Discover millions of ebooks, audiobooks, and so much more with a free trial

Only $11.99/month after trial. Cancel anytime.

Aku Anak yang Menyimpan Tanya
Aku Anak yang Menyimpan Tanya
Aku Anak yang Menyimpan Tanya
Ebook105 pages1 hour

Aku Anak yang Menyimpan Tanya

Rating: 0 out of 5 stars

()

Read preview

About this ebook

Di tangan Anisa Ariyani, siapa sangka cinta menjelma hu-bungan amat rumit, tak lazim serta menjadi begitu teror, bahkan meski cinta antara anak dan orang tua kandung seka-lipun.

Yang menarik, sekumpulan karya dalam buku ini tak lagi berputar di kisaran lapis-lapis kesadaran, melainkan berlari hingar menuju Opera Aperta—istilah yang pertama kali di-perkenalkan oleh pakar semiotik dari Itali, Umberto Eco. Maka menjadi sesuatu yang tak mengherankan bila kemu-dian teks yang terhimpun dalam buku ini terasa begitu liar, penuh daya kejut, namun secara aneh tetap tak menjebak ke upaya lama yang umumnya memuara hanya ke ruang kon-templasi, melainkan lebih kepada menuju puncak kedalaman yang memungkinkan teks tak lagi perlu berkata-kata sebab pembaca yang kemudian sepenuhnya menyusun cerita pasca menyesap kenikmatan yang ada di setiap kisahnya.

Sila baca secara acak cerpen mana pun yang ada dalam bu-ku ini, niscaya kisah yang dijalin dalam balutan diksi mena-wan di setiap judulnya tak akan berhenti sekadar membuat tertenung, melainkan juga tercenung, lengkap dengan akhir kisah yang penuh percik permenungan tanpa butuh meng-gurui dan digurui. Meski tak jarang residu yang terjelma jus-tru gundah yang tak henti menerbit resah.

Aku Anak yang Menyimpan Tanya meski sulit disebut alusi namun merupakan parafrase yang cantik dalam jalin kata yang berkelindan dengan amat ciamik. Sementara cinta yang lazimnya terbelenggu hanya sebatas bahagia atau kelam, memperoleh varian pilihan yang amat mengagetkan pada kisah-kisah lainnya. Nyaris tak pernah terpikirkan sebelum-nya namun bukan dalam konteks rekonstruksi apalagi de-konstruksi makna cinta itu sendiri. Hanya kejadian, yang se-ringkali begitu cabik, sekedar koyak atau malah hanya rekah.

Selamat membaca diri sendiri, selamat larut dan menjelma tokoh di setiap kisah dalam buku ini.

LanguageBahasa indonesia
PublisherPIMEDIA
Release dateMay 8, 2022
ISBN9798201593322
Aku Anak yang Menyimpan Tanya

Related to Aku Anak yang Menyimpan Tanya

Related ebooks

Reviews for Aku Anak yang Menyimpan Tanya

Rating: 0 out of 5 stars
0 ratings

0 ratings0 reviews

What did you think?

Tap to rate

Review must be at least 10 words

    Book preview

    Aku Anak yang Menyimpan Tanya - Anisa Ariyani

    Pengantar Kurator: Cinta yang Penuh Teror!

    Di tangan Anisa Ariyani, siapa sangka cinta menjelma hu-bungan amat rumit, tak lazim serta menjadi begitu teror, bahkan meski cinta antara anak dan orang tua kandung seka-lipun.

    Yang menarik, sekumpulan karya dalam buku ini tak lagi berputar di kisaran lapis-lapis kesadaran, melainkan berlari hingar menuju Opera Aperta—istilah yang pertama kali di-perkenalkan oleh pakar semiotik dari Itali, Umberto Eco. Maka menjadi sesuatu yang tak mengherankan bila kemu-dian teks yang terhimpun dalam buku ini terasa begitu liar, penuh daya kejut, namun secara aneh tetap tak menjebak ke upaya lama yang umumnya memuara hanya ke ruang kon-templasi, melainkan lebih kepada menuju puncak kedalaman yang memungkinkan teks tak lagi perlu berkata-kata sebab pembaca yang kemudian sepenuhnya menyusun cerita pasca menyesap kenikmatan yang ada di setiap kisahnya.

    Sila baca secara acak cerpen mana pun yang ada dalam bu-ku ini, niscaya kisah yang dijalin dalam balutan diksi mena-wan di setiap judulnya tak akan berhenti sekadar membuat tertenung, melainkan juga tercenung, lengkap dengan akhir kisah yang penuh percik permenungan tanpa butuh meng-gurui dan digurui. Meski tak jarang residu yang terjelma jus-tru gundah yang tak henti menerbit resah.

    Aku Anak yang Menyimpan Tanya meski sulit disebut alusi namun merupakan parafrase yang cantik dalam jalin kata yang berkelindan dengan amat ciamik. Sementara cinta yang lazimnya terbelenggu hanya sebatas bahagia atau kelam, memperoleh varian pilihan yang amat mengagetkan pada kisah-kisah lainnya. Nyaris tak pernah terpikirkan sebelum-nya namun bukan dalam konteks rekonstruksi apalagi de-konstruksi makna cinta itu sendiri. Hanya kejadian, yang se-ringkali begitu cabik, sekedar koyak atau malah hanya rekah.

    Selamat membaca diri sendiri, selamat larut dan menjelma tokoh di setiap kisah dalam buku ini.

    Pimedia

    Ahmad ‘Bay’Maulana S

    DAFTAR ISI

    Pengantar Kurator: Cinta yang Penuh Teror!

    DAFTAR ISI

    Tanggal yang Tidak Tertera di Kalender

    Kupu-Kupu di Tempurung Ibu

    Aku Anak yang Menyimpan Tanya

    Sebelum Akad Adat

    Cinta Saya Amat Sederhana, Apa yang Salah?

    Dalle

    Bunga-Bunga Ibu

    Gelanggang Suro

    Lorong Gelap Panjang di Balik Senyum Kamu

    Kenangan Mami

    Al, Run!

    Shangkia Kembali Bicara

    (Bukan) Dongeng Ironi

    10 Detik yang Terlarang!

    Saya Tidak Punya Anak Perempuan

    Balon Kaca dan Janji Ibu

    Purnama Retak di Pintu Ma’had

    TENTANG PENULIS

    Tanggal yang Tidak Tertera di Kalender

    Seperti biasa, hari terakhir pada bulan terakhir setiap tahun Ayah selalu mengajakku mengunjungi toko kalender. Ayah akan membeli satu kalender khusus dan istimewa, dengan tanggal-tanggal yang jelas dan seluruhnya berwarna hitam. Tidak ada warna merah dalam kalender Ayah, karena katanya setiap hari dalam hidup ini adalah hari kerja.

    Bagaimana jika aku ingin berlibur bersama Ayah?

    Itu juga hari kerja, hari kerja Ayah membahagiakanmu.

    Kalau aku ingin bermain bersama ayah seharian?

    Itu juga hari kerja, hari kerja Ayah bermain bersamamu.

    Tak ada yang perlu dikhawatirkan, kalender Ayah sudah dirancang khusus dengan tanggal yang hebat, sehingga hari kerja yang padat tak akan merebut Ayah dariku.

    Sepulang membeli kalender baru pada hari terakhir di bulan terakhir, Ayah akan membongkar kalendernya dan menyusun ulang tanggal-tanggal. Ini perlu, karena menyusun ulang tanggal-tanggal akan membuatmu menguasai mereka, jelas Ayah suatu waktu. Ayah memang amat menekankan itu. Sebab jika tidak, tanggal-tanggal akan berubah menjadi makhluk buas yang tak segan memangsa tanpa pandang siapa, dan yang paling berbahaya adalah tanggal-tanggal bisa saja menjadi penipu yang datang dengan amat halus, menutup mata orang-orang dan membisiki telinga. Apa yang mereka bisikkan ke telinga orang-orang? Aku bertanya dengan penuh penasaran. Mereka akan mengatakan bahwa tanggal masih banyak, tak perlu bergegas menjalankan tugas, orang-orang boleh bermalas, jawab Ayah. Kemudian Ayah menambahkan bahwa orang-orang yang tertipu akan banyak menyesal, sebab mereka yang bermalas dan menunda pekerjaan akan tertinggal oleh tanggal-tanggal yang memang bergerak amat cepat. Mereka dikuasai tanggal, maka kita tak boleh menirunya, tandas Ayah.

    Ayah menggelar dua kalender, satu kalender tahun lalu, satu lagi kalender baru. Mata ayah berpindah-pindah, mencocokkan banyak hal. Sesuatu yang belum selesai di kalender tahun lalu akan dipindahkan di kalender baru. Aku menatap takjub tanggal-tanggal yang sudah Ayah beri tugas masing-masing.

    Tiba-tiba Ayah menyerahkan alat tulis padaku.

    Ek, pilih tanggal dan tuliskan cita-citamu.

    Aku terkejut, Ayah tak pernah melakukan ini.

    Cita-cita?

    Ayah mengangguk. Tapi aku tak pernah merasa memiliki cita-cita.

    Ekla, kau ingin mengunjungi taman pelangi?

    Kali ini aku yang mengangguk.

    Kau ingin ikut Ayah memindahkan bintang ke langit-langit rumah?

    Aku mengangguk lagi, sedikit lebih semangat.

    Kau ingin bersama Ayah mengelilingi laut?

    Aku semakin bersemangat, mengangguk lebih mantap.

    Kalau begitu tuliskan. Sebab cita-citamu adalah rencana yang kau letakkan pada tanggal.

    Ayah tersenyum, aku tersenyum. Sejak saat itu, aku dan Ayah sibuk sekali membagi tanggal bagi hari kerja kami berdua.

    ***

    Tahun berjalan terus, kalender kami banyak berganti. Pada setiap cita-cita yang selesai sesuai tanggal, Ayah kembali menyusunnya, memisahkan tanggal dari gerombolannya, dan memajangnya di pigura agar kelak menjadi jejak kenangan. Kelak tanggal-tanggal ini adalah bukti bahwa kau pernah menaklukkan masa, Ek, dan akan membuatmu terus bersemangat melakukannya, katanya ketika kami baru saja mengganti kalender keduabelas sejak kalenderku yang pertama di usia lima. Aku lama memikirkan kata Ayah barusan dengan penuh takjub. Betapa hebat memiliki kalender, kagumku dalam hati, dan betapa hebat memiliki Ayah seorang penakluk tanggal-tanggal.

    Kami terus lakukan itu, membeli kalender pada hari terakhir di bulan terakhir setiap tahun, membongkar ulang tanggal-tanggal, mencocokkan kalender lama dan baru, hingga membuat pilihan-pilihan ketika tanggal yang telah kami susun rupanya harus banyak mengalami bongkar ulang di tengah jalan.

    Bagaimanapun, tanggal-tanggal seperti angin, Ek, mereka memiliki arah hembusnya sendiri.

    Aku tertegun. Kepalaku banyak mengingat, kadang tanggal memang seolah tak bersahabat dan tanggal satu mengacaukan susunan tanggal lainya. Tapi itulah alasan terciptanya pilihan, sebab tanggal lainnya lagi akan selalu ada sebagai penyelesaian.

    Juga, dalam sejarah panjang kalender milik semua manusia, ada satu tanggal yang tak tertera di kalender, Ek.

    Tak tertera di kalender? Kita tentu tak akan bisa menyusunnya, Ayah.

    Benar. Karena tanggal itu mutlak milik Tuhan.

    Aku mengernyit seketika. Ayah tersenyum bijak.

    ***

    Ini adalah kalender

    Enjoying the preview?
    Page 1 of 1