Anda di halaman 1dari 41

BIMBINGAN SKRIPSI

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAVI (Somatik,


Auditori, Visual, dan Intelektual) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
X Jurusan TKJ Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMKN 1 Kuripan
Lombok Barat Tahun Ajaran 2011/2012.


OLEH :

SARI RAHAYU PUSPANINGRUM
09-231-188
KIMIA VI D

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP MATARAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (l) yang menyatakan "Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memilih kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara". Pendidikan juga berarti perbuatan atau proses
perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (Meleod dalam Syah, 2003). Sejalan
dengan pendapat di atas pendidikan merupakan proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku sesuai kebutuhan.
Berdasarkan hasil observasi di SMKN 1 Kuripan Lombok Barat
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat
pada data tabel berikut:
Tabel 1.1 Nilai Siswa Kelas X SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2011/2012
No. Kelas Jumlah Siswa Nilai rata-rata
1. XA 36 5,03
2. XB 38 4,89
3. XC 38 4,79
Sumber : Arsip nilai guru SMKN 1 Kuripan Lombok Barat, tahun pelajaran 2011/2012
Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya suatu tindakan yang
sesuai dengan kondisi tersebut dalam upaya membantu siswa agar hasil belajar
siswa diharapkan dapat ditingkatkan secara optimal. Guru dapat menggunakan
model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berpatisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe SAVI.
Proses pembelajaran akan terasa tidak berarti jika disampaikan secara
monoton, tetapi harus disertai dengan hal-hal menarik supaya pembelajaran itu
tidak membosankan. Misalnya dengan mengadakan suatu permainan atau
memerintahkan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang dapat menjadikan
siswa itu aktif baik secara fisik maupun intelektual.
Accelerated learning adalah pendekatan belajar paling maju yang
digunakan pada masa sekarang dan mempunyai banyak manfaat antara lain
didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Di sini dapat
digunakan berbagai model dan media sifatnya terbuka dan luwes, pembelajar
diajak terlibat sepenuhnya antara lain cocok dengan semua gaya belajar dan
memberi energi serta membuat proses belajar menjadi manusiawi kembali.
Meier (2002) memperkenalkan suatu pembelajaran baru. Pembelajaran
yang dimaksud adalah SAVI. SAVI ini merupakan akronim dari Somatis (belajar
dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan berbicara dan
mendengar), Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan) dan
Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung). SAVI
merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif dimana, dengan model
pembelajaran kooperatif akan mempermudah siswa dalam melakukan pemecahan
masalah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAVI (Somatik, Auditori,
Visual, dan Intelektual) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Jurusan TKJ Pada
Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk adanya pengaruh model
pembelajaran Kooperatif Tipe SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan
Intelektual) terhadap hasil belajar siswa kelas X Jurusan TKJ pada pokok
bahasan hidrokarbon di SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Peningkatan keterampilan psikomotor dan kognitif siswa dalam melakukan
eksperimen.
2. Bagi Guru
Model pembelajaran kooperatif tipe SAVI diharapkan dapat digunakan dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna.

3. Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan model-model
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan lingkungan belajar dan
karakteristik kognitif siswa yang heterogen.
4. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat mengembangkan kreatifitas mahasiswa sebagai calon guru
khususnya mahasiswa program studi Pendidikan Kimia IKIP Mataram dalam
mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI sebagai salah
satu upaya dalam meningkatkan kualitas pengajaran.
E. Lingkup Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini maka
lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian ini diterapkan pada Pokok Hidrokarbon.
2. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas X Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan
Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Penelitian ini hanya terfokus pada penggunaan model pembelajaran
Kooperatif Tipe SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) efektif
terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan hidrokarbon kelas X
Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan tahun pelajaran 2011/2012.
4. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai dalam aspek kognitif yang
diperoleh siswa dari soal pokok hidrokarbon setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
SAVI.
F. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2008).
2. Model pembelajaran kooperatif tipe SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan kepada siswa bahwa di dalam belajar tidak hanya duduk dan
mencatat saja tetapi siswa harus melakukan sendiri (somatis),
berargumentasi (auditori), mengamati secara langsung (visual), dan
mencoba mencari dalam pemecahan masalah (intelektual) (Meier, 2002).
SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang
paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan
segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar
individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang
berbeda. SAVI dikolaborasikan dengan pembelajaran kooperatif agar siswa
diharapkan mudah dalam melakukan pemecahan masalah.
3. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran kooperatif tipe SAVI pokok hidrokarbon. Dalam hal ini hasil
hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Dengan mengetahui
hasil belajar siswa, guru dapat menentukan kedudukan siswa dalam kelas
apakah dia pandai, sedang atau kurang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan
oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Well dan Showers dalam Ismail, 2003).
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu yaitu : rasional teoritik yang logis yang
disusun oleh penciptannya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah
laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai (lsmail, 2003).
Sedangkan menurut Sanjaya (2008), bahwa pembelajaran
(instruction) ini menunjukkan bahwa usaha siswa mempelajari bahan pelajaran
sebagai akibat perlakuan guru. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
pengertian pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dibuat pendidik untuk
membantu peserta didik menerima bahan pelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),
jika kelompok mampu menunjukkan hasil yang yang dipersyaratkan. Dengan
demikaian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan
tanggung jawab individu terhadap kelompok keterampilan interpersonal dari
setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan
mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu
akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan konstribusi demi
keberhasilan kelompok. Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya
terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam
kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim (Sanjaya, 2008).
Menurut Suyatno 2009, Model pembelajaran kooperatif memiliki
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan



2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAVI
Pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun, meliputi unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
rnempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suatu sistem
pembelajaran memiliki 3 ciri utama yaitu memiliki rencana khusus, kesaling
tergantungan antara unsur-unsurnya dan tujuan yang hendak dicapai. Unsur
minimal dalam sistem pembelajaran adalah siswa, tujuan, dan prosedur.
Sedangkan fungsi guru dapat dialihkan kepada media pengganti. Unsur
dinamis pembelajaran pada diri guru terdiri dari motivasi membelajarkan
siswa. Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar, sumber bahan
belajar, alat bantu belajar, dan subjek belajar (Aqib, 2002).
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Parasiswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan
interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal
ini sebagian aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari
materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan interaksi
yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi
pada tingkat yang relatif sejajar (Ismail, 2003)
Dalam pembelajaran kooperatif diperlukan tugas perencanaan,
misalnya : menentukan pendekatan yang tepat, memilih topik yang sesuai
dengan model ini, pembentukan kelompok siswa, mengenalkan siswa pada
tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat yang
akan digunakan (Ismail, 2003).
Pembelajaran SAVI dapat digunakan untuk kepentingan diri sendiri,
misalnya dalam membaca buku atau belajar mandiri. Tetapi dapat juga
digunakan sebagai tipe pembelajaran di kelas yang dikolaborasikan dengan
pembelajaran kooperatif (Suyatno, 2009)
SAVI dikembangkan oleh Meier (2002 ), dimana SAVI ini merupakan
akronim dari Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar
dengan berbicara dan mendengar), Visual (belajar dengan mengamati dan
menggambarkan) dan Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung). Keempat dari metode pembelajaran tersebut dapat dirinci sebagai
berikut :
a. Belajar Somatis
Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma. Jadi,
belajar Somatis berarti belajar dengan Indra Peraba, kinestetis, praktis
melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu
belajar. Penelitian neurologis menunjukkan bahwa pikiran tersebar
diseluruh tubuh. Intinya tubuh adalah pikiran. Pikiran adalah tubuh,
keduanya merupakan suatu sistem elektris - kimiawi - biologis yang benar-
benar terpadu. Jadi dengan menghalangi pembelajaran Somatis
menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar, kita menghalangi
fungsi pikiran mereka sepenuhnya.
Orang dapat berperan sebagai perangkat dan komponen untuk
secara aktif menirukan benda-benda seperti : (l) Bekerjanya sebuah alat,
(2) Struktur dan fungsi dalam tubuh manusia, (3) Struktur dan fungsi di
alam, (4) Reaksi kimia, (5) Episode dalam sejarah, (6) dan lain-lain.
Orang dapat bergerak ketika mereka : (l) Membuat model dalam
suatu proses atau prosedur, (2) Secara fisik menggerakkan berbagai
komponen dalam suatu proses atau sistem, (3) Memeragakan suatu proses,
sistem, atau seperangkat konsep, (4) Mendapatkan pengalaman, lalu
memberikannya dan merefleksikannya, (5) Melengkapi suatu proyek yang
memerlukan kegiatan fisik, (6) Menjalankan pelatihan belajar aktif
(simulasi, permainan belajar, dan lain-lain), (7) Melakukan tinjauan
lapangan, lalu lintas, gambar dan bicarakan tenrang apa yang diplajari, (8)
Mewawancarai orang-orang di luar kelas, (9) Dalam tim, menciptakan
pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas.
Untuk merangsang hubungan pikiran tubuh dengan menciptakan
suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat
duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua
pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti
menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, dapat membantu
pembelajaran.
b. Belajar Auditori
Pikiran auditori lebih, kuat daripada yang disadari. Telinga akan
terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan
tanpa disadari dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa
area penting di otak menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang
menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar. Carilah cara
untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.
Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah
mereka membaca keras-keras secara dramatis jika mereka mau. Ajak
mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model,
mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai
keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan
makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
c. Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun sangat menonjol pada sebagian orang
sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak
terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual
daripada semua indra yang lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika
mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon
gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang
belajar.
Beberapa hal yang dapat dimanfaatkan untuk membuat
pembelajaran lebih visual: (l) Bahasa yang penuh gambar, (2) Grafik
presentasi yang hidup, (3) Benda tiga dimensi, (4) Bahasa tubuh yang
dramatis, (5) Cerita yang hidup, (6) Pengamatan lapangan, (7 ) Dekorasi
berwarna-warni.
Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang
dengan keterampilan visual yang kuat adalah dengan meminta mereka
mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi
itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkannya.
d. Belajar Intelektual
Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam
pikiran rnereka secara internal mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalarnan dan menciptakan hubungan, makna,
rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. "lntelektual" adalah bagian diri
yang merenung, mencipta" rnemecahkan masalah, dan membangun makna.
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang
digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan
jaringan saraf baru, dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental,
fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya
sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman
menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman
menjadi kearifan.
Aspek intelektual dalarn belajar akan terlatih jika pembelajar terlibat
dalam aktivitas seperti: (l) memecahkan masalah, (2) menganalisis
pengalaman, (3) mengerjakan perencanaan strategis, (4) melahirkan gagasan
krearif (5) mencari dan menyaring informasi, (6) merumuskan pertanyaan,
(7) menciptakan model mental, (8) menerapkan gagasan baru pada
pekerjaan, (9) menciptakan makna pribadi, (10) meramalkan implikasi suatu
gagasan.
Selain itu juga SAVI dapat divariasikan dengan berbagai model
pembelajaran sesuai dengan materi yang dibahas. SAVI dalam
penerapannya memiliki cara-cara sebagai berikut :
Cara I : Secara Somatis (Gerakan tubuh)
caranya : kaitkan konsep atau rangkah kunci dengan gerakan
tangan, lengan atau tubuh, atau bisa juga dengan melakukan
demonstrasi di depan kelas.
Gerakan tubuh tidak hanya memperkuat modalitas kinestetik dan
mengunci informasi kedalam memori otot, tetapi juga menjadi cara
untuk mendapatkan perhatian siswa dengan mernpengaruhi perilaku
mereka melalui tindakan.


Cara II : Secara Auditorial (pendengaran)
Caranya : Mengungkapkan secara berulang-ulang konsep yang
dirasakan sulit untuk dipahami oleh siswa. Jika mereka kesulitan
dengan suatu konsep, maka dapat dibantu dengan mengajak mereka
berbicara dengan diri mereka sendiri untuk memahaminya.
Cara III : Secara Visual (gambar)
caranya : Mendorong siswa membuat banyak simbol dan gambar
dalarn catatan mereka. Dalam matematika dan ilmu pengetahuan,
tabel dan grafik akan memperdalam pemahaman mereka. Bisa juga
dengan mengajak siswa melakukan pengamatan dalam suatu
demonstrasi atau eksperimen.
Cara IV : Secara Intelektual (berpikir)
Caranya : memberikan pertanyaan kepada siswa, untuk
menunjukkan partisipasinya, lalu membenarkannya dengan
mencarikan pertanyaan untuk jawabannya, dan menawarkan
kesempatan lain baginya untuk menjawab pertanyaan semula. Jika
dia tidak tahu, katakan bahwa anda akan kembali padanya sebentar
lagi, dan beralih ke siswa yang lain.




Tabel 2.l Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAVI.
Fase-fase Tingkah laku guru
Fase I
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
(A) dan memotivasi siswa belajar (S).
Fase 2
menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi (V) atau lewat
bahan bacaan (A).
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka (S).
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang dipelajari (I) atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
belajarnya (A).
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok (A).

2. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2002), mengatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati
dan diukur dalam perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, dari yang tidak tahu menjadi tahu dan sikap tidak sopan
menjadi sopan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), dampak pembelajaran
adalah hasil belajar yang dapat diukur, seperti yang tertuang dalam raport,
angka dalam ijazah dan kemampuan menjawab soal. Dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan atau keberhasilan siswa dalam memahami
materi yang diajarkan dan tingkat keberhasilan siswa dapat diukur pada saat
guru tersebut melakukan evaluasi. Misalnya, ulangan harian, semester, dan lain-
lain. Bila dilihat kenyataan dalam mencapai hasil belajar, maka akan didapati
siswa yang menunjukkan pencapaian yang berbeda-beda. Di lain pihak akan
didapat beberapa orang siswa yang mempunyai hasil belajar fisika rendah,
sedang atau tinggi.
Berhasil atau tidaknya orang dalam belajar ditentukan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Slameto (2003), faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi:
1. Kesehatan
2. Intelegensi dan bakat
3. Minat dan motivasi
4. Cara belajar
b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar) meliputi:
1. Keluarga seperti latar pendididkan orang tua, keadaan ekonomi
keluarga, relasi antar anggota keluarga dan situasi dalam rumah.
2. Sekolah seperti kualitas guru, metode mengajar yang digunakan,
fasilitas sekolah dan pelaksanaan tata tertib.
3. Masyarakat seperti latar belakang budaya masyarakat, teman bergaul
dan kegiatan siswa dalam masyarakat.
4. Lingkungan sekitar seperti keadaan lingkungan, bangunan rumah,
keadaan lalu lintas dan iklim.
B. Kerangka Berfikir
Dalam proses belajar mengajar diperlukan model pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan, sehingga siswa tidak akan merasa bosan atau jenuh.
Hal ini sangat mendukung dalam meningkatkan keberhasilan suatu proses
pembelajaran, karena disamping profesional diharapkan juga kreatifitas dari
seorang guru dalam memilih model pembelajaran yang digunakan agar siswa
dapat memahami dengan cepat konsep-konsep kimia yang diajarkan.
Berangkat dari situasi tersebut, peneliti mencoba dalam penelitian untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI, karena dalam proses
pembelajaran model pembelajaran ini mengajak siswa belajar berdasarkan
aktivitas yakni bergerak aktif secara fisik dan membuat seluruh tubuh pikiran
terlibat dalam proses belajar artinya siswa yang melakukan sendiri (S),
berargumentasi (A), melakukan pengamatan (V), dan memecahkan masalah (I).
pembelajaran ini dapat menggunakan berbagai model pembelajaran. Dalam hal
ini model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif, sehingga siswa
akan lebih mudah bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian
hasil dari penelitian ini dianalisis untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe SAVI terhadap hasil belajar siswa
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis nol (Ho): Tidak ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe
SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap hasil belajar siswa
pada pokok bahasan hidrokarbon kelas Jurusan X SMKN 1 KURIPAN Tahun
Ajaran 2011/2012.
2. Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe
SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap hasil belajar siswa
pada pokok bahasan hidrokarbon kelas Jurusan X SMKN 1 KURIPAN Tahun
Ajaran 2011/2012.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian quasi eksperimen.
Penelitian quasi eksprimen merupakan suatu cara akibat antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan ini adalah penelitian untuk mengetahui sebab oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain. Jenis penelitian ini
selalu dinalarkan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan
(Arikunto, 2004). Salah satu ciri penelitian quasi eksperimen adalah menggunakan
kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang
dikenai eksperimen. Quasi eksperimen sedikit berbeda dengan eksperimen
sungguhan/murni yang takkan mungkin mengubah atau memanipulasi suatu
variabel yang relevan. Pada penelitian ini akan mengeksperimenkan model
pembelajaran kooperatif tipe SAVI.
B. Waktu dan Tempat Penelitian.
1. Tempet Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan SMKN 1 KURIPAN Lombok Barat Tahun Ajaran
2011/2012
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan Pada Kelas X Semster Genap Tahun Ajaran 2011/2012
C. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini di tunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok

Pre tes

Perlakuan

Post tes
Eksperimen Ya Ya Ya
Kontrol Ya Tidak Ya
(Arikunto, 2006)
Tes awal bertujuan mengetahui kemampuan awal siswa dari sampel yang
diambil untuk mengetahui homogenitas sampel. Tes akhir dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi
dapat diartikan sebagai seluruh individu (siswa) yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X Jurusan TKJ SMKN 1 KURIPAN Lombok
Barat Tahun Pelajaran (2011/2012) yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah
keseluruhan 40 siswa.
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah siswa
1. XB 39
2. XC 40

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Apabila sampel kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
(Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah dua
kelas, satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan yang satunya sebagai
kelompok kontrol. Dalam pengambilan sampel, peneliti tidak bebas memilih
menurut kemauannya dalam menetapkan kelompok yang menjadi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, untuk itu dilakukan dengan menggunakan
teknik cluster random sampling dimana diperoleh semua kelasnya homogen.
Setelah diketahui semua kelas homogen maka digunakan teknik undian. Dari
hasil undian menyatakan bahwa kelas X B menjadi kelompok eksperimen
dengan jumlah siswa 24 orang dan kelas X A menjadi kelompok kontrol
dengan jumlah siswa 16 orang. Jadi total sampel yaitu 40 orang.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Kimia
khususnya pelajaran hidrokarbon dari siswa kelas X Jurusan TKJ SMKN 1
KURIPAN Tahun Ajaran 2011/2011, sedangkan variabel bebas dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe SAVI.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil
belajar. Menurut arikunto (2009), tes hasil belajar ialah alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu hasil belajar, dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk tes obyektif. Tes obyektif merupakan tes yang terdiri
dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan memilih salah satu alternatif
yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban
yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol (Arikunto dalam Dimyati,
2009).
F. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Instrumen
Instrumen sangat menentukan berhasil atau tidaknya sesuatu
penelitian, dimana dalam penelitian ini digunakan tes. Baik-buruknya suatu
tes dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, daya beda soal dan fungsi pengecohnya.
a. Validitas butir soal atau validitas item
Suatu instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus dapat
memberikan hasil sesuai dengan keadaan yang dievaluasinya atau disebut
valid. Arikunto (2006), menyatakan bahwa untuk menentukan validitas
butir soal digunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut:


Keterangan:

pbi
= Koefisien korelasi point biserial
M
P
= Rata-rata skor siswa yang menjawab benar
M
t
= Rata-rata skor total
S
t
= Standar deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar




q = Proporsi siswa yang menjawab salah

Nilai r
pbi
akan dikonsultasikan dengan tabel r product moment
dengan kriteria pengujian yaitu:
a. Jika r
pbi
> r
tabel
maka soal dikatakan valid
b. Jika r
pbi
< r
tabel
maka soal dikatakan tidak valid
c. Uji Reliabilitas


Suatu tes yang baik harus memiliki kepercayaan yang tinggi atau
disebut reliabel. Tes dikatakan mempunyai reliabel yang tinggi jika tes
tersebut memberikan hasil yang tetap untuk beberapa kali pengukuran bila
mengukur obyek yang sama. Untuk menentukan reliabilitas butir soal
digunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Sugiyono, 2008):
(


) (

)
Keterangan:
r
i
= Reliabilitas butir soal secara keseluruhan
p
i
= Proporsi siwa yang menjawab soal dengan benar
q
i
= Proporsi siswa yang menjawab soal denagn salah

= Jumlah kasil perkalian antara p


i
dan q
i
k = Banyaknya soal

= varians total

Suatu soal akan reliabel jika r
i
r
tabel
dan soal dikatakan tidak
reliabel apabila r
i
r
tabel
. Berikut ini adalah tabel kriteria untuk reliabilitas
butir soal:
Tabel 3.5 Kriteria Nilai Reliabilitas
No. Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
0,80-1,00
0,60-0,799
0,40-0,599
0,20-0,399
0,00-0,199
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
(Sugiyono, 2008)
b. Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Arikunto (2006), soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Untuk menentukan taraf kesukaran soal digunakan rumus
sebagai berikut:


Keterangan:
P = Indeks kesukaran
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
B = Banyaknya siswa yang menjawab tes dengan benar
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
No. Nilai Kategori
1.
2.
3.
0,00-0,30
0,31-0,70
0,71-1,00
Sukar
Sedang
Mudah
(Arikunto, 2006)
c. Daya Beda Soal
Menurut Arikunto (2006), daya beda soal merupakan kemampuan
soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah . Rumus untuk menentukan daya beda soal (D)
sebagai berikut:


Keterangan:
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas
J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah
B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P
B


= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.7 klasifikasi daya beda butir soal
No. Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
Negatif
0.00-0,20
0,21-0,40
0,41-0,70
0,71-1,00
Semua Tidak Baik
Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali
(Arikunto, 2006)
a. Fungsi Pengecoh
Suatu distraktor dapat berfungsi secara efektif atau tidak jika jumlah
pemilih kelompok atas dan bawah minimal adalah 25 % kali satu per dua
kali jumlah option pengecoh kali jumlah kelompok atas ditambah kelompok
bawah dan frekuensi pemilih kelompok bawah lebih besar daripada
frekuensi pemilih kelompok atas (Nurkencana, 1990).
Contoh perhitungan:
Berdasarkan analisis sebuah item, polanya diketahui sebagai berikut:
Tabel 3.8 Pola Jawaban Soal
Option a b* c d E
Kelompok Atas 3 9 4 0 0
Kelompok Byway 8 2 3 1 0
Jumlah 11 11 7 1 0
Keterangan: * = Option Kunci
Berdasarkan tabel maka kita dapat cari :
1. Option (a) sebagai fungsi pengecoh berfungsi efektif sebab jumlah
pemilihnya 11 orang. Jadi tidak kurang dari 25 % x 1/(2x 4) x 30 orang
= 0,94 atau dibulatkan jadi 1 orang dan jumlah pemilih kelompok bawah
lebih besar dari kelompok atas.
2. Option (c) sebagai option pengecoh tidak berfungsi efektif sebab
frekuensi pemilih kelompok atas lebih tinggi dari kelompok bawah.
3. Option (d) sebagai fungsi pengecoh berfungsi efektif karena jumlah
pemilih kelompok atas dan kelompok bawah tidak kurang dari
25%x1/(2x4) x 30 orang = 0,94 dan frekuensi pemilih kelompok bawah
lebih tinggi dari kelompok atas.
4. Option (e) sebagai fungsi pengecoh tidak berfungsi efektif sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah kurang dari 25% x
1/(2x 4) x 30 orang = 0,94 (dibulatkan menjadi 1 orang).
2. Teknik Analisis Data
a. Homogenitas Sampel
Uji homogenitas dipergunakan untuk membuktikan apakah kedua
sampel yang menjadi obyek penelitian homogen atau tidak. Uji
homogenitas ini dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Riduwan
(2008), menyatakan bahwa uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji-F:




Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: data homogen jika
F
hitung


F
tabel
dan tidak homogen jika F
hitung


F
tabel
pada taraf
signifikan 5%.

b. Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tes akhir
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan
menggunakan rumus chi-kuadrat (Sugiyono, 2008):


Dimana f
o
menyatakan frekuensi hasil pengamatan dan f
e

menyatakan frekuensi harapan berdasarkan distribusi frekuensi kurva
normal teoritis. Suatu data akan berdistribusi normal jika x
2
hitung


x
2
tabel
pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan, db = k-1, dimana k
menyatakan jumlah kelas interval.
c. Uji Hipotesis (Uji-t)
Untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan dengan
menggunakan pendekatan SAVI terhadap hasil belajar kimia siswa, maka
data tes hasil belajar dianalisis dengan menggunakan rumus t-test yang
secara umum pola penelitiannya dilakukan terhadap 2 kelompok, yang
satu kelompok eksperimen (yang dikenai perlakuan) dan kelompok
kontrol atau kelompok pembanding yang tidak dikenai perlakuan (post-
test pre-test design). Adapun rumus t-test tersebut sebagai berikut :

|
|
.
|

\
|
+
+
+

=

Y X Y X
Y X
N N N N
Y X
M M
t
1 1
2
2 2
................ (3.7)

Keterangan :
M = nilai rata-rata hasil perkelompok
N

= banyaknya subjek

x

= deviasi setiap nilai x
2
dan x
1

y

= deviasi setiap nilai y
2
dan y
1




Ingat bahwa :

2
X dapat diperoleh dari

2
X -
( )
N
X
2

2
Y dapat diperoleh dari

2
Y -
( )
N
Y
2


Hasil uji-t dikonsultasikan dengan t
tabel
dengan db = ( 2 +
Y X
N N )
pada taraf kesalahan 5%. Jika t
hitung
t
tabel
maka hipotesis Ha diterima
dan Ho ditolak (Arikunto, 2006).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi point biserial
(
pbi
) pada taraf signifikan 5% dengan r
tabel
0,339 untuk N = 34 orang. Jika
r
hitung
r
tabel
maka soal dikatakan valid. Dari 50 soal yang diujicobakan
kepada siswa dinyatakan 16 soal yang valid dan 34 soal yang tidak valid.
Tabel 4.1 Uji Validitas Instrument Penelitian
No. Jumlah item Jumlah item
Valid
Jumlah item
tidak valid
Keterangan


1.


50


16


34
- Valid jika:
r
hitung
> r
tabel
- Tidak valid jika:
r
hitung
< r
tabel


b. Uji Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes pokok bahasan cahaya dengan
menggunakan rumus KR-20, diperoleh r
11
sebesar 0,649 dari 50 soal lebih
besar daripada r
tabel
sebesar 0,339, berarti soal reliabel. Selanjutnya r
hitung

disesuaikan dengan kriteria reliabilitas. Berdasarkan kriteria nilai r
hitung

terletak pada 0,61-0,80, sehingga menunjukkan bahwa 50 soal tes pokok
bahasan cahaya memiliki reliabilitas tinggi.
c. Taraf Kesukaran Soal
Berdasarkan tabel data hasil taraf kesukaran soal (lampiran 14), 50
soal tes yang telah diujicobakan pada siswa kelas VIII
C
SMPN 14 Mataram
memiliki indeks kesukaran seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Data Taraf Kesukaran Soal
No. Kategori Soal Taraf Kesukaran soal Jumlah Soal
1 0,00 0,30 Sukar 15
2 0,31 0,70 Sedang 24
3 0,71 1,00 Mudah 11
Jumlah 50

d. Uji Daya Beda Soal
Uji daya beda soal terlebih dahulu ditentukan kelas atas dan kelas
bawah dari 34 siswa, yaitu terdapat jumlah kelas atas 17 orang dan kelas
bawah berjumlah 17 orang. Untuk menentukan kelas atas dan kelas bawah
dilihat dari skor tertinggi sampai skor terendah dari skor 23 sampai skor 4
untuk kelas atas dan dari skor 30 sampai skor 24 untuk kelas bawah. Dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Skor Kelas Atas dan Kelas Bawah
Kelas Skor
Atas 30 29 28 27 26 25 24
Bawah 24 23 22 21 18 12 4
Kriteria daya pembeda pada soal ditemukan 11 soal tergolong tidak
baik semua, 19 soal tergolong jelek, 15 soal tergolong cukup baik, dan 5 soal
tergolong baik. Seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Uji Daya Beda Soal
No.
Jumlah
item
Kategori Ketarangan
STB Jlk CB B BS STB : Semua Tidak Baik
Jlk : Jelek
CB : Cukup Baik
B : Baik
BS : Baik Sekali
1. 50 11 19 15 5 0

e. Fungsi Pengecoh (Distraktor)
Option pengecoh berfungsi dengan efektif jika jumlah pemilih
kelompok atas dan bawah minimal adalah 25% kali satu per dua kali jumlah
option pengecoh kali jumlah kelompok atas ditambah kelompok bawah dan
frekuensi pemilih kelompok bawah lebih besar daripada kelompok atas.
Berdasarkan perhitungan didapatkan kriteria pemilih tidak kurang dari 1
orang. Jika option pengecoh memenuhi kriteria tidak kurang dari 1 orang dan
frekuensi pemilih kelompok bawah lebih besar daripada kelompok bawah,
maka option tersebut dapat dikatakan efektif
2. Data Hasil Penelitian Siswa
Data dalam penelitian ini berupa data hasil belajar yang ditunjukkan
dengan nilai tes awal dan tes akhir. Pengambilan data untuk nilai tes awal dan
tes akhir menggunakan instrumen pengumpulan data yang berupa tes objektif
sebanyak 16 soal yang sudah dianalisis validitas, reliabilitas, daya beda, indeks
kesukaran, dan fungsi pengecohnya.
a. Data Hasil Tes Awal
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas X jurusan TKJ
SMKN 1 Kuripan Lombok Barat dalam memahami pokok bahasan
Hidrokarbon maka dilakukan tes awal. Pengambilan data untuk tes awal
menggunakan instrumen pengumpulan data yang berupa tes objektif
sebanyak 16 soal. Berikut ditampilkan data hasil tes awal siswa kelas sampel.
Tabel 4.5 Data Hasil Tes Awal
No. Kelas
Jumla
h
siswa
(n)
X X
2

X
Sd
2

Nilai
Max
Nilai
Min
1 Eksperimen 39 1585 2512225 40,
6
83,563 60 15
2 Kontrol 40 1700 2890000 42,
5
122,5 70 20

b. Data Hasil Tes Akhir
Setelah mendapatkan perlakuan pada kedua kelas sampel dilakukan
tes akhir (post-test). Berikut ini ditampilkan data tes akhir kedua kelas
sampel.
Tabel 4.6 Data Hasil Tes Akhir
No. Kelas
Jumla
h
siswa
(n)
X X
2

X
Sd
2

Nilai
Max
Nilai
Min
1 Eksperimen 39 2010 110350 52 173,27 80 25
2 Kontrol 40 1685 76975 42 149,86 70 15

c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sampel dilakukan setelah kedua kelas sampel
diberikan tes awal dan tes akhir. Uji homogenitas pada tes awal bertujuan
untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan awal kedua kelas sampel.
Apabila dari hasil uji-F disimpulkan bahwa kedua kelas sampel homogen,
maka dapat dilanjutkan ke tahap perlakuan yaitu pengajaran dengan
menggunakan pendekatan SAVI untuk kelas eksperimen dan pengajaran
secara konvensional untuk kelas kontrol. Dari data tes awal dilakukan uji-F
dan diperoleh F
hitung
sebesar 1,47 lebih kecil dari F
tabel
sebesar 1,69 pada dk
pembilang = 39 dan dk penyebut = 38 serta taraf kesalahan 5%. Maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan awal kedua kelas sampel tersebut homogen
(sama).
Pada tes akhir juga dilakukan uji homogenitas kedua kelas sampel
agar dapat melanjutkan ke perhitungan uji-t dalam pengujian hipotesis. Dari
data tes akhir dilakukan uji-F dan diperoleh F
hitung
sebesar 1,16 lebih kecil
dari F
tabel
sebesar 1,69 pada dk pembilang = 39 dan dk penyebut = 38 serta
taraf kesalahan 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa dari data tes akhir kedua
kelas sampel tersebut homogen (sama).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data kedua kelas sampel. Berdasarkan hasil post-test dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat (
2
) untuk mengetahui
distribusi hasil yang diperoleh. Jika data dari kedua sampel terdistribusi
normal maka dapat dilakukan uji beda menggunakan uji-t atau sebaliknya.
Berikut ini ditampilkan hasil uji normalitas kelas sampel berdasarkan data tes
akhir

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test
Sumber variasi Eksperimen Kontrol

2
hitung
3,572 5,544

2
tabel
11,070 11,070
Ktiteria Terdistirbusi normal Terdistribusi normal

1. Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
2
hitung
= 3,572 sedangkan

2
tabel
pada taraf signifikan 5% dengan dk = 5 diperoleh
2
tabel
11,070
karena
2
hitung
<
2
tabel
, maka hasil pos-test kelas eksperimen dinyatakan
terdistribusi normal. Adapun grafiknya dapat dilihat pada grafik 4.1
berikut ini.

2. Uji Normalitas Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
2
hitung
= 5,544 sedangkan

2
tabel
pada taraf signifikan 5% dengan dk = 5 diperoleh
2
tabel
11,070
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-30 31-41 42-52 53-63 64-74 75-85
Normalitas Kelas eksperimen

karena
2
hitung
<
2
tabel
, maka hasil pre-test kelas kontrol dinyatakan
terdistribusi normal. Adapun grafiknya dapat dilihat pada grafik 4.2
berikut ini.


e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini diterima atau tidak maka dilakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan Uji-t. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan rumus uji-
t, diperoleh t
hitung
sebesar 3,13 dan t
tabel
1,98 pada taraf signifikan 5% dan db
66 untuk uji dua pihak sebesar 2,00 (cara perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran 28). Apabila dibandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel
didapat t-hitung (3,13)>(1,98) t-tabel. Karena t
hitung
lebih besar dari t
tabel

maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
0
2
4
6
8
10
12
14
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74
Normalitas Kelas Kontrol
terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SAVI (Somatis,
Auditori, Visual, dan Intelektual ) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X
Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Lombok Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka
dapat dijelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI
(Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) yang diterapkan pada pembelajaran
kimia berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa untuk pokok hidrokarbon
kelas X Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2011/2012,
Berdasakan hasil penilaian yang dilakukan pada aspek koognitif terhadap
kedua kelas sampel dapat diketahui hasil belajar kimia yang diperoleh masing-
masing kelas sampel menunjukkan adanya pengaruh perbedaan perlakuan yang
diterima kedua kelas, dimana untuk kelas eksperimen materi yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI (Somatis, Audotori,
Visual, dan Intelektual) sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran direct instruction dimana siswa hanya menerima pemaparan dari
guru yang menerangkan di depan kelas.
Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen disebabkan karena
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI (Somatis, Auditori,
Visual, dan Intelektual). Dimana dengan SAVI siswa dapat belajar sesuai dengan
gaya belajarnya masing-masing. Misalnya belajar dengan bergerak atau berbuat
(Somatis), belajar dengan berbicara dan mendengar (Auditori), belajar dengan
mengamati dan menggabarkan (Visual), dan belajar dengan memecahkan
masalah dan merenung (Intelektual). Selain itu dengan model pembelajaran
kooperatif tipe SAVI siswa mudah dalam melakukan pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji t pada taraf signifikan 5%
diperoleh t
hitung
sebesar 3,13 dan t
tabel
1,98 berarti t
hitung
lebih besar daripada t
tabel

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak.
Hipotesis alternatif berbunyi ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap hasil belajar kimia
siswa kelas X jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran.
Hasil yang diperoleh peneliti dalam mengadakan penelitian ternyata
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe SAVI yang berdampak pada hasil belajar yang
meningkat. Karena dalam pembelajaran ini, siswa aktif baik secara fisik maupun
intelektual. Dimana bekerja dalam kelompok dapat meningkatkan aktivitas
berfikir siswa sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik. Dengan
demikian, dalam kegiatan belajar mengajar guru dapat menggunakan model
pembelajaran tipe SAVI, karena sebagai seorang guru kita harus mampu memilih
model, metode, dan media yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta
keadaan lingkungan sekolah dan karakteristik siswa yang heterogen.


BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat tarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SAVI
(Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap hasil belajar kimia siswa
kelas X Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2011/2012.






Daftar Pustaka

Aqib, Zaenal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan
Cindekia
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Firman dan Liliasari. 1997. Kimia 1. Depdikbud
Ismail, 2003. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook, Bandung: Kaifa
Nurkencana, Wayan. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajatran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Sugiyono, 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suyatno, 2009. Menjelajah pembelajaran inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai