Anda di halaman 1dari 52

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN MAHASISWA

Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mempermanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin editor dan penerbit.

EDITOR Harsono PENATA LETAK & DESAIN COVER Sutarto ILUSTRATOR GAMBAR Lingga Tri Utama FOTOGRAPHER Bimo (Gedung Pusat UGM) Bambang Prastowo (Gerbang UGM) Dicetak Oleh: ................................................................... .................................................................. Yogyakarta, 2005 Cetakan Pertama, November 2005 ISBN No. ................................................

ii

Pengantar
Evaluasi hasil pembelajaran mahasiswa merupakan bagian integral dari kurikulum. Dengan demikian evaluasi ini harus disiapkan bersama-sama dengan penyusunan kurikulum. Persiapan evaluasi hasil pembelajaran mahasiswa biasanya dibangun dalam bentuk blue print yang merefleksikan pencapaian tujuan kurikulum oleh para mahasiswa. Untuk dapat menyusun suatu blue print yang tepat maka setiap tim penyusun kurikulum perlu menyadari dan memahami akan pentingnya fungsi evaluasi dalam proses pembelajaran. Ada berbagai jenis evaluasi hasil pembelajaran mahasiswa. Sebenarnyalah bahwa tiap jenis evaluasi bersifat spesifik dan sejalan dengan metode pembelajaran yang dipakai. Dengan demikian penerapan jenis evaluasi yang tidak sesuai dengan pendekatan pembelajaran berarti meninggalkan keutuhan kurikulum dan sekaligus akan merugikan mahasiswa. Semoga buku kecil ini bermanfaat bagi para dosen, terutama bagi mereka yang ingin memahami kurikulum secara menyeluruh dan utuh.

Yogyakarta, November 2005 Penyusun

iii

PENYUSUN
Edia Rahayuningsih Achmadi Priyatmojo

KONTRIBUTOR
Harsono H.C.Yohannes Djoko Dwiyanto Kusminarto Amitya Kumara Ika Dewi Ana

iv

Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ Daftar Isi .............................................................................................................. Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................. Bab 2 Penggunaan Pengetesan, Pengukuran, dan Penilaian dalam Pendidikan ... a. Seleksi .......................................................................................................... b. Penempatan ............................................................................................... c. Diagnosis dan remedial .......................................................................... d. Umpan balik .............................................................................................. e. Memotivasi dan membimnbing belajar ............................................... f. Perbaikan kurilukum dan program pendidikan ................................ Bab 3 Etika Evaluasi ............................................................................................................ a.. Kerahasiaan hasil evaluasi ...................................................................... b. Keamanan evaluasi .................................................................................. c. Intepretasi hasil evaluasi ......................................................................... d. Penggunaan evalausi ............................................................................... Bab 4 Perencanaan Evaluasi Substantif .......................................................................... a. Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal ................................. b. Aspek kemampuan yang diuji ............................................................... c. Tipe soal evaluasi yang digunakan ....................................................... d. Jumlah butir soal ...................................................................................... e. Konstruksi .................................................................................................. f. Distribusi tingkat kesukaran .................................................................. g Beberapa pertimbangan dalam perencanaan evaluasi .................... h. Kisi-kisi evaluasi ........................................................................................ i. Penyusunan soal tes ................................................................................ j. Penggandaan soal tes .............................................................................. iii v 1 5 5 6 6 6 7 7 9 9 10 10 10 12 12 12 14 17 17 18 19 19 24 24

Bab 5 Pelaksanaan Evaluasi Substantif ........................................................................... a. Tes dengan buku terbuka atau buku tertutup .................................. b. Tes diumumkan atau dirahasiakan ....................................................... c. Tes lisan atau tes tertulis ........................................................................ d. Tes tindakan atau praktik ....................................................................... Bab 6 Pengolahan Dan Pendekatan Penilaian .............................................................. a. Pengolahan ................................................................................................ b. Tata cara memeriksa hasil tes objektif ................................................. c. Pendekatan penilaian dan penilaian .................................................... Bab 7 Pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar Di UGM ..................................................... Bab 8 Praktik Baik Cara Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa ...................................... Daftar Kepustakaan .................................................................................................

25 25 27 30 31 33 33 33 35 38 42 44

vi

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

PENDAHULUAN
Sering kali kita mendengar keluhan, pernyataan, atau informasi dari berbagai pihak atau pengguna yang mengatakan kalau banyak dijumpai lulusan perguruan tinggi memiliki nilai atau indek prestasi yang tinggi tetapi tidak memiliki kemampuan sebagaimana nilai yang dimilikinya. Sebaliknya juga dijumpai keluhan dari para lulusan perguruan tinggi yang mengatakan bahwa indeks prestasi yang dimiliki rendah, sehingga tidak memenuhi syarat untuk mengikuti seleksi penerimaan karyawan. Padahal kemampuan yang dimiliki tidak kalah atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi lainnya. Mengapa kenyataan ini dapat terjadi? Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya kenyataan ini. Salah satu faktor yang dapat dipastikan berperan dan memiliki peran relatif dominan adalah proses evalusi hasil belajar mahasiswa, sehingga nilai yang dimiliki mahasiswa tidak menyatakan kemampuan atau kompetensinya. Buku kecil dituliskan untuk menyampaikan informasi sederhana dan aplikatif tentang proses penilaian, diharapkan dapat menginspirasi usaha penyempurnaan proses penilaian yang selama ini sudah dilakukan. Untuk itu informasi dalam buku ini merupakan informasi umum yang lazim dilakukan. Bila diperlukan proses evaluasi yang lain atau informasi yang ada dalam buku ini dirasa kurang, dapat dicari informasi yang lebih detail pada buku-buku acuan yang sangat banyak jumlahnya dan mudah didapatkan, atau menghubungi Pusat Pengembangan Pendidikan UGM. Dengan ditulisnya buku ini diharapkan proses evaluasi hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih baik, sehingga dapat meminimasikan kenyataan tersebut di atas.
1

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

Secara umum, ada dua macam evaluasi dalam pendidikan, yakni evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil belajar disebut juga evaluasi substantif, atau populer dengan sebutan pengetesan (test), pengukuran, atau penilaian hasil belajar. Sedang evaluasi proses pembelajaran dikenal sebagai evaluasi diagnostik atau evaluasi manajerial (Sasmoko, 2001). Evaluasi proses pembelajaran dipakai sebagai pengendali kualitas pembelajaran. Dengan evaluasi proses, berbagai masukan yang didapat dari proses evaluasi tersebut dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu pembelajaran. Informasi ini pada gilirannya akan dipergunakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran itu, dan sebagai tujuan akhir, hasil evaluasi ini akan bermanfaat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Di UGM, evaluasi terhadap proses pembelajaran telah mendapat perhatian dan sudah berjalan dengan cukup baik oleh institusi atau orang yang berwenang.

Evaluasi hasil belajar mahasiswa atau evaluasi substantif atau penilaian terhadap mahasiswa perlu diperhatikan, difahami, dan tidak
2

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

boleh dilakukan secara asal-asalan. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan pengetesan, pengukuran, dan penilaian hasil belajar mahasiswa mempunyai fungsi ganda yaitu: sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari kuliah dan sebagai ukuran kepribadian mahasiswa, meskipun dalam kenyataannya fungsi kedua sering diabaikan. Dalam hal tertentu, nilai yang diperoleh mahasiswa memang merupakan indikator kesuksesan mahasiswa dalam menempuh kuliah tetapi mungkin bukan merupakan ukuran keberhasilan pencapaian tujuan atau sasaran pengajaran mata kuliah dalam mengubah pengetahuan, perilaku, atau kepribadian mahasiswa termasuk penalarannya. Dalam hal inilah nilai ujian sebagai ukuran keberhasilan harus dipertimbangkan validitasnya. Bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individual yang jelas, tentunya nilai bukan merupakan tujuan tetapi lebih merupakan suatu konsekuensi logis dari apa yang dilakukannya selama mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, pertanyaan fundamental perlu diajukan untuk bahan perenungan mahasiswa, adalah apakah mereka belajar untuk nilai atau belajar untuk mengerti. Sehubungan dengan hal ini dosen dan pengelola pendidikan harus mampu melaksanakan tugas penilaian dan pengendalian agar mahasiswa yang memang telah berubah pengetahuan dan kepribadiannya mendapatkan nilai yang sesuai. Dosen merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan. Pentingnya fungsi dosen tidak hanya dalam menyampaikan materi pelajaran, menfasilitasi proses pembelajaran, tetapi karena dosen yang paling banyak membuat keputusan-keputusan pendidikan yang akan menentukan arah kemajuan peserta didiknya. Oleh karena itu dosen haruslah mengetahui aspek-aspek evaluasi, mengetahui cara-cara pemberian angka, dan yang paling penting adalah mengetahui pula cara interpretasi hasil evaluasi tersebut, sehingga proses evaluasi dapat memberikan hasil evaluasi yang akurat (valid) dan dapat dipercaya (reliable) dan usaha yang telah dilakukan oleh mahasiswa dapat terdeteksi dengan benar.

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

Tidak sedikit dosen dengan mudah memberi nilai tinggi kepada mahasiwa, sehingga dikenal dengan dosen yang murah. Tidak sedikit pula dosen memberi nilai relatif rendah pada mahasiswanya. Bila dipadukan dengan keinginan mahasiswa bahwa belajar hanya untuk sekedar mencari nilai, maka tujuan penilaian menjadi tidak tercapai. Kenyataan ini terjadi karena dosen dan mahasiswa kurang menyadari tujuan dan manfaat penilaian sebagai sumber informasi penting dalam pengambilan keputusan dari suatu proses pembelajaran. Karena evaluasi subtantif memiliki fungsi penting dalam kegiatan pembelajaran, maka berbagai pihak yang terlibat dalam proses penilaian, yaitu dosen, staf pendukung administrasi, dan mahasiswa, perlu mengerti bagaimana seharusnya evaluasi subtantif ini dilakukan. Ada berbagai definisi, tujuan, dan aspek yang berhubungan dengan pengetesan (test), pengukuran, dan penilaian yang banyak dituliskan dalam buku-buku, tetapi dalam buku ini pembahasan dibatasi untuk penilaian terhadap hasil pembelajaran mahasiswa yang selalu dan harus dilakukan oleh setiap dosen pada setiap semester. Hal ini disesuaikan dengan maksud dari penulisan buku ini yaitu sebagai informasi praktis dan aplikatif terhadap penilaian hasil belajar mahasiswa. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Jadi maksud penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu, tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapajauh sesuatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Penilaian di sini diartikan sebagai padanan kata evaluasi (Zainul dan Nasution, 2001).

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

KEGUNAAN PENGETESAN, PENGUKURAN, DAN PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN


Dapat dipastikan muncul pertanyaan, mengapa evaluasi perlu dilakukan?. Evaluasi perlu dilakukan karena evaluasi memiliki banyak kegunaan dalam segala aspek kehidupan dan dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan motivasi belajar mahasiswa serta hampir semua orang pernah memikirkan dan mengalaminya. Dalam aplikasinya dikenal beberapa istilah yang masing-masing istilah memiliki maksud yang berbeda, antara lain (Zainul dan Nasution, 2001):

a. Seleksi
Tes digunakan untuk mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi. Untuk dapat memutuskan

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

penerimaan atau penolakan maka perlu dilakukan evaluasi yang tepat, yaitu evaluasi yang dapat meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan datang dengan resiko yang terendah. Evaluasi jenis ini banyak terjadi dalam masyarakat, karena hampir selalu terjadi peminat untuk suatu pekerjaan atau pendidikan jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan. Dilihat dari segi ini, maka seringkali seleksi dilakukan sekedar untuk memisahkan orang yang akan diterima dari orang yang akan ditolak.

b. Penempatan
Tes penempatan untuk menentukan tempat yang paling cocok bagi seseorang untuk dapat berprestasi dan berproduksi secara efisien dalam suatu proses pendidikan atau pekerjaan. Evaluasi seperti ini terutama didasarkan pada informasi tentang apa yang telah dan apa yang belum dikuasai oleh seseorang.

c.

Diagnosis dan remedial

Evaluasi seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan tertentu. Jadi sebelum dilakukan remedial, seharusnya didahului dengan suatu evaluasi diagnosis.

d. Umpan balik
Hasil suatu pengukuran atau skor evaluasi tertentu dapat digunakan sebagai umpan balik, baik bagi individu yang menempuh evaluasi maupun bagi dosen yang telah mentransfer kemampuan kepada mahasiswa. Suatu skor evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik, bila telah diinterpretasikan. Setidak-tidaknya ada dua cara menginterpretasi skor evaluasi, yaitu dengan membandingkan skor seseorang dengan kelompoknya dan yang kedua dengan melihat kedudukan skor yang
6

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

diperoleh seseorang dengan kreteria yang ditentukan sebelum evaluasi dimulai. Untuk yang pertama dinamakan norm reference test dan yang kedua dinamakan criterion reference test

e.

Memotivasi dan membimbing belajar

Hasil evaluasi seharusnya dapat memotivasi belajar mahasiswa, dan juga dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka yang memperoleh skor rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil dalam evaluasi yang akan datang dan secara tepat dapat mengetahui letak kelemahannya. Bagi mahasiswa yang dapat skor tinggi dapat menjadi motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasilnya. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa dalam program yang akan ditempuh akan diadakan tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Paling tidak para mahasiswa yang mengetahui akan adanya tes cenderung untuk belajar dan mempelajari apa yang diperkirakan akan ditanyakan dalam tes. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tes merupakan faktor yang memotivasi dan mengarahkan siswa dalam belajar. Apabila tes yang digunakan itu memang mengukur prestasi secara benar maka unsur motivasi dan pengarahan yang dimiliki oleh tes tersebut adalah sangat berharga.

f.

Perbaikan kurikulum dan program pendidikan

Salah satu peran penting dari penilaian pendidikan ialah untuk memberikan informasi bagi perkembangan pendidikan. Berdasarkan hasil pengetesan dapat diperoleh pengetahuan empirik yang sangat berharga untuk pengembangan kurikulum. Setelah difahami beberapa istilah dan kegunaan evaluasi, maka setiap dosen seyogyanya menentukan terlebih dahulu untuk maksud apa evaluasi tersebut dilakukan, sebelum menyelenggarakan evaluasi. Penilaian yang lazim dilakukan oleh para dosen adalah untuk maksud umpan balik dan memotivasi mahasiswa.
7

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

Perlu disadari oleh setiap dosen saat melakukan evaluasi, bahwa evaluasi substantif berbeda dengan pengukuran atribut fisik yang dapat dilakukan dengan akurasi dan kecermatan yang tinggi dan dengan alat ukur yang mudah dibuat. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan mahasiswa tidak dapat memberikan hasil pengukuran yang akurat. Seringkali yang dapat dicapai hanyalah semacam estimasi mengenai posisi relatif individu menurut tingkat kemampuan atau tingkat performasinya. Suatu contoh, tes untuk mengukur hasil belajar matakuliah matematika. Nilai tes matematika tersebut belum dapat digunakan sebagai indikator penguasaan materi matematika yang sesungguhnya, nilai yang diperoleh hanyalah memberikan informasi mengenai kedudukan seorang mahasiswa dibandingkan dengan mahasiswa lain dalam kelompoknya atau dibandingkan dengan tes matematika waktu sebelumnya. Hal itu dikarenakan, (a) ada kemungkinan konsep mengenai materi matematika yang harus dikuasai dan yang menjadi obyek ukur tes belum dirumuskan secara baik dan operasional, (d) isi materi matematika yang seharusnya diujikan belum dibatasi cakupannya secara spesifik, (c) item-item yang disajikan dalam tes tersebut belum cukup komprehensif dan belum mewakili kawasan (domain) pengetahuan yang hendak diukur, dan (d) item-item dalam tes tersebut ditulis hanya pada tingkat penguasaan kompetensi rendah sehingga tidak mencerminkan tingkat kompetensi yang lebih tinggi, seperti kemampuan analisis atau kemampuan pemecahan problem. Hal inilah antara lain keterbatasan-keterbatasan tes dalam menjalankan fungsinya untuk mengukur performasi belajar. Dengan mengetahui kelemahankekemahan tersebut, maka diharapkan usaha-usaha penyusunan tes prestasi didasarkan pada perencanaan yang teliti, cara penulisan item mengikuti kaidah standar guna meningkatkan efektivitas daya ukur item, dan dilakukan evaluasi secara kontinyu. Dengan usaha ini diharapkan tes prestasi mampu mencerminkan kemampuan mahasiswa dalam belajar secara lebih baik, sehingga tes prestasi dapat memberikan manfaat optimal bagi usaha pengukuran dan penilaian dalam pendidikan (Azwar, 2001).
8

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

ETIKA EVALUASI
Pelaksanaan pengetesan, pengukuran, dan penilaian melibatkan banyak pihak antara lain; dosen yang melakukan evaluasi, staf administrasi yang membantu dalam proses evaluasi, dan mahasiswa yang dievaluasi. Selain itu hasil evaluasi memberikan informasi terhadap individu yang dievaluasi. Oleh karena itu seluruh pihak yang terlibat dalam proses evaluasi perlu mengetahui etika evaluasi agar terjadinya kegiatan yang dapat saling merugikan dapat dihindari. Etika evaluasi mencakup empat hal utama yaitu (Zainul dan Nasution, 2001):

a.

Kerahasiaan hasil evaluasi

Setiap dosen wajib melindungi kerahasiaan hasil evaluasi, baik secara individual maupun secara kelompok. Hasil evaluasi hanya dapat disampaikan kepada orang lain bila:

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

1.

2.

Ada izin dari mahasiswa yang bersangkutan. Oleh karena itu pengumuman hasil evaluasi di papan pengumuman seharusnya tidak dengan identitas jelas peserta evaluasi, agar tidak merupakan pelanggaran terhadap etika ini. Contoh pengumuman nilai di Louisiana State University USA dengan menggunakan nama samaran mahasiswa. Penyampaian hasil evaluasi tersebut kepada orang lain bila jelasjelas menguntungkan peserta evaluasi.

b.

Keamanan evaluasi

Evaluasi merupakan alat pengukur yang hanya dapat digunakan secara profesional. Dengan demikian maka evaluasi tidak dapat digunakan di luar batas-batas yang ditentukan oleh profesionalisme pekerjaan dosen. Dengan demikian maka setiap dosen harus dapat menjamin keamanan tes, baik sebelum maupun sesudah digunakan.

c.

Interpretasi hasil evaluasi

Kemungkinan yang sering terjadi terhadap penyalahgunaan evaluasi adalah penginterpretasian hasil evaluasi secara salah. Karena itu maka interprestasi hasil evaluasi harus diikuti tanggung jawab profesional. Bila hasil evaluasi diinterpretasi secara tidak tepat, dalam jangka panjang akan dapat membahayakan kehidupan peserta evaluasi.

d.

Penggunaan evaluasi

Evaluasi hasil belajar mahasiswa haruslah digunakan secara tepat. Bila evaluasi hasil belajar mahasiswa tersebut merupakan evaluasi baku, maka evaluasi tersebut harus digunakan di bawah ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan evaluasi baku tersebut. Tidak ada evaluasi baku yang boleh digunakan di luar prosedur yang ditetapkan oleh evaluasi itu sendiri. Disamping beberapa butir seperti yang diuraikan di atas, ada beberapa petunjuk praktis yang perlu ditaati oleh dosen dalam evaluasi: a. Pelaksanaan evaluasi hendaknya diberi tahu terlebih dahulu kepada peserta evaluasi. Hanya karena pertimbangan tertentu, yang sangat penting, dimungkinkan dosen tidak memberi tahu terlebih dahulu
10

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

b. c.

d.

pelaksanaan evaluasi. Sebaiknya kisi-kisi evaluasi diberi tahu kepada peserta evaluasi sebelum pelaksanaan evaluasi. Petunjuk evaluasi harus jelas dan tidak bersifat menjebak. Sebaiknya dosen justru memotivasi peserta evaluasi mengerjakan evaluasinya secara baik. Jangan sampai evaluasi sebagai alat untuk mahasiswa. Bila dosen menggunakan evaluasi baku, maka dosen harus bertanggung jawab penuh terhadap keamanan evaluasi tersebut. Evaluasi baku tidak boleh digunakan dalam latihan. Seorang dosen dapat menggunakan hasil evaluasi untuk mengindetifikasi kekuatan dan kelemahan mahasiswa, tetapi hasil evaluasi harus tetap menjadi rahasia mahasiswa dan dosen yang bersangkutan. Dosen seharusnya tidak terlibat dalam bimbingan tes yang ada kemungkinan dapat mengganggu proses belajar mahasiswa, terlebih bila dosen tersebut ikut terlibat dalam penyusunan butir evaluasi yang digunakan. Tentulah tidak etis bila seorang dosen penyusun butir soal untuk suatu evaluasi, tetapi digunakan dalam bimbingan tes. Tentulah tidak etis bila mendiskriminasikan mahasiswa tertentu atau kelompok tertentu dalam evaluasi. Tentulah tidak etis bila dosen memperpanjang waktu atau menyingkat waktu dari yang ditentukan dalam petunjuk evaluasi. Dosen tidak boleh meningkatkan rasa cemas peserta evaluasi dengan penjelasan yang tidak perlu pada saat evaluasi berlangsung.

e.

f.

g. j. i. j.

11

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

PERENCANAAN EVALUASI SUBSTANTIF


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan evaluasi subtantif, antara lain, pengambilan sampel dan pemilihan butir soal, pemilihan tipe soal evaluasi yang akan digunakan dan aspek yang akan diuji, penentuan format butir soal, penentuan jumlah butir soal, serta pendistribusian tingkat kesukaran butir soal (Zainul dan Nasution, 2001).

a. Pengambilan Sampel dan Pemilihan Butir Soal


Evaluasi hasil belajar haruslah disusun atas butir-butir soal yang terpilih, yang secara akademik dapat dipertanggungjawabkan sebagai sampel yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan perangkat evaluasi tersebut.

b. Aspek Kemampuan yang Diuji


Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda-beda, karena itu aspek yang diujipun haruslah yang berbeda pula. Aspek ranah kognitif yang akan diuji harus sinkron dengan kemampuan yang ditentukan oleh tujuan pendidikan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Dalam hubungan inilah kita mengenal adanya 6 tingkatan kemampuan atau kompetensi yang diuji, yaitu: 1. pengetahuan, 2. pemahaman, 3. aplikasi, 4. analisis, 5. sintesis, dan 6. evaluasi. Kompetensi tersebut berturut-turut diberi simbol C1, C2, C3, C4, C5 dan C6. Disamping itu tentu juga harus diperhatikan kemampuan dari ranah lain seperti afektif dan psikomotor. Tingkat usia dan jenjang pendidikan menentukan tingkat ranah kognitif yang diuji. Kadang-kadang terdapat bagian matakuliah yang tidak dapat atau sukar diungkap kompetensinya pada tingkat ranah kognitif tertentu, beberapa pokok bahasan bahkan hanya mungkin dibuat soalnya dalam tingkat kompetensi yang rendah.
12

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Complex
s

6 5 4 3
s

f. Evaluation

e. Synthesis

d. Analysis

c. Application

b. Comprehension

Simple

a. Knowledge

Gambar 1. Taksonomi Tujuan Pendidikan Kawasan Kognitif (Diadaptasi dari Bloom et al., 1956)

Untuk mempermudah penyusunan soal agar memenuhi aspek kompetensi tertentu, dituliskan contoh kata kerja untuk menunjukkan hasil belajar dalam masing-masing tingkat kompetensi yang dinyatakan pada Tabel I (Azwar, 2001):

13

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

Tabel I. Contoh kata kerja untuk menunjukkan hasil belajar mahasiswa dalam masing-masing tingkat kompetensi
Tingkat Kompetensi Pengetahuan (C1) Pemahaman (C2) Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi (C3) (C4) (C5) (C6) Contoh Kata Kerja Mengenali, Mendeskripsikan, Menamakan, Mendifinisikan, Memasangkan, Memilih Mengklasifikasikan, Menjelaskan, Mengikhtisarkan, Meramalkan, Membedakan Mendemonstrasikan, Menghitung, Menyelesaikan, Menyesuaikan, Mengoperasikan, Menghubungkan, Menyusun Menemukan perbedaan, Memisahkan, Membuat diagram, Membuat estimasi, Mengambil Kesimpulan, Menyusun urutan. Menggabungkan, Menciptakan, Merumuskan, Merancang, Membuat Komposisi, Menyusun kembali, Merevisi Menimbang, Mengkritik, Membandingkan, Memberi alasan, Menyimpulkan, Memberi dukungan,

c. Tipe Soal Evaluasi yang Digunakan


Ada tiga tipe soal: (1) esai atau karangan, (2) objektif dengan ciri utama adanya satu jawaban yang dianggap benar atau terbaik, dan (3) problem matematik. Disamping itu masih juga dikenal soal-soal penampilan dan soal lisan. Ada empat format soal objektif yaitu, format A Pilihan Ganda, format B Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal, format C Pilihan Ganda Analisis Kasus, atau format D Pilihan Ganda Komplek. Ada kesalahan yang sering terjadi dikalangan pengguna evaluasi, yaitu adanya anggapan yang menyatakan suatu tipe evaluasi lebih baik dari tipe evaluasi lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu. Berbagai penelitian telah menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam mengukur level ranah konitif yang sama. Soal esai yang baik dapat mengukur ranah kognitif seperti yang dapat diukur oleh soal objektif yang baik, atau sebaliknya, dan menghasilkan rangking subyek yang tidak berbeda. Pemilihan tipe evaluasi yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan
14

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

dan waktu yang tersedia pada penyusun tes evaluasi dari pada kemampuan peserta evaluasi atau aspek yang ingin diukur (Zainul dan Nasution, 2001). Tipe soal harus disesuaikan dengan materi tes, tingkat kompetensi yang akan diungkap, dan tingkat pendidikan mahasiswa yang di tes. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan tipe soal, berikut ini disajikan beberapa keunggulan dan kelemahan tipe-tipe soal tes (Azwar, 2001): Tabel II. Keunggulan dan Kelemahan Tipe Soal Objektif (Pilihan Ganda)
Keunggulan
Komprehensif, karena dalam waktu singkat dapat memuat lebih banyak soal. Pemeriksaan jawaban dan pemberian nilai mudah dan cepat. Penggunaann lembar jawaban menjadikan tes efisien dan hemat bahan. Kualitas soal dapat dianalisis secara impirik. Obyektif. Umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan

Kelemahan
Pembuatan soal sulit dan memakan banyak waktu dan tenaga. Tidak mudah ditulis untuk mengungkap tingkat kompetensi tinggi. Ada kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tebakan

15

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

Tabel III. Keunggulan dan Kelemahan Tipe Soal Tipe Esai (Karangan)
Keunggulan Relatif lebih mudah dibuat. Lebih mudah digunakan untuk m engungkap tingkat kompetensi tinggi Sangat baik untuk m engungkap kem ampuan yang bertalian dengan ekspresi verbal-tulis Kelem ahan Tidak dapat memuat banyak soal sehingga kurang kom prehensif Pemeriksaan jawaban m enyita banyak waktu dan tenaga. Harus diperiksasendiri oleh penulis soal atau oleh oranglain yang ahli Sebyektivitas pemeriksaan sulit dihindari Pertim bangan pem berian nilai lebih kompleks Umumnya mem reliabiltas iliki kurang memuaskan.

Tabel IV. Keunggulan dan Kelemahan Tipe Benar-Salah


Keunggulan Komprehensif, karena dalam waktu singkat dapat memuat lebih banyak soal. Pemeriksaan jawaban dan pemberian nilai mudah dan cepat. Penggunaann lembar jawaban menjadikan tes efisien dan hemat bahan. Kualitas soal dapat dianalisis secara impirik. Obyektif. Mudah dibuat Kelemahan Hanya dapat mengungkap tingkat kompetensi rendah.. Ada kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tebakan

16

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

d. Jumlah Butir Soal


Jumlah butir soal tentu saja tidak ada ketentuan yang pasti. Tetapi yang harus diingat ialah jumlah butir soal berhubungan langsung dengan reliabilitas evaluasi dan respresentasi isi bidang studi yang dievaluasi. Makin besar jumlah butir soal yang digunakan dalam suatu evaluasi maka kemungkinan akan makin tinggi reliabilitasnya, baik dalam arti stabilitas maupun internal konsistensinya. Dilihat dari segi jumlah inilah maka evaluasi objektif mempunyai kekuatan yang lebih dari evaluasi esai. Karena tugas yang harus diselesaikan dalam evaluasi objektif itu sangat singkat maka kemungkinan untuk menggunakan jumlah butir soal yang besar menjadi lebih besar pula. Sedangkan evaluasi esai tidak memungkinkan menggunakan jumlah soal yang banyak. Dengan demikian representasi bidang studi dan reliabilitas evaluasi objektif akan lebih baik dari evaluasi esai. Penentuan jumlah soal perlu mempertimbangkan waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas tugas yang dituntut oleh tes, dan waktu untuk ujian. Perencanaan jumlah butir soal dapat dikelompokkan sebagai berikut: l Jumlah keseluruhan. l Jumlah untuk setiap pokok bahasan/topik l Jumlah untuk setiap format. l Jumlah untuk setiap kategori tingkat kesukaran. l Jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif.

e. Konstruksi Butir Soal


Ada persamaan pengembangan butir soal untuk penilaian acuan norma dengan penilaian acuan kriteria, antara lain keduanya perlu ditentukan terlebih dahulu hasil kemampuan yang akan diukur dan cara pengukuran yang tepat untuk melihat kemampuan tersebut (dengan tes tertulis, lisan, pengamatan, atau lainnya). Pada pengembangan butir soal untuk keperluan penilaian acuan norma, tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Butir soal yang
17

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

dikembangkan tidak seluruhnya mudah dan tidak seluruhnya harus sukar, tetapi kombinasi dari butir soal yang mudah, sedang, dan sukar sehingga keseluruhan butir soal tersebut tingkat kesukarannya disekitar 50%. Pada pengembangan butir soal untuk acuan kriteria tingkat kesukarannya tidak diperhatikan karena maksud soal ini bukan membedakan mahasiswa pintar dari mahasiswa kurang pintar, tetapi melihat tingkat penguasaan seseorang terhadap bahan atau tujuan instruksional. Juga daya pembeda tidak diperhatikan dalam penilaian acuan criteria, justru yang menjadi perhatian adalah daya serap mahasiswa. Sebaiknya semua bahan atau tujuan instrusional dapat dikuasai oleh mahasiswa (tingkat penguasaan 100%). Penguasaan 100% bahan sukar dicapai sehingga ada dosen atau institusi yang merasa cukup dengan tingkat penguasaan 75% sampai atau 80%.

f.

Distribusi Tingkat Kesukaran

Pada umumnya semua ahli konstruksi evaluasi sependapat bahwa evaluasi yang terbaik adalah evaluasi yang mempunyai tingkat kesukaran disekitar 0,50. Makin dekat ke titik tersebut, evaluasi makin mampu membedakan antara kelompok yang baik dan kelompok yang kurang belajar. Tetapi tentu saja itu bukanlah satu-satunya pertimbangan untuk menentukan distribusi tingkat kesukaran. Penentuan distribusi ini juga ditentukan oleh tujuan evaluasi. Misalnya, bila evaluasi dimasudkan untuk seleksi, maka evaluasi harus lebih mengarah kepada yang mempunyai tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Tetapi yang harus diingat ialah evaluasi yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak akan memberi informasi yang banyak. Dalam hubungan dengan distribusi tingkat kesukaran ini juga harus diperhatikan bahwa evaluasi yang mempunyai tingkat kesukaran yang rendah sebaliknya diletakkan di awal evaluasi dan yang tinggi pada akhir perangkat evaluasi. Ketentuan ini tidaklah menunjukkan perbedaan yang berarti pada power evaluasi. Perbedaan itu lebih bersifat memberi motif untuk lebih terdorong mengerjakan seluruh butir soal.

18

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

g. Beberapa Pertimbangan dalam Perencanaan Evaluasi


Beberapa pertimbangan lain dalam merencanakan evaluasi adalah: l Apakah akan menggunakan opened book atau closed book l Apakah frekuensi pelaksanaan evaluasi sering atau jarang l Apakah pelaksanaan evaluasi diumumkan sebelumnya atau mendadak l Bagaimana mode penyajian evaluasi.

h. Kisi-kisi evaluasi
Kisi-kisi atau biasa juga sebagai tabel spesifikasi evaluasi umumnya ditampilkan dalam bentuk matriks yang menunjukkan proporsi dan jumlah angka mutlak dari setiap aspek butir soal yang membentuk suatu perangkat evaluasi. Dalam kisi-kisi setidaknya harus dengan mudah terbaca: (1) Pokok/ Sub-pokok bahan yang diuji, (2) Kemampuan yang diuji (tingkat ranah kognitif), (3) Tingkat kesukaran butir soal, dengan asumsi pertimbangan ada pada penulis soal. Kisi-kisi yang sudah terisi menggambarkan proporsi jumlah butir soal untuk setiap pokok/sub pokok bahasan dan setiap tingkat kemampuan pada ranah kognitif. Format kisi-kisi yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat evaluasi yang hanya terdiri dari evaluasi pilihan ganda adalah seperti tercantum pada kisi-kisi Evaluasi Objektif. Adapun langkah yang ditempuh untuk mengisi format tersebut adalah sebagai berikut: l Tentukan lamanya waktu pelaksanaan ujian yang direncanakan, misal 90 menit. l Hitung banyaknya butir soal pilihan ganda yang dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit. l Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang harus diliput dalam evaluasi tersebut.
19

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa


l

Tentukan proporsi banyaknya butir soal setiap pokok bahasan. Proporsi ini tergantung pada tingkat kepentingan pokok bahasan satu terhadap yang lain. Proporsi dinyatakan dalam (%) dan dicantumkan pada kolom paling kanan. Tentukan prosentase/porporsi jenjang kemampuan berpikir dalam perangkat evaluasi tersebut. Prosentase ini dicantumkan pada baris paling bawah. Dengan menggunakan data pada butir 2, 4, dan 5 penyebaran butir soal pada setiap kolom dapat dilaksanakan.

Kisi-kisi untuk evaluasi bentuk uraian lebih sederhana dari evaluasi objektif, karena pada evaluasi uraian proporsi masing-masing tingkat kemampuan berpikir (pemilihan jenjang berpikir) yang diukur tidak perlu dilaksanakan. Format kisi-kisi evaluasi esai dicantumkan di bawah ini.

20

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Tabel V. Format Kisi-Kisi Evaluasi Objektif PROGRAM STUD I MATA KULIAH SEMESTER/TAHUN LAMA UJIAN TIPE EVALUASI JUMLAH BUTIR EVALUASI
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

: : : : : :

NO

JENJANG KEMAMPUAN DAN TINGKAT KESUKARAN

M U D A H

C1 S E D A N G 3

S U K A R

M U D A H

C2 S E D A N G 4

S U K A R

M U D A H

C3 S E D A N G 5

S U K A R

M U D A H

C4, 5, 6 S S E U D K A A N R G 6

JUMLAH BUTIR SOAL

JUMLAH BUTIR SOAL

21

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

KETERANGAN: l C1 : Proses berpikir ingatan l C2 : Proses berpikir pemahaman l C3 : Proses berpikir penerapan l C4, 5, 6: Proses berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi l Mudah, sedang, sukar adalah tingkat kesukaran butir soal yang diinginkan. Menentukan tingkat kesukaran ini didasarkan pada pertimbangan pembuatan soal. l Pokok/ Sub pokok Bahasan di kolom 2 diambil dari GBPP (Garisgaris Besar Program Pengajaran) atau RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester). Langkah yang ditempuh untuk mengisi format kisi-kisi tes esai lebih sederhana yaitu: l Tentukan lamanya waktu pelaksanaan ujian yang direncanakan, misal 90 menit l Tentukan banyaknya butir soal uraian yang dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit. Misalkan jumlah soal ada 8 butir. l Tentukan pokok bahasan dan subpokok yang harus diliputi dalam perangkat evaluasi tersebut. l Tentukan proporsi banyaknya butir soal setiap pokok bahasan. Proporsi ini tergantung pada tingkat kepentingan pokok bahasan satu terhadap yang lain. Proporsi/prosentase tersebut dicamtumkan pada kolom paling kanan (9) l Hitung jumlah butir soal yang harus dicantumkan dalam kolom 8. l Distribusikan jumlah soal pada kolom 7 sampai dengan kolom 3 menurut proporsi yang didasarkan pada pertimbangan keterlaksanaannya. Kolom C2 sampai dengan C6 diisi dengan angka yaitu jumlahnya butir soal yang mengukur proses berpikir maksimal C2 atau C3 dan seterusnya. Contohnya:
22

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Tabel VI. Format Kisi-Kisi Evaluasi Uraian (Esai)


PROGRAM STUDI MATA KULIAH SEMESTER/TAHUN LAMA UJIAN TIPE EVALUASI JUMLAH BUTIR EVALUASI :
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN C2 1 2 3 JUMLAH SOAL PROSES BERPIKIR MAKSIMAL C3 4 C4 5 C5 6 C6 7 8 9 JMLH BUTIR SOAL %

: : : : :

NO

BUTIR SOAL JUMLAH PROSENTASE 100

kolom C4 pada pokok bahasan tertentu diisi dengan angka 2; ini berarti ada 2 butir soal yang masing-masing akan mengukur proses berpikir yang lebih rendah seperti C3 atau C2 dan C1 sudah termasuk dalam pertanyaan. 23

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

Sekiranya dalam satu perangkat evaluasi terdapat dua bentuk evaluasi yaitu pilihan ganda dan uraian, maka kisi-kisinya dapat dibuat dua yang terpisah atau gabungan. Dipisahkan atau digabungkan pengisian kisi-kisi selalu dimulai dengan alokasi waktu untuk masing-masing bentuk soal. Kalau alokasi waktu sudah ditentukan langkah selanjutnya mengikuti langkah di atas.

i.

Penyusunan Soal Tes

Setelah kisi-kisi disusun tahap berikutnya adalah penulisan soal. Berbagai hal yang perlu diperhatikan pada saat penulisan soal tes antara lain: l Butir tes dimulai dari pokok bahasan awal ke akhir. l Tingkat kesukaran dari mudah ke sukar. l Butir tes dikelompokkan dalam tipe sama. l Tuliskan petunjuk pengerjaan tes secara jelas, sehingga tidak perlu ada pertanyaan lagi tentang cara mengerjakan tes tersebut. Petunjuk tes sangat besar peranannya terhadap keberhasilan peserta tes. l Penyusunan soal butir tes hendaknya diatur sehingga tidak menimbulkan kesan berdesak-desakan, sehingga mudah dibaca. l Saat penggandaan soal tes, hindarilah meletakan kunci jawaban dalam suatu pola tertentu

j.

Penggandaan Soal Tes

Setelah soal selesai dibuat berikutnya adalah langkah penggandaan. Tentulah penggandaan ini harus dapat menjamin kerahasiaan tes disamping adanya jaminan hasil penggandaan tersebut tidak mengganggu konsentrasi peserta dalam melaksanakan tes. Oleh karena itu penggandaan tes jangan terlalu lama atau terlalu dekat dengan pelaksanaan tes. Penggandaan tes sebaiknya terpisah antara lembaran tes dan lembaran jawaban.Pemilahan ini akan memudahkan peserta tes dalam menjawab dan dosen saat koreksi.

24

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

PELAKSANAAN EVALUASI SUBSTANTIF


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan evaluasi subtantif antara lain meliputi: 1) tes buku tertutup atau tes buku terbuka, 2) tes diumumkan atau tes dirahasiakan (mendadak), 3) tes lisan atau tes tertulis, dan 4) tes tindakan (praktek). Masing-masing cara memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan/kelebihan dan kelemahan/ kekurangan ini yang perlu diperhatikan sehngga kelemahan yang mungkin muncul pada masing-masing cara dapat diminimalkan

a. Tes Dengan Buku Terbuka atau Buku Tertutup


Dalam melaksanakan tes hasil belajar seseorang dosen mempunyai hak penuh untuk menentukan apakah para peserta tes boleh melihat

25

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

buku/catatan dan menggunakan berbagai alat belajar seperti tabel, kamus, kalkulator dan sebagainya atau tidak. Kelebihan jika peserta tes diijinkan mempergunakan buku atau catatan atau alat-alat belajar yang lain adalah:
l l

Para mahasiswa tidak terlalu tegang pikirannya pada soal, menghadapi atau pada saat melaksanakan ujian. Para mahasiswa akan bertanya kepada buku atau catatan atau alat belajar lain yang dimilikinya ketimbang menyontek pekerjaan temannya. Para mahasiswa akan terbiasa membuat catatan yang sebaikbaiknya dan atau memiliki buku-buku dan alat belajar lainnya karena mengetahui betul manfaatnya. Para mahasiswa akan terbiasa membaca buku atau catatan atau berlatih menggunakan tabel, kalkulator dan sejenisnya karena terasa benar manfaatnya, yakni kelak kalau tes tidak akan mengalami kesulitan dalam menggunakannya.

Kekurangan jika peserta tes diijinkan mempergunakan buku atau catatan atau alat-alat belajar yang lain adalah: l Para mahasiswa mungkin saja malas membaca buku atau catatan dengan alasan dalam ujian akan bebas melihat buku atau catatan. l Mereka yang jarang membuka buku/catatan akan habis waktu ujiannya untuk mencari/membolak balik lembaran buku untuk mendapatkan jawaban. l Ada kecenderungan para siswa malas berpikir hal yang sangat mudahpun dicari jawabannya di dalam buku atau catatan. l Bagi mahasiswa yang alat kelengkapan belajarnya minimal akan dirugikan.

26

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Kelebihan tes buku tertutup antara lain:


l

l l

Membiasakan para mahasiswa untuk memahami isi buku atau catatan yang dimilikinya sebab jika tidak, akan tidak berhasil dalam ujian. Membiasakan para mahasisiwa untuk berpikir sendiri, bukan menggantungkan diri kepada buku catatan yang ada. Membiasakan para mahasiswa membuat rangkuman mengenai isi buku atau catatan yang dipelajari.

Kekurangan tes buku tertutup antara lain:


l

l l

Mendorong mahasiswa untuk melihat pekerjaan temannya (nyontek) apabila sudah betul-betul tak berhasil menemukan jawabannya. Mahasiswa belum tentu terlatih menggunakan buku atau catatan sebagai sumber belajar. Kaburnya prinsip bahwa buku itu untuk digunakan, bukan untuk dihafal. Bahkan dalam kehidupan nyata kelak buku itu memang untuk digunakan. Seseorang jaksa akan mempelajari dan membuka-buka KUHP menjelang mengajukan tuntutannya; seorang insinyur sipil akan melihat tabel-tabel perhitungan konstruksi baja pada saat harus menghitung konstruksi sebuah jembatan; seorang dokter akan melihat buku patologi pada saat akan menentukan diagnosis pasien yang ditanganinya; dan masih banyak lagi.

b. Tes diumumkan atau dirahasiakan


Pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan memberi pengumuman terlebih dahulu atau tanpa pemberitahuan sebelumnya. Pada umumnya para ahli psikologi belajar atau psikologi pendidikan tidak dapat menyetujui adanya tes yang pelaksanaannya tidak diumumkan
27

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

sebelumnya (dirahasiakan). Tetapi pelaksanaan tes yang dirahasiakan itu masih dapat memenuhi tujuan tes tertentu, karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: l Dapat mengukur pengetahuan siap yang dimiliki oleh mahasiswa, l Dapat memotifasi/meningkatkan usaha belajarnya secara terus menerus, karena pelaksanaan tes yang tidak diketahui dengan pasti waktu pelaksanaannya. l Dapat digunakan sebagai alat peningkatan disiplin belajar Sifat rahasia atau terbuka itu tidak hanya diterapkan pada pelaksanaan tes tetapi juga pada hasil tes. Kekuatan dan keterbatasan hasil tes diumumkan itu antara lain:

Kekuatan hasil tes diumumkan adalah:


l

l l

Peserta tes yang lulus, dengan nilai bagus, akan memacu belajar lebih baik lagi atau sekurang-kurangnya untuk mempertahankannya. Terjadi semacam perasaan dilayani secara layak dan perasaaan dihargai. Tumbuh kepercayaan para mahasiswa kepada lembaga pendidikan di mana meraka belajar, khususnya kepada dosen yang bersangkutan bahwa tes beserta penilaiannya dilakukan secara objektif. Kepercayaan ini makin kuat lagi apabila hasil pekerjaan tes dikembalikan kepada mereka, dan dosen yang bersangkutan memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk membahas kunci jawaban dan mempersoalkan nilai mereka. Pihak dosen tentu akan mengoreksi dan memberi nilai kepada setiap pekerjaan peserta tes dengan cermat karena tidak ingin kepercayaan mahasiswa kepada dirinya hilang karena kecerobohannya.

28

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Keterbatasan hasil tes diumumkan adalah:


l l l

Membuat malu mahasiswa yang tidak lulus atau nilainya rendah yang pada gilirannya akan menghapuskan motivasi belajarnya. Kesempatan untuk demokratis seperti yang diutarakan pada keuntungan butir c di atas dapat menyebabkan protes. Dosen yang karena satu hal lain tidak dapat mengumumkan tepat waktu, akan merasa mempunyai beban mental yang berat dan memang dapat menjurus kepada cemoohan oleh para mahasiswa. Memerlukan kemampuan administrasi yang prima yang memerlukan fasilitas dan dana tambahan.

Jika hasil tes tidak diumumkan,.


Kekuatan hasil tes tidak diumumkan antara lain: l Tidak menuntut kemampuan administratif yang prima dan mahal. l Tidak akan terjadi protes-protes dari pihak peserta tes yang akan merepotkan para dosen maupun lembaga pendidikan bersangkutan. l Jika dipandang perlu, nilai seseorang peserta tes dapat diputuskan dengan mengikutsertakan faktor-faktor non tes, misalnya, kerajinan.

Keterbatasan hasil tes tidak diumumkan antara lain:


l

Tes itu tidak atau kurang berguna karena tidak komunikatif dengan para mahasiswa atau orang tua mahasiswa yang bersangkutan. Padahal tes hasil belajar itu berfungsi dan bermanfaat jika dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

29

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa


l l

Dapat saja terjadi seseorang dosen itu main hakim sendiri tanpa diketahui oleh siapapun. Para mahasiswa tidak merasakan hasil jerih payahnya padahal hasil yang diperoleh ini memberi motivasi yang sangat penting dalam proses belajar.

c.

Tes lisan atau tes tertulis


Kekuatan tes tertulis antara lain: l Kemampuan memilih kata-kata, kekayaan informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan memilih ataupun memadukan ide-ide, dan proses berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata. l Kemampuan-kemampuan seperti disebutkan pada butir a di atas dapat dibandingkan antara yang satu dengan yang lain. l Dalam waktu yang relatif terbatas dapat dilaksanakan tes yang terdiri atas sejumlah besar peserta tes sehingga ekonomis. l Memungkinkan dikoreksi oleh lebih dari seorang korektor (jika bentuk tesnya esai) sehingga lebih objektif.

Keterbatasan tes tertulis antara lain:


l l

l l

Khusus untuk tes bentuk esai, tes tertulis itu menurut tugas peserta yang terlalu berat. Dalam hal tes bentuk esai khususnya, maka ketunabahasaan akan merugikan peserta tes yang bersangkutan apabila masalah bahasa diperhitungkan di dalam memberi nilai. Yang bersifat masal itu biasanya kurang baik dibandingkan dengan yang individual. Mahasiswa cenderung menuliskan jawabannya panjang-panjang, sehingga jawaban tersebut malah menyimpang dari persoalannya, hal ini tak dapat dikontrol oleh dosen. Di samping itu karena asyiknya terpaku pada salah satu butir, akhirnya

30

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

mahasiswa lupa waktu sehingga pada waktu tes habis peserta tes yang bersangkutan belum beranjak ke butir tes yang lain.

Kekuatan tes lisan antara lain:


l

Dapat dilaksanakan secara individual sehingga lebih cermat sehingga penguji dapat mengetahui persis di mana posisi hasil belajar peserta didik yang bersangkutan. Kemampuan-kemampuan seperti yang ada pada tes tertulis yang telah diuraikan di atas dapat dipantau secara langsung oleh dosen yang mengujinya. Dengan tes lisan memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan dialog aktif. Ini mendorong mahasiswa menyiapkan diri sebaik-baiknya. Mahasiswa dapat mengemukakan argumentasi-argumentasinya secara lebih bebas sehingga dosen yang menguji mengetahui persis jalan pikiran mahasiswa. Tidak ekonomis. Jika yang melaksanakannya hanya seorang, jadi satu lawan satu maka dapat terjadi subyektivitas yang sukar dikontrol. Memungkinkan dosen main hakim sendiri; bahkan dendam pribadi dapat dilampiaskan di situ. Bagi peserta tes yang gagap atau grogi dirugikan oleh sistem ujian lisan ini.

Keterbatasan tes lisan antara lain:


l l l l

d. Tes Tindakan atau Praktek


Kekuatan tes praktek antara lain:
l

Terjadinya pengecekan terhadap terbentuk atau tidaknya ketrampilan yang dirumuskan di dalam TIK.

31

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa


l.

Membuat pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau dihilangkan. Tidak semua bahan dapat dapat diujipraktekkan. Mahal dan dosen dituntut lebih mampu dari mahasiswanya yang hal ini mungkin tidak dapat dipenuhi, terutama dalam bidang olah raga. Jika prakteknya tidak dalam keadaan yang sesungguhnya maka mahasiswa cenderung main-main, atau kalau mereka juga sungguh-sungguh maka kurang manfaatnya karena dalam praktek di dalam kehidupan sehari-hari tidak sama dengan situasi praktek tiruan. Dalam praktek tiruan ini mahasiswa umumnya justru kikuk, jadi tidak berlangsung wajar.

Keterbatasa tes praktek antara lain:


l l

32

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

PENGOLAHAN DAN PENDEKATAN PENILAIAN


a. Pengolahan Hasil Tes
Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan pelaksanaan ujian, yaitu memeriksa hasil ujian dengan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban..

b. Tata cara memeriksa hasil tes objektif.


Pemeriksaan hasil tes objektif dapat dilakukan secara manual (diperiksa sendiri oleh dosen atau panitia) atau dengan alat pembaca
33

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

khusus (screnning machine). Lembar jawaban untuk pemeriksaan dengan alat pembaca khusus tidak dapat menggunakan kertas biasa tetapi menggunakan kertas khusus yang dapat dibaca oleh mesin pembaca, atau sering dikenal dengan Lembar Jawab Komputer (LJK). Memeriksa hasil tes objektif dengan cara manual mengikuti langkahlangkah berikut: l Salinkan format lembar jawaban di atas kertas transparan dengan memberi tanda lingkar pada jawaban yang sesuai. l Pada waktu memeriksa, letakkan kunci jawaban yang disalin pada transparan tersebut di atas lembar jawaban peserta ujian. Hitunglah berapa jumlah butir yang benar dengan memperhatikan lingkaran kunci jawaban dengan tanda pada lembar jawaban peserta. l Untuk menghindari kekeliruan, sebaiknya dihitung pula jawaban yang salah atau kosong. Seharusnya jumlah jawaban yang benar dan jumlah jawaban yang salah serta jawaban yang kosong (kalau ada) harus sama dengan jumlah semua butir pertanyaan. Pada tipe tes objektif, ada kemungkinan dalam menjawab butir soal peserta ujian hanya menerka jawaban atau spekulasi dalam menjawab. Untuk meminimasikan peserta menerka perlu ada konsekuensi terhadap hal tersebut, yaitu skor benar dikurangi oleh skor salah. Inilah sebabnya pada petunjuk umum naskah ujian dicantumkan pernyataan berikut: Pikirkanlah sebaik-baiknya sebelum menjawab setiap soal, karena SETIAP JAWABAN YANG SALAH AKAN MENGAKIBATKAN PENGURANGAN NILAI.

34

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Pengurangan nilai atau Correction for guessing dihitung menurut formula:


Jawaban salah Skor = Jawaban benar (n - 1)

n adalah jumlah alternatif pilihan jawaban. Contoh, untuk pilihan jawaban a, b, c, d. dan e, berarti n=5.

c.

Pendekatan Penilaian dan Penilaian

Ada dua pendekatan penilaian hasil belajar, yaitu: Penilaian Acuan Norma (Penilaian Acuan Relatif) disingkat PAN dan Penilaian Acuan Patokan (Penilaian Acuan Kreteria, Penilaian Acuan Absolut) disingkat PAP. Ada kalanya masing-masing pendekatan tidak dilaksanakan secara murni, tetapi perlu diadakan penyesuaian atau merupakan kombinasi dari kedua pendekatan ini.
l

Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)

Nilai mahasiswa dalam satu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu. Untuk jumlah peserta kecil, pemberian nilai kepada setiap mahasiswa didasarkan atas rentang nilai tertinggi dan terendah atau didasarkan atas persentase jawaban benar tertinggi dan terendah. Cotoh perhitungan nilai pendekatan PAN
Nilai mentah Persentase betul Nilai (1-10) 50 83,3 10 A 45 75,0 9 B 45 75,0 9 B 40 66,7 8 C 40 66,7 8 C 35 58,3 7 D 35 58,3 7 D 30 50,0 6 E

35

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

Untuk jumlah peserta banyak pemberian nilai kepada setiap anggota kelompok dapat ditentukan dengan menggunakan perhitungan statistik sederhana, dengan menghitung terlebih dahulu nilai rata-rata dan simpangan baku kelompok nilai tersebut. Dasar perhitungan statistik dapat diperoleh dari buku pustaka. Pemberian nilai huruf didasarkan atas nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan, sebagai contoh sebagai berikut:
Nilai A B C D E Rentang Simpangan Baku (SB) Di atas 1,5 SB + 0,5 SB sd + 1,5 SB 0,5 SB sd +0,5 SB 1,5 SB sd 0,5 SB Di bawah 0,5 SB

Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Nilai seseorang didasarkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Kelulusan telah ditentukan/dipatok minimal menguasai prosentase tertentu dari suatu tujuan pembelajaran. Bilamana seseorang telah memenuhi patokan tersebut ia dinyatakan berhasil atau lulus atau telah menguasai bahan tersebut. Sebaliknya bila seseorang belum memenuhi patokan, ia dikatakan gagal atau belum menguasai bahan tersebut. Patokan dalam proses pembelajaran mengacu pada tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran ditentukan oleh tingkat penguasaan tujuan instruksional. Dengan kata lain nilai atau kelulusan seseorang ditentukan oleh penguasaan tujuan instruksional. Jadi berbeda dengan Penilaian Acuan Norma nilai atau kelulusan seseorang ditentukan oleh kelompoknya.
36

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Penilaian berdasarkan Acuan Patokan (PAP), pemberian nilai didasarkan atas tercapainya suatu standar atau kriteria penguasaan tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Penilaian absolut tidak membandingkan posisi atau kedudukan relatif subyek yang satu dengan posisi subyek yang lain dalam kelompoknya akan tetapi melihat apakah performasi subyek sudah mencapai batas tertentu (Zainul dan Nasution, 2001). Dengan kata lain, penilaian absolut akan melihat apakah subyek mampu melakukan tugas spesifik yang ada dalam tes. Seperti diuraikan di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan bila ia telah dapat menjawab dengan betul 60% dari butir soal yang berasal dari pokok bahasan tersebut. Jawaban yang benar 60% atau lebih menyatakan bahwa ia telah lulus, sedangkan jawaban yang kurang dari 60% menyatakan yang bersangkutan belum berhasil, atau perlu mengulang kembali. Apakah semua yang mendapat skor 60% ke atas akan mendapat nilai yang sama? Jawabnya tergantung pada sistem penilaian yang digunakan, karena ada penilaian yang menggunakan kategori lulus atau tidak lulus, tetapi ada pula yang menggunakan kategori A,B,C,D, dan E. Bila sistem penilaiannya hanya lulus dan tidak lulus maka semua yang mendapat nilai 60% ke atas mendapat kategori yang sama yaitu lulus, tetapi bila diperlukan penilaian yang dapat membedakan skor 60% ke atas dapat diberikan penilaian sebagai berikut: Rentang skor Nilai < 60 % E (60 70) % D (70 80) % C (80 90)% B > 90 % A Rentang skor untuk mendapatkan nilai E sampai dengan A seperti dicontohkan di atas bukanlah rumusan yang baku.
37

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR DI UGM


Pelaksanaan evaluasi hasil belajar di UGM sepenuhnya dilaksanakan oleh masing-masing fakultas berdasarkan peraturan akademik fakultas dengan mengacu pada peraturan akademik universitas dan kalender akademik universitas. Secara umum penilaian hasil belajar dilakukan melalui tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dilakukan dalam bentuk ujian harian, quis, dan/atau ujian tengah semester. Tes formatif dimaksudkan untuk mengumpulkan data/informasi tentang kualitas proses pembelajaran dan bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun tes sumatif dilakukan dengan tujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran dari peserta didik yang dilakukan pada akhir program matakuliah melalui ujian akhir semester. Pelaksanaan ujian dapat dilaksanakan secara ujian tulis, ujian lisan, atau ujian ketrampilan. Nilai akhir untuk setiap matakuliah merupakan gabungan atau kumulatif dari serangkaian bentuk ujian dan penugasan pada ujian formatif dan sumatif. Berdasarkan Panduan Akademik Universitas Gadjah Mada, ujian akhir semester dilaksanakan satu kali dan sekurang-kurangnya satu kali ujian sisipan untuk masing-masing matakuliah. Waktu pelaksanaan perkuliahan dan ujian untuk seluruh program studi di lingkungan UGM mengacu pada kalender akademik UGM. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa fakultas di UGM menyelenggarakan ujian susulan, ujian ulangan, dan/atau ujian remidiasi, antara lain di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi.
38

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Remidiasi di Fakultas Kedokteran ialah program pembelajaran tambahan bagi mahasiswa yang telah mengikuti proses pembelajaran, namun memperoleh nilai akhir blok yang kurang memuaskan. Program ini diselenggarakan pada masa liburan akhir tahun akademik. Tujuan program remidiasi atau make up test ini adalah; l Memberikan peluang kepada mahasiswa untuk memperbaiki/ meningkatkan Indeks Prestasi. l Menghindari Drop Out. l Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk lulus tepat waktu. Persyaratan mengikuti remidiasi adalah sebagai berikut: l Harus mengikuti matakuliah reguler pada semester yang berjalan l Mengikuti ujian dan memperoleh nilai E sampai dengan B/C l Membayar biaya remidiasi/ make up evaluasi Rp 10.000,l Nilai maksimum yang diperoleh B Persayaratan mengikuti make up test l Harus sudah mengikuti matakuliah yang akan diperbaiki l Mengikuti ujian dan memperoleh nilai E sampai dengan B/C l Mahasiswa hanya diijinkan mengikuti make up test maksimum dua blok dalam satu semester. l Mahasiswa diijinkan mengikuti make up test lebih dari satu kali untuk blok yang sama. l Mahasiswa yang membatalkan make up test tidak diperkenankan mengambil make up test pada semester berikutnya. l Nilai maksimum yang diperoleh B l Make up test untuk program reguler dilaksanakan apada akhir semester. Pelaksanaan ujian remidiasi di Fakultas Farmasi adalah didasarkan atas Surat Keputusan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,

39

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

No. UGM/FA/119/ UM/01/39 tentang Penghapusan Semester Pendek dan Penyelenggaraan Ujian Perbaikan. Dasar pertimbangan keputusan tersebut adalah: 1. Bahwa beban Fakultas dan Dosen terlalu berat untuk menyelenggarakan kegiatan akademik pada semester pendek. 2. Bahwa perlu dilakukan kegiatan akademik lain sebagai pengganti kegiatan semester pendek. 3. Bahwa sebagai dasar pelaksanaannya perlu diterbitkan surat keputusan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Dengan mengingat hal-hal yang tercantum dalam SK tersebut dan memperhatikan Rapat Kerja Fakultas Farmasi tanggal 26 Januari 2005 maka diputuskan beberapa hal sebagai berikut: 1. Menghapuskan kegiatan akademik berupa semester pendek. 2. Menyelenggarakan Ujian Perbaikan bagi matakuliah yang diselenggarakan baik di semester gasal maupun di semester genap, dengan atau tanpa didahului tutorial. 3. Ujian perbaikan diselenggarakan setelah berakhirnya semester genap dan sebelum dimulainya semester gasal berikutnya. 4. Waktu, tempat, jenis matakuliah, dan beaya penyelenggaraan ujian perbaikan akan diatur oleh bagian akademik 5. Surat Keputusan tersebut berlaku terhitung sejak ditetapkannya dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan tersebut, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Fakultas Farmasi UGM juga melaksanakan ujian susulan. Pelaksanaan ujian susulan tersebut diatur dalam Peraturan Akademik atau Keputusan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Nomor 3 tahun 2005 tentang Peraturan Akademik. Dalam Bab VII. (Tentang Evaluasi Belajar), Pasal 10 ayat d tertulis sebagai berikut: Mahasiswa yang tidak bisa

40

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

mengikuti Ujian Sisipan (US) dan Ujian Akhir Semester (UAS) karena sakit, keluarga dekat meninggal, atau melaksanakan tugas Fakultas/Universitas/ Negara, diperkenankan mengikuti ujian susulan setelah mendapatkan ijin dari Fakultas, yang waktunya diatur oleh Fakultas. Pasal 10 ayat e berisi, Ujian susulan seperti tertera dalam ayat (d) harus sudah dilaksanakan sebelum yudisium semester yang bersangkutan.

41

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

PRAKTEK BAIK CARA PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA


Inovasi proses penilaian hasil belajar mahasiswa telah banyak dikembangkan di Universitas Gadjah Mada baik untuk tingkat fakultas, program studi, atau individu dosen. Saat ini, Proyek Due like menawarkan banyak grand untuk mengembangkan inovasi pembelajaran yang di dalamnya juga termasuk inovasi evaluasi hasil belajar mahasiswa. Salah satu contoh praktek baik diambil dari inovasi Bapak Drs. Suprapto, SU dosen Jurusan Komunikasi Fakultas Sosial dan Politik UGM dengan judul Integrasi Aneka Ragam Sistem Pembelajaran Menuju Kemampuan Jiwa Kepemimpinan dan Kemandirian Mahasiswa. Inovasi ini memenangkan INNO-Grand proyek Due Like UGM. Ringkasan inovasi ini dituliskan sebagai berikut: l Kegiatan pembelajaran bukan kegiatan spontan yang dilakukan tanpa rencana tetapi merupakan kegiatan terencana. l Kegiatan ini menitik-beratkan pada Student Center Oriented. Metoda pembelajaran yang diterapkan, tidak Single Method(tunggal), tetapi Multiple Methods. l Penerapannya disesuaikan dengan kondisi awal mahasiswa. l Pilihan yang dikembangkan : Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Simulasi dan sumbang-saran. l Sistem penilaian yang dikembangkan mengacu pada aktivitas mahasiswa: - Di dalam kelas - Di luar kelas.
42

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Oleh karena itu, sumber penilaian didasarkan pada : l Ujian Tengah Semester l Penugasan : Cari literatur, Paper, Makalah, Sari Kuliah, Kliping, Karikatur, Foto, atau Diskusi. l Ujian Akhir Semester. Apabila Mahasiswa memenuhi syarat atau dapat dinyatakan: BUAS (Bebas Ujian Akhir Semester) apabila : l Mengikuti kuliah minimum 75% l Mengikuti Ujian Tengah Semester l Mengumpulkan/memiliki 5 nilai tugas masing-masing minimum: 7.75 Keuntungan dari metode ini mahasiswa dapat: l Memilih cara berprestasi l Terpacu mencari bahan yang relevan. l Terlatih berfikir kritis l Berpeluang mengembangkan kreativitas l Mengembangkan prestasi yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. l Terlatih berjiwa kepemimpin. l Terlatih berjiwa mandiri Bila ingin informasi lebih lanjut tentang inovasi ini atau inovasi-inovasi yang lain dapat menghubungi Kantor Due Like di Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada.

43

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

DAFTAR PUSTAKA
Azwar S.,2001, Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, Edisi II, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Buku Panduan Akademik 2004, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sasmoko, 2001, Evaluasi Proses Pembelajaran Sebagai Kontrol Kualitas di Lembaga Pendidikan yang Otonom, Portal Informasi Indonesia, http://www.depdiknas.go.id// jurnal/31/evaluasi_proses_ pembelajaran_seb.htm. Surat Keputusan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, No. UGM/FA/119/ UM/01/39 tentang Penghapusan Semester Pendek dan Penyelenggaraan Ujian Perbaikan. Zainul A. dan Nasution N., 2001, Penilaian Hasil Belajar, Buku 1.15. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasasional, Jakarta.

44

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

45

Evaluasi Hasil Pembelajaran Mahasiswa

46

Anda mungkin juga menyukai