukuran KHM dilakukan dengan menggunakan metode
penipisan lempeng agar, dengan cara sebagai berikut:
Untuk semua konsentrasi larutan uji dilakukan sebagai berikut:
Pada 4 ml agar Muller Hinton yang masih cair ditambahkan 1 ml larutan uji.
Digoyangkan perlahan hingga homogen dan segera dituangkan ke dalam cawan petri
steril yang berdiameter 5 cm, setelah itu dibiarkan hingga membeku. Lempeng agar
yang telah membeku tersebut kemudian diinokulasikan dengan inokulum bakteri
sebanyak 2 sengkelit dengan menggunakan ose dan diinokulasikan pada permukaan
lempeng agar, kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37°C.
Pada larutan uji dibuat 3 macam kontrol yaitu:
a. Kontrol media, terdiri dari 4 ml agar Mueller Hinton
b. Kontrol larutan uji, terdiri dari 4 ml agar Mueller Hinton dan I ml larutan uji,
tanpa inokulum bakteri
c. Kontrol bakteri, terdini dari 4 ml agar Mueller Hinton yang diinokulasi dengan
inokulum bakteri tanpa larutan uji.
Pembacaan hasil percobaan didasarkan atas ada atau tidaknya pertumbuhan
kuman. KHM ditentukan oleh konsentrasi larutan uji terkecil yang masih dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
4. Penentuan Diameter Zona Hambat Terhadap Bakteri Uji
a. Penyiapan lempeng agar lapisan dasar
Sebanyak 15 ml media agar nutrien steril yang masih cair dituang secara
aseptis ke dalam cawan petri steril diameter 9 cm dan dibiarkan membeku.
b. Pembuatan lapisan perbenihan
Masukkan 1,0 ml inokulum bakteri ke dalam tabung reaksi steril, lalu
tambahkan 4 ml agar Muller-Hinton yang masih cair, homogenkan, lalu
masukkan ke dalam agar lapisan dasar dan biarkan membeku.
c. Penentuan diameter zona hambatan
Silinder steril diletakkan secara aseptis di atas permukaan lapisan
perbenihan yang telah membeku. Sebanyak 100 ul larutan uji diteteskan ke
dalam silinder dengan menggunakan pipet ependorf, lalu diinkubasi pada suhu
37oC selama 24 jam. Zona hambatan yang terbentuk diukur dengan jangka
sorong.
d. Pembacaan Hasil
Pembacaan hasil percobaan didasarkan atas ada atau tidaknya zona hambatan yang
terbentuk disekeliling silinder dan dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu:
• Zona hambatan total, yaitu apabila zona hambatan yang terbentuk di sekeliling
silinder terlihat jernih.
• Zona hambatan parsial, yaitu apabila zona hambatan yang
terbentuk masih memperlihatkan beberapa koloni bakteri.
• Zona hambatan no!, yaitu apabila tidak ada zona hambatan yang terbentuk
disekeliling silinder.
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1
Kadar Hambat Minimal dan Larutan uji terhadap bakteri Salmonella
typhosa ATCC 14028
Konsentrasi Percobaan
1 2
Nomor Cawan (mg/ml)
1 200 - -
2 100 - -
3 50 + +
4 25 + +
5 12,5 + +
6 6,25 + +
7 3,125 + +
8 1,560 + +
9 0,780 + +
10 0.390 + +
Kontrol Media -
Kontrol Uji -
Kontrol Kuman +
Nilai Kadar Hambatan Minimal (KHM) adalah 100mg/ml

Tabel 2
Diameter Zona Hambatan dari Larutan jamu terhadap bakteri Salmonella typhosa ATCC
14028
Diameter zona hambatan (mm)*
Konsentrasi Larutan Uji (mg/ml)
Nomor percobaan
200 100
1 14,10 12,30
2 14,50 12,75
3 13,95 12,64
4 14,25 12,25
5 14,34 12,63
6 14,70 12,42
Diameter zona hambatan rata-rata konsentrasi 100 mglml adalah 12,498 mm
sedangkan pada konsentrasi 200 mg/mI adalah 14,307 mm.
Keterangan: * Zona hambatan parsial

F. PEMBAHASAN
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahul aktivitas antimikroba dari jamu serbuk
herbal Cap Bunga Siantan terhadap bakteri Salmonella typhosa ATCC 14028.
Kuman uji yang digunakan adalah kuman uji yang berumur 18 sampai 24 jam,
karena pada umur tersebut kuman berada dalam fase petumbuhan aktif. Pada umumnya
kuman yang tumbuh cepat dan aktif Iebih peka terhadap antibakteri daripada dalam
keadaan istirahat.
Pada penelitian ini digunakan dua metode, yaitu metode difusI dan metode dilusi.
Untuk metode difusi digunakan cara silinder, karena volume larutan uji yang diteteskan
adalah 100 ul. Untuk metode dilusi digunakan cara penipisan lempeng, bukan dengan
cara pengenceran serial dalam tabung. Hal ini dilakukan karena larutan uji yang
digunakan sudah keruh, sehingga pengamatan yang didasarkan pada kekeruhan tidak
dapat dilakukan.
Larutan uji yang digunakan dibuat dengan melarutkan serbuk dalam air hangat
(dengan menyeduhnya). Adapun alasan pemilihannya karena bentuk sediaan pada saat
dikonsumsi adalah dengan cara menyeduhnya.
Pada penentuan Kadar Hambat Minimal (KHM), dari serbuk herbal Cap Bunga
Siantan adalah 100 mglml. Hal mi berarti konsentrasi terkecil yang dibutuhkan oleh
larutan uji untuk menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa ATCC 14028
adalah 100 mg/mI.
Pada penentuan zona hambatan dari serbuk herbal Cap Bunga Siantan, digunakan
konsentrasi larutan uji sebesar 100 mg/ml dan 200 mg/ml. Dari hasil tersebut diperoleh
bahwa larutan uji memberikan zona hambatan parsial, yaitu zona hambatan yang
terbentuk masih memperlihatkan beberapa koloni bakteri. Hal ini menunjukkan adanya
strain dan mikroba uji yang resisten terhadap larutan uji. Penelitian ini digunakan metode
dilusi untuk penentuan KHM ( Konsentrasi Hambat Minimum ) serta metode difusi untuk
penentuan zona hambatan.
Pada penelitian ini ditentukan KHM terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan Zona
Hambat, dimana setelah ditemukanya nilai KHM 100 mg/ml dan 200 mg dilanjutkan
dengan penentuan zona hmabat dan dilakukan pengulang sebanyak 6 kali.
Pada penentuan zona hambat jamu serbuk herbal cap bunga siantan digunakan
6,
konsentrasi bakteri 10 sedangkan KHM adalah 2 koloni sebanyak 2 ose, seharusnya
konsentrasinya sama.
Penapisan lempeng agar adalah larutan uji dicampur dengan media, secara teorits
digunakan seri pengenceran tabung. Alasanya dibahas pad pembahasan
Kelebihan :
• Dalam sekali penelitian dapat ditentukan nilai zona hambat serta KHM.
• Terdapat modifikasi prosedur, seperti penggunaan pipet ependorf pada penetesan
cakram. Secara teori direndam.
Kelemahan :
• Kerencuan antara konsentrasi pada prosedur pembuatan larutan uji dengan
konsntrasi yang teetera pada pada tabel pengamatan.
• Pada penentuan KHM, konsntrasi bakteri belum diketahui pasti sehingga
penelitian ini perlu dikaji ulang
Pustaka
1. Jawetz, Ernest.1995. Mikrobiologi untuk profesi kesehatan. Hal 299-303. Jakarta:
EGC
2. Soenarto,W.Penuntun Praktikum Bakteriologi Klinik Untuk pendidikan Analis
Kesehatan.Hal 43-45.Depkes RI
3. Irianto,DRS.Koes,Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme jilid 2.Hal 21-
25:Yrama widya
4. Pratiwi, T. Sylvia.2008.Mirobiologi Farmasi.Erlangga:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai