Keterangan:
pbi
= Koefisien korelasi point biserial
M
P
= Rata-rata skor siswa yang menjawab benar
M
t
= Rata-rata skor total
S
t
= Standar deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar
q = Proporsi siswa yang menjawab salah
Nilai r
pbi
akan dikonsultasikan dengan tabel r product moment
dengan kriteria pengujian yaitu:
a. Jika r
pbi
> r
tabel
maka soal dikatakan valid
b. Jika r
pbi
< r
tabel
maka soal dikatakan tidak valid
c. Uji Reliabilitas
Suatu tes yang baik harus memiliki kepercayaan yang tinggi atau
disebut reliabel. Tes dikatakan mempunyai reliabel yang tinggi jika tes
tersebut memberikan hasil yang tetap untuk beberapa kali pengukuran bila
mengukur obyek yang sama. Untuk menentukan reliabilitas butir soal
digunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Sugiyono, 2008):
(
) (
)
Keterangan:
r
i
= Reliabilitas butir soal secara keseluruhan
p
i
= Proporsi siwa yang menjawab soal dengan benar
q
i
= Proporsi siswa yang menjawab soal denagn salah
= varians total
Suatu soal akan reliabel jika r
i
r
tabel
dan soal dikatakan tidak
reliabel apabila r
i
r
tabel
. Berikut ini adalah tabel kriteria untuk reliabilitas
butir soal:
Tabel 3.5 Kriteria Nilai Reliabilitas
No. Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
0,80-1,00
0,60-0,799
0,40-0,599
0,20-0,399
0,00-0,199
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
(Sugiyono, 2008)
b. Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Arikunto (2006), soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Untuk menentukan taraf kesukaran soal digunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
B = Banyaknya siswa yang menjawab tes dengan benar
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
No. Nilai Kategori
1.
2.
3.
0,00-0,30
0,31-0,70
0,71-1,00
Sukar
Sedang
Mudah
(Arikunto, 2006)
c. Daya Beda Soal
Menurut Arikunto (2006), daya beda soal merupakan kemampuan
soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah . Rumus untuk menentukan daya beda soal (D)
sebagai berikut:
Keterangan:
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas
J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah
B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.7 klasifikasi daya beda butir soal
No. Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
Negatif
0.00-0,20
0,21-0,40
0,41-0,70
0,71-1,00
Semua Tidak Baik
Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali
(Arikunto, 2006)
a. Fungsi Pengecoh
Suatu distraktor dapat berfungsi secara efektif atau tidak jika jumlah
pemilih kelompok atas dan bawah minimal adalah 25 % kali satu per dua
kali jumlah option pengecoh kali jumlah kelompok atas ditambah kelompok
bawah dan frekuensi pemilih kelompok bawah lebih besar daripada
frekuensi pemilih kelompok atas (Nurkencana, 1990).
Contoh perhitungan:
Berdasarkan analisis sebuah item, polanya diketahui sebagai berikut:
Tabel 3.8 Pola Jawaban Soal
Option a b* c d E
Kelompok Atas 3 9 4 0 0
Kelompok Byway 8 2 3 1 0
Jumlah 11 11 7 1 0
Keterangan: * = Option Kunci
Berdasarkan tabel maka kita dapat cari :
1. Option (a) sebagai fungsi pengecoh berfungsi efektif sebab jumlah
pemilihnya 11 orang. Jadi tidak kurang dari 25 % x 1/(2x 4) x 30 orang
= 0,94 atau dibulatkan jadi 1 orang dan jumlah pemilih kelompok bawah
lebih besar dari kelompok atas.
2. Option (c) sebagai option pengecoh tidak berfungsi efektif sebab
frekuensi pemilih kelompok atas lebih tinggi dari kelompok bawah.
3. Option (d) sebagai fungsi pengecoh berfungsi efektif karena jumlah
pemilih kelompok atas dan kelompok bawah tidak kurang dari
25%x1/(2x4) x 30 orang = 0,94 dan frekuensi pemilih kelompok bawah
lebih tinggi dari kelompok atas.
4. Option (e) sebagai fungsi pengecoh tidak berfungsi efektif sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah kurang dari 25% x
1/(2x 4) x 30 orang = 0,94 (dibulatkan menjadi 1 orang).
2. Teknik Analisis Data
a. Homogenitas Sampel
Uji homogenitas dipergunakan untuk membuktikan apakah kedua
sampel yang menjadi obyek penelitian homogen atau tidak. Uji
homogenitas ini dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Riduwan
(2008), menyatakan bahwa uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji-F:
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: data homogen jika
F
hitung
F
tabel
dan tidak homogen jika F
hitung
F
tabel
pada taraf
signifikan 5%.
b. Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tes akhir
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan
menggunakan rumus chi-kuadrat (Sugiyono, 2008):
Dimana f
o
menyatakan frekuensi hasil pengamatan dan f
e
menyatakan frekuensi harapan berdasarkan distribusi frekuensi kurva
normal teoritis. Suatu data akan berdistribusi normal jika x
2
hitung
x
2
tabel
pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan, db = k-1, dimana k
menyatakan jumlah kelas interval.
c. Uji Hipotesis (Uji-t)
Untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan dengan
menggunakan pendekatan SAVI terhadap hasil belajar kimia siswa, maka
data tes hasil belajar dianalisis dengan menggunakan rumus t-test yang
secara umum pola penelitiannya dilakukan terhadap 2 kelompok, yang
satu kelompok eksperimen (yang dikenai perlakuan) dan kelompok
kontrol atau kelompok pembanding yang tidak dikenai perlakuan (post-
test pre-test design). Adapun rumus t-test tersebut sebagai berikut :
|
|
.
|
\
|
+
+
+
=
Y X Y X
Y X
N N N N
Y X
M M
t
1 1
2
2 2
................ (3.7)
Keterangan :
M = nilai rata-rata hasil perkelompok
N
= banyaknya subjek
x
= deviasi setiap nilai x
2
dan x
1
y
= deviasi setiap nilai y
2
dan y
1
Ingat bahwa :
2
X dapat diperoleh dari
2
X -
( )
N
X
2
2
Y dapat diperoleh dari
2
Y -
( )
N
Y
2
Hasil uji-t dikonsultasikan dengan t
tabel
dengan db = ( 2 +
Y X
N N )
pada taraf kesalahan 5%. Jika t
hitung
t
tabel
maka hipotesis Ha diterima
dan Ho ditolak (Arikunto, 2006).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi point biserial
(
pbi
) pada taraf signifikan 5% dengan r
tabel
0,339 untuk N = 34 orang. Jika
r
hitung
r
tabel
maka soal dikatakan valid. Dari 50 soal yang diujicobakan
kepada siswa dinyatakan 16 soal yang valid dan 34 soal yang tidak valid.
Tabel 4.1 Uji Validitas Instrument Penelitian
No. Jumlah item Jumlah item
Valid
Jumlah item
tidak valid
Keterangan
1.
50
16
34
- Valid jika:
r
hitung
> r
tabel
- Tidak valid jika:
r
hitung
< r
tabel
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes pokok bahasan cahaya dengan
menggunakan rumus KR-20, diperoleh r
11
sebesar 0,649 dari 50 soal lebih
besar daripada r
tabel
sebesar 0,339, berarti soal reliabel. Selanjutnya r
hitung
disesuaikan dengan kriteria reliabilitas. Berdasarkan kriteria nilai r
hitung
terletak pada 0,61-0,80, sehingga menunjukkan bahwa 50 soal tes pokok
bahasan cahaya memiliki reliabilitas tinggi.
c. Taraf Kesukaran Soal
Berdasarkan tabel data hasil taraf kesukaran soal (lampiran 14), 50
soal tes yang telah diujicobakan pada siswa kelas VIII
C
SMPN 14 Mataram
memiliki indeks kesukaran seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Data Taraf Kesukaran Soal
No. Kategori Soal Taraf Kesukaran soal Jumlah Soal
1 0,00 0,30 Sukar 15
2 0,31 0,70 Sedang 24
3 0,71 1,00 Mudah 11
Jumlah 50
d. Uji Daya Beda Soal
Uji daya beda soal terlebih dahulu ditentukan kelas atas dan kelas
bawah dari 34 siswa, yaitu terdapat jumlah kelas atas 17 orang dan kelas
bawah berjumlah 17 orang. Untuk menentukan kelas atas dan kelas bawah
dilihat dari skor tertinggi sampai skor terendah dari skor 23 sampai skor 4
untuk kelas atas dan dari skor 30 sampai skor 24 untuk kelas bawah. Dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Skor Kelas Atas dan Kelas Bawah
Kelas Skor
Atas 30 29 28 27 26 25 24
Bawah 24 23 22 21 18 12 4
Kriteria daya pembeda pada soal ditemukan 11 soal tergolong tidak
baik semua, 19 soal tergolong jelek, 15 soal tergolong cukup baik, dan 5 soal
tergolong baik. Seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Uji Daya Beda Soal
No.
Jumlah
item
Kategori Ketarangan
STB Jlk CB B BS STB : Semua Tidak Baik
Jlk : Jelek
CB : Cukup Baik
B : Baik
BS : Baik Sekali
1. 50 11 19 15 5 0
e. Fungsi Pengecoh (Distraktor)
Option pengecoh berfungsi dengan efektif jika jumlah pemilih
kelompok atas dan bawah minimal adalah 25% kali satu per dua kali jumlah
option pengecoh kali jumlah kelompok atas ditambah kelompok bawah dan
frekuensi pemilih kelompok bawah lebih besar daripada kelompok atas.
Berdasarkan perhitungan didapatkan kriteria pemilih tidak kurang dari 1
orang. Jika option pengecoh memenuhi kriteria tidak kurang dari 1 orang dan
frekuensi pemilih kelompok bawah lebih besar daripada kelompok bawah,
maka option tersebut dapat dikatakan efektif
2. Data Hasil Penelitian Siswa
Data dalam penelitian ini berupa data hasil belajar yang ditunjukkan
dengan nilai tes awal dan tes akhir. Pengambilan data untuk nilai tes awal dan
tes akhir menggunakan instrumen pengumpulan data yang berupa tes objektif
sebanyak 16 soal yang sudah dianalisis validitas, reliabilitas, daya beda, indeks
kesukaran, dan fungsi pengecohnya.
a. Data Hasil Tes Awal
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas X jurusan TKJ
SMKN 1 Kuripan Lombok Barat dalam memahami pokok bahasan
Hidrokarbon maka dilakukan tes awal. Pengambilan data untuk tes awal
menggunakan instrumen pengumpulan data yang berupa tes objektif
sebanyak 16 soal. Berikut ditampilkan data hasil tes awal siswa kelas sampel.
Tabel 4.5 Data Hasil Tes Awal
No. Kelas
Jumla
h
siswa
(n)
X X
2
X
Sd
2
Nilai
Max
Nilai
Min
1 Eksperimen 39 1585 2512225 40,
6
83,563 60 15
2 Kontrol 40 1700 2890000 42,
5
122,5 70 20
b. Data Hasil Tes Akhir
Setelah mendapatkan perlakuan pada kedua kelas sampel dilakukan
tes akhir (post-test). Berikut ini ditampilkan data tes akhir kedua kelas
sampel.
Tabel 4.6 Data Hasil Tes Akhir
No. Kelas
Jumla
h
siswa
(n)
X X
2
X
Sd
2
Nilai
Max
Nilai
Min
1 Eksperimen 39 2010 110350 52 173,27 80 25
2 Kontrol 40 1685 76975 42 149,86 70 15
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sampel dilakukan setelah kedua kelas sampel
diberikan tes awal dan tes akhir. Uji homogenitas pada tes awal bertujuan
untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan awal kedua kelas sampel.
Apabila dari hasil uji-F disimpulkan bahwa kedua kelas sampel homogen,
maka dapat dilanjutkan ke tahap perlakuan yaitu pengajaran dengan
menggunakan pendekatan SAVI untuk kelas eksperimen dan pengajaran
secara konvensional untuk kelas kontrol. Dari data tes awal dilakukan uji-F
dan diperoleh F
hitung
sebesar 1,47 lebih kecil dari F
tabel
sebesar 1,69 pada dk
pembilang = 39 dan dk penyebut = 38 serta taraf kesalahan 5%. Maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan awal kedua kelas sampel tersebut homogen
(sama).
Pada tes akhir juga dilakukan uji homogenitas kedua kelas sampel
agar dapat melanjutkan ke perhitungan uji-t dalam pengujian hipotesis. Dari
data tes akhir dilakukan uji-F dan diperoleh F
hitung
sebesar 1,16 lebih kecil
dari F
tabel
sebesar 1,69 pada dk pembilang = 39 dan dk penyebut = 38 serta
taraf kesalahan 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa dari data tes akhir kedua
kelas sampel tersebut homogen (sama).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data kedua kelas sampel. Berdasarkan hasil post-test dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat (
2
) untuk mengetahui
distribusi hasil yang diperoleh. Jika data dari kedua sampel terdistribusi
normal maka dapat dilakukan uji beda menggunakan uji-t atau sebaliknya.
Berikut ini ditampilkan hasil uji normalitas kelas sampel berdasarkan data tes
akhir
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test
Sumber variasi Eksperimen Kontrol
2
hitung
3,572 5,544
2
tabel
11,070 11,070
Ktiteria Terdistirbusi normal Terdistribusi normal
1. Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
2
hitung
= 3,572 sedangkan
2
tabel
pada taraf signifikan 5% dengan dk = 5 diperoleh
2
tabel
11,070
karena
2
hitung
<
2
tabel
, maka hasil pos-test kelas eksperimen dinyatakan
terdistribusi normal. Adapun grafiknya dapat dilihat pada grafik 4.1
berikut ini.
2. Uji Normalitas Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
2
hitung
= 5,544 sedangkan
2
tabel
pada taraf signifikan 5% dengan dk = 5 diperoleh
2
tabel
11,070
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-30 31-41 42-52 53-63 64-74 75-85
Normalitas Kelas eksperimen
karena
2
hitung
<
2
tabel
, maka hasil pre-test kelas kontrol dinyatakan
terdistribusi normal. Adapun grafiknya dapat dilihat pada grafik 4.2
berikut ini.
e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini diterima atau tidak maka dilakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan Uji-t. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan rumus uji-
t, diperoleh t
hitung
sebesar 3,13 dan t
tabel
1,98 pada taraf signifikan 5% dan db
66 untuk uji dua pihak sebesar 2,00 (cara perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran 28). Apabila dibandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel
didapat t-hitung (3,13)>(1,98) t-tabel. Karena t
hitung
lebih besar dari t
tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
0
2
4
6
8
10
12
14
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74
Normalitas Kelas Kontrol
terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SAVI (Somatis,
Auditori, Visual, dan Intelektual ) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X
Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Lombok Barat Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka
dapat dijelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI
(Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) yang diterapkan pada pembelajaran
kimia berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa untuk pokok hidrokarbon
kelas X Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2011/2012,
Berdasakan hasil penilaian yang dilakukan pada aspek koognitif terhadap
kedua kelas sampel dapat diketahui hasil belajar kimia yang diperoleh masing-
masing kelas sampel menunjukkan adanya pengaruh perbedaan perlakuan yang
diterima kedua kelas, dimana untuk kelas eksperimen materi yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI (Somatis, Audotori,
Visual, dan Intelektual) sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran direct instruction dimana siswa hanya menerima pemaparan dari
guru yang menerangkan di depan kelas.
Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen disebabkan karena
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SAVI (Somatis, Auditori,
Visual, dan Intelektual). Dimana dengan SAVI siswa dapat belajar sesuai dengan
gaya belajarnya masing-masing. Misalnya belajar dengan bergerak atau berbuat
(Somatis), belajar dengan berbicara dan mendengar (Auditori), belajar dengan
mengamati dan menggabarkan (Visual), dan belajar dengan memecahkan
masalah dan merenung (Intelektual). Selain itu dengan model pembelajaran
kooperatif tipe SAVI siswa mudah dalam melakukan pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji t pada taraf signifikan 5%
diperoleh t
hitung
sebesar 3,13 dan t
tabel
1,98 berarti t
hitung
lebih besar daripada t
tabel
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak.
Hipotesis alternatif berbunyi ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap hasil belajar kimia
siswa kelas X jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran.
Hasil yang diperoleh peneliti dalam mengadakan penelitian ternyata
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe SAVI yang berdampak pada hasil belajar yang
meningkat. Karena dalam pembelajaran ini, siswa aktif baik secara fisik maupun
intelektual. Dimana bekerja dalam kelompok dapat meningkatkan aktivitas
berfikir siswa sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik. Dengan
demikian, dalam kegiatan belajar mengajar guru dapat menggunakan model
pembelajaran tipe SAVI, karena sebagai seorang guru kita harus mampu memilih
model, metode, dan media yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta
keadaan lingkungan sekolah dan karakteristik siswa yang heterogen.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat tarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SAVI
(Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap hasil belajar kimia siswa
kelas X Jurusan TKJ SMKN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2011/2012.
Daftar Pustaka
Aqib, Zaenal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan
Cindekia
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Firman dan Liliasari. 1997. Kimia 1. Depdikbud
Ismail, 2003. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook, Bandung: Kaifa
Nurkencana, Wayan. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajatran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Sugiyono, 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suyatno, 2009. Menjelajah pembelajaran inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana
Pustaka