REPUBLIK INDONESIA
SEKRETAR IAT JENDERAL
Jalan Medan Merdeka Utara No.7 Jakarta 10110
1. bahwa
Putusan
Pengadilan
Tata
Usaha
Negara
Jakarta
Nomor
061/G.TUN/2009/PTUN-JKT tanggal 9 Agustus 2009, yang amarnya antara lain: MENGADILI: DALAM EKSEPSI Menolak Eksepsi Tergugat; ADALAH POKOK PERKARA - Menolak Gugatan Para Penggugat Seluruhnya; - Menghukum Para Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp. 184.000,(Seratus Delapan Puluh Empat Ribu Rupiah);
Bahwa terhadap Memori Kasasi dari Pemohon Kasasi Penggugat atas Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 212/B/2009/PT.TUN-JKT tanggal 25 Januari 2010 Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Nomor 061/G.TUN/2009/PTUN-JKT tanggal 9 Agustus 2009 sebagai keberatan Kontra Memori Kasasi Termohon Kasasi/ Tergugat adalah sebagai berikut:
2. Bahwa yang menyadi obyek sengketa dalam perkara ini adalah Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor: 131.32-347 tahun 2009 tanggal 30 maret 2009 Tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan walikota Bogor Propinsi Jawa Barat dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.32348 tahun 2009 Tanggal 30 Maret 2009 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan Wakil Walikota Bogor Propinsi Jawa Barat, yang diterbitkan/dikeluarkan berdasarkan surat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor Nomor 131/15-DPR tanggal 21 Januari 2009 perihal Pengiriman Berkas Calon Pasangan Terpilih Walikota dan Wakil Walikota Bogor Masa Jabatan 2009-2014 yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Jawa Barat yang antara lain berisi: sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor, tangggal 20 Oktober 2008, Nomor 40 Tahun 2008, tentang Tata Tertib Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bogor masa jabatan 2009-2014 kepada Pasangan Calon Terpilih Walikota dan Wakil Walikota Bogor telah dilakukan pengujian publik yang dilaksanankan selama 3 (Tiga) hari kerja tersebut terenyata tidak terdapat
pengaduan dari masyarakat baik secara lisan maupun tertulis terhadap pasangan calon terpilih yang berkaitan dengan adanya dugaan Politik Uang, yang terjadi sebelum, selama dan setelah rapat paripurna khusus tahap pertama, sehingga hasil pemilihan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor Sebagaimana tersebut diatas, secara politik maupun mekanisme/prosedur telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Didalam Pasal 35 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 151 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yeng berbunyi: Berdasarkan Keputusan DPRD dan berkas pemilihan yang diterima: a. Presiden mengesahkan pasangan Bupati/wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota yang pelaksanaannya di delegasikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. Pasal ini dapat ditafsirkan bahwa Menteri Dalam Negeri dan Otonomi diberi kewenangan oleh Peraturan Perundang-Undangan untuk mengesahkan pasangan Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota terpilih yang ditetapkan Kepala Daerah. oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat setelah melalui Tahapan Pemilihan
3. Bahwa
Termohon
Kasasi/Terbanding/Tergugat
sependapat
dengan
pertimbangan hukum Judex Factie pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta pada halaman 4 yang menyatakan: Bahwa dari Memori Banding Penggugat I/ Pembanding tersebut, tidak memuat hal-hal baru yang dapat mengubah fakta-fakta yang diperoleh di persidangan Pengadilan tata Usaha Negara Jakarta tingkat pertama, dan semua yang dikemukakan dalam Memori Banding itu oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta telah dipertimbangkan dengan benar dalam putusannya, sedangkan terhadap alat bukti tambahan P-22 tentang surat pernyataan dari Drs. H. Abdul Rochim bahwa tanda tangan ternyata dipalsukan, menurut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, selama belum dinyatakan palsu berdasarkan Putusan Perkara Pidana
yang berkekuatan hukum tetap, maka surat pernyataan tersebut patut dikesampingkan. Pertimbangan Hukum Judex factie pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta demikian menuirut termohon kasasi/Terbanding/Tergugat adalah sangat proporsional artinya Judex Factie benar-benar memperhatikan asas-asas keadilan, asas Kepastian Hukum, Asas Kemanfaatan dan asas kepatutan, hal yang sama juga dengan pertimbangan hukum putusan Judex factie pada pemeriksaan tingkat Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 061/G.TUN/2009/PTUN-JKT tanggal 9 Agustus 2009 pada halaman 77 yang menyatakan bahwa Sehubungan dengan adanya masalah ijasah tersebut Majelis Hakim Berpendapat karena dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor tidak pernah menarik kembali suratnya nomor 131/05-DPRD tentang pengiriman Berkas Pemilihan Pasangan Calon Terpilih Walikota dan Wakil Walikota Bogor masa jabatan 2009-2014 tanggal 21 Januari 2009 yang ditujukan Kepada Menteri Dalam Negeri RI (Tergugat) Melalui Gunernur Jawa Barat (Bukti T-18) sehubungan dengan persyaratan pendidikan tersebut dan ijasah persamaan tersebut (Bukti T_1) belum dinyatakan palsu berdasarkan putusan pidana, sehingga dengan demikian bahwa tindakan Tergugat tetap melakukan pengesahan terhadap Walikota dan Wakil Walikota Terpilih dengan mengeluarkan obyek gugatan aquo tidak bertentangan dengan Peratuan Perundang-Undangan yang berlaku dan Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Pertimbangan hukum yang harmonis antara Judex factie pada tingkat Pertama dan Tingkat Banding menurut pendapat Termohon/Terbanding/ Tergugat telah mengadopsi asas-asas hukum yang bersifat Universal yaitu Presumtion of innocent (Praduga tak Bersalah) yang artinya setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dan atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Vide Pasal 8 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman), dalam kontra Memori Kasasi ini kembali Termohon/Terbanding/Tergugat sampaikan kepada Pemohon Kasasi bahwa sebelum menjadi Wakil Walikota Bogor masa jabatan 2009-2014 Sdr.Moch.Sahid adalah menduduki Jabatan sebagai Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor Masa Jabatan 1999-2009 (Bukti T20 dan T-21), sehingga menurut Termohon Kasasi/Terbanding/Tergugat dalil Pemohon Kasasi dalam Memori Kasasi pada butir ke-3 yang antara lain menyatakan palsu tidaknya sebuah ijasah bukan ditetapkan oleh putusan perkara pidana, tetapi dinyatakan oleh sekolah tempat seorang belajar dan dikuatkan oleh lembaga yang mengeluarkan ijasah dan selain itu, tanda tangan dalam legalisasi foto copy ijasah tersebut menurut pejabat yang mengeluarkan yaitu Drs.H.Abdul Rochim telah dipalsukan adalah suatu dalil yang sangat menyesatkan, sangat memprihatinkan dan tidak berdasarkan atas hukum, sebab Negara Indonesia Adalah Negara yang Berdasarkan atas Hukum bukan Negara Barbarian!!!!sehingga dalam hal ini pemohon kasasi perlu kembali mendalami lebih serius teori-teori dan asas-asas hukum yang dikenal oleh pemikir-pemikir hukum di indonesia. Memang selaku Actori Incumbit probatio wajar meyakinkan Judex factie maupun Majelis Hakim Agung bahwa pembuktiannya telah sempurna, namun sepanjang pembuktian menyangkut diluar kewenangan Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menilai pembuktian tersebut maka Termohon kasasi /Terbanding/Tergugat perlu mengingatkan Pemohon Kasasi untuk membaca Ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi: Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata Usaha Negara. Majelis Hakim pada Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai kewenangan hanya sebatas menilai apakah Tergugat (Menteri Dalam Negeri) dalam mengeluarkan Obyek Gugatan (Keputusan-keputusan aquo) ditinjau dari segi kewenangan, prosedural dan substansial telah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Dan didalam Kontra Memori Kasasi ini Termohon Kasasi/Terbanding/Tergugat mengingatkan kepada Pemohon Kasasi sesuai dengan Pasal 30 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung maka Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan Pengadilan dari semua pengadilan karena:
a. Tidak berwenang atau salah mengadili; b. Salah ,menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan PerundangUndangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya Putusan yang bersangkutan. Uraian tersebut di atas jelas sangat kontradiktif dengan isi Memori Kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi hanya mempermasalahkan alat bukti saksi tanpa memberikan alasan-alasan yang dapat diterima sebagai Memori Kasasi. Lebih lanjut menurut pendapat Termohon Kasasi/ Terbanding/ Tergugat Memori Kasasi tersebut sangat tidak berkualitas untuk diajukan serta Pemohon Kasasi tidak memahami Peraturan Perundang-Undangan yang terkait dengan alasanalasan mengajukan Kasasi yang sebenarnya.
5. Bahwa
Termohon
Kasasi
sangat
sependapat
dengan
pertimbangan-
pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dalam Perkara Nomor 061/G.TUN/2009/PTUN-JKT tanggal 9 Agustus 2009 dan Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara jakarta Nomor 212/B/2009/PT.TUN-JKT tanggal 25 Januari 2010 yang mempertimbangkan bahwa Keputusan Tergugat/Termohon Kasasi yang dijakdikan obyek gugatan aquo telah sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku baik dari segi Prosedur, Kewenangan dan substansi penerbitan Keputusan Tergugat/Termohon Kasasi tersebut.
Kasasi/Terbanding/Tergugat mohon kepada Ketua Mahkamah Agung RI up. Majelis Hakim Agung yang Mulia pada mahkamah Agung RI berkenan memutuskan sebagai berikut: Menolak Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi/Pembanding/Penggugat. Menguatkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor
161/G.TUN/2009/PTUN-JKT tanggal 9 Agustus 2009 dan Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Nomor 212/B/2009/PT.TUN-JKT tanggal 25 Januari 2010.
Menghukum Pemohon Kasasi/Pembanding/Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini. Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.
1. ERMA WAHYUNI,SH.,Msi.
2. ROMUALDO MANURUNG,SH.MH.