Disusun Oleh:
1.
Asni Nurul Aini (P0 7131110001) Endri Purwoningsih (P0 7131110008) Yunita Ahadti (P0 7131110039)
A. PENDAHULUAN
Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai casecomparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study, merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship), seperti hubungan antara kejadian kanker serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi BCG, atau hubungan antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu. Penelitian case control berhubungan erat dengan penelitian prevalensi atau cross sectional. Namun demikian, karena orang-orang yang dilibatkan umumnya lebih sedikit dan lebih mudah dikumpulkan, maka penelitian case control lebih sering dilaksanakan. Di antara penelitian-penelitian analitik, biasanya penelitian case control menjadi pendekatan pertama untuk menentukan apakah suatu ciri perorangan atau faktor lingkungan tertentu mempunyai kaitan dengan terjadinya penyakit. Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional, karena pada studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang kedokteran klinik, terutama untuk penyakitpenyakit yang jarang ditemukan.
B. DEFINISI STUDI CASE KONTROL
Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X. Pertanyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti. Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk
dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari. Ciri-ciri spesifik studi case kontrol Studi case control mempunyai ciri-ciri antara lain:
Studi berciri lebih menarik (modest) Mempunyai resiko menimal Cukup murah Hasilnya cukup baik Mempunyai kecenderungan menimbulkan bias.
Bias Dalam Studi Kasus Kontrol Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu : a. Bias seleksi b. Bias informasi c. Bias perancu (confounding bias) Penyebab bias di antaranya adalah sebagai berikut:
Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors) mungkin terlupa
oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias)
Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih
sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol)
Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan
penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen
Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali sangat sukar.
Langkah-langkah studi case control Langkah-langkah sari studi case contol adalah sebagai berikut
1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai.
Dari pertanyaan penelitian dapat disusun hipotesis penelitian yang akan diuji validitasnya secara empiris.
Intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis, frekuensi, atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan frekuensi dapat besifat :
Dikotom, yaitu bila hanya terdapat dua kategori, misalnya pernah minum jamu peluntur atau tidak Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari dua tingkat, misalnya tidak pernah, kadang-kadang, atau sering terpejan. Kontinu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya umur dalam tahun, paritas, berat lahir
Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah pajanan itu berlangsung terus-menerus) Saat mendapat pajanan pertama Bilakah terjadi pajanan terakhir penelitian. Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan
3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, control) dan cara untuk pemilihan subyek
ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti, tetapi mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus karena terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit. Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari populasi yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang yang diagnosisnya biasanya ditegakkan di rumah sakit. Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol:
a. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru + lama) b. Tempat pengumpulan kasus c. Saat diagnosis
Sementara itu, pemilihan kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti sehingga sangat terancam bias. Kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus dan didasarkan pada kesamaan dengan karakteristik subyek pada kasus, sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk terpajan oleh faktor risiko yang diteliti.
a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama b. Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variabel yang
mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang diteliti (matching)
c. Memilih lebih dari satu kelompok control
Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas pajanan faktor risiko
terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan pajanan risiko pada kasus dan control hampir sama dan diperlukan sampel yang cukup besar untuk mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R). c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power=1-b) yang dipilih. Biasanya
maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol diambil c kali, maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan melakukan
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal yang sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus sudah didefinisikan dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi di waktu lampau melalui anamnesis (recall) semata-mata mengandalkan daya ingat responden. Bias yang dapat mengancam dalam konteks ini adalah recall bias.
5. Menganalisis data.
Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan rasio odds, sampai yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis multivariat. Ini ditentukan oleh apa yang ingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol (matched atau tidak), dan terdapatnya variabel yang mengganggu atau tidak.
6. Analisis hasil studi case control.
1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang
jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat. 3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien. 4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian
Kelemahan studi case control Kelemahan studi case control adalah sebagai berikut:
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan
medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh. 3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya
faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak
Kelompok kasus dipilih dari dua kelompok yang terpisah sehingga sulit dipastikan Data faktor resiko disimpulkan setelah penyakit terjadi sehingga data tidak lengkap Odds Ratio tidak dapat digunakan untuk mengestimasi resiko relatif jika masalah Sulit untuk menghindari bias seleksi karena populasi berasal dari dua populasi yang
berbeda.
E. CONTOH KASUS
Suatu studi ingin mengetahui besarnya faktor resiko obesitas terhadap terjadinya asam urat, diilustrasikan pada tabel berikut: EFEK + Hitung OR dan apa maknanya! Jawab: FAKTOR RESIKO + 100 180 30 250
EFEK Kasus Asam urat (+) 100 30 130 Kontrol Asam urat (-) 180 250 430
Hasil OR (Odds Ratio) adalah 4,63. Hal ini berarti faktor resiko sebagai penyebab penyakit/ efek, sehingga didapat kesimpulan bahwa obesitas sebagai penyebab asam urat.
EFEK Kasus Asam urat (+) 100 180 280 Kontrol Asam urat (-) 30 250 280
OR = (aa+b:ba+b)(cc+d:dc+d) = (100100+30:30100+30)(180180+250:250180+250) = 4,63 OR = adbc = 100 x 25030 x 180 = 250005400 = 4,63 Hasil OR (Odds Ratio) adalah 4,63. Hal ini berarti faktor resiko sebagai penyebab penyakit/ efek, sehingga didapat kesimpulan bahwa obesitas sebagai penyebab asam urat.
DAFTAR PUSTAKA Friedman, Gary D. 1993. Prinsip-prinsip Epidemiologi. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica http://uningmarlina.wordpress.com/category/ebm/ http://mardiyantibudirahayu.blogspot.com/2010/11/rancangan-penelitian-1.html http://lisapratiwi.students-blog.undip.ac.id/2010/11/08/desain-studi-epidemiologi/ http://castanea.students-blog.undip.ac.id/2010/11/04/jenis-desain-penelitian/ http://papadiva.wordpress.com/tugas-mirs/ http://prematuredoctor.blogspot.com/2009/12/studi-kasus-kontrol.html http://www.scribd.com/doc/43978449/MAKALAH-EPIDEMIOLOGI