BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1.1. Pengertian
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh
Trauma medulla spinalis adalah trauma yang terjadi pada jaringan medula spinalis yang dapat
menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra atau kerusakan jaringan medula
spinalis lainnya termasuk akar-akar saraf yang berada sepanjang medula spinalis sehingga mengakibatkan
Trauma medulla spinalis adalah kerusakan tulang dan sum-sum yang mengakibatkan gangguan
sistem persyarafan didalam tubuh manusia yaitu berupa kehilangan sensasi dan fungsi motorik (Lukman,
1993).
Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula spinalis dan
menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-lubang paha dan tungkai
1.1.2.1. Vetebrata Thoracalis (atlas) : Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus
tetapi hanya berupa cincin tulang. Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini memiliki dens, yang
mirip dengan pasak. Veterbrata cervitalis ketujuh disebut prominan karena mempunyai prosesus
1.1.2.2. Vertebrata Thoracalis : Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk jantung,
1.1.2.3. Vertebrata Lumbalis : Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal, berjumlah 5
buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus vertebra yang besar ukurnanya sehingga
1.1.2.4. Os. Sacrum : Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang dimana ke 5 vertebral
1.1.2.5. Os. Coccygis : Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami rudimenter.
memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-pesterior : lengkung vertikal pada daerah
leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal kedepan dan
daerah pelvis melengkung kebelakang. Kedua lengkung yang menghadap pasterior, yaitu torakal
dan pelvis, disebut promer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya kebelakang dari
hidung tulang belakang, yaitu bentuk (sewaktu janin dengna kepala membengkak ke bawah
sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah depan badan. Kedua lengkung
yang menghadap ke anterior adalah sekunder → lengkung servikal berkembang ketika kanak-
kanak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya sambil menyelidiki, dan lengkung
lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan serta mempertahankan tegak. (lihat
gambar A1)
Fungsi dari kolumna vertebralis. Sebagai pendukung badan yang kokoh dan sekaligus
bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang
juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti
waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belkang terlindung terhadap
goncangan. Disamping itu juga untuk memikul berat badan, menyediakan permukaan untuk
kartan otot dan membentuk tapal batas pasterior yang kukuh untuk rongga-rongga badan dan
Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medula oblongata, menjulur
kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebra-lumbalis pertama dan
kedua. Disini medula spinalis meruncing sebagai konus medularis, dna kemudian sebuah
sambungan tipis dasri pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong
durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang sekitar
45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh figura anterior yang dalam, sementara bagian
Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal. Dari penebalan ini,
plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah : dan plexus dari daerah
thorax membentuk saraf-saraf interkostalis. Fungsi sumsum tulang belakang : a. Mengadakan komunikasi
1.1.2.5.2. Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel dalam ganglion radix
pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada karnu pasterior mendula spinalis.
1.1.2.5.3. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan impuls-impuls
1.1.2.5.4. sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinalis yang menerima dan mengalihkan impuls tersebut
1.1.2.5.5. Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik.
1.1.2.5.6. Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada daerah torakal dan lumbal
mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis beberapa otot interkostal, paralisis pada otot abdomen dan
otot-otot pada kedua anggota gerak bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.
1.1.3. Etiologi
1.1.3.1. Kecelakaan lalu lintas: kecelakaan yang mengenai tulang belakang ex: kecelakaan sepeda motor
1.1.3.2. Injury atau jatuh dari ketinggian: jatuh yang mengenai tulang belakang ex: jatuh dari tower, tangga, pohon
kelapa
1.1.3.3. Kecelakaan sebab olah raga: olahraga yang resiko injurynya tinggi ex: jatuh dari panjat tebing, terjun
1.1.3.4. Luka jejas, tajam, tembak pada daerah vertebra atau tulang belakang
1.1.4. Pathofisiologi
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien sembuh sempurna) sampai
kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah satu atau dalam kombinasi) sampai
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradul subdural
atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau robekan pada cedera,
serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi
terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cidera
medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia,
1.1.5. WOC
Trauma
Gangguan persyarafan
Trauma traumatik
Persyarafan diagfragma
Persyarafan neuromuskular
Mk: Nyeri
Paralisis
Gagal nafas
MK : konstipasi
1.1.6.1. Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena
1.1.6.2. Paraplegia
1.1.6.4. Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)
1.1.7.1. Sinar X spinal : Menentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi
1.1.7.3. MRI : Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
1.1.7.4. Mielografi : Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya
tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya
1.1.7.5. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)
1.1.7.6. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal) : mengukur volume inspirasi maksimal khususnya
pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf
1.1.7.7. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi (Marilyn E. Doengoes, 1999 ; 339 – 340)
1.1.8. Penatalaksanan
1.1.8.1. Medis
1.1.8.1.1. Farmakoterapi : Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medela.
Dilakukan Bila :
d. Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal atau dislokasi atau
dekompres medulla.
1.1.8.2. Keperawatan
1.1.8.2.1. Tindakan Respiratori
b. Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau eksistensi leher bila
c. Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus) untuk pasien dengan lesi servikal yang
tinggi.
a. Cedera medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi, dan stabilisasi koluma vertebrata.
b. Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk traksi skeletal, yaitu teknik
c. Gantung pemberat dengan batas sehinga tidak menggangu traksi (Diane C. Braughman, 2000 ; 88-89)
1.1.9. Komplikasi
Bradikardia, hipertensi paroksimal, berkeringat banyak, sakit kepala berat, goose flesh, nasal stuffness
Impotensi, menurunnya sensasi dan kesulitan ejakulasi, pada wanita kenikmatan seksual berubah.
1.2.1. Pengkajian
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, tanggal
1.2.1.2. Alasan masuk : biasanya karena kecelakaan, jatuh, luka tusuk maupun luka tembak
Paraplegia, Paralisis sensorik motorik total, Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi
kandung kemih), Penurunan keringat dan tonus vasomoto, Penurunan fungsi pernafasandan Gagal
nafas
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien sebelum menderita penyakit
sekarang, berupa riwayat trauma medulla spinalis. Biasanya ada trauma/ kecelakaan.
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
keturunan dan lainnya. Menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan umum /kelemahan otot
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis berwarna seperti kopi tanah
/hematemesis.
f. Higiene
Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)
g. Neurosensori
Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada syok spinal).
Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembaki normak setelah syok spinal sembuh).
Kehilangan tonus otot /vasomotor, kehilangan refleks /refleks asimetris termasuk tendon dalam. Perubahan
reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.
i. Pernapasan
Pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki, pucat, sianosis.
j. Keamanan
Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).
k. Seksualitas
1.2.2.1. Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan kerusakan persyarafan dari diagfragma,
1.2.2.2. Nyeri yang berhubungan dengan cedera psikis dan alat traksi
1.2.2.3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, imobilisasi oleh traksi.
1.2.2.4. Konstipasi berhubungan dengan gangguan persyarafan pada usus dan rectum, kerusakan persepsi,
Setelah rencana tindakan disusun maka selanjutnya adalah pengolahan data dan kemudian
pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun tersebut. Dalam
pelaksanaan atau implementasi maka perawat dapat melakukan observasi atau mendiskusikan dengan
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP. Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana
tindakan yang disusun. Dan dapat pula ditentukan rencana tindakan yang harus dimodifikasi.