Discover millions of ebooks, audiobooks, and so much more with a free trial

Only $11.99/month after trial. Cancel anytime.

Masalah Internal TNI AD 1945-2000
Masalah Internal TNI AD 1945-2000
Masalah Internal TNI AD 1945-2000
Ebook191 pages2 hours

Masalah Internal TNI AD 1945-2000

Rating: 4.5 out of 5 stars

4.5/5

()

Read preview

About this ebook

Bahwa Proses intregrasi TNI-AD mempengaruhi proses integrasi bangsa Indonesia, hal ini tercermin dari sejarah pembentukan TNI khususnya TNI-AD dalam berbagai masalah baik positif atau negatif dalam tubuh TNI-AD.

Sejarah Bangsa Indonesia mulai dari masa kemerdekaan 1945 sampai reformasi 2000, ada beberapa hal yang dapat dicatat dalam proses integrasi TNI-AD, kemelut , konflik dan pemersatuan juga reorganisasi TNI-AD terlihat jelas, dan ini telah mempengaruhi proses integrasi bangsa Indonesia.

Buku ini adalah sebuah gambaran sejarah bangsa Indonesia dan peran TNI-AD

LanguageBahasa indonesia
PublisherKivlan Zen
Release dateMar 3, 2020
ISBN9786239302122
Masalah Internal TNI AD 1945-2000
Author

Kivlan Zen

Major General (Ret) Kivlan Zen M.SI. was a high-ranking TNI officer who had held the position of Kaskostrad TNI-AD in 1998 and after retirement he remained active in various seminars and workshops

Related to Masalah Internal TNI AD 1945-2000

Related ebooks

Reviews for Masalah Internal TNI AD 1945-2000

Rating: 4.5 out of 5 stars
4.5/5

2 ratings0 reviews

What did you think?

Tap to rate

Review must be at least 10 words

    Book preview

    Masalah Internal TNI AD 1945-2000 - Kivlan Zen

    Editorial

    Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen M.SI. adalah seorang perwira tinggi  TNI-AD yang pernah menduduki jabatan sebagai Kaskostrad TNI-AD pada tahun 1998 dan setelah purna bakti ia tetap aktif dalam berbagai seminar dan lokakarya, tentunya sangat memahami kondisi internal TNI-AD dari waktu-kewaktu, sehingga buku ini menjadi sangat berguna sebagai sebuah referensi pustaka.

    Beberapa kali saya ditahun 2019 - 2020 melihat adanya ketidak singkronan diantara beberapa purnawira TNI sehingga mereka terus melakukan perang dingin dan bahkan saya juga melihat beberapa konflik ditubuh internal TNI dan personil-personil di Perwira tinggi, tentu ini membuat saya bertanya tentang sebab-musababnya ini terjadi hingga sekarang, walaupun tidak nampak dipermukaan, maka saya mencoba mengubungi sang penulis buku ini yaitu Mayjen (Purn) Kivlan Zen untuk menerbitkan ulang bukunya kembali sebagai satu refernsi pustaka dalam melihat konflik internal TNI khusunya TNI-AD.

    Semoga dengan digitalisasi buku ini yang diberi judul Masalah Internal TNI AD 1945-2000 dapat memberikan gambaran bagi khalayak dan pembaca untuk memahami Indonesia.

    Jakarta, 29 Februari 2020

    Hartanto, SIP.  

    Kata Pengantar

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayat kepada kita semua, Amiin. Sehingga saya dapat melakukan penerbitan ulang dan digitalisasi atas buku yang pernah saya terbitkan pada 2004, yang awalnya diberi judul Konflik dan Integrasi TNI-AD, yang merupakan hasil pengembangan tesis saya pada saat mengambil gelar S2 Magister Social Development di Pasca Sarjana Universitas Indonesia tahun 2002 dengan judul "Hubungan Integrasi Internal TNI-AD dan Integrasi Bangsa Indonesia".

    Dengan pencetakan ulang dan digitalisasi buku ini yang saya beri judul Masalah Internal TNI-AD 1945 – 2000 , diharapkan dapat menjadi sumber referensi akademis dan memperbanyak kasanah pustaka yang ada.

    Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terhadap buku ini, khususnya istri saya Dra. Dwitularsih Sukowati, M.Si., anak-anak dan cucu-cucu saya, Hartanto, SIP , para sahabat purna bakti dan rakyat Indonesia. Dan tentunya Saya memohon maaf apabila ada pihak yang kurang berkenaan atas terbitnya buku ini, baik karena akurasi  informasi  maupun terganggu privasi dan hak asasi yang melekat pada pribadi atau institusi terkait, hal ini terutama  adanya nama-nama para purnawirawan ABRI, para prajurit dan keluarganya yang tercantum dalam tulisan ini baik yang masih aktif maupun sudah purnawira, dimana saya tidak berniat untuk memojokkan seseoranf ataupun institusi.

    Dengan terbitnya kembali buku dalam bentuk digital, dapat memberikan penjelasan dan gambaran tentang hal-hal yang terjadi dimasa lampau dan khususnya mengenai integrasi di tubuh TNI-AD.

    Wasalam.

    Terima kasih  

    Jakarta, 1 Maret 2020

    Mayjen (Purn) Kivlan Zen, M.Si.

    Daftar Isi

    Editorial

    Kata Pengantar

    Konfik Dan Integrasi Nasional

    Pertumbuhan Bangsa Indonesia

    Konflik dan Integrasi

    Konflik Internal TNI-AD 1945 Sampai 1950

    Pembentukan Organisasi Tentara

    Konflik Divisi III dan Laskar Pesindo

    Rasionalisasi dan Pemberontakan PKI 1948

    Perundingan KMB dan Dampaknya

    Konflik Internal TNI AD 1951 – 1965

    Peristiwa 17 Oktober 1952

    Konflik Pimpinan TNI-AD Pasca 17 Oktober 1952

    Dari DI-TII hingga PRRI-Permesta

    Pemberontakan G30S-PKI

    Konflik Internal TNI-AD 1966 – 1995

    Peristiwa 15 Januari 1974

    Konflik Jenderal M. Yusuf dengan Letjen Benny Moerdani

    Konflik Jenderal Benny Moerdani dengan Mayor Prabowo Subianto

    Sidang Umum MPR 1988

    Konflik ABRI-Hijau dengan ABRI-Merah-Putih

    Konflik Internal TNI-AD 1996 – 2000

    Konflik Internal Angkatan Lain

    Konflik Internal TNI-AL

    Konflik Internal TNI-AU

    Konflik Internal POLRI

    Integrasi Internal TNI-AD

    Integrasi Internal TNI-AD 1945-1950

    Integrasi Internal TNI-AD 1951-1965

    Integrasi Internal TNI-AD 1966-1995

    Integrasi Internal TNI-AD 1996-2000

    Perjalanan Integrasi Bangsa

    Periode 1945-1950

    Periode 1951-1965

    Periode 1966-1995

    Periode 1996-2000

    Integrasi Internal TNI-AD Dan Bangsa

    Hubungan Integrasi Internal TNI-AD dengan Integrasi Horisontal (Societal)

    Hubungan Integrasi Internal TNI-AD dengan Integrasi Vertikal (Nasional)

    Pengaruh Integrasi Internal TNI-AD terhadap Integrasi Bangsa Indonesia

    Epilog

    Lampiran

    Daftar Pustaka

    BAB 1

    Konfik Dan Integrasi Nasional

    Sejak 1945 hingga tahun 2000, Integrasi bangsa Indonesia, tidak pernah mencapai penuh, baik Integrasi antara masyarakat dan negara (Integrasi Nasional) maupun antara masyarakat dengan masyarakat (integrasi societal). Hal ini dapat diketahui dengan melihat kadar kekerasan ataupun konflik yang pernah terjadi pada kurun waktu tersebut.

    Disamping integrasi antara masyarakat dengan negara dan integrasi antar masyarakat, masih terdapat suatu bentuk integrasi internal negara, khususnya integrasi internal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) yang mendapat telaaah dari konflik dan persaingan antar kelompok di tubuh TNI-AD, perubahan organisasi dan lembaga  pendidikan serta pembentukan kode etik Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.

    Kondisi integrasi bangsa Indonesia tersebut sangat berhubungan erat dengan integrasi TNI-AD berbanding lurus dengan turun naiknya integrasi bangsa Indonesia selama periode 1945-2000, ketika tentara masih terlibat dalam politik. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi bangsa diluar integrasi TNI-AD. Misalnya , masih diperlukann suatu kajian tentang konflik horisontal dan vertikal ditengah bangsa Indonesia , diera reformasi ketika TNI tak lagi terlibat aktif dalam aktifitas politik.

    Kuatnya integrasi suatu bangsa antara lain tergantung pada kuatnya kohesivitas institusi-institusi negara dan kurangnya konflik kepentingan antara aparat pemerintah atau aparat negara. Tak dapat dipungkiri, pada awalnya, kekuatan sistem yang terbentuk juga didukung oleh kuatnya force system yang terdiri dari Badan Intelejen, Kepolisian Rahasia, Pertahanan dan Partai. Dalam kasus integrasi Uni Soviet, cara yang digunakan adalah cara represif. Sedang dalam kasus Amerika Serikat, cara yang dipilih adalah jalan demokratis yang harus juga didukung oleh force system yang kuat sehingga dapat terus merus menjaka kadar kekuatan integrasinya (Garry Wasserman, 1994:8-10). Dengan kata lain, integrasi internal aparat pemerintah atau aparat negara yang solid akan mengurangi konflik horisontal ditengah masyarakat dan bangsa tersebut dapat bertahan dari kehancuran.

    Ketika revolusi pecah di Rusia tahun 1905, pemerintahan Tsar Nicholas II cukup kuat untuk mengatasi prostes massa dan todak ada perpecahan di kalangan tentara, sehingga ia dapat mempertahankan pemerintahan. Konflik vertikal yang terjadi saat itu tidak menghancurkan bangsa Rusia. Tetapi pada 24 Februari 1917, saat terjadi perpecahan antar tentara dan pemerintah atau antar aparat  pemerintah sendiri, maka integrasi bangsa Rusiapun hancur berantakan dan sistem pemerintahan berubah dari Tsar Rusia menjadi Uni Soviet. Keadaan ini terjadi kerana Resimen Pavlovsky, Presbrazhensky, Volinisky dan 60.000 tentara membangkang dan mendukung revolusi putih. Pecahnya Revolusi Bolshevik diikuti perang saudara antara Tentara Merah dan Tentara Putih. Sementara perubahan sistem Tsar Rusia menjadi Uni Soviet dibawah kepemipmpinan Bolshevik yang komunisnis sejak Oktober 1917 tidak meruntuhkan bangsa eks bangsa Rusia menjadi Uni Soviet. Hal ini karena cepatnya pembentukan force dari tentara merah dan milisi buruh yang kuat oleh Uni Soviet dengan motor utamanya Tentara Merah, (Andrew Wheat Croft 1983 :89-93), bahkan luas wilayah Uni Soviet bertambah. Namun sejak 1982, Uni Soviet semakin lemah. Rezim Komunis yang berkuasa semakin tak dapat menahan integrasi Uni Soviet yang berakhir dengan disintegrasi pada tahun 1991 menjadi 15 republik. Hal ini tak bisa dipisahkan dari adanya konflik dikalangan elit penguasa setelah meninggalnya Breznev, Yuri Andrivof dan Chernenko serta naiknya Gorbachev bersama Boris Yeltsin. Selain juga akibat terjadinya demoralisasi Tentara Merah (Martin Mc Caulay, 1998: 70-72).

    Kejadian yang sama dapat dilihat pada kasus disintegrasi bangsa Yugoslavia setelah meninggalnya Josef Broz Tito pada 1987. Setelah kematian Tito, tokoh yang dianggap sebagai pelekat bangsa, terjadi konflik horizontal dengan pecahnya perang antar eknis. Tuntutan pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat makin meningkat sejalan dengan tuntutan membentuk negara baru, seperti Kroasia, Slovenia, Bosnia, dan Macedonia. Konflik terjadi karena pecahnya elit kepemimpinan Pemerintah Federal (Vertikal) yang berakibat hancurnya sistem komunis (Peter Calvo Corressi, 2000 : 337-358).

    Pengalaman disintegrasi kedua negara tersebut dapa saja terjadi di Indonesia karena ada beberapa persamaan latar belakang antara lain kebhinekaan etnis, bahasa, dan budaya. Potensi perpecahan semakin kecil terjadi kalau Indonesia relatif homogen etniknya dan bahasa Indonesia dijadikan bagai bahasa persatuan.  

    Integrasi bangsa Indonesia belum pernah tercapai sepenuhnya dibawah satu sistem pemerintahan yang baik secara politik, ekonomi, dan sosial budaya tertentu (liberal, terpimpin dan Pancasila), kecuali sistem pertahanan keamanan rakyat konsep AH. Nasution. Namun, konsep pertahanan keamanan rakyat semesta ini tidak dapat mencegah konflik horisontal dan vertikal tetapi hanya dapat mencegah hancurnya Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti kasus Uni Soviet dan Yugoslavia.

    Sejak kemerdekaan hingga tahun 2000, konflik horisontal antar suku sering terjadi. Konflik berlabel agama justru muncul pada akhir masa Orde Baru dan awal era Reformasi dengan kasus Maluku, dan Poso mulai tahun 1998 – 2000. Tetapi konflik berlatar belakang sosial ekonomi yang diwarnai kekerasan sering terjadi terhadap etnik Cina dan pertikaian antar suku. Sementara kekerasan yang berbau politik umumnya terjadi pada masa-masa menghadapi Pemilu.

    Konflik lain yang sering terjadi hingga tahun 2000 bahkan samapai sekarang adalah konflik vertikal masyarakat dan institusi negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, termasuk terhadap aparat pemerintah atau Kepolisian, dan TNI-AD. Konflik ini dapat berlatar belakang sosial, agama, atau ketidakpuasan terhadap pelayanan aparat pemerintah terhadap masyarakat.

    Konflik antara aparat pemerintah yang melibatkan institusi sering terjadi di tubuh internal TNI/ABRI dan Kepolisian, yang kadang-kadang melibatkan kekuatan bersenjata. Hal ini pernah terjadi baik pada saat revolusi tahun 1945 hingga 1950 dan tahun 1951 hingga 1965 (Ulf Sundhaussen 1986). Sedang antara 1966 hingga 1995, konflik antara aparat pemerintahan relatif tidak terjadi, kecuali persaingan tertutup yang muncul sejak 1996 dan setelah peristiwa Maluku dan Poso mencuat ke permukaan.

    Integrasi aparat pemerintahan ditandai juga dengan adanya integrasi institusi pendidikan seperti APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri) menjadi IPP (Institut Ilmu Pemerintahan) dan DTPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri), AKABRi (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) , SESKOAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) , SESKO ABRI (Sekolah Staf Komando ABRI), sehingga antar aparat dan institusi pemerintah menjadi homogen termasuk juga internal TNI-AD diperkuat dengan upaya penyatuan jiwa korsa dengan membentuk doktrik Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

    Pada 1945 hingga 1950 dan tahun 1951 hingga 1965, integrasi internal aparat pemerintah Indonesia relatif lemah, seperti adanya insubordinasi

    Enjoying the preview?
    Page 1 of 1