Pendekar Negeri Minahasa Buku Kedua: Api: Kisah Para Waraney
By FARY SJ OROH
3.5/5
()
About this ebook
Dusun Taara di Walak Tombulu diserbu, seluruh penghuninya, termasuk perempuan dan anak-anak tewas. Walak Tombulu berencana membalas dendam dan menyerbu Walak Touwariri yang diyakini sebagai pelaku.
Sementara itu, Dusun Le'emo di Walak Touwariri juga diserang, dan pelakunya diyakini adalah Walak Tombulu. Kedua walak yang bertetangga ini terancam perang saudara mati-matian.
Makoro, lulusan papendangan Kalabat pun terpaksa turun tangan memecahkan misteri di balik penyerbuan ini, termasuk mencegah pertumpahan darah...
Read more from Fary Sj Oroh
40 “Jurus Mabuk” Menulis: Panduan Menulis untuk Pemula Rating: 4 out of 5 stars4/5Malin Kundang: Si Arcaraga Rating: 4 out of 5 stars4/5Gajah Mada: Cinta Dua Dunia Rating: 4 out of 5 stars4/5Garuda Hitam Rating: 4 out of 5 stars4/5Lyra Gadis Perkasa Rating: 3 out of 5 stars3/59 Alasan Kenapa Penguasa Dinasti Han Bukan Leluhur Minahasa Rating: 2 out of 5 stars2/5Be Smart and Confident: 35 Kisah Inspiratif untuk Hidup Cerdas, Percaya Diri dan Sukses Rating: 4 out of 5 stars4/5
Related to Pendekar Negeri Minahasa Buku Kedua
Titles in the series (2)
Pendekar Negeri Minahasa, Buku Pertama, Darah: Kisah Para Waraney, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Negeri Minahasa Buku Kedua: Api: Kisah Para Waraney Rating: 4 out of 5 stars4/5
Related ebooks
Pendekar Empat Alis: Kekaisaran Rajawali Emas: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 5 out of 5 stars5/5Para Pahlawan Dahulu Kala (Indonesian Edition - Bahasa Indonesia) Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Pemuas Nafsu: Erang di In-hoa-kiong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Negeri Minahasa, Buku Pertama, Darah: Kisah Para Waraney, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Pemuas Nafsu: Rintih Kenikmatan Bibi Liong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu Rating: 4 out of 5 stars4/5Kerajaan Misteri Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Pemuas Nafsu: Rintih Kenikmatan di Cin-ling-san: Seri Pendekar Pemuas Nafsu, #1 Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Harum: Maling Romantis: Serial Pendekar Harum Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Empat Alis: Bandit Penyulam: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Pemuas Nafsu: Rintih Kenikmatan di Lembah Birahi Rating: 3 out of 5 stars3/5Pendekar Pemuas Nafsu: Rahasia di Pulau Salju Rating: 4 out of 5 stars4/5Senjata Rahasia Bulu Merak: Seri Tujuh Senjata, #2 Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Pemuas Nafsu: Desah Kenikmatan di Cin Ling San Rating: 4 out of 5 stars4/5kOWAI - SERAM Rating: 5 out of 5 stars5/5Tapol Rating: 4 out of 5 stars4/5Pedang Abadi: Seri Tujuh Senjata Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPedang Para Dewa (Bahasa Indonesia - Indonesian Edition) Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsKisah Supernatural Dari Dunia Jin Vol 2 Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsTarian Rembulan: Seri Ikatan Darah Buku 1 Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPedang Bermandikan Kembang Rating: 5 out of 5 stars5/5Confession Of Friends Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPerempuan Bergaun Kafan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Pedang Naga Menangis: Malaekat Putih: Seri Pendekar Pedang Naga Menangis, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Pemikat Kembang: Go-bi Sin-kiam Rating: 4 out of 5 stars4/5Memori Tanpa Nama Rating: 3 out of 5 stars3/5Crying Rose Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Pemikat Kembang: Asmara di Kang-lam-pay Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Pemuas Nafsu: Erang Kenikmatan Lie Mo Ciu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsO Sole Mio Rating: 4 out of 5 stars4/5
General Fiction For You
Biografi Kehidupan Nabi Muhammad SAW Edisi Bahasa Indonesia Rating: 4 out of 5 stars4/5Kisah Hikayat Pertemuan Sahabat Nabi Muhammad SAW Dengan Sahabat Nabi Isa AS Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsKisah Hikayat Sahabat Rasul Vol 1 Abu Hurairah Sang Bapak Kucing Kecil Edisi Bilingual Indonesia & Melayu Rating: 4 out of 5 stars4/5Gypsy Rating: 4 out of 5 stars4/5Kisah Hikayat Pemuda Saleh Pecinta Masjid & Iblis yang Baik Hati Rating: 5 out of 5 stars5/5Harga Seorang Wanita Rating: 4 out of 5 stars4/5Kisah Hikayat Siti Aminah Ibunda Rasulullah SAW Rating: 2 out of 5 stars2/5Rindu yang Memanggil Pulang Rating: 5 out of 5 stars5/5Scent of a Dream Rating: 4 out of 5 stars4/5Sadie: Semalam di Berlin Rating: 5 out of 5 stars5/5Terlalu Luka Rating: 5 out of 5 stars5/5Antologi Puisi Dan Haiku: Bulan, Bintang dan Cintaku Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Pedang Naga Menangis: Malaekat Putih: Seri Pendekar Pedang Naga Menangis, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Perjalanan ke masa lalu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsMenembus Batas Takut Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsKisah Kehidupan Nabi Musa AS & Nabi Harun AS Rating: 3 out of 5 stars3/5Bobo Pengantar Dongeng Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsKisah Hikayat Ular Gua Tsur Yang Rindu Bertemu Dengan Nabi Muhammad SAW Sejak Ribuan Tahun Yang Lalu Edisi Trilingual Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsKetika Bulan Tidur Rating: 4 out of 5 stars4/5Kisah Hikayat Nabi Isa AS & Nabi Muhammad SAW Edisi Bahasa Indonesia Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPenasihat Rahasia Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsLorong Tanpa Cahaya Rating: 4 out of 5 stars4/5Perburuan Wahyu Cakraningrat Rating: 2 out of 5 stars2/5Perjalanan ke Masa Lalu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsCapung Vs Kupu-Kupu Monarch: Buku Ke-2 Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsGulungan Rahasia Vatikan Rating: 5 out of 5 stars5/5Gipsi Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPerempuan Bergaun Kafan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsAnalisis Masalah Seksual Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsHestius "demi masa" Rating: 4 out of 5 stars4/5
Reviews for Pendekar Negeri Minahasa Buku Kedua
2 ratings0 reviews
Book preview
Pendekar Negeri Minahasa Buku Kedua - FARY SJ OROH
DITERBITKAN OLEH
DAUN ILALANG PUBLISHING
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
KISAH INI ADALAH FIKSI DAN BERSIFAT KHAYALAN
Persamaan nama orang, tempat atau kejadian dengan peristiwa sebenarnya itu hanya kebetulan semata
KISAH SEBELUMNYA
Lenas, lulusan papendangan Kalabat melakukan penyelidikan ke Walak Toubeke. Di sana, tanpa diduga dia menyakssikan Nara, putri Kepala Walak Toubeke yang sedang mandi.
Ketika berusaha melarikan diri, dia terkepung musuh. Dalam keadaan terjepit, tanpa diduga muncul dua rekannya sesama lulusan papendangan Kalabat, yakni Kannu dan Osei. Lenas pun berhasil lolos, meski itu harus dibayar dengan tewasnya Osei.
1
Murka Pada Samudera, Meraung Pada Angkasa
MELIHAT Kannu terduduk lesu, salah seorang dari Se Siouw Kaka’rot Pawunu diam-diam menyerang ke arah punggung. Namun dia terlalu meremehkan Kannu. Kendati bersedih, waranei dari Walak Touwasian ini selalu waspada. Ketika mendekati Osei, Kannu tidak pernah melepaskan kedua golok dari genggaman. Ketika menutup mata Osei yang meregang nyawa, dia melakukan dengan golok di tangan.
Mendengar serangan, Kannu tiba-tiba melakukan gerakan tak terduga. Kannu yang tadinya duduk, tiba-tiba merendahkan tubuhnya ke belakang, seperti gerakan setengah ‘kayang’. Sambil merendah dia menusukkan golok yang dipegang tangan kanan ke si penyerang. Inilah jurus Sumeleng an Somoy Ma’sere Lalan Wereng (Menoleh ke Belakang Melihat Jalan Terang), jurus kesebelas dari rangkaian ilmu Pepatil Soma' Serap Kayobaan (Golok Sakti Rembulan Dunia).
Si penyerang kaget ketika sebilah golok tiba-tiba berada di depan dada. Dia melompat ke belakang. Namun Kannu sudah menyiapkan serangan susulan. Sambil memutar tubuh Kannu merangsek. Golok di tangan kirinya menembus leher si penyerang.
Kannu berdiri gagah. Rambutnya yang riap-riapan menerpa wajahnya. Matanya membayangkan kemarahan bercampur kesedihan. Air mata yang setengah mengering terlihat di pipi.
Aku akan mengadu jiwa dengan kalian....
Sambil menjerit Kannu menyerang ganas, tanpa memikirkan pertahanan.
Kedukaan yang memuncak memang bisa membuat seseorang kehilangan akal sehat. Seperti yang menimpa Kannu. Duka setelah menyaksikan saudara seperguruannya menghembuskan nafas terakhir tepat di depan mata, membuat Kannu nekat.
Dia menyerang kalang kabut ke arah enam anggota Se Siouw Kaka’rot Pawunu (9 Cakar Maut) yang masih tersisa. Kedua tangannya mengayun silih berganti. Jurus Pepatil Soma’ Kimemu Siouw Alawa’ (Golok Sakti Menghancurkan 9 Langit), jurus kelima dari ilmu Pepatil Soma’ Serap Kayobaan memaksa keenam cakar mundur.
Namun Kannu terus merangsek. Dia melompat dan kembali menyerang membabi buta. Tiba-tiba dia berteriak, dan kedua goloknya disambitkan. Itulah jurus pamungkas dari Pepatil Soma’ Serap Kayobaan. Menyambitkan kedua golok merupakan bagian dari jurus Kumonta Patar Mange an Alawa’ si Yaku Oka (Melangkah Datar ke Langit Biar Aku yang Jalani).
Golok yang dilemparkan dengan tangan kiri mengena telak di dada seorang anggota 9 Cakar Maut. Dia ternganga dan nyaris tidak percaya melihat dadanya ditembus golok. Dia lalu menoleh ke arah gurunya, Oko-Chak, dan kemudian jatuh terguling. Jarak dengan Kannu terlalu dekat sehingga sambitan golok tak bisa dihindari.
Sambitan golok dengan tangan kanan mengarah ke Oko-Chak. Namun si Pengawal Matahari ini dengan sigap melompat menghindar. Golok terus meluncur, dan akhirnya menancap di dada kiri Chopras, Devas Nag, si Dewa Ular dari Bharat.
Tak ada jeritan yang keluar dari mulut Chopras. Dengan dingin dia melihat sebilah golok yang tertancap hampir setengah di dadanya. Dengan perlahan dia mencabut golok itu. Tak ada darah yang menetes. Masih dengan raut wajah dingin Chopras mengamat-amati golok yang baru saja memanggang dadanya.
Hmmm golok bagus. Ini, kukembalikan padamu...
Chopras balas melemparkan golok ke pemiliknya.
Kannu hanya melihat seberkas cahaya berkelebat ke arahnya. Tak mau mengambil resiko, dia segera melompat ke samping. Golok yang dilontarkan Chopras mengiris tipis bajunya, terus menghujam ke pagar bambu hingga tembus dan tak terlihat lagi!!!
Chopras memperagakan ilmu kebal yang menjadi salah satu andalannya, Sau Isvara Chanda (Seribu Suara Nyanyian Sunyi). Dengan ilmu yang dipelajarinya dari pertapa Himalaya ini, Chopras bisa tidur di ‘kasur’ paku, dan membuat tubuhnya kebal terhadap berbagai senjata tajam.
Begitu menghindar dari serangan balik Chopras, Kannu kembali menyerang. Setelah sambitan goloknya tidak berbuahkan hasil, dengan tangan kosong dia menyerang Oko-Chak. Kannu memang memiliki dendam sedalam lautan pada Oko-Chak, yang diyakininya sebagai penyebab tewasnya Osei.
Sambil berteriak nyaring Kannu menyerang Oko-Chak menggunakan jurus Sanga Par Tumotongko Soma’ Medo Rano (Sepasang Ular Sakti Mengambil Air), jurus keempat dari ilmu dahsyat Mapulu wo Walu Sakalele ne Tumotongko Soma’ (18 Jurus Ular Sakti). Dia menyerang dengan seratus persen Keter Soma’ Tanu Siouw Endo (Tenaga Sakti Sembilan Matahari).
Oko-Chak melihat deru angin kencang mendahului pukulan. Dia menghindar ke samping, namun Kannu sudah mengantisipasi. Kannu memiringkan tubuhnya menurut jurus Tumotongko Soma’ Mowe Nipus (Ular Sakti Menggoyang Ekor), masih dengan seratus persen kekuatan, dan tangan kanannya menghajar.
Brukkk....
Punggung Oko-Chak terkena pukulan. Dia terlempar dan langsung memuntahkan darah segar.
Melihat Oko-Chak terkapar, Kannu terus mengejar. Sambil mengerahkan jurus Tumotongko Soma’ Tumewel witu si Endo (Ular Sakti Terbang ke Matahari) dia melompat tinggi, dan kemudian menghujamkan tendangan ke arah Oko-Chak. Si Pengawal Matahari berusaha menghindar, namun pukulan Kannu datang bagaikan kilat. Sambil menjerit ngeri Oko-Chak meregang nyawa.
Serangan yang dilakukan Kannu berlangsung sangat singkat, hanya setarikan nafas, hingga rekan-rekan Oko-Chak tak mampu bereaksi dan memberikan bantuan.
Kannu berdiri tegak. Nafasnya terengah. Peluh mengalir deras. Dia kemudian menatap langit dan berbisik lirih, Osei.... Dendammu sudah terbalas. Beristirahatlah dengan tenang....
Pemuda ini melihat sekelilingnya. Tak ada harapan untuk melarikan diri, dan dia memang tak punya keinginan untuk kabur. Dia pasti tewas, namun kalau pun itu terjadi, dia akan mengamuk sehingga arwahnya tidak akan pergi ke langit Kasendukan sendirian.
Kannu melangkah perlahan, dan sekonyong-konyong dia melompat ke arah para prajurit. Tangannya berayun cepat. Jurus Amean ne Tumotongko Soma’ (Tangisan Ular Sakti) memperlihatkan keampuhannya. Seorang prajurit terlempar dengan dada remuk.
Kannu terus mengamuk. Dia menyambar golok yang terlepas dari tangan prajurit yang baru diserangnya. Dengan golok di tangan Kannu makin beringas. Dia menggunakan jurus Maupi’ si Tasik Ma’uwang si Alawa’ (Murka pada Samudera Meraung pada Angkasa), jurus kesepuluh dari Sakalele Soma’ Pepatil Marinca Lour (Silat Sakti Golok Pengacau Lautan), ilmu andalan Walak Touwasian, dan menerjang. Dua prajurit kembali roboh mandi darah.
Tiba-tiba sesosok bayangan muncul dan langsung menyerang Kannu.
Kannu menapaki serangan dengan jurus Tumotongko Soma’ Mowe Nipus. Si Bayangan berkelit, tangannya bergerak cepat ke arah punggung.
Tukkkk....
Kannu merasa punggungnya ditusuk, dan dia kemudian roboh. Si Bayangan telah menotoknya tepat di jalan darah, membuat kekuatannya lumpuh. Si Bayangan ternyata seorang lelaki bertubuh tinggi, mengenakan pakaian biru panjang sederhana, dengan ikat pinggang kain putih. Wajahnya bengis dan berwibawa, serta memancarkan aura kematian yang menakutkan. Si Bayangan adalah Ukung Toroa’, Kepala Walak Toubeke.[]
2
Saling Pandang Tanpa Kata
TOROA’ memandang Kannu yang tergeletak tak berdaya. Dia lalu mengedarkan pandangannya melihat belasan anak buahnya yang tergolek mandi darah. Pandangannya berhenti pada sosok Oko-Chak, yang dadanya hancur.
Apa yang terjadi di sini...
Si penyusup mencoba melarikan diri. Dia nyaris tertangkap, namun muncul dua rekannya. Mereka lulusan Papendangan Kalabat,
jelas Panowanang.
Toroa’ mengangguk-anggukkan kepala. Wajahnya dingin tanpa ekspresi. Hmmm... Di mana sekarang penyusup itu...
Dia berhasil kabur. Si penyusup dikejar sang puteri...
jawab Panowanang.
Wajah Toroa’ kontan berubah. Nara mengejar si penyusup? Panowanang, cepat kau susul sang puteri. Bantu dia...!!!
Panowanang mengangguk dan segera berkelebat ke arah lenyapnya Lenas dan Nara.
Toroa’ termenung menyaksikan Panowanang yang hanya dalam sekejap berubah menjadi titik hitam dan menghilang. Meski dikenal sebagai Ukung yang kejam dan bengis, namun Toroa’ sangat mencinta puteri semata wayangnya. Walau tahu kalau putrinya sudah menguasai ilmu bela diri yang tinggi, namun dia tetap merasa khawatir. Biar bagaimana pun putrinya masih sangat muda dan belum berpengalaman.
Si penyusup tidak akan pergi jauh. Dia sudah terluka,
kata Chopras.
Toroa’ menganggukkan kepala dan kemudian memerintahkan prajuritnya untuk