Mandat dari Pakde: Satir Getir untuk Sebuah Negeri
()
About this ebook
Apa asingnya demonstran menari, barangkali pikiran itu yang akan merasuk ke benak setiap orang jika ada yang mempermasalahkannya. Bukankah demonstrasi memang lazimnya seperti itu; orasi, manusia-manusia yang terkonsentrasi, barangkali juga sedikit moral dan ketegangan. Dan … tentu saja sebuah tarian!
Tapi sebuah tarian bagi Jera bisa berarti banyak hal. Masing-masing dengan kedalaman maknanya sendiri. Kedalaman makna yang menjadi lebih dalam lagi ketika ia memaknainya dengan cara yang begitu mendalam, cermin kedalaman perasaannya yang semakin dalam waktu ke waktu.
Related to Mandat dari Pakde
Related ebooks
Kekuatan Lawan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsMenolak Panggilan Pulang Rating: 4 out of 5 stars4/5Melodi Pelangi Rasa Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsKerajaan Misteri Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsDunia Yang Hancur Rating: 4 out of 5 stars4/5Tidak Ada Yang Bisa Lolos Dari Takdir Anda Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPenghianatan (Buku #3 Dalam Buku Harian Vampir) Rating: 5 out of 5 stars5/5Trilogi Pelelangan: Sebuah “Jane Eyre” Zaman Modern (Bahasa Indonesia) Rating: 4 out of 5 stars4/5Malam Ketika Dia Menembak Dirinya (Kumpulan Cerpen) Rating: 5 out of 5 stars5/5Garuda Hitam Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Empat Alis: Bandit Penyulam: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsCinta (Buku #2 dalam Buku Harian Vampir) Rating: 4 out of 5 stars4/5Perempuan Bergaun Kafan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsYang Terlarang: Kisah Humor Keluarga Vampir Kontemporer Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsCatatan (Seorang) Alien Yang Terdampar di Indonesia Rating: 4 out of 5 stars4/5Kesalahpahaman: Roh Pemandu, Roh Harimau, Dan Seorang Ibu Yang Menakutkan! Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsKebenaran Besar Kehidupan dan Cerita Lainnya Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPerjalanan ke Masa Lalu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsTapol Rating: 4 out of 5 stars4/5Surat Untuk Adinda Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Empat Alis: Kekaisaran Rajawali Emas: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 5 out of 5 stars5/5Son Of Badass Let's Be Badass Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsRindu Itu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsAll Heroes II The Song Of All Times Heroes Rating: 5 out of 5 stars5/5Nikiolika, Flight of the Starling Book 2 Rating: 5 out of 5 stars5/5Rinai dalam Angan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsJalan Pembunuh: Thriller Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsMenembus Batas Takut Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsMinuet (Antologi Puisi) Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsTarian Kelopak Rindu Rating: 3 out of 5 stars3/5
Action & Adventure Fiction For You
Last Second Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Empat Alis: Kekaisaran Rajawali Emas: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 5 out of 5 stars5/5Si Pemetik Bintang: Geliat Jago Pedang Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Pedang Naga Menangis: Malaekat Putih: Seri Pendekar Pedang Naga Menangis, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Empat Alis: Bandit Penyulam: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsDi Belakang Barisan Musuh Diselamatkan oleh Senjata Rahasia: Bahasa Indoneasia Rating: 4 out of 5 stars4/5Garuda Hitam Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Pemikat Kembang: Go-bi Sin-kiam Rating: 4 out of 5 stars4/5Kisah Supernatural Dari Dunia Jin Vol 1 Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Tanpa Air Mata Rating: 5 out of 5 stars5/5Kejar, Kumpulan Cerpen Suspense Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Harum: Maling Romantis: Serial Pendekar Harum Rating: 4 out of 5 stars4/5Lyra Gadis Perkasa Rating: 3 out of 5 stars3/5Pedang Bermandikan Kembang Rating: 5 out of 5 stars5/5Senjata Rahasia Bulu Merak: Seri Tujuh Senjata, #2 Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Empat Alis: Duel Jago Pedang: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 5 out of 5 stars5/5Sisi yang Berlawanan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPerjalanan ke Masa Lalu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPerburuan Wahyu Cakraningrat Rating: 2 out of 5 stars2/5Pendekar Negeri Minahasa, Buku Pertama, Darah: Kisah Para Waraney, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Negeri Minahasa Buku Kedua: Api: Kisah Para Waraney Rating: 4 out of 5 stars4/5Analisis Masalah Seksual Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPedang Abadi: Seri Tujuh Senjata Rating: 0 out of 5 stars0 ratings
Related categories
Reviews for Mandat dari Pakde
0 ratings0 reviews
Book preview
Mandat dari Pakde - Ahmad Maulana S
Persembahan
Bila umumnya sebuah karya dilahirkan satu kali oleh seorang penulis, ‘Mandat dari Pakde’ ini menjadi berbeda karena lahir berkali-kali serta bukan hanya oleh penulisnya semata.
Dengan penuh kerendahan hati saya persembahkan karya ini untuk:
Ikhwanul Halim
dan
‘To Whom It May Concern’
Selamat menikmati serta turut terlahir berkali-kali di setiap satir getir kisahnya.
Ahmad Maulana S.
Daftar Isi
Persembahan
Daftar Isi
Tarian Seorang Demonstran
Pelacur Bersayap Anjing
Dibayar Berapa?
Tanah Air Mata
Instruksi Presiden yang Menggegerkan
Korupsi Paling Brutal Sepanjang Sejarah
Bukan Mantra Kemarahan
Utopia, Indonesia
Tanah Air Mata, Gembel Tanah Air
Cara Aneh Menjadi Staf Khusus Penasehat Kepresidenan
Apa Itu Presiden, dan Benarkah Ada Presiden di Negeri Ini?
Ini Bukan Hanya Tentang Papua
Jamuan Penyambutan yang Amat Mendebarkan
Pendidikan yang Memang Amat Penting, Tapi untuk Siapa?
Kakak Pembina: Hawa Maut yang Bikin Bergidik
Deja Vu Papua
Pergulatan Batin dan Gemuruh Perjamuan
Pesta Bakar Batu dan Tradisi Potong Jari yang Menyisa Pilu
Tersesat di Alas Borneo
Ot Siau
Ritual Kematian yang Membingungkan
Siriq
Tak Malukah Kau Mencuri Bendera?
Tentang Penulis
Tarian Seorang Demonstran
Apa asingnya demonstran menari, barangkali pikiran itu yang akan merasuk ke benak setiap orang jika ada yang mempermasalahkannya. Bukankah demonstrasi memang lazimnya seperti itu; orasi, manusia-manusia yang terkonsentrasi, barangkali juga sedikit moral dan ketegangan. Dan … tentu saja sebuah tarian!
Tapi sebuah tarian bagi Jera bisa berarti banyak hal. Masing-masing dengan kedalaman maknanya sendiri. Kedalaman makna yang menjadi lebih dalam lagi ketika ia memaknainya dengan cara yang begitu mendalam, cermin kedalaman perasaannya yang semakin dalam waktu ke waktu.
Baru minggu kemarin Jera genap berusia dua puluh Desember. Dan baru Desember kemarin pula ia menggenapkan dua kali Desember di kampusnya, setelah melewati Desember-Desember itu dengan gerak yang tertatih.
Tapi kearifan memang bukan lagi tentang usia, juga bukan tentang pendidikan. Sebab itu adalah rahasia milik-Nya. Rahasia yang terus ia serap hari demi hari dengan penuh rasa syukur. Lewat tarian kehidupan yang terhampar luas penuh hikmah. Juga, lewat demonstrasi demi demonstrasi yang teramat kerap ia geluti.
Dari hari ke hari, dari demonstrasi ke demonstrasi Jera semakin paham pada demonstrasi. Hingga suatu titik ia mampu membaca demonstrasi hanya dengan sepintas pandangan. Tentang asal kelompok, tujuan serta gaya yang digunakan. Bahkan tak jarang ia berhasil memprediksi ending mereka; rusuh, damai atau cuma hampa.
Tak hanya sampai di situ, demonstrasi terus membukakan hakikatnya kepada Jera. Mengasah batinnya hingga sejernih udara. Tersibaklah baginya segala yang tak kasat mata, menyeruak bersama geletar-geletar makna yang terendap dalam selubung rahasianya. Dan ia pun menjadi semakin mengerti. Demonstrasi tak lagi dimaknainya hanya demonstrasi. Pun tariannya, tak lagi sekadar gerak tubuh penetralisir hati.
Ketika para demonstran itu menari ia melihat sejarahlah yang menari, yang bergulir ke sana-kemari bersama angin perubahan yang terus dihembuskan. Juga ketika demonstrasi kemudian pecah bersama rebahnya jasad-jasad muda buah prosedur yang salah, ia melihat justru kekuasaanlah yang pecah, yang meluruh bersama segala tirani yang mengungkungnya.
Tak hanya dalam demonstrasi, detak-detak kepekaan yang telah kencang dan memarginal erat di hatinya serta-merta melahirkan interpretasi baru. Kehidupan tak lagi sekadar hitam dan putih baginya. Kadang bercampur-baur, kadang selubung-menyelubungi. Bahkan tak jarang ia harus mengendapkan dulu semuanya hingga benar-benar mengerti bahwa hitam memang hitam, dan putih … bukan sekadar hitam yang dipoles.
Seperti beberapa waktu yang lalu ketika ia menyaksikan kerentanan demi kerentanan melanda negerinya, yang memang terlalu rentan terhadap perubahan. Ketika Ambon rusuh ia menemukan mautlah yang rusuh, yang menari dengan beringas dari dalam mata-mata merah dan ikat kepala yang juga merah. Semerah tarian yang ditebarkan mereka: Atas Nama Maut!
Begitu juga ketika negaranya dituding sebagai sarang teroris. Kenyataan seketika memberinya senyum, duka, marah, barangkali juga gemas bercampur geli sebab ia melihat justru merekalah teroris itu, yang terus saja membuat sarang di negerinya dengan segala macam penyelundupan, pencucian dan pemutihan uang, dan—terutama sekali—pengkhianatan terhadap kemanusiaan. Berpura-pura sebagai pemberantas teroris dengan terus menarikan teror demi teror.
Dan di usianya kini yang serba tanggung, Jera semakin merasa asing dengan dunianya. Perasaan asing yang semakin lama semakin terasa keasingannya. Terasa sukar baginya merasai lagi segala yang indah-indah dalam peradaban negerinya. Adat yang bersendikan syariat, yang kemudian bersendikan lagi kepada kitabullah. Semuanya telah menjadi sangat lekang di kelang zaman.
Pun ketika—dengan segala rentang dan jaring yang telah ia bangun—dimasukinya lagi pergulatan demonstrasi yang tersisa, ia tak menemukan apapun lagi di sana selain kekosongan. Kekosongan yang terus menetaskan kebohongan demi kebohongan. Demonstrasi tak lagi suci baginya, tak lagi sakti seperti dulu.
Penasaran, ia terus mencari. Tapi yang ia temukan adalah deja vu yang berulang-ulang. Kosong. Bohong.
Juga ketika dengan harapan yang tersisa, ia masuki lagi bangun mentereng di daerah Kuningan, ia kembali terpuruk. Alih-alih memperoleh rasa lega dan tempat bersandar, justru kekecewaan menampar-nampar nuraninya. Sebab di sana, di dalam gedung yang pernah menjadi pusat organisasi orang-orang muda itu, tak sekadar kebohongan yang ia temukan. Dengan mata kepalanya sendiri