Discover millions of ebooks, audiobooks, and so much more with a free trial

Only $11.99/month after trial. Cancel anytime.

The Cryptosociety
The Cryptosociety
The Cryptosociety
Ebook436 pages3 hours

The Cryptosociety

Rating: 4 out of 5 stars

4/5

()

Read preview

About this ebook

Buku ini mengambarkan tentang fenomena lahirnya masyarakat virtual atau yang disebut oleh penulis dengan cryptosociety, dimana ditandainya migrasi besar-besaran dari citizen menuju netizen. dengan adanya cryptosociety tersebut mengakibatkan terkikisnya peran manusia sebagai kehendak bebas hilang begitu saja melalui ritus-ritus dan praktik-prakti pengkondisian/pendisiplinan tubuh.dilain pihak penulis melihat bahwa cryptosociety adalah kenistayaan diabad post-modernisme, ketika terjadinya loncatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin mencapai kesempurnaan. Teknologi sebagai sebuah piranti telah berhasil membuat "tiruan-tiruan" realitas, seperti soceity simulacrum dan state simulacrum bahkan sampai pada menciptakan tiruan kebenaran normalisasi kebenaran

Dalam buku yang diberi judul : the cryptosociety, penulis berupaya menjelaskan fenomena kontemporer dengan pendekatan post-modernisme dan fenomena-fonomena yang terjadi dalam era ini. Penulis menjelaskan secara akademis tentang sejarah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keilmuan sosial, sehingga mendapatkan hipotesa tentang keberadaan dimensi 4 dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. dimana dimensi 4 tersebut mencirikan kajian yang bersifat semiotik.

LanguageBahasa indonesia
PublisherHartanto
Release dateFeb 12, 2021
ISBN9786239302191
The Cryptosociety

Read more from Hartanto

Related to The Cryptosociety

Related ebooks

Philosophy For You

View More

Reviews for The Cryptosociety

Rating: 4 out of 5 stars
4/5

5 ratings0 reviews

What did you think?

Tap to rate

Review must be at least 10 words

    Book preview

    The Cryptosociety - Hartanto

    KATA PENGANTAR

    Tumbuh kembangnya kajian ilmu sosial terus mengalami perubahan dan penggeseran paradigma, hal ini dimaksudkan untuk mengambarkan realitas masyarakat kontemporer, perubahan paradigma ini diakibatkan adanya perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam pola interaksi masyarakat, seperti halnya yang terjadi dalam masyarakat kontemporer saat sekarang ini, dimana terjadinya loncatan perubahan yang signifikan hingga lahirnya masyarakat baru (new-society).Perubahan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi perangkat teknologi membuat kematian kehendak bebas manusia.

    Hadirnya teknologi sebagai pemuas dan pemermudah dalam kehidupan manusia kontemporer, menjadikan kelompok warga negara bermigrasi menjadi kelompok warga internet, yang pada akhirnya terbentuknya sebuah tatanan dunia baru dimana peran manusia tergeser secara cukup dramatis dalam kehidupan sekarang ini.

    Teknologi menuju sebuah kesempurnaan hingga dapat menciptakan tiruan-tiruan masyarakat (Social Simulacrum) dan mencerabut paradigma ilmu pengetahuan yang pada awalnya bersifat Anthropocentric menuju Semiotic, artinya teknologi telah berubah sebagai piranti normalisasi kebenaran, yang bersifat disentralisasi. Sehingga hakikat kebenaran atas ilmu pengetahuan hanya bersifat sementara karena mengikuti pola trend pasar kapitalis.

    Lebih jauh lagi dengan lahirnya masyarakat virtual ini telah mengeser secara bertahap peran-peran dan keberadaan negara yang pada idealismenya sebagai resolusi konflik dalam kehidupan masyarakat, kini lahir pula sebuah tiruan negara yang diakibatkan termigrasinya citizen menuju netizen. Dalam upaya mengambarkan tentang fenomena lahirnya masyarakat virtual, maka penulis mencoba untuk mengambarkan dan mendiskripsikannya dalam sebuah buku yang berjudul : The Cryptosociety. Dengan buku ini diharapakan dapat sebagai pemerkaya kasanah pustaka dan pembanding dalam kajian ilmu sosial.

    Dalam buku ini, tentu penulis sangat sadar buku ini jauh dari kata sempurna dan banyaknya kekurangan dan kesalahan baik dalam penyajian kata, sinonim dan penggunaan pendekatan dalam upaya mengambarkan fenomena yang terjadi didalam masyarakat kontemporer. Untuk itu penulis memohon maaf atas hal tersebut.

    Jakarta, 10 Febuari 2020

    Hartanto

    PHILOROBOTHIA

    Sebuah Orasi Singkat

    Para pembaca yang budiman !

    Saya kira manusia hidup terus menerus di sebuah rantai terlemah didalam kehidupan ini, yang tiada kuasa meraih semua hasrat kekuasaan, di jelagah alam ia tak mampu menampik bencana-bencana dari sebuah mekanisme alam untuk menyeimbangkan ekosistem. Di kerumunan manusia ia-pun tetap mempunyai masalah-masalah satu dengan manusia lain, yang pada dasarnya selalu membawa sifat kehewanannya homo homini lupus, selanjutnya ia-pun mencoba menguasai dunia dengan menatang Tuhan, tapi untung saja Tuhan tak menampakkan diri, karena manusia hanya bisa mengambarkan situasi yang partikular saja,sehingga manusia hanya dapat membatasi Tuhan dengan definisi yang ia buat.Eeeeh…!!, kini manusia terjebak pula dengan para robot, yang notabene mereka buat sendiri. Kasian memang !

    Para pembaca yang budiman !

    Saya sendiri sadar bahwa tidak pernah tahu tentang kebenaran itu. Ia begitu rupa berwujud begitu ambigu, paradoks, bahkan mungkin hanya sebuah ilusi. Kebenaran selalu saja silih berganti menurut kesukaan para sekte pengagum piranti binary, mereka-pun sulit dipahami terkadang bertindak sebagai konsumen, terkadang pula bertindak sebagai produsen, dilain pihak mereka-pun bisa menjadi hakim, dokter, ahli filsafat, ahli agama, ahli fisika, ahli bercinta, mereka begitu bebas untuk memilih tapi pilihan itu hanya bersifat sementara sewaktu viral.

    Manusia memang kehilangan kehendak bebasnya. Ia tersekat pada ruang kuasa yang mereka bentuk sendiri, atas pilihan-pilihan, artenatif-artenatif yang ditawarkan mesin otomatisasi yang begitu rupa membawa sebuah pesan yang menimbulkan kesenangan, eksistensi diri dari sebuah flustasi peradaban yang tiada menentu. Philorobothia hanya semacam kata anekdot yang saya tawarkan tentang keberadaan mesin kecerdasan yang secara mekanik melakukan pencarian kebenaran di sebuah jelagah biner yang telah tersimpan dalam gudang awan.

    Para pembaca yang budiman !

    Kegiatan manusia hari ini hanyalah bercuit saja, mengungkapkan isi hatinya yang diumbar begitu saja di ruang publik, entah berfaedah maupun unfaedah, pokoke bercuit..!! karena tak ada tata nilai yang mengatur tentang makna cuitan kita, kecuali hanya batasan karakter yang diberi oleh penyedia jejaring sosial, dan ketika itu pula saat quota data internet kita belum memenuhi ambang limit.

    Para pembaca yang budiman !

    Jangan pernah berfikir yang telah kita lihat adalah sebuah realitas yang ada, mungkin yang kita lihat hanyalah imitasi atau tiruan realitas tersebut, lalu kita bersepakat untuk menyepakati bahwa itu adalah sebuah realitas.

    Ke-imitasi-an realitas ini telah membawa kita pada situasi post-factum, dimana kita hari ini berlomba-lomba ingin menjadi orang yang pertama kali untuk mengomentari sebuah peristiwa yang tengah terjadi, kita ingin begitu eksis di sebuah tiruan dunia yang bernama cryptosociety, sebuah sistem dunia baru, yang penuh dengan simbol hashtag, dimana hashtag tersebut telah mewakili politik demokrasi kita.

    Para pembaca yang budiman !

    Negara-negara di dunia saat sekarang sedang mencair, pengelolaan sumber daya tak lagi mengunakan kebijakan analog, kini serba digital bahkan warga negaranya-pun telah digital, sehingga sulit dibedakan tentang kewarganegaraan, semua telah mencair menjadi satu masyarakat yang berinteraksi satu dengan yang lain tanpa sebuah perbedaan, ini mungkin sangat Bhinneka.

    Ya, kita telah berhasil menghilangkan rasisme yang secara berabad-abad menjadi masalah pelik yang tak terdamaikan. Semua begitu emansipatoris, karena digital tak mengenal jenis kelamin, dan warna kulit dan bahkan baik dan buruk, semua pada taraf kelas yang sama.

    Selamat Membaca !!

    BAB 1

    DASAR ILMU PENGETAHUAN

    Sejarah Ilmu Pengetahuan

    Manusia hidup dibumi dilengkapi dengan akal, dimana dengan hal ini manusia dapat menggunakannya untuk menerjemahkan, mendefinisikan, dan mengorganisir semua partikular yang ada di kehidupan manusia, sehingga dengan hal tersebut pulalah manusia dapat melakukan kerja dalam upaya mendapatkan ilmu pengetahuan yang berguna dalam berkehidupan.

    Dalam kaitan kerja akal budi dalam mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri,tentunya kita harus mengetahui tentang sebuah sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai upaya mendapatkan definisi dan batasan yang tepat.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sejarah dimaknai sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, sehingga sejarah itu sendiri adalah sebuah simulasi kejadian lampau yang dihadikan kembali. Beberapa ahli mengungkapkan tentang definisi sejarah itu sendiri, seperti Herodotus yang terkenal sebagai bapak sejarah karena ia pertama kali didunia sebagai ahli sejarah, Herodotus mengungkapkan bahwa sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia [001].

    Roeslan Abdulgani memaknai sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta segala kejadian-kejadiannya, sedangkan menurut Moh Yamin sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.[002]

    Etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri, sedangkan Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris Science,yang berasal dari bahasa latin scienta dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari pengetahuan. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematis. dalam bahasa Jerman Wissenschaft. [003]

    Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan lahir dan berkembang sebagai sebuah konsekuensi dari usaha-usaha manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan hasil yang sudah dicapai oleh manusia sebelumnya. Sehingga Ilmu Pengetahuan itu sendiri bukan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang instan dan datang begitu saja tanpa panggilan atas olah pikir manusia atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan memaknai dilingkungan ekstenal disekitar. Artinya Ilmu pengetahuan disini sebagai sebuah rangkaian peristiwa empiris yang bersifat partikular.

    Proses keilmuan manusia terjadi karena ber‘temu’nya subjek ilmu dengan objek ilmu. Maka suatu ilmu pada dasarnya terdiri dari tiga unsur, subjek, objek dan pertemuan keduanya. Apa hakikat ketiga hal itu dan bagaimana peran masing-masing dalam proses keilmuan itu? dst. Pertanyaan-pertanyaan ini, dalam sejarah filsafat, merupakan persoalan kefilsafatan yang berkaitan dengan asumsi dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Tentang hal ini, ada banyak aliran kefilsafatan yang menyumbangkan pemikirannya [004]

    The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.[005]

    Sedangkan Daoed Joesoef (1987) menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yaitu : produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji dan dibantah oleh seseorang.[006]

    Secara teoritis perkembangan ilmu pengetahuan selalu mengacu kepada peradaban Yunani. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, di antaranya adalah mitologi bangsa Yunani, kesusasteraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di Timur Kuno. Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode ini dikarenakan pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos menjadi lebih rasional [007]

    Dalam memahami sejarah perkembangan Ilmu Pengetahuan George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3) tahap yaitu animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. George J. Mouly dalam bukunya Jujun S Suriasumantri, (1985:87) menjelaskan bahwa permulaan ilmu dapat ditelusuri sampai pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir dimana banjir Sungai Nil terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey [008]

    George J. Mouly menjelaskan bahwa pada tahap animisme, manusia menjelaskan gejala yang ditemuinya dalam kehidupan sebagai perbuatan dewa-dewi, hantu dan berbagai makhluk halus. Pada tahap inilah pola pikir mitosentris masih sangat kental mewarnai pemikiran bangsa Yunani sebelum berubah menjadi logosentris. Sebagai contoh, gempa bumi pada saat itu tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan,fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kualitas [009]

    Dari hal tersebut diketahui bahwa proses berpikir manusia menuntut mereka untuk menemukan sebuah metode belajar dari pengalaman dan memunculkan keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris, serta dapat diukur. Dalam sejarah mencatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia sebagai perintis terbentuknya ilmu karena telah berhasil menyusunnya secara sistematis. Implikasi dari hal tersebut manusia akan mencoba merumuskan semua hal termasuk asal-muasal mitos-mitos karena mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan asal-usulnya dan kondisi sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang tidak jelas yang hanya berupa tahu atau pengetahuan dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu pengetahuan atas mitos-mitos,dan kepercayaan tradisional yang berlaku di masyarakat [010]

    Sejarah Ilmu pengetahuan yang tak lepas dari kiblat bangsa Yunani dan Romawi dimana hingga saat ini-pun tidak berubah, dengan demikian untuk membahas tentang sejarah ilmu pengetahuan tersebut maka penulis berkesimpulan untuk memulainya dari perkembangan dan periodenisasi sejarah filsafat barat sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Tentu hal hal ini bahwa penulis melihat bahwa filsafat itu sendiri adalah sebuah induk dari segala induk ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini.

    Filsafat sebagai induk dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, pengaruhnya sampai saat ini masih terasa. Khusus orang yang mendapat gelar Doktor di luar negeri bukan hanya ilmu filsafat tetapi juga ilmu-ilmu lain seperti sejarah, fisika, psikologi dan lain-lain diberi gelar Ph.D (Doktor of Philosophy). Padahal Ph.D. seharusnya hanya digunakan untuk ilmu filsafat saja, ini menandakan bahwa filsafat itu selalu eksis namun sudah ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, jadi filsafat selalu terkait dengan ilmu-ilmu khusus. [011]

    Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia, kata berangkai dari kata philein yang berarti mencintai, dan sophia berarti kebijaksanaan. Philosophia berarti: Cinta atau kebijaksanaan (Inggris: Love of wisdom; Belanda : Wijsbegeerte; Arab: Muhibbu al- Hikmah). Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut filsuf atau filosof, artinya pencinta kebijaksanaan [012]

    Menurut Plato (427-347 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. Bagi Aristoteles (384-322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis [013]

    Sedangkan Dilihat dari segi praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam

    Enjoying the preview?
    Page 1 of 1