Anda di halaman 1dari 12

Selamat datang kawan.

Untuk yang baru saja bergabung, mari gunakan halaman ini sebagai sarana untuk Anda yang pengin curhat soal burung, perawatan burung, penangkaran burung dan berbagai hal tentang burung. Silakan tulis pertanyaan atau tanggapan. Sementara untuk yang sudah biasa main ke halaman ini, mohon maaf kalau Anda merasa wajah halaman jadi kurang seksi. Ya karena alasan maintenance web, sementara wajah halaman saya buat tidak seksi hehehe, tetapi yang penting isi tidak berkurang tetapi akan terus bertambah. Untuk mengecek artikel terbaru, bisa dilihat di sidebar ya. Nah mangga, namanya cuhat, jadi ya belum tentu bahwa apa yang disampaikan sebagai tanggapan atas pertanyaan yang masuk merupakan kebenaran. Jadi forum ini semata-mata memang sebagai ajang ngobrol bareng dan jangan dianggap sebagai sebuah solusi final. Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang paling sering diajukan pengunjung OmKicau.com: 1. Bagaimana cara membuat burung menjadi gacor. Jawaban: Syarat utama burung gacor adalah sehat, baik fisik maupun mental. Sehat itu ada dua. Sehat mental dan sehat fisik. Burung yang mentalnya drop, pasti macet atau kalau bunyi sangat-sangat tidak memuaskan. Itu sama juga dengan burung yang tidak sehat secara fisik. Pasti bermasalah sebagai kicauan dan juga bermasalah di kandang penangkaran. Agar burung Anda sehat mental, jauhkan dari hal-hal yang membuat dia tertekan. Misalnya perilaku kasar pemelihara, burung lain yang lebih superior, dan predator bagi burung di sekeliling rumah, misalnya kucing, anjing dan juga tikus. Agar burung Anda sehat fisik, hilangkan segala gangguan dan ancamannya. Untuk detail jawawan atas pertanyaan di atas, bisa dibaca pada tulisan di tautan ini (klik saja tautannya): http://omkicau.com/rahasia-burung-jawara/ Banyak sekali keluhan yang saya terima mengenai kondisi burung yang sakit, tidak gacor, tidak mau jalan di lomba, tidak mau segera berproduksi ketika ditangkarkan dan sebagainya. Umumnya, para penghobi burung tidak bisa menjelaskan secara pasti bagaimana awal mula hal itu terjadi. Kalau burung sakit misalnya, ada yang hanya menyebutkan burung nyekukruk, burung mengembang bulunya, burung cuma tidur alias ngantukan, burung pilek, burung batukbatuk atau burung bersin-bersin, atau juga cuma menduga-duga burung cacingan, kreminan, burung kena kutu (kutuan) dan sebagainya.

Kalau misalnya sobat kicau mania menduga burung cacingan (burung diserang cacing) juga tidak bisa menyebutkan ciri-cirinya. Kadang cuma dibilang burung mencret, burung beraknya putih, burung beraknya cair, dan sebagainya. Memang harus kita akui, diagnosa yang tepat untuk burung sakit harus tepat sehingga tepat pula pemberian obatnya. Banyak sekali saat ini beredar obat untuk bangsa burung atau unggas di pasaran. Hanya saja, kebanyakan adalah obat untuk ayam atau jenis unggas yang biasa dipelihara orang. Obat khusus burung atau obat burung, tidak banyak diproduksi di dalam negeri. Kalau ada yang memproduksi, biasanya hanya berupa suplemen burung dengan iming-iming burung gacor, burung berkicau terus, dan juga dijanjikan bisa membuat burung macet bunyi menjadi bunyi gacor owor-owor. Malah ada beberapa di antaranya yang sifatnya perangsang bunyi burung. Ya, sifatnya sekadar doping doping burung, yang akibatnya sering fatal. Suara burung bisa menjadi mengecil, suara burung bisa hilang, bahkan burung tak bisa bersuara. Kadang-kadang akibatnya lebih fatal lagi, burung mati, burung KO sia-sia. Begitu juga untuk vitamin burung, banyak mereka yang menggunakan vitamin untuk ayam, baik itu vitamin tunggal maupun multivitamin (multi vitamin). Demikian juga dengan mineral burung, banyak yang menggunakan mineral untuk ayam sebagai mineral untuk burung, baik yang hanya beberapa mineral maupun multimineral. Berkaitan dengan hal itulah, saya mencoba mencari dari berbagai produsen obat-obatan untuk hewan ternak dan saya mintakan formula khusus obat untuk burung. Lebih tepatnya lagi adalah formula produk kesehatan yang lebih berfuingsi sebagai perawatan sehingga burung terjaga staminanya dan tidak perlu obat. Di luar masalah itu, ada ancaman yang nyata terhadap kesehatan burung yang selama ini kurang menjadi perhatian. Ya, tidak lain tidak bukan adalah kutu burung dan cacing burung. Burung yang terlihat sakit-sakitan, nyekukruk, burung keluar air dari matanya (mata berair atau rembes) misalnya, kadang disebabkan oleh serangan cacing. Kadang pula, hal itu disebabkan oleh infeksi yang ditimbulkan oleh luka akibat gigitan kutu burung. Oke, dalam melayani keinginan penghobi dan penangkar burung akan kesehatan dan top performa burung, Om Kicau sudah meluncurkan beberapa produk kesehatan dan pencegahan penyakit untuk burung. Produk itu memang dikhususkan untuk burung mulai anis merah, anis kembang, branjangan, cucak ijo (cucak hijau), cucakrowo (cucak rawa), pentet, kenari (dan berbagai jenis finch lain), paruh bengkok seperti lovebird (love bird /LB), nuri, kakaktua, parkit dan juga burung peliharaan kesayangan seperti beo dan burung-burung lainnya. Sebelum kita berbicara mengenai hal itu semua, sebaiknya Anda tahu dulu mengenai RAHASIA BURUNG JAWARA.

2. Bagaimana menangani BURUNG BAKALAN agar segera bunyi? Jawaban: Burung bunyi sebagaimana penjelasan pada pertanyaan nomer 1, adalah burung yang sehat. Untuk burung bakalan (baru saja didapat melalui penangkapan di hutan), maka burung tersebut adalah burung yang tidak sehat secara mental. Dia tertekan karena berada pada lingkungan baru. Agar burung menjadi terbiasa dengan lingkungan manusia, maka lakukan PROSES PENJINAKAN. Bagaimana cara menjinakkan bisa dibaca di tulisan pada tautan ini (klik saja): http://omkicau.com/2008/10/cara-membuat-burung-jadi-jinak/

Cara Menjinakkan Burung (update)


Posted by Om Kicau 7 Oktober 2008 24 Komentar Filed Under burung jinak, burung liar, cara menjinakkan burung, menjinakkan burung, REFERENSI BURUNG Burung jinak adalah salah satu syarat burung bisa menjadi gacor. Burung jinak dalam hal ini bukan berarti burung menurut saja ketika dipegang, atau mendekat kalau didekati orang. Burung jinak secara umum adalah burung yang bebas dari tekanan di sekitarnya, burung yang tidak takut lagi kepada makhluk hidup di sekitarnya terutama terhadap manusia. Burung kenari yang lahir dan besar di lingkungan manusia misalnya, adalah burung yang jinak dalam pengertian ini. Banyak burung kenari yang sulit ditangkap tangan, baik ketika di dalam sangkar, apalagi kalau terlepas keluar sangkar. Namun demikian, dia tidak takut dan tertekan berada di lingkungan manusia karena dia sudah terbiasa bahkan sejak lahir. Dalam konteks ini, pada burung kenari tersebut sudah berlangsung domestikisasi. Bagaimana dengan burung tangkapan hutan? Burung hasil tangkapan hutan biasanya liar dan sangat gesit. Jika Anda punya burung masih liar, tentu tidak akan pernah gacor ketika ada orang di sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa burung-burung bakalan hanya berbunyi ngeplong kalau tidak ada/ tidak melihat orang. Proses penjinakan Untuk menjinakkan burung sudah banyak tips diberikan oleh kawan-kawan kita. Dalam proses wajar, burung bisa jinak dalam waktu relatif lama. Kalau mau agak cepet, kuncinyanya pada diri kita sendiri: sempat apa nggak. Kalau Anda sempat, lakukan hal-hal berikut ini. 1. Dari sisi tempat Kalau Anda punya burung terlalu liar, gantung saja agak tinggi di tempat ramai, ya di tempat ramai, atau yang biasa dilalulalangi anggota keluarga. Jangan justru digantung di tempat tersembunyi karena Anda takut burung kelabakan. Biasakan itu selama sekitar sepekan. Setelah

itu, posisi agak diturunkan. Lakukan selama sepekan, turunkan lagi, sepekan mendatang turunkan lagi sampai posisi normal. Kalau rumah Anda dekat jalan raya/kampung, biasakan gantung burung di halaman rumah dekat jalan itu (tapi awas maling). Kalau burung Anda memang liar banget dan Anda melakukan saran saya ini, saya jamin burung Anda bakal berdarah-darah di sekitar paruhnya, juga bulunya rusak. Tapi no problem. Itu proses normal yang harus kita lalui. Luka bakal kering, bulu bakal tumbuh lagi. 2. Dari sisi memandikan Biasakan memandikan burung dengan cara dikaramba dengan waktu agak lama. Kalau dia nggak mau mandi sendiri, semprot pakai semprotan sampai basah kuyup. Nggak masalah dia kelabakan kesana-kemari saat disemprot. Benar-benar basah kuyup sampai menggigil kedinginan dan nggak kelabakan lagi. Biarkan dulu dia di karamba, sampai bulu agak kering. Tapi kalau Anda tergesa-gesa mau pergi, masukkan langsung ke sangkar juga nggak apa-apa, dan gantung di tempatnya. Kalau sempat, lakukan pemandian itu pagi dan sore hari. Fungsi memandikan sampai basah kuyup: a. Untuk mempercepat burung lapar. Dengan mengombinasikan dengan cara nomer 3 di bawah maka burung akan semakin merasa tergantung pada kita. Pada saat yang sama, kita bisa cepat membuat burung lapar tetapi tidak kekurangan nutrisi (beda kan kalau kita memang sengaja tidak memberi pakan burung secara rutin atau cukup, yang dalam hal ini burung benar2 kekurangan semua nutrisi. Kalau dengan memandikan, maka rasa lapar hanya disebabkan dia terlalu banyak membakar karbohidrat untuk memanaskan tubuh). b. Pada saat burung basah kuyup, ada pembelajaran pada burung bahwa meskipun dia hanya bisa diam, kenyataannya kita (manusia) yang berlalu lalang di dekatnya, bukan merupakan ancaman. Proses penjinakan adalah proses pembelajaran domestikisasi. Kalau kita takut burung lecet-lecet saat itu dan tidak memaksakan proses pembelajaran, maka burung akan terlalu lama giras dan bisa-bisa giras sepanjang masa. Kalau ini yang terjadi, ketika burung selalu gerabakan saat dibawa-bawa, maka yang stress bukan hanya burungnya, tetapi juga kita yang punya burung yang selalu gerabakan. 3. Dari sisi makanan (bisa dilakukan pada hari libur/menyempatkan diri libur) Kosongkan tempat pakan menjelang malam. Biarkan pada pagi hari dia kelaparan. Dalam kondisi itu, sorongkan jangkrik dengan lidi di tangan kita. Kalau dia nggak mau mematuk jangkrik, tarik lagi. Lima atau sepuluh menit lagi kita lakukan hal sama. Kalau masih nggak mau, tunda lagi. Begitu seterusnya, sampai sekitar pukul 10.00. Kalau sampai jam itu belum mau juga, tinggalkan jangkrik di tempat pakan biar dimakan. Setelah dia makan satu jangkrik, sorongkan pakai lidi satu jangkrik lagi. Kita goda dia beberapa saat mau mendekat atau tidak. Begitu jangkrik disambar, kita coba lagi, sampai burung agak kenyang. Setelah itu tempat pakan kita isi dengan kroto (untuk murai dan kacer) satu sendok teh saja. Siang hari, kita coba-coba lagi memberi jangkrik dengan lidi, dan begitu pula sore hari. Setelah terbiasa dengan lidi, coba langsung diangsurkan dengan tangan. Proses ini kuncinya adalah membuat burung kelaparan dan

merasa tergantung pada manusia dan terpaksa harus berani kepada manusia. Karena kuncinya membuat burung lapar, senantiasa kosongkan wadah pakan dan hanya beri secukupnya ketika sudah dilatih makan jangkrik yang kita tusuk lidi/langsung dari tangan kita. Kalau sekadar untuk tetap bernafas sehat, empat-lima jangkrik sudah cukup kita berikan pada pagi hari, dua-tiga jangkrik pada siang hari, dan empat lima jangkrik pada sore hari, dan semuanya tanpa ada makanan tambahan di wadah pakan. Itulah sejumlah cara menjinakkan burung yang bisa kita pilih. Kalau ketiga cara itu bisa kita laksanakan/kombinasikan berbarengan, maka dalam waktu nggak sampai sebulan burung liar sudah jadi relatif jinak. Menjinakkan burung dengan cara itu memang membawa sejumlah konsekuensi, misalnya burung yang semula sudah mau ngriwik/bunyi, jadi agak macet karena stres. Burung yang semula mulus, jadi luka atau rusak bulu. Tapi semua adalah bagian dari proses. Tinggal kita mau pakai jalan cepat atau jalan biasa. Orang Jawa bilang, jer basuki mawa bea, semua kebaikan perlu biaya dan biaya ini bisa bermacam-macam bentuknya. Ok? (Tulisan ini juga dimuat di kicaumania.org)

3. Mengapa burung saya tiba-tiba macet bunyi? Jawaban: Pertanyaan ini sesungguhnya sama dengan pertanyaan nomer 1. Hanya saja biasanya ini adalah pertanyaan berkaitan dengan burung yang semula gacor, kemudian pindah tempat dan sebagainya. Untuk jawaban atas pertanyaan ini, Anda bisa membaca pada tautan ini: http://omkicau.com/2009/10/faktor-faktor-penyebab-perubahan-performa-burung/

Faktor-faktor penyebab perubahan performa burung


Posted by Om Kicau 21 Oktober 2009 Filed Under performa burung, perilaku burung, rawatan burung, REFERENSI BURUNG Ada pertanyaan menarik yang disampaikan Om Soejadi Gokil pada pesan masuk di FaceBook.Com. Kira-kira seperti ini: Om saya punya kacer poci. Dulu waktu di Jawa sering juara. Setelah saya bawa ke Kalimantan 3 bulan lalu, kalau dilombakan dia cuma loncat-lobcat saja seperti kurang fight padahal setelan pakan tidak saya ubah.Mengapa bisa begitu? Secara ringkas saya mengatakan bahwa banyak sekali faktornya.

Pertama, perawatan selama persiapan apakah sudah benar (seperti ketika di Jawa). Sebab, burung yang biasa dikerodong selama 3 hari sebelum lomba, akan beda performanya ketika cara itu tidak diterapkan. Juga, ada burung tertentu yang haram dibawa ke arena lomba sebelum jam tanding dimulai. Artinya, didatangkan ke lokasi lomba, ya ketika jam tanding. Banyak burung yang sudah loyo ketika digantang karena sudah terforsir bunyi di lokasi lomba selama menunggu jam tanding tiba. Ada juga burung yang terbiasa harus disemprot air sedikit sebelum dilombakan. Kalau hal ini kelupaan, ya tentunya performanya tidak akan bagus. Dan masih banyak lagi kebiasaan lain yang harus diperhatikan dan diterapkan. Kedua, apakah burung itu dipastikan tidak kena doping sebelumnya, sehingga dia tetap tampil konsisten selama tidak masuk masa mabung? Untuk masalah doping, bisa dibaca di sini. Ketiga, itu bisa berkaitan dengan situasi rumah di Jawa dan di Kalimantan. Misalnya, apakah dipastikan bahwa di tempat baru tidak ada burung fighter lain yang membuat performa harian kacer poci itu memburuk tanpa kita ketahui/sadari. Keempat, kondisi fisik dan mental (bisa jadi burung sudah memasuki masa mau mabung, dan atau kondisi tidak fit lainnya). Arti dari semua itu adalah, meski kita memberi pakan dan pola rawatan mandi jemur sama dengan perawatan ketika di Jawa, perilaku burung bisa berubah jika ada satu saja variable lain yang berubah. Oleh karena itu, untuk membandingkan performa burung dulu dan sekarang, harus dilihat pada banyak factor atau variable. Bukan hanya masalah pakan dan sebagainya secara sepotongsepotong. Demikianlah. Semoga postingan ini bermanfaat.

4. Mengapa burung saya yang gacor sering turun tangkringan dan tidak mau bunyi lagi? Jawaban: Lihat tulisan di tautan ini (klik saja): http://omkicau.com/2009/05/kalau-burung-berhenti-bunyi-dan-turun-tangkringan/

Kalau burung berhenti bunyi dan turun tangkringan

Posted by Om Kicau 9 Mei 2009 12 Komentar Filed Under berhenti bunyi, hobi, kicau, macet, PROBLEMA BURUNG, ZONA DOKUMEN BURUNG Banyak sekali sebenarnya penyebab burung turun dari tangkringan ketika ditandingkan. Penyebab tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua, fisik dan psikis. Fisik Secara fisik adalah kondisi lelah. Burung lelah (atau tidak sedang dalam kondisi top performance) hanya kuat berkicau sebentar dan setelah itu sama sekali tidak mau berkicau. Atau turun sebentar kemudian berkicau lagi. Sebentar atau lama, kondisi burung seperti itu sudah mengurangi penilaian dalam lomba. Berkaitan dengan hal itu, kalau Anda membawa burung ke lomba pastikan bahwa dia dalam kondisi fisik yang prima. Jangan pernah hanya mencoba-coba karena biasanya akan berbuntut kecewa. Sedang kelelahan itu sendiri bisa bermacam-macam sebabnya. Ada lelah sejak dari rumah, bisa saja lelah karena lama di perjalanan atau lama menunggu giliran jam lomba. Sementara menunggu itu, biasanya burung terus berkicau. Nah ketika masa tanding tiba, dia tinggal membawa sedikit tenaga. Berkaitan dengan masalah performa burung, Anda bisa membaca postingan berjudul Rahasia Burung Jawara, Grafik Performa Burung Tangkaran dan Lomba. Sedangkan untuk menyiapkan burung untuk lomba, secara umum bisa dilihat dalam postingan berjudul Menyiapkan burung untuk lomba. Psikis (mental) Kalau kondisi fisik lebih mudah diantisipasi, maka kondisi psikis (mental) sulit diprediksi. Apapun penyebabnya kondisi psikis (mental) adalah karena suatu keadaan tertentu di lingkungan tempat diadakan lomba. Antara lain: 1. Suara dari penonton. Dalam suasana lomba yang penuh teriakan dan suara gedombrengan serta peluit bersahutsahutan, banyak burung yang terus nancep dan nagen (berkicau dengan gaya dan volume stabil tidak terputus). Tetapi lebih banyak yang berhenti (sebentar atau lama) dan malah ada juga yang turun dari tangkringan. Kita mungkin tidak bisa membedakan jenis suara satu peluit dengan peluit lainnya, teriakan satu orang dengan orang lainnya, gedombrengan seng ataupun gedombrengan besi yang dipukulpukulkan ke kayu atau dipukulkan ke bambu. Tetapi burung pasti memiliki pendengaran yang

lebih peka, dan bisa membedakan adanya suara-suara yang tiba-tiba terasa asing baginya yang bagi telinga manusia, ya nyaris sama saja. Itulah sebabnya mengapa ada burung yang tiba-tiba berhenti berbunyi begitu mendengar suara tertentu. Bisa hanya sebentar, bisa lama dan bisa-bisa cuma celingukan terus seakan-akan mencari suara yang asing bagi dirinya sampai lomba berakhir. Yah, jebloklah hasilnya. Jika hal itu yang terjadi, pastilah sulit bagi kita untuk mencarikan solusi yang tepat karena kita sendiri tidak tahu persis suara apa yang menarik perhatian burung kita sampai-sampai cuma bengong dan tidak mau lagi bunyi. 2. Suara/tembakan burung lain. Hampir sama dengan kasus suara dari penonton adalah suara dari burung lain yang bisa menjadi penyebab kuat burung kita berhenti berbunyi. Seketika diturunkan, bisa jadi burung kita langsung tancep. Tetapi di tengah jalan, tiba-tiba ada tembakan atau suara ngerol dari burung lain yang terdengar asing baginya. Ketika burung kita berhenti berbunyi, bisa saja karena takut, tetapi lebih banyak disebabkan ingin mendengarkan untuk ditirukan. Untuk burung yang cerdas menangkap dan pintar meniru, kadang meskipun dia belum pernah menyuarakan lagu/tembakan tertentu, begitu mendengar burung sampingnya memperdengarkan lagu tertentu, langsung ditirukan bahkan kadang lebih nyaring dan lebih panjang. Dalam perburungan, inilah apa yang disebut dengan istilah numpangi (yakni burung menirukan secara lebih keras atau lebih panjang suara/lagu burung lainnya yang seketika itu didengarnya). Celakanya, kalau burung kita memang bukan tipe peniru yang cepat (bukan berarti tidak cerdas loh), maka yang terjadi adalah mandek bunyi. Ya, seakan-akan terkagum-kagum dan cuma mendengarkan seperti kalau kita mendengarkan suara merdunya penyanyi pujaan kita (bahkan kalau kita tidak hanya diam, tetapi sambil merem-melekkalau kebablasan malah ketiduran hehehe). 3. Melihat benda asing Sama dengan poin nomer 1, banyak burung yang tidak merasa asing melihat topi, baju warnawarni, kain spanduk, bendera dan lain-lainnya dikibar-kibarkan ketika dia berkicau. Tetapi, bisa jadi ada satu dua yang tiba-tiba berhenti berkicau begitu ada yang mengacung-acungkan sepatu (moga-moga nggak dilemparkan ke juri hehehe), helm, kerodong batik motif tertentu, atau apa saja yang menurutnya asing. Benda asing bisa hanya menarik perhatian si burung, bisa juag menyebabkan burung takut. Akibatnya sama saja, nilai jeblok kalau sampai burung berhenti berkicau. Termasuk benda asing (yang mengejutkan burung atau menarik perhatian burung) adalah daun yang tiba-tiba melayang-layang dekat sangkar, atau air yang tiba-tiba menentes dari terpal karena lomba digelar sehabis hujan, dan sebagainya dan sebagainya.

Kalau hal itu yang terjadi, ya sulit pula bagi kita untuk mengatasinya di lain kesempatan karena (celakanya) burung nggak pernah bisa cerita ke kita, tetapi kita bisa marah-marah sambil mencaci maki si burung. 4. Melihat majikan/orang yang biasa merawatnya. Ada burung yang mandek bunyi secara tiba-tiba begitu melihat si majikan atau orang yang biasa merawatnya. Ini biasanya terjadi pada anis merah (AM). Tetapi ada juga burung lain yang punya kebiasaan sok akrab juga sok manja seperti itu. Kalau ada burung berkarakter seperti ini, ya ngumpetlah atau berkerodong sarung saja si majikan atau yang biasa ngrawat saat mengawal burung bertanding hehehe. 5. Perubahan sangkar/tangkringan. Banyak burung yang diubah/ganti sangkar ketika lomba, dari sangkar harian ke sangkar lomba. Kalau ukuran (diameter) tangkringan tidak sama, kadang menyebabkan burung tidak enjoy. Dan begitu merasakan ketidaknyamanan ketika berkicau kanan-kiri, bisa saja tiba-tiba berhenti berkicau dan turun dari tangkringa. Antispasinya, ya gunakan sangkar lomba yang besarannya hampir sama dengan sangkar harian dan juga tangkringannya berdiameter sama dengan tangkringan di sangkar lomba. Atau kalau sangkar harian dan lomba memang sama ukuran, maka sekaligus saja tangkringan harian dipindah ke sangkar lomba. 6. Ada pakan (voer/jangkrik dll) tercecer di dasar sangkar. Pakan yang tercecer di dalam sangkar ketika burung akan digantangkan di lomba/latber harus dibersihkan. Sebab banyak terjadi kasus burung turun dari tangkringan ketika melihat ada sisa pakan yang ada di bawah sangkar. Cara sok pintar mengatasi burung turun dari tangkringan Banyak cara yang diusahakan agar burung tidak turun dari tangkringan. Salah satunya adalah memasang karet pentil bersilang2 di dasar sangkar. Harapannya, burung tidak merasa enjoy untuk turun dan karenanya memperkecil kemungkinan burung turun dari tangkringan. Cuma masalahnya, kalau burung berhenti bunyi karena faktor2 di atas, maka meskipun dia tidak turun dari tangkringan, ya nilainya tetap jelek di akhir lomba. Ketika burung branjangan masih banyak dilombakan, salah seorang pemain branjangan Jogja pernah punya cara mencegah burung turun dari batu apung tempat dia nangkring. Yakni dengan cara memasukkan air ke bagian dasar sangkar yang dibuat secara khusus (sehingga tidak bocor). Hal itu ternyata efektif. Namun semuanya tidak dicobakan seketika dalam lomba itu karena dalam rawatan harian pun sering dilakukan pengisian air tersebut sehingga branjangan pun terbiasa menghadapi limpahan air di sangkarnya.

Tulisan ini memang tidak secara spesifik menulis mengenai cara-cara mencegah burung berhenti bunyi ketika bertanding di lapangan. Namun dengan menggembarkan berbagai kemungkinan mengenai penyebab burung berhenti bunyi saat tanding, kita bisa melakukan sejumlah antisipasi. Untuk antisipasi kondisi fisik tentunya hanya melombakan ketika burung berada dalam kondisi top performace. Atau juga tidak membawa masuk dulu ke wilayah lomba sebelum jadwal tanding burung yang diikutkan itu dimulai. Dan berbagai upaya agar burung tidak dalam kondisi kehabisan stamina ketika bertanding. Dan saya ingatkan lagi untuk membaca masalah apa yang saya sebut sebagai pedoman umum dalam merawat burung, yakni bahwa burung sehat pasti bunyi. Berkaitan dengan hal itu, jangan lupa membaca (klik saja) Rahasia Burung Jawara. Sementara itu untuk antisipasi kondisi mental, maka perlu misalnya memperkenalkan berbagai jenis /bentuk suara tonjolan. Tujuannya bukan secara khusus untuk memaster, tetapi hanya agar burung tidak asing dengan berbagai warna dan ragam suara. Selain itu juga tidak mengasingkan burung dari keramaian. Bahkan kalau perlu dibawa ke berbagai tempat dan suasana sebagai bentuk latihan agar burung kita tidak gumunan (sedikitsedikit heran melihat sesuatu yang baru). Mangga diskusi.

5. Bagaimana menangani burung yang sedang mabung? Jawaban: Lihat tulisan di tautan ini (klik saja): 1. http://omkicau.com/2009/02/a-q-molting-mabung-ngurak-nyulam-pada-burung/. Selain itu, Anda perlu juga membaca tulisan ini (klik saja): http://omkicau.com/2009/12/15/mengapa-metionin-dan-sistin-perlu-diberikan-selama-burungmolting/ dan juga tulisan ini: http://omkicau.com/2009/12/mengapa-metionin-dan-sistin-perlu-diberikan-selama-burungmolting/ 6. Kapan burung saya bisa dan siap bunyi lagi atau dilombakan atau juga ditangkar? Jawaban:

Lihat tulisan di tautan ini (klik saja): http://omkicau.com/2009/02/grafik-performa-burung-penangkaran-dan-lomba/ 7. Bagaimana menangani kenari yang kegemukan? Jawaban: Lihat tulisan di tautan ini (klik saja): http://omkicau.com/2009/01/kenari-jatuh-treatmen-mentimun-dan-pakan/ 8. Bagaimana mengatasi kenari macet bunyi? Jawaban: Lihat tulisan di tautan ini (klik saja): http://omkicau.com/2008/12/lagi-kenari-macet-bunyi/ 9. Bagaimana menangani kacer mbagong atau nguda laut? Jawaban: Lihat tulisan di tautan ini (klik saja): http://omkicau.com/2009/02/lagi-lagi-kacer-mbagong/ 10. Burung saya jantan atau betina? Jawaban: -Untuk burung secara umum lihat tulisan ini (klik saja): http://omkicau.com/2009/01/lagi-soal-perbedaan-burung-jantan-dan-betina/ -Untuk lovebird, bisa dilihat tulisan ini (klik saja): http://omkicau.com/2009/12/membedakan-jenis-kelamin-lovebird/ - Berkaitan dengan masalah ini, perlu juga dibaca bagaimana cara meraba supit urang untuk menentukan jenis kelamin burung. Klik saja di sini: http://omkicau.com/2010/01/di-mana-tempat-supit-urang-penanda-jenis-kelamin-burung-berada/ 11. Bagaimana melatih burung makan voer dan makan buah.

Jawaban: = Untuk melatih makan voer, jika burung pemakan buah, maka buah (pepaya atau pisang) dikupas dan dimasukkan ke wadah pakan. Penyet-penyetkan sedikit voer ke atas buah dan tabur secukupnya di atasnya. Burung akan makan buah dan sesekali terkena voer. Sekitar seminggu kemudian burung suidah hafal bau voer dan ketika kita coba tidak diberi buah, biasanya sudah mau makan voer-nya. = Untuk melatih burung makan buah, lakukan hal yang sama di atas dan ketika nanti voernya diambil, burung sudah mau makan buah. = Untuk pemakan serangga agar mau makan voer, maka campurkan voer dan kroto. Semakin lama jatah kroto dikurangi dan selama pelatihan jangan diberikan makanan tambahan lain (seperti jangkrik dsb), maka nantinya burung akan segera mau makan voer. Anda bisa juga mencari artikel tertentu dengan melihat daftar seluruh artikel omkicau.com di sini: http://omkicau.com/isi-omkicau-com/ Jika Anda mengalami masalah dalam merawat burung, sebaiknya Anda sudah membaca artikel-artikel di kategori referensi, dengan tautan di sini: http://omkicau.com/category/burung/tips-dan-referensi/ Atau kalau Anda member dari Om Kicau Hotline, bisa bertanya kepada saya melalui berbagai macam sarana baik email, telepun maupun melalui facebook.com. Kalau Anda tertarik menjadi member, silakan lihat tata caranya di sini: http://omkicau.com/om-kicau-hotline/

Anda mungkin juga menyukai