Anda di halaman 1dari 18

Komentar terhadap istilah sufistik ...

"Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah swt " (Ali- Imran : 103) "Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" (Yusuf : 108) "Orang-orang yang terdahulu dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereke ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar" (At-Taubah : 100) Oleh: Moh. Haitan Rachman Tgl: 16-02-2006

Jika istilah sufistik sangat erat dengan kebiasan amalan dzikir dan do'a, maka hal tersebut memang harus mulai disosialisasikan dengan baik oleh kalangan kaum muslimin sendiri, karena saat ini amalan dzikir dan do'a hampir sangat sedikit dilaksanakan oleh kaum muslimin sendiri dalam seluruh aktifitas kehidupan sehari-harinya. Dan Islam mengajarkan dzikir dan do'a untuk aktifitas-aktifitas kehidupan kita sebagai kaum muslimin, bahkan hal-hal tersebut diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, Para Shahabat RA dan Salafush Sholeh. Banyak kisah dalam kehidupan Rasulullah SAW dan Sahabat RA menunjukkan hal-hal itu dengan gamblang dan indah sekali. Kita menemukan anjuran Rasulullah SAW kepada Ali dan Fathimah RA untuk mengamalkan dzikir tasbih 33x, tahmid 33x dan takbir 34x sebelum tidur untuk menghilangkan kecapaian terhadap aktifitas-aktifitas berat yang dilakukan oleh Ali dan Fathimah RA, padahal awalnya mereka berdua meminta seorang pembantu untuk membantu aktifitas harian di rumah mereka. Atau kisah lain, ada seseorang yang banyak berhutang, dan Rasulullah SAW mengajarkan untuk berdo'a. Dan ada seorang shahabiah berdzikir lebih dari 4000x, dan Rasulullah SAW tidak melarangnya, dan bahkan mengajarkan dzikir yang lain. Dan Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk banyak dzikir kalau terjadi gerhana bulan dan matahari. Dan Rasulullah mengajarkan doa untuk orang-orang yang bersin dan cara menjawabnya. Dan masih banyak lagi. Kenapa hal ini dilakukan? Karena Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa setiap aktifitas kehidupan dunia, jangan sampai terlepas hubungannya dengan Allah swt, bahkan Rasulullah SAW mengajarkan hubungan suami-istri juga dengan doa, padahal aktifitas itu merupakan aktifitas yang kadangkala tabu untuk dibicarakan. Dan ini merupakan perwujudan dari pemahaman Tauhid ke dalam kehidupan sehari-hari, dimana seorang muslim tidak lepas dari hubungan kepada Allah swt. Oleh karena itu, beberapa ulama besar masa lalu, seperti Imam Nawawi mengarang Kitab Al-adzkar, Imam Ibnul Qoyyim mengarang kitab Al-Wabilush Shoibu Minal Kalamil Thoyyib, dan masih banyak lagi. Dan tentang orang-orang yang aktif dalam da'wah dan tabligh (baca: jamaah tabligh), dimana banyak aktifitas di masjid, baca quran, dzikir, do'a, sholat dll, sehingga banyak orang yang melihatnya sebagai aktifitas sufistik, hal-hal tersebut malahan perlu untuk didorong pertumbuhan sosialisasinya dalam kehidupan seluruh kaum muslimin, tidak hanya oleh orang-orang yang aktif dalam da'wah dan tabligh saja, tetapi juga oleh saudara-saudara yang aktif di IM, HT, atau Salafy dll, karena sekarang ini amalan-amalan dasar seperti ini hampir-hampir hilang dalam kehidupan kaum muslimin, meskipun ceramah-ceramah atau buku-buku atau kaset-kaset atau brosur-brosur telah banyak disebarkan. Sehingga boleh dikatakan seluruh aktifitas kehidupan kaum muslimin terlepas dengan Allah swt, dan akhirnya kehilangan rahmat, ampunan, taufik, lindungan dsb. Dan ini dapat terlihat dari wujud becana yang menimpa kaum muslimin di seluruh dunia, terutama Indonesia. (Silahkan amati!) Banyak kaum muslimin bertemu satu sama lain tidak saling mengucapkan salam, bahkan telah ada masyarakat yang tidak mau menjawab salam dari saudaranya {padahal ada sunnah Nabi bahwa sampaikan salam kepada yang kenal atau belum kenal}. Kaum muslimin sudah jarang mengucapkan salam kalau memasuki rumah sendiri atau masuk kantor. Banyak kaum muslimin bangun tidur saja, tidak mengucapkan do'a, apalagi membaca ayat-ayat Quran yang diajarkan Nabi SAW. Sekarang malahan sudah jarang amalan dzikir yang dilakukan di masjid untuk berdzikir sampai waktu terbit matahari di waktu pagi {silahkan baca kitab-kitab tulisan Ulama dahulu seperti Tuhfatudz Dzakirin oleh Imam Syaukani}. Banyak kaum muslimin yang sering melambat-lambatkan sholat, apalagi di kantor-kantor kota besar. Dan banyak lagi. Dan sebenarnya hal-hal itu merupakan kekuatan dasar {masjid, dzikir, do'a, baca quran, ikhlas, ikram muslimin, dll) dari kaum muslimin yang hilang dalam diri tubuh ummat Islam itu sendiri, yang mana kekuatan-kekuatan tersebut telah ada dari kaum muslimin di Jaman Rasulullah SAW, Shahabat RA dan Salafush Sholeh. Kenapa hal ini akan menjadi kekuatan dasar kaum muslimin? Karena seluruhnya mempunyai hubungan langsung dengan Allah swt. Oleh karena itu, untuk mencapai kekuatan dasar tersebut perlu semuanya bangkit memperolehnya dan mensosialisasikan ke dalam masyarakat Islam seluruh dunia.

Oleh karena itu, pandangan terhadap istilah sufistik sebenarnya tidak boleh kita memahami dari satu sisi padangan saja, banyak ulama yang telah menulis tentang sufistik ini secara lebih ilmiah, dan salah satunya adalah Ulama Indonesia, KH. HAMKA, beliau menulis tentang SUFI MODERN. Silahkan baca tulisan tersebut. Jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan hal yang berhubungan dengan usaha da'wah dan tabligh melalui email mhr@jamrud.com Komentar terhadap khuruj dan lamanya ... "Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah swt " (Ali- Imran : 103) "Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" (Yusuf : 108) "Orang-orang yang terdahulu dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereke ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar" (At-Taubah : 100) Oleh: Moh. Haitan Rachman Tgl: 17-02-2006 Banyak orang mengomentari terhadap istilah khuruj dan juga waktunya, seperti 3 hari, 40 hari, 4 bulan yang ada dalam usaha dawah wat tabligh (baca: jamaah tabligh). Kisah-kisah tentang khuruj tersebut maknanya untuk Jihad perang, bukan untuk khuruj yang dipahami oleh orang-orang JT. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa kerja tersebut sebagai bidah yang sangat bertentang dengan ajaran Islam. Pandangan tersebut memberikan pengaruh negatif yang tidak mempunyai alasan-alasan sistematik terhadap kajian ilmiah itu sendiri. Pandangan seperti tersebut selalu berlandaskan kepada tekstual dari hadist, tetapi melupakan terhadap dibolehkannya ijtihad terhadap sesuatu keadaan. Dan tentunya ijtihad ini tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Kalau hanya mengandalkan tulisan tekstual atau kejadian yang harus ada di jaman Nabi dan Shahabat RA saja, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa seluruh aktifitas da'wah yang menggunakan kertas, kaset, internet juga merupakan bid'ah, termasuk Orang yang mengatakan bahwa khuruj itu bid'ah, juga dalam keadaan Bid'ah. Oleh karena itu, pandangan ini jelas merupakan padangan yang tidak edukatif terhadap kaum muslimin. Sebelum kita membahas khuruj dan lainnya, mari kita telaah lingkungan atau kondisi kita dibenchmark dengan kondisi Jaman Rasulullah SAW dan Shahabat RA. Masjid saat itu ada tiga yang besar yaitu Masjid Al-Aqsa, Masjid Haram (Mekkah), dan Masjid Nabi (Madinah). Dan Masjid Nabi ini sebagai pusat pertumbuhan Islam yang sebenarnya, karena disinilah telah dibentuk kerja-kerja penyebaran Islam, pendidikan, pengajaran dll. Dan setelah futuh mekah, maka kerjakerja tersebut diterapkan ke masjid haram di mekah. Dan kaum muslimin saat itu terus tumbuh dan membangun masjidmasjid di daerah yang berjauhan sebagai kelanjutan dari Masjid Nabi. Dari proses seperti ini, maka muncul ulamaulama besar seperti Imam Malik, Imam Syafii, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ibnu Taimiyyah, Imam Ibnu Katsir dll. Setelah dunia Islam mengalami kemunduran yang begitu tajam dari kerja-kerja yang telah dibangun melalui Masjid Nabi, maka memuncullah masjid-masjid yang sepi dari pengunjung dan aktifitas, seperti masjid Cordova di spanyol. Dan meskipun Ummat Islam giat membangun masjid-masjid, tetapi amalan-amalannya hanya sebagian kecil yang diterapkan, tetapi sebagian besarnya hampir hilang, seperti proses pengembangan SDM untuk membangun keulamaan, sholat berjamaah, dzikir diwaktu pagi hari, itikaf di bulan ramadhan, khidmat ummat terhadap kaum dhuafa, taddarus Quran di waktu magrib sampai isya, berkumpul untuk berdzikir ketika gerhana bulan dan matahari, pengiriman kader-kader muda dalam dawah ke daerah lain, mendengarkan bacaan quran di waktu malam di masjid dll. Bahkan sekarang proses belajar-mengajar untuk pengajaran Islam sudah kehilangan hirarkinya. Dulu saya bertemu seorang ustadz, mengatakan bahwa beliau mempunyai urutan belajar hadist sampai ke Rasulullah SAW, karena guru beliau mempunyai hubungan langsung secara berurutan ke Rasulullah SAW. Saya merasa kagum, karena kebanyakan orang tidak mempunyai hirarki terhadap proses pengajaran Islam, dan ternyata masih ada orang yang mempunyai hubungan tersebut. Setelah sekian lama, sekitar 17 tahun, saya diberitahu oleh orang yang dekat dengan saya, karena dulunya adalah murid di lingkungan pesantren, ternyata dia mempunyai hubungan hirarki tersebut, untuk belajar hadist Bukhari, Muslim, Tirmidzi, jadi sampai ke imam-imam tersebut, Dalam hal ini saya merasakan bahwa masih ada proses yang saya anggap sudah terputus, hanya melalui kitab-kitab saja, dan ternyata masih ada, sehingga saya berharap ini akan bertambah banyak dan merata. Dari ungkapan tersebut terdapat dua hal utama yaitu keterputusan kerja masjid dan keterputusan belajar keilmuan Islam (Meskipun ada, tetapi masih sangat sedikit rasionya jika dibandingkan dengan jumlah kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk di Indonesia) Jika kita mau menelaah atau melakukan kajian klasifikasi (pembagian umum) terhadap kerja/amalan masjid Nabi, maka secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam empat kerja utama yaitu Dawah, Talim Wat Talum (Belajar Mengajar), Ibadah dan Dzikir, dan Khidmat (pelayanan) kepada ummat. Dan kerja masjid ini, di setiap masjid sekarang ini hanya sebagian-sebagian atau lemah atau juga berkurangan. Berbeda dengan pengaruh masjid yang luar biasa terhadap kaum muslimin di jaman Rasulullah SAW dan Shahabat RA, hal itu dapat diperlihatkannya kekuatan kaum muslimin dapat

menguasai pasar dalam waktu singkat setelah hijrah, padahal sebelumnya dikuasai oleh kaum yahudi selama bertahuntahun. Sesuai penjelasan sebelumnya, bahwa pertumbuhan ummat islam dan penyebarannya melalui perjalanan yang terus menerus dan dengan bermunculan masjid-masjid sebagai pusat kerja melalui khuruj-khuruj yang dilakukan sebelumnya, hanya saja saat itu adalah mengajak kaum yang belum islam menjadi muslim. Tetapi proses dari jaman ke jaman mengalami kemunduran kaum muslimin yang signifikan, apalagi setelah kebangkitan eropa, dengan dimulainya orangorang portugis melakukan perjalanan ke belahan kaum muslimin, mereka sampai di semenanjung melayu (Melaka). Sedangkan kaum muslimin mempunyai jiwa penyebaran yang sudah mulai kendur, meskipun masih dilakukan oleh kalangan-kalangan khas, tetapi tidak merata. Seperti pertumbuhan pesantren-pesantren di Indonesia kebanyakan dibangun oleh orang-orang yang berasal dari luar daerah, seperti pesantren gontor dibangun oleh ulama yang bukan daerah tersebut. Tetapi proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang-orang khas saja, tidak dapat melibatkan kaum muslimin secara menyeluruh, berbeda dengan pola-pola awalnya dibangun oleh Nabi SAW dan Shahabat RA. Dan untuk membangun kerja masjid yang serupa atau mirip dengan yang terjadi dahulu, maka perlu dikembalikan kerja tersebut melalui proses yang sama atau mirip, hanya terdapat hal yang berbeda, seperti kalau pertama kali mengajak kaum di luar islam ke dalam Islam, dan selanjutnya di bangun masjid sebagai tempat proses pertumbuhannyanya; sedangkan sekarang berkunjung ke masjid yang sudah dibangun untuk mengajak atau mengingatkan kaum muslimin untuk menghidupkan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam kerja atau amalan-amalan masjid tersebut. Untuk memulainya tersebut maka perlu sekali dipelajari proses-proses awal di jaman dahulu dan dipetakan kembali untuk membangkitkannya, dan akan terus berlanjut dan sampai mampu mewujudkan seperti proses awal yang terjadi sebelumnya. Jadi proses yang dilakukan oleh orang-orang yang aktif dawah wat Tablibh (baca: jamaah tabligh) sebagai proses awal kebangkitan untuk menuju ke awalnya. Oleh karena itu, proses ini perlu melibatkan banyak pihak, dan halangan-halangan yang kadangkala dibuat oleh kaum muslimin sendiri, bahkan oleh orang-orang yang sudah faqih terhadap agama, kadangkala memerlukan kesabaran, karena proses ini sangat panjang dan perlu kehalusan dalam kerja. {Oleh karena itu, Ulama sekaliber Said Hawwa Rahmatullah Alaih meminta banyak pihak, terutama para dai untuk mempelajari usaha dawah dan tabligh (baca: jamaah tabligh} Sekarang bagaimana dengan waktu seperti 3 hari, 40 hari, 4 bulan. Seluruh jumlah hari tersebut merupakan pemetaan terhadap proses yang pernah terjadi di jaman awal, dimana hal tersebut sebagai pola pengelolaan Ummat di jaman tersebut, hanya yang berbeda adalah kekuatan ummatnya dan juga sasarannya. Di jaman Rasulullah dan Abu Bakar RA, waktu tersebut lebih lama lagi, karena saat itu ummat Islam mempunyai kekuatan dan ketabahan yang luar biasa dalam berbagai hal, apakah hatinya, imannya, ikhlasnya, ibadahnya, semangatnya dll. Baru di jaman Ummar RA dikelola lebih mudah, seperti beliau menetapkan 4 bulan tiap tahun untuk setiap lelaki dalam perjalanan perjuangannya {silahkan pelajari kisah tentang dialog Ummar RA dengan anaknya, tentang ketahanan libido perempuan jika ditinggalkan suami}. 40 hari merupakan perkataan Ummar RA, sedangkan 3 hari hal yang sering dipergunakan untuk dawah ke dalam kaum sebelum terjadi proses selanjutnya. Dan sekarang ummat bertambah lemah dalam berbagai sisi, imannya, kebiasaannya, ketabahannya, keikhlasannya dll, untuk itu maka ulama yang mendalami usaha dawah ini menganjurkan untuk hanya lebih ringan saja, sehingga merupakan proses peniruan yang disesuaikan dengan kemampuan ummat islam saat ini. Sehingga 3 hari, 40 hari, 4 bulan, bukan satu ketentuan tetap, tetapi merupakan pengelolaan umum. (Ini merupakan ijtihad yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam) Jika dikatakan waktu-waktu tersebut dikatakan bid'ah, maka dapat dikatakan juga orang-orang yang belajar agama di saudia arab dikatakan bid'ah juga, karena tidak ada dalil yang mengatakan mesti belajar agama 2 semester/tahun untuk selama 4 tahun/5 tahun dengan kurikulum yang ditetapkan. Karena pola sistem belajar yang sekarang menggunakan pola yang berkembang di barat, seperti tingkat S1, S2, S3, sedangkan dunia islam mengadopsinya. Oleh karena itu, pernyataan khuruj dengan hari yang ditentukan itu bid'ah merupakan pernyataan yang sangat keliru dan terlalu berlebihan yang tidak berdasar. Proses terhadap kajian KHURUJ seperti itu merupakan proses pengkajian dan pendalaman yang terhadap perjalananperjalanan yang terjadi di Jaman Rasulullah dan Shahabat RA, dan dicarikan modelnya yang lebih ringkas dan simple disesuaikan dengan kemampuan jamannya. Dan hal ini kebetulan dipahami oleh Maulana Ilyas Rahmatullah Alaih. {Dan untuk hal ini merupakan yang wajar dan ilmiah, karena jika sesorang sangat fokus pada sebuah proses kejadian dan terus dikajinya, maka model-model tersebut seolah-olah tergambarkan dengan sendirinya. Saya menemukan beberapa kejadian yang serupa dalam hal ini, seperti pemodelan cara berpikir, kalau kita mempelajarinya sangat mudah dan alamiah, tetapi orang yang menemukannya memerlukan waktu sekitar 10-15 tahun, kemudian juga ada orang yang menemukan proses pengambilan keputusan cara berpikir} Apalagi seseorang yang mendalami proses kejadian dalam perjalanan Nabi dan Shahabat RA dipetakan untuk lebih mudah dipahami, maka Allah swt memberikan karunianya kepada beliau. Dan waktu ini cukup lama, dan mengalami proses yang mungkin sulit dipahami oleh kebanyakan orang awam, termasuk juga oleh sebagian ulama. Seperti kejadian mimpi Ibunya Imam SyafiI, mungkin bagi kebanyakan orang hal itu biasa, tetapi bagi seorang ulama yang memahaminya, maka tidak heran untuk meminta mendidiknya, dan akhirnya menghasilkan ulama besar dari jaman ke jaman, yaitu Imam Syafii. Terdapat sumber dalil dari Quran dan Hadist yang melatar belakanginya, seperti Ali-Imran (3):110; At-taubah (9): 100; hadist amar maruf nahi mungkar yang berhubungan dengan perusakan kapal. Dan masih banyak lagi. Kita dapat bermudzakarah lebih dalam lagi tentang program ini, apakah secara dalil naqli dan aqli. Bahkan perusahaan besar seperti GE saja mempunyai program yang sangat terkenal Go Around The World. Bahkan sebenarnya khuruj ini merupakan aktifitas yang selalu ada dalam pertumbuhan aktifitas-aktifitas kaum muslimin, apakah IM, HT, Salafy dll, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Hanya saja Jamaah Tabligh melakukan proses standarisasi agar dapat dipahami banyak kaum muslimin, dan menjadi kebiasaan dari ummat ini di masa depan, tidak saja untuk para ulama tetapi juga untuk orang-orang awam dalam kaum muslimin.

Di masa depan hanya ada proses perjalanan manusia secara global, yaitu TOURISM dan satu lagi yang saya harapkan terus wujud adalah KHURUJ, karena ini merupakan bentuk global dari perjalanan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dukungannya dengan baik dari berbagai pihak. Silahkan pelajari konsep-konsep Tourism secara mendalam dan sistematik, kemudian lakukan benchmark terhadap aktifitas Khuruj. Kita semua nanti akan terkejut dan termenung terhadap kejadian global, karena Tourism sudah menjadi strategi seluruh dunia dari setiap negara dan mempunyai efek seperti apa yang sudah dapat diperkirakan, sedangkan Khuruj belum dipahami dengan baik oleh kaum muslimin di seluruh duniam, bahkan ada sebagai orang-orang terpelajar kaum muslimin memberikan pandangan yang tidak ilmiah dan sistematik, hal ini dikarenakan sering saudara-saudara muslimin tersebut bertanya kepada orang yang tidak tepat, karena dalam gerakan da'wah dan tabligh hampir sulit membedakan ulama yang faqih dalam da'wah, ulama yang belum, dan juga orang-orang awam, atau juga orang-orang pikir sistematik, karena semuanya mempunyai kerja yang sama dan dalam keadaan kesederhanaan, tidak ada tempat khusus untuk orang-orang tertentu dalam da'wah wat tabligh. Sehingga saudara-saudara muslim perlu bersabar untuk memahami usaha da'wah ini. Sekian ulasan saya terhadap pandangan yang keliru dalam pemahaman khuruj. Dan kita dapat melakukan mudzakarah yang lebih dalam dan sistematik terhadap usaha da'wah, sehingga kita semua dapat mengambil manfaat terhadap konsep Khuruj. Jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan hal yang berhubungan dengan usaha da'wah dan tabligh melalui email mhr@jamrud.com Pandangan terhadap kitab fadhoil amal ... "Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah swt " (Ali- Imran : 103) "Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" (Yusuf : 108) "Orang-orang yang terdahulu dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereke ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar" (At-Taubah : 100) Oleh: Moh. Haitan Rachman Tgl: 18-02-2006 Komentar-komentar yang disampaikan terhadap kitab tersebut, seperti kitab Fadhoil Amal sebagai kitab Shohih Jamaah Tabligh, seperti mana kitab Imam Bukhari; atau kitab Fadhoil Amal mengajarkan bid'ah dan shirk. Dan komentarkomentar ini selalu diikuti dengan pernyataan-pernyataan yang mengarahkan bahwa usaha da'wah wat Tabligh (baca: Jamaah Tabligh) sebagai komunitas kaum muslimin yang membawa kesesatan dan khurafat. Sehingga pernyataanpernyataan yang tidak lagi membawa sifat ilmiah dan sistematik berpikir, tetapi lebih mengarah ke propaganda yang berlebihan dan tidak berdasar. Banyak ulama telah sepakat bahwa hadist dhoif boleh dipergunakan untuk mendorong kebiasaan beramal, tetapi tidak dapat dipakai untuk yang berhubungan dengan urusan hukum. Komentar-komentar yang disampaikan terhadap Kitab Fadhoil Amal selalu dilakukan sepotong-potong dan lebih mengarah pada hal-hal yang kontra-produktif. (Saya temukan komentar-komentar seperti ini di http://www.salafipublications.com). Bahkan terdapat kata-kata yang sangat berlebihan bahwa jamaah tabligh lebih berbahaya dari pasukan TARTAR ketika penyerangan ke kaum muslimin. Komentar-komentar yang lebih mengarah kontra-produktif seperti ini, akan lebih mudah bagi pelaku-pelaku yang tidak menyukai dengan kemajuan ummat islam saat untuk lebih berkembang. Sehingga dengan tidak secara langsung dan sadar, maka kaum muslimin yang memberikan komentar, yang mengaku sebagai pelaku sunnah, menjadi pion-pion yang dimainkan dengan mudah dalam kehidupan kaum muslimin. Sadar atau tidak sadar, ini dapat terjadi. (Silahkan pelajari pola-pola penghancuran kaum muslimin di Indonesia, ketika dijajah dahulu) Jika memang berkeinginan memberikan komentar atau penjelasan, maka lakukan secara lebih produktif dan sistematik, seperti berikan komentar secara menyeluruh terhadap kitab tersebut, sehingga kaum muslimin juga akan mengetahui secara menyeluruh juga, dan tidak menghilangkan kebaikan yang ada. Seperti Syeikh Al-bani terhadap kitab Al-miskat. Tetapi sekarang komentar tersebut menimbulkan perilaku yang tidak pada tempatnya, sehingga menghilangkan rasa hormat terhadap si penulisnya. Kenapa komentar tersebut tidak boleh diikuti dengan perilaku yang dapat menghilangkan rasa hormat? Karena pada akhirnya kita sendiri akan menghilangkan rasa hormat kepada ulama-ulama sebelumnya, karena banyak ulama dahulu juga memasukkan hadist yang lemah ke dalam kitabnya, seperti ada sebagian kaum muslimin meremehkan kitab Riyadhush Sholihin karangan Imam Nawawi. Tetapi ulama-ulama dahulu memahami betul rasa hormat kepada ulamaulama sebelumnya, sehingga penilaian terhadap hadist yang ditulis dalam kitab ulama sebelumnya, tidak menimbulkan hilang rasa hormat terhadap ulama tersebut. Tetapi sekarang terhadap Kitab Fadhoil Amal memberikan penilaian hadisthadistnya, tetapi menghilangkan rasa hormat terhadap penulisnya, dan juga memberikan pengaruh kepada generasi muda yang sedang belajar agama untuk tidak mempunyai rasa hormat kepada ulama yang bersangkutan.

Oleh karena itu, penilaian terhadap tingkatan hadist dalam sebuah kitab, jangan sampai menghilangkan rasa hormat terhadap penulisnya. Kalau hal seperti ini dibiasakan, maka kita sendiri akan menghilangkan rasa hormat terhadap ulama-ulama jaman sekarang, seperti Syeikh Bin Baz, Syeikh Al-bani, Syeikh Yusuf Qardawi dll. Karena bagaimanapun juga, ulama-ulama tentunya mempunyai pandangan yang berbeda terhadap satu keadaan, tetapi boleh jadi pandangan tersebut mempunyai kekurangannya dipandang dari sisi yang lain. Tetapi hal tersebut, tidak boleh menghilangkan rasa hormat. Karena hal ini berdasarkan satu hadist Nabi yang sangat masyhur, tidak beriman kepada Allah dan hari akhir jika tidak dapat hormat kepada para ulama (HR Ahmad dan Thabrani dengan sanad hasan). Oleh karena itu, tidak heran sekarang ini banyak kaum muslimin, terutama generasi muda, tidak mempunyai rasa hormat kepada para ulama. Dan sebenarnya jika rasa hormat ini sudah hilang, maka kehancuran ummat islam didepan pintunya. Jadi kalau mau memberikan komentar terhadap kitab Fadhoil Amal karangan Syeikh Zakariya, lakukan cetakan baru yang sudah dimasukkan footnotenya dan komentarnya, sehingga akan lebih ilmiah, dan sebarkan di lingkungan kaum muslimin. Seperti kitab-kitab yang dikarang ulama-ulama dulu, dimana satu kitab bisa diberikan komentarnya oleh lebih dua ulama, sebagai contohnya adalah kitab karangan Imam Thobrani. Tetapi komentar-komentar tersebut tidak menghilangkan rasa hormatnya kepada Imam Thobrani sendiri. Saya sendiri jika ada yang tidak tepat di kitab fadhoil dengan kitab-kitab ulama dulu, tidak perlu harus mengikutinya, tetapi tetap harus menghormatinya dan mempertimbangkannya, seperti tetap membacanya karena ada yang tetap bermanfaat, bahkan lebih banyak manfaatnya. Begitupun juga dengan ulama-ulama salafush sholeh dulu yang mengatakan perlu menjauhi orang bid'ah, hal ini perlu hati-hati, karena jamannya sudah berbeda dengan sekarang, kalau dahulu kaum muslimin mempunyai kekuasaan kekhalifahan sedangkan sekarang kaum muslimin dalam berbagai bidang sangat-sangat lemah, karena kalau tidak hati-hati dan begitu saja mengikutinya, kita kaum muslimin akan mengalami kerugian dengan sendirinya. Disamping tentunya masih banyak perkataan dan nasehat yang sangat bermanfaat dari para ulama salafush sholeh untuk kehidupan kaum muslimin saat ini, dan hal ini lebih banyak dari hal-hal yang perlu berhati-hati. Saya cukup sekian, mudah-mudahan memberikan pandangan atau wawasan untuk lebih dapat menghormati para ulama dan lebih berhati-hati. Jangan mau menjadi pion-pion yang dimainkan dalam percaturan dunia. Jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan hal yang berhubungan dengan usaha da'wah dan tabligh melalui email mhr@jamrud.com Usaha da'wah wat tabligh tidak bermanfaat .. "Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah swt " (Ali- Imran : 103) "Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" (Yusuf : 108) "Orang-orang yang terdahulu dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereke ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar" (At-Taubah : 100) Oleh: Moh. Haitan Rachman Tgl: 20-02-2006 Ada komentar atau pernyataan yang mengatakan usaha da'wah wat tabligh (baca: jamaah tabligh) tidak memberikan manfaat, sehingga tidak perlu diikuti dan dipelajari dengan baik. Pernyataan-pernyataan ini sebenarnya dilatarbelakangi dengan tidak kepahaman terhadap kerja atau aktifitas dari da'wah wat tabligh itu sendiri, dan kurangnya memberikan perhatian terhadap kerja da'wah itu sendiri. Usaha da'wah wat tabligh tidak mengandalkan proses penyebaran da'wahnya dengan menggunakan media-media yang lebih dikenal orang saat ini, seperti brosur, kaset, majalah, radio, dll. Tetapi usaha da'wah wat tabligh ini lebih ditekankan pada proses interaksi langsung manusia dengan manusia, dan terlibat dalam amalan secara langsung, disamping tentunya ada proses pengajaran untuk hal-hal tersebut. Aktifitas yang sangat fundamental dalam aktifitas da'wah dan belajarnya yaitu melalui program KHURUJ dan JAULAH, atau dengan lebih ditekankan pada amalan KHURUJ dan MAQOMI (di tempat sendiri) Sehingga bagi kaum muslimin yang berkeinginan mengetahuinya dengan baik, maka perlu terlibat secara langsung, apakah keluar bersama dengan jamaah atau membantu rombongan-rombongan da'wah ketika datang ke daerah sekitar kita atau juga terlibat dalam aktifitas di masjid tempat sendiri. Tiga bentuk ini akan memberikan kepahaman terhadap usaha da'wah dengan baik, karena kalau mengandalkan terhadap tulisan-tulisan atau penjelan-penjelasan lisan yang ada tidak dapat mengambarkan KERANGKA sistematik dari usaha da'wah itu sendiri. Meskipun tulisan-tulisan dan penjelasan-penjelasan yang ada untuk usaha da'wah juga memberikan kepahaman, tetapi belum tentu menyeluruh. Kenapa kita mesti seperti itu? Karena usaha da'wah ini lebih ditekankan pada kerja dan interaksi antara manusia itu sendiri, disamping tentunya kita terus menimba ilmu. Di Jaman Rasulullah SAW dan Shahabat RA, interaksi antara manusia telah mencapai perwujudan yang ideal dalam sejarah perjalanan manusia. Hal itu dapat diwujudkan dalam

bentuk-bentuk aslinya sebagai manusia yang memperlihatkan dari perilaku yang diinginkan oleh Allah swt, sehingga Allah swt ridha kepada mereka, dan mereka juga ridho kepada Allah swt. (At-taubah:100). Perwujudan ideal ini dapat terlihat dari perilaku mereka, seperti kaum muslimin tersebut sangat terbuka untuk menolong saudaranya, seperti ucapan saudara Anshor terhadap Abdurahman bin Auf; Mereka selalu menjaga hubungan masyarakat dengan baik, antara yang pandai dan tidak tahu; mereka mewujudkan bersama dengan sholat berjamaah dalam masjid untuk menjaga kebersamaan mereka; mereka sangat menjaga kaum dhuafa dengan senang hati; mereka terbuka untuk menghormati tamu selama 3 hari, meskipun orang tersebut pendatang baru dan belum muslim; mereka sudah terbiasa untuk mengunjungi yang sakit dan menderita; mereka berani berkorban untuk berbagi meskipun mereka sendiri sangat memerlukannya, seperti kisah Saidina Ali RA mendapatkan delima untuk istrinya, Fathimah RA, ternyata diberikan kepada saudara muslim yang lain dikarenakan istrinya juga mengidam delima; Seorang pemimpin, seperti Abu Bakar RA, yang berani menyuapi seorang nenek padahal belum muslim; dan banyak lagi kisah-kisah indah dalam kehidupan mereka, sebagai perwujudan ideal dari manusia itu sendiri, sehingga mereka layak menyandang Khalifah di muka bumi sesuai dengan kehendak Allah swt (Al-baqarah:30). Dan lawan-lawannya bertambah segan dan memberikan kunci masjid al-aqsha langsung kepada Ummar RA, padahal saat itu tidak ditemani pasukan kaum muslimin, hanya ditemani oleh seorang pembantunya. Atau juga kesabaran Rasulullah terhadap orang-orang yang baru muslim. (Kitabkitab yang menjelaskan ini sudah banyak ditulis secara lengkap oleh ulama-ulama salafush sholeh dulu, seperti Imam Ibnul Qoyyim dengan kitab Zadul Ma'adi, Imam Ibnu Katsir dengan kitab Bidayah Nihayah yang sangat lengkap, dll) Dan perwujudan manusia sekarang ini mengalami kemunduran yang luar biasa; seperti mempunyai ingin menang sendiri, mementingkan diri sendiri, egois, rakus dll. Dan ini sebagai perwujudan dari manusia jaman global saat ini, dan hal itu menunjukan sifat INDIVIDUALIS, yang mana ini sangat bertentangan dengan sifat manusia yang sesuai dengan islam. Oleh karena itu Allah swt memberikan sifat kepada kaum muslim sebagai kaum terbaik yang dilahirkan untuk manusia karena mempunyai tugas mengingatkan (Ali-Imran:110), dan ini dapat menghilangkan sifat individualis tadi. Atau dalam satu hadist Nabi yang sangat masyhur untuk dapat menjaga kebersamaan dalam keselamatan, dimana dimisalkan ada orang yang menginginkan air dengan melubangi kapal, maka saat itu perlu dilakukan pencegahan. Dalam hal ini, tidak perlu yang mencegah itu adalah seorang ahli atau pakar, tetapi siapa saja, kalau memang berkeinginan selamat bersama. Hal ini juga dapat menghilangkan sifat individualis. Jadi interkasi manusia merupakan perilaku yang sangat fundamental, dan perlu melakukan pengorbanan. Dan karakteristik yang sangat menonjol dalam sifat manusia global saat ini, yaitu jika mempunyai harta, maka akan lebih senang untuk BERFOYA-FOYA melalui perjalanan-perjalanan parawisata, dan bentuk-bentuk tourism sekarang lebih mengarah pada mubadzir, disamping ada bentuk yang lebih baik, tetapi sangat kecil rasionya, seperti tadabbur alam terhadap ciptaan Allah swt. Yang sifat tersebut sangat bertentangan dengan ajaran islam sendiri, tetapi perilaku ini sudah menjadi perilaku global dan menjadi strategi untuk menariknya. Dari penjelasan di atas, sudah jelas bahwa yang sekarang hilang dalam kehidupan manusia adalah interkasi antara manusia yang dapat meningkatkan hubungannya dengan Allah swt atau mencapai kejayaan yang ideal seperti di Jaman Rasulullah SAW dan Shahabat RA. Sesuai penjelasan di atas, maka usaha da'wah wat tabligh lebih ditekankan kepada proses untuk pengembalian karakter manusia yang pernah dicapai di jaman dahulu. Oleh karena itu, proses da'wah akan lebih bersifat langsung interksi manusia-dengan-manusia, melalui KHURUJ dan JAULAH (MAQOMI), dan akan sulit digambarkan hanya dalam bentuk-bentuk tulisan, karena perasaan dan kepahamannya akan dialami melalui proses interaksi yang berkelanjutan, dan juga pengalaman interaksi antara yang pandai dan kurang paham pasti terjadi, interaski yang kaya dan miskin pasti terjadi, interaksi yang punya jabatan dengan yang tidak punya jabatan, dll, pasti terjadi secara langsung melalui proses saling mengingatkan satu sama lain seperti yang digambarkan dalam surat Wal Asri (103):3; dan ini akan membangkitkan kembali keunggulan ummat karena interaksinya kongrit, karena saat ini interaksi ini sangat berkurangan, silahkan perhatian keadaan masjid-masjid saat ini. Jika kita mau mempelajari lebih dalam terhadap karakter manusia itu di jaman global ini, hampir mayoritas kaum muslimin mengalami proses penurunan ini, termasuk juga orang-orang yang terpelajar dalam agama Islam itu sendiri. (Silahkan pelajari lingkungan anda secara seksama, dan rasakan kebersamaan yang ada, kita akan menemukan kebersamaan itu hampir hilang disetiap lapisan, meskipun ada masjid-masjid tersebar). Oleh karena itu, usaha da'wah wat tabligh akan menjadi usaha yang sangat fundamental bagi kebangkitan ummat islam di seluruh dunia, karena usaha da'wah ini lebih terfokus pada perubahan karakter manusia yang sangat penting yaitu untuk tidak lagi INDIVIDUALIS dan BERFOYA-FOYA. Dan usaha ini dilakukannya melalui kerja bersama (rombongan/komunitas) dan dengan jiwa dan harta sendiri untuk membangkitkan karakter tersebut. Oleh karena itu, pernyataan yang menyatakan bahwa usaha da'wah ini tidak memberikan manfaat, sangat berlebihan dan tidak mempunyai dasar. Malahan usaha da'wah ini akan membangkitkan karakter-karakter manusia yang hilang dikarenakan perubahan jaman seperti sekarang ini. Mudah-mudahan memberikan pencerahan terhadap usaha da'wah wat tabligh ini, jangan sungkan-sungkan mengkontak melalui email, mhr@jamrud.com, jika ada yang perlu disampaikan. Go arround the world! You will understand the future

Surat untuk Syaikh Alaamah Abdur Razzaq Afifi September 27, 2007 by Haitan Rachman FATWA SYAIKH ALAAMAH ABDUR RAZZAQ AFIFI Syaikh ditanya tentang khuruj Jamaah Tabligh dalam rangka mengingatkan manusia kepada keagungan Allah. Maka Syaikh berkata : Pada kenyataannya, sesungguhnya mereka adalah mubtadi (orang yang membuat bidah) yang memutar balikkan serta pelaku tarikat (ajaran) Qadariyah dan lainnya. Khuruj mereka bukanlah di jalan Allah, akan tetapi di jalan Ilyas (pendiri Jamaah Tabligh-pent), mereka tidak mengajak kepada kitab dan sunnah, akan tetapi mengajak kepada Ilyas Syaikh mereka di Bangladesh. Adapun khuruj dengan tujuan dakwah kepada Allah, itulah khuruj di jalan Allah, dan ini bukan khurujnya Jamaah Tabligh. Saya mengetahui Jamaah Tabligh sejak zaman dahulu, mereka itu adalah pembuat bidah di manapun mereka berada, di Mesir, di Israil, di Amerika, di Saudi, semua mereka selalu terikat dengan syaikh mereka yaitu Ilyas. [Fatawa oleh samahatu syeikh Abdur Razzaq Afifi (1/174)] Kepada Yang Mulia Syaikh Alaamah Abdur Razzaq Afifi Assalamu alaikum warahmatullahi Wabarakatuh, Kami mendapatkan fatwa dari Syaikh yang dikirimkan melalui blog kami, tanggal 27 September 2007 (http://usahadawah.wordpress.com/2007/09/11/9/#comment-6), oleh teman salafi. Kami sebenarnya tidak pantas memberikan surat ini, tetapi tidak ada jalan lain kami lakukan seperti ini. Karena teman salafi tidak dapat mewakili terhadap fatwa yang disampaikan ke dalam blog kami. Mudah-mudahan tulisan ini memberikan manfaat kepada kaum muslimin, apalagi kepada kami yang dhoif ini. Pertama sekali kami perlu jelaskan bahwa Maulana Ilyas Rah tidak berada di Bangladesh. Awalnya India, Bangladesh dan Pakistan merupakan satu negara yaitu India sendiri. Sedangkan Maulana Ilyas Rah berada di India. Kami mengetahui usaha dawah ini bukan kata orang, tetapi terjun sendiri dan kami berusaha mengetahuinya dengan baik. Pelajaran yang kami peroleh dari para ustadz kami sangat bermanfaat dalam usaha dawah ini. Sejak kami terlibat dalam usaha dawah ini, kami tidak pernah diajari untuk mengikuti tareqat-tareqat tertentu. Usaha dawah ini merupakan kerja yang sangat penting bagi kaum muslimin. Alhamdulillah, kami belajar usaha dawah ini, dan kebetulan sekali yang mengajari usaha dawah ini adalah Maulana Ilyas Rah kepada kaum muslimin. Apakah kami tidak boleh berkunjung kepada kaum muslimin yang lain? Apakah kami tidak boleh menyempatkan khidmat di masjid untuk tamu-tamu yang datang? Apakah kami dilarang untuk mengajak kaum muslimin untuk sholat berjamaah? Apakah kami dilarang untuk berkunjung kepada kaum muslimin tetangga masjid untuk sama-sama berpikir kaum muslimin yang lain? Apakah kami dilarang untuk berpikir untuk kaum muslimin agar kaum muslimin kembali mau sholat berjamaah atau mau sholat kembali lagi dari sudah lama meninggalkan sholat? Apakah kami dilarang untuk belajar adab-adab sebelum tidur, yang mana diajarkan juga oleh Nabi kita? Apakah kami juga dilarang untuk sama-sama ikram satu sama lain untuk saling membantu ketika mau makan? Syeikh Yang Mulia, banyak lagi perkara-perkara yang kami pelajari dalam usaha dawah ini. Sehingga tidak tepat kalau dikatakan bahwa usaha dawah ini mengajak kepada Maulana Ilyas Rah. Karena apa-apa yang kami tanyakan itu, kami dapatkan juga dari pelajaran Al-Islam. Kami sendiri pernah ditegur oleh seorang teman lama karena kami banyak menceritakan Maulana Ilyas, dan teman kami menjelaskan bahwa kami harus banyak menceritakan para Shahabat RA yang sudah benar-benar mendapatkan keridhoannya. Dan itu juga yang kami pelajari dari Maulana Ilyas Rah, beliau tidak suka kalau banyak diceritakan. Kami pernah bersama dengan seorang pelajar khuruj 3 hari, teman kami tidak tahu bagaimana sholat, sehingga kami kuatir akan membawa fitnah. Tetapi hal itu harus dilakukan, karena teman kami bisa belajar bersama dalam suasana yang baik. Kalau tidak dilakukan, kami tidak mengetahui lagi tentang teman kami itu. Dengan asbab teman kami itu, banyak lagi kaum muslimin kembali mau sholat dan memakmurkan masjid. Dan sekarang teman kami berkeinginan anaknya menjadi hafidz dan alim. Kami berdoa untuk hal itu dapat terjadi. Mungkin jika tidak mengikuti usaha dawah ini, kami tidak tahu lagi dengan teman kami itu. Ini saja yang kami dapat sampaikan. Dan kami mohon maaf terhadap tulisan kami ini, kami berharap tulisan ini tidak menjadikan ketidaksukaan Syeikh kepada kami ataupun juga murid-murid Syeikh yang mulia. Terimakasih atas perhatiannya. Catatan: Kami tidak memberikan pandangan beliau benar atau tidak, tetapi berupa surat kepada beliau atau juga muridnya.

Perkara Tarbiyyah Islam September 12, 2007 by Haitan Rachman Dalam tulisan ini kami mengangkat perkara yang berhubungan dengan Tarbiyyah Islam dalam usaha dawah dan tabligh. Banyak kaum muslimin, bahkan Ulama dan cerdik pandai, memberikan pandangan yang kurang tepat terhadap usaha dawah dan tabligh yang berhubungan dengan Tarbiyyah Islam atau Ilmu. Beberapa pandangan yang kurang tepat dapat dituliskan di bawah ini: jamaah hanya mementingkan ilmu fadhoil amal saja; anggota jamaah yang tidak berilmu sudah berani menyampaikan dawah, sedangkan ilmu saja tidak mengetahuinya; tidak ada dari asalnya bahwa ilmu itu dibagi ke dalam dua bagian yaitu fadhoil dan masyail; jamaah tidak mempunyai pola tarbiyyah yang sistematik, sehingga tidak jelas arahnya; kenapa hanya membaca kitab fadhoil amal atau riyadhush sholihin saja, kenapa tidak membaca kitab shohih muslim atau bukhari dll; kenapa hanya memfokuskan enam prinsip saja, kenapa tidak mendalami rukun islam atau yang lainnya; jamaah menghalangi untuk mendalami ilmu agama dengan benar; jamaah hanya mengajarkan 10 surat terakhir saja, tidak mau menambah bacaannya; jamaah ini tidak memberikan manfaat, maka tidak boleh bergaul dengan ahli jamaah ini; dll. Masih banyak lagi pandangan yang dilontarkan terhadap usaha dawah dan tabligh yang berhubungan dengan ilmu dan tarbiyyah Islam. Pandangan-pandangan kurang tepat tersebut disampaikan, dikarenakan banyak kaum muslimin kurang memahami usaha dawah dan tabligh secara holistic (menyeluruh). Kadangkala kegairahan kami mendorong untuk memberikan pandangan balik terhadap pandangan-pandangan yang beredar itu, supaya yang lainnya memahami perkara tersebut secara berimbang dan terbuka. Tetapi jika kami tidak dapat melakukannya dengan baik, maka kita sendiri akan mendapatkan perkara yang kontraproduktif. Yang mana saat ini banyak perkara yang telah menghasilkan kontra-produktif di kalangan kaum muslimin. Kita dapat temukan dalam situs-situs forum di Internet antara beberapa pergerakan Islam. Sehingga perkara ini akhirnya memberikan celah terbuka untuk melemahkan dan mengalahkan kita, kaum muslimin, sendiri. Agama kita yang mulia, Al-Islam, mengajarkan kepada kita agar kita semua dapat bermudzakarah dengan baik. Allah swt berfirman: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl (16): 125) Dan Nabi Muhammad SAW menghindari perkara yang kontra-produkif, sesuai dengan sabdanya: Sesungguhnya kelak akan muncul di dalam ummatku kaum-kaum yang telah dirasuki oleh nafsu perpecahan, sebagaimana anjing menulari empunya, tiada suatu uratpun baginya kecuali ditulari oleh (penyakit) anjingnya (HR Abu Dawud: Kitab At-Taj) Bahkan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, memberikan contohnya bagaimana menghadapi perkara yang kontraproduktik: Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar untuk menemui kami, sedangkan kami pada saat itu sedang berdebat (dalam masalah agama), melihat hal ini Nabi Muhammad SAW sangat marah yang belum pernah seperti itu, dan beliau menegur kami (HR Thabrani: Kitab At-Taj) Keutamaan Ilmu Islam, agama kita, sangat menekankan perkara ilmu, dan kita dapat temukan dari sumber kita sendiri, al-quran dan sunnah. Di bawah ini beberapa dalil yang berhubungan dengan perkara ilmu. Allah swt menjelaskan bahwa seseorang yang mendapatkan kepahaman agama sebagai anugrah yang sangat besar dari Allah swt yang diberikan. Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS Al-Baqarah (2): 269) Allah swt menjelaskan agar tidak semua orang berpergian untuk maju ke medan tempur, tetapi sebaiknya ada bagian dari ummat ini yang mendalami agama agar dapat memberkan peringatan kepada kaum muslimin yang lainnya. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS At-Taubah (9): 122) Allah swt menjelaskan bahwa kaum yang sudah belajar Islam, maka perlu langsung mengajarkan kembali kepada kaum yang tidak hadir saat itu. Sehingga proses belajar-mengajar itu akan selalu terjalin dengan baik dan alamiah.

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (QS Al-Ahqaaf (46): 29-31) Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, mengingatkan bahwa ilmu dapat hilang dikarenakan meninggalnya ahli ilmu dan juga perlu berhati-hati menyampaikan pendapat atau fatwa, jika tidak maka akan tersesat dan menyesatkan orang lain. Dari Urwah RA berkata: Abdullah Bin Umar RA naik haji bersama dengan kami, dan kami mendengar beliau berkata: Saya mendengar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya Allah swt tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu sekaligus sesudah diberikan-Nya, melainkan mengambil itu dengan mengambil (mewafatkan) ahli ilmu (ulama) bersama dengan ilmunya. Maka tinggallah orang yang bodoh. Mereka diminta fatwanya, lalu mereka berfatwa menurut kemauan sendiri. Sebab itu, mereka menyesatkan dan sesat. (HR Bukhari: 1964) Proses belajar-mengajar di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA merupakan proses belajar-mengajar yang sangat natural, alami dan holistic (menyeluruh). Pengajaran tidak hanya dilakukan dalam bentuk ceramah saja di masjid, tetapi dialog-dialog di rumah atau juga di pasar atau di dalam perjalanan; atau juga melihat contoh langsung; atau diberikan perumpamaan; atau juga diajak langsung untuk terlibat; atau juga pengiriman surat ke kaum yang lain; atau juga saling memberikan motivasi satu sama lain; dsb. Sehingga proses belajar-mengajar yang sangat alami, natural, holistic dan langsung, maka amalan agama akan lebih mudah diamalkan dan akhirnya suasana agama menjadi terbentuk. Para shahabat yang mempunyai motivasi terhadap ilmu jelas akan berusaha menghafal semua ilmu yang diajarkan hal itu. Tetapi bukan berarti seluruh shahabat RA melakukan yang sama, bahkan oleh shahabat besar, seperti Abu Bakar, Ummar RA, Utsman RA, Ali RA, Bilal RA, Abu Dzar RA. Kita akan temukan seberapa banyak riwayat yang disampaikan oleh para Shahabat RA besar itu dibandingkan dengan Abu Hurairah RA. Tetapi beliau-beliau ini dapat mewujudkan Islam sebagai ajaran dan amalan dalam seluruh kehidupan. Oleh karena itu kita, kaum muslimin, perlu memberikan perhatian yang serius terhadap pola proses belajar-mengajar, disamping kontent dari ilmu itu sendiri. Tanpa adanya perhatian terhadap kedua sisi tersebut, maka agama Islam ini hanya sebagai bentuk teori saja, bukan sebagai ajaran atau pelajaran yang dapat dibumikan ke dalam kehidupan kita sendiri. Ilmu tanpa amal, seperti pohon tanpa buah. Dan kita kaum muslimin jangan hanya terpengaruh dengan pendekatan kontemporer, misalkan TV atau juga Internet. Media tetap media yang mempunyai sifat kontemporer, artinya jika nanti jaman menemukan yang terbaru, maka media itu dapat langsung dipergunakan. Tahun 1980-an tidak ada Internet untuk dawah Islam, dan tahun 2000-an sudah dipergunakan Internet secara baik. Tetapi pola yang natural dan alami sangat diperlukan dan fundamental bagi kaum muslimin, karena apapun perubahan jaman pola pengajaran ini tetap harus exist. Kurunnya Rasulullah SAW Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, menjelaskan terhadap jamannya dan bahkan dua generasi sesudahnya, maka jaman itu merupakan jaman yang dapat memberikan inspirasi besar untuk peradaban manusia dari jaman-ke-jaman. Oleh karena kita kaum muslimin seharusnya di jaman sekarang ini perlu mempelajari dengan baik hal-hal yang fundamental, dan hal ini pasti memberikan inspirasi besar bagi siapa saja yang mendalaminya. Tetapi yang sering kita perhatikan adalah kontent Islamnya sendiri, sedangkan prosesnya kurang menjadi perhatian serius bagi Ummat Islam. Perhatikan beberapa sabda Nabi Muhammad SAW: Aku diutus dalam kurun Bani Adam yang paling baik; kurun demi kurun lewat sehingga datanglah kurun yang aku berada di dalamnya (HR Bukhari: Kitab At-Taj) Sebaik-baik manusia adalah kurunku, kemudian orang-orang datang sesudah mereka, lalu orang-orang yang datang sesudahnya lagi. (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi: Kitab At-Taj) Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, menjelaskan tentang keutamaan kurunnya beliau ini. Oleh karena itu kita perlu memberikan perhatian tidak hanya pada isi atau konten pengajarannya, tetapi juga proses pengajaran itu sendiri. Karena di jaman itu sarana sangat minim dari pandangan kita, tetapi keunggulan ummat Islam di jaman itu memberikan contoh yang sangat luar biasa. Bahkan Allah swt menjelaskan dengan tegas dalam salah satu ayatnya. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS At-Taubah (9): 100) Seberapa banyak Nabi kita mengajar para Shahabat RA di masjid? Dan apakah pengajarannya dilakukan secara topiktopik tematik yang tersusun seperti yang kita sering lakukan saat ini? Apakah beliau mengajar melalui kitab-kitab yang tertulis seperti sekarang ini? Masih banyak lagi perkara yang dapat kita telusuri terhadap proses belajar-mengajar di jaman itu. Nabi kita memberikan pengajaran di Masjid, benar beliau memberikannya. Sholat jumat dan juga ibadahibadah utama yang menuntut khutbah sebagai salah satu syaratnya memberikan waktu khusus untuk proses pengajaran dalam bentuk ceramah. Shahabat sendiri memberikan pengajaran secara beraturan, misalkan hari kamis. Seperti dalam satu keterangan riwayat di bawah ini.

Berkata Abu Wail RA: Abdullah Bin Umar RA mengajar kaum muslimin setiap hari kamis. Seorang laki-laki berkata: Hai Abu Abdurahman, saya mengharapkan supaya anda dapat mengajar kami setiap hari. Jawab Abdullah: Saya kuatir, kalau anda semua menjadi bosan. Saya memilih waktu yang baik, sebagaimana juga Nabi memilihkan waktu yang baik untuk kami belajar, menjaga supaya kami tidak bosan (HR Bukhari: 57) Tetapi proses pengajaran Islam lainnya merupakan proses yang hampir sangat natural dan alami, artinya proses belajarmengajar itu tidak membatasi ruang dan waktu. Dan hal ini yang menjadikan pengajaran tersebut mudah bagi seluruh kaum muslimin di waktu itu. Mungkin hal ini dikarenakan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai contohan dan begitupun juga para Shahabat RA, sesuai dengan firman Allah swt. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al Ahzab (33): 21) Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS At-Taubah (9): 100) Proses pengajaran seperti ini perlu digerakan kembali, meskipun tidak sempurna seperti di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA, sehingga proses pengajaran dan saling ingat-mengingatkan terjadi kapan saja dan tempat di mana saja. Kita dapat perhatikan keadaan kaum muslimin dalam berbagai kehidupan, kita akan temukan berbagai masalah, sedangkan ajaran Islam itu sendiri kurang banyak diperhatikan. Dalam hal ibadah saja kurang diperhatikan, misalkan sholat di lingkungan kerja, atau juga hubungan antara laki-laki dan wanita. Sehingga semangat pertumbuhan pengajaran secara alamiah dan tidak dibatasi ruang dan waktu sangat diperlukan di jaman sekarang ini, sehingga Islam akan memasuki semua lingkungan kehidupan manusia itu sendiri. Pengajaran Islam di Jaman Rasulullah SAW dan Kita Proses pengajaran Ali Imran (3): 100 105, sesuai dengan sebuah kejadian yang sangat penting di kalangan Anshor. Dan kita dapat pelajari dengan baik dalam beberapa tafsir tentang hal ini, Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, memberikan pelajarannya ketika hampir terjadi perang saudara antara Aus dan Khajraz. Pelajaran langsung ketika terjadi sebuah kejadian penting. Para Shahabat RA selalu mengulangi ucapan Nabinya ketika dalam sebuah perjalanan. Sehingga pengajaran itu akan terjadi dalam lingkungan selalu terbangun, tidak hanya terfokus pada lingkungan masjid atau madrasah. Dengan pola seperti ini sebenarnya pengajaran dapat memasuki seluruh kehidupan kaum muslimin, sehingga proses saling mengingatkan akan terbangun dengan sendirinya. Seperti dinyatakan dalam hadits di bawah ini: Dari Urwah RA berkata: Abdullah Bin Umar RA naik haji bersama dengan kami, dan kami mendengar beliau berkata: Saya mendengar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya Allah swt tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu sekaligus sesudah diberikan-Nya, melainkan mengambil itu dengan mengambil (mewafatkan) ahli ilmu (ulama) bersama dengan ilmunya. Maka tinggallah orang yang bodoh. Mereka diminta fatwanya, lalu mereka berfatwa menurut kemauan sendiri. Sebab itu, mereka menyesatkan dan sesat. (HR Bukhari: 1964) Di bawah ini merupakan dialog yang dilakukan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, dengan seorang perempuan yang datang. Dan Ibnu Abbas RA yang mengetahui hal tersebut mendapatkan pengajaran dari Nabi sendiri, dan akhirnya menjelaskan juga kepada kita. Dari Ibnu Abbas RA bahwa seorang perempuan datang kepada Nabi Muhammad SAW dan bertanya: Ibu saya bernazar akan mengerjakan haji, tetapi dia telah meninggal dunia sebelum sempat mengerjakannya. Bolehkah saya mengerjakan haji untuk mengantikannya? Jawab Nabi: Ya, boleh. Kerjakanlah haji itu untuk mengantikannya. Bagaimana pendapat engkau, kalau ibu engkau berhutang, engkaukah yang akan membayarnya?. Jawab perempuan itu: Ya. Kata Nabi: Bayarlah, karena hutang (kewajiban) kepada Allah swt lebih patut dibayar (HR Bukhari: 1966) Hadits di bawah ini merupakan proses pengajaran yang tidak terlalu ketat dan formal, melalui dialog yang ringan, antara Nabi kita dan Abu Bakar RA. Dari Abdullah bin Amru RA, bahwa Abu Bakar Syidiq RA berkata kepada Nabi Muhammad SAW: Ya Rasulullah, ajarkanlah kepada saya doa yang akan kubaca dalam sholat. Nabi Muhammad SAW menyuruhnya: Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menganiaya diriku sendiri dan tiada akan mengampuni dosa selai Engkau. Sebab itu ampunilah dosaku dengan ampunan yang datang dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang (HR Bukhari: 1988) Perhatikan hadits di bawah ini, Nabi Muhammad SAW memberikan pengajaran langsung ketika beliau akan melakukan sebuah amal. Sehingga akan sangat mudah bagi para shahabat untuk mempelajarinya. Kita dapat pelajari lagi banyak hal dalam proses pengajaran Nabi Muhammad SAW melalui sumber-sumber yang ada. Anas Bin Malik RA menceritakan: Apabila Nabi Muhammad SAW hendak masuk kakus, beliau membaca: Ya Allah, saya berlindung dengan Engkau dari setan laki-laki dan juga setan wanita (HR Bukhari: 102)

10

Perhatikan kisah di bawah ini, bagaimana proses pengajaran itu terjadi ketika dalam kendaraan antara Rasulullah SAW dan Shahabat RA. Sehingga pengajaran itu akan selalu terbangun dengan mudah, tidak bergantung pada waktu dan ruang. Dari Muadz Bin Jabar RA menceritakan: Aku membonceng di belakang Nabi Muhammad SAW, yang pada waktu itu beliau mengendarai keledai yang diberi nama Ufair. Nabi Muhammad SAW bertanya: Hai Muadz, apakah mengetahui kewajiban Allah atas hamba-hambaNya dan kewajiban mereka atas Allah?. Aku menjawab: Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Nabi Muhammad SAW menjawab: Sesungguhnya kewajiban Allah atas hamba-hambaNya ialah hendaknya mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Dan kewajiban hamba atas Allah swt ialah hendaknya Dia tidak mengazab orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, bolehkah aku menceritakan berita gembira ini kepada manusia? Rasulu menjawab: Janganlah engkau menceritakan kepada mereka, karena niscaya mereka akan mengandalkannya (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi: Kitab At-Taj) Bandingkan dengan jaman dimana sumber-sumber pengumpulan hadits atau juga tafsir yang diajarkan secara topiktopik tematik. Dan kita dapat temukan beberapa sumber yang sudah sangat tersusun dengan sangat baik. Kaum muslimin datang ke masjid untuk mendengarkan ceramah atau pengajaran dari Ulama-Ulama yang mengajarkan Islam, misalkan Imam Malik, Imam SyafiI, Imam Bukhari dll. Hanya saja di jaman tersebut suasana agama masih kental. Dan selanjutnya sampai di jaman kita sendiri, bahkan sudah terdapat gelar-gelar untuk pengajaran Islam itu, misalkan LC, DR Hadits atau Syariah dll. Dan juga tingkatan-tingkatan terhadap pengajaran Islam itu sendiri, dan hal ini dilakukan dilingkungan pengajaran formal atau juga pengajaran dalam pergerakan Islam. Disamping media pengajaran sudah banyak sangat berkembang sekarang ini, misalkan melalui Multimedia dan Internet. Tetapi proses pengajaran yang lebih alamiah dan segera beramal kurang atau sangat jarang terjadi di lingkungan kaum muslimin saat ini. Kami ingin berikan dua keadaan yang berbeda yang cukup menarik untuk di dalami, apalagi Nabi kita sendiri memberikan penjelasan bahwa jaman beliau adalah jaman yang terbaik. Silahkan perhatikan kembali ucapan Nabi kita di atas tentang kurun beliau itu. Bukan mau menunjukkan bahwa pola pengajaran di jaman sekarang tidak benar, bahkan dilabeli Bidah dikarenakan tidak ada di jaman Nabinya sendiri. Itu merupakan pandangan atau praduga yang keliru dan tidak beralasan. Pola pengajaran sistematik atau tersusun bahasannya tetap diperlukan saat ini, hal ini dikarenakan ajaran Islam telah datang dalam kesempurnaannya dan juga kompleksitas yang dihadapi kaum muslimin memerlukan kajian yang lebih tersusun. Apalagi para Ulama yang dekat dengan jaman Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, dan para Shahabat RA, memberikan contoh pengajaran yang tersusun itu. Tetapi kita tidak boleh meninggalkan pola pengajaran yang sederhana dan natural itu, karena jika tidak, maka Islam hanya sebagai pengajaran yang terbatas pada teori ke teori saja. Kami tidak menolak proses pengajaran sistematik tersebut, seperti ilmu tafsir, ilmu fiqh dll, karena semuanya telah dituangkan secara baik oleh para ulama sebelumnya, termasuk dari ulama yang sangat dekat dengan jaman Rasulullah SAW sendiri dan para Shahabat. Kami mengajak sama-sama menelusuri proses belajar-mengajar di jaman Rasulullah SAW dan juga di jaman beberapa generasi sesudahnya sampai ke jaman sekarang ini. Dengan memberikan keadaan tersebut, kami akan mengajak untuk memahami proses belajar-mengajar yang dilakukan dalam usaha dawah dan tabligh. Kami telah tuliskan pandanganpandangan yang kurang tepat disampaikan oleh kaum muslimin sendiri, bahkan oleh para ulama dan cerdik pandai, berkaitan dengan usaha dawah ini seperti di bagian atas itu. Pola Pengajaran Dalam Usaha Dawah dan Tabligh Usaha dawah dan Tabligh mempunyai proses belajar-mengajar yang sangat sederhana dan boleh dikatakan sangat unik. Kami sampaikan beberapa hal karakter yang mudah terlihat yang berkaitan dengan ilmu, seperti: usaha dawah dan tabligh menekankan pada fadhoil amal, daripada masyail; usaha dawah dan tabligh menekankan pada praktek amal, daripada pendalaman yang banyak mengandung khilafiyyah; usaha dawah dan tabligh menekankan hanya hanya beberapa kitab saja, Kitab fadhoil amal, Kitab hayatush shahabat, Kitab riyadhush sholihin, daripada kitab-kitab lainnya seperti Kitab Shohib Bukhari, Tafsir Ibnu Katsir, Kitab Shohih Muslim, Kitab Targhib Wat Tarhib dll; usaha dawah dan tabligh tidak menekankan pada perbedaan tingkatan, tetapi semuanya sama di kalangan kaum muslimin, sehingga ketika ada program talim semuanya mengikuti dengan baik termasuk dengan bacaan hanya 10 surat itu. usaha dawah dan tabligh menekankan pada proses langsung, daripada menggunakan buku-buku, atau media lainnya seperti brosur, buletin, media internet untuk proses belajar-mengajar ini. Karakteristik di atas inilah yang mudah dilihat oleh kaum muslimin. Karakteristik di atas merupakan kebijakan secara ijtimaiyyah, sedangkan hal lainnya diperlukan melalui pendekatan infirodhi. Aktifitas atau program untuk menjalankan belajar dan mengajar ini melalui talim rumah, talim harian masjid, dan talim ketika khuruj. Bahkan waktu pertemuan mingguannyapun berusaha mengikuti waktu yang sama dengan Shahabat, yaitu hari kamis. Berkata Abu Wail RA: Abdullah Bin Umar RA mengajar kaum muslimin setiap hari kamis. Seorang laki-laki berkata: Hai Abu Abdurahman, saya mengharapkan supaya anda dapat mengajar kami setiap hari. Jawab Abdullah: Saya kuatir, kalau anda semua menjadi bosan. Saya memilih waktu yang baik, sebagaimana juga Nabi memilihkan waktu yang baik untuk kami belajar, menjaga supaya kami tidak bosan (HR Bukhari: 57) Sebenarnya kita dapat melakukan pengkajian yang mendalam terhadap proses belajar-mengajar ini yang terdapat dalam usaha dawah dan tabligh ini. Karena pola yang sederhana ini telah memberikan pengaruh yang cukup besar, dan bahkan dapat dikatakan telah memberikan inspirasi dan motivasi yang besar. Terdapat beberapa perkara yang kurang tepat disampaikan kaum muslimin, termasuk oleh kalangan ulama dan cerdik pandai, seperti yang telah kami tuliskan di bagian atas. Tetapi ternyata prosesnya melalui proses belajar-mengajar yang sangat alamiah dan natural, disamping

11

adanya proses secara formalistik sesuai kemampuan yang terjadi dalam diri masing-masing yang terlibat dalam usaha dawah dan tabligh ini. Misalkan perkara bahwa usaha dawah dan tabligh tidak menyentuh perkara masyail agama, ternyata proses ini bisa terjadi kapan saja, seperti ketika bermudzakarah; atau juga ketika setelah makan dan minum; atau juga ketika dalam perjalanan khuruj; atau juga ketika langsung beramal, misalkan ketika akan tidur, atau ketika akan istirahat, atau ketika akan pergi ke dalam kakus, atau juga mandi, atau juga pergi ke pasar. Disamping tentunya terdapat beberapa orang yang membuka atau mengadakan pengajian secara teratur, melalui halaqah talim atau juga madrasah. Misalkan tempat kami sendiri, kami sering melakukan kajian atau pendalaman terhadap hal-hal penting dalam urusan perkara Islam, karena di tempat kami terdapat cukup banyak kitab yang ditulis para Ulama terdahulu. Atau juga kenapa usaha dawah dan tabligh ini hanya pada fadhoil amal? Wujudnya agama ini bukan karena banyak penjelasan-penjelasan, tetapi ketika ajaran itu menjadi wujud dalam bentuk amal itu sendiri. Dan untuk menumbuhkan semangat amal dalam kehidupan kaum muslimin diperlukan motivasi yang terus-menerus dan berkelanjutan. Tanpa adanya proses motivasi atau juga dorongan, maka perwujudan itu menjadi lemah. Dan juga kita harus memahami bahwa pengajaran Islam ini telah banyak di kalangan kaum muslimin sendiri sebelumnya, misalkan cara membaca quran, pengajian fiqh, dsb. Sehingga dengan adanya dorongan seperti ini, maka pengajaran-pengajaran tentang ajaran Islam dapat diwujudkan dalam kehidupan kita sebagai muslim. Sebenarnya penyusunan fadhoil amal dalam sebuah buku biasanya disatukan dengan bahasan masyailnya. Dan kita dapat temukan dalam banyak kitab (hampir kebanyakan kitab seperti itu) yang disusun para Ulama dulu dan juga Ulama sekarang. Sangat jarang buku yang ditulis hanya untuk fadhoil amal. Tedapat dua hal utama dalam fadhoil amal ini yaitu keutamaan amal dan peringatan ketika meninggalkannya. Mungkin saat ini kita kaum muslimin mengenalnya seolah-olah dari usaha dawah dan tabligh saja, karena program talimnya terutama dalam fadhoil amal. Pandangan seperti ini sangat keliru, karena ulama terdahulu juga telah menuliskannya dengan baik, seperti Kitab Targhib Wat Tarhib Imam Mundziri, Kitab Fadhoil Amal Imam Muhammad Abdul Wahid Maqdisi sekitar 600H, Kitab Ash-Shohil Musnad Min Fadhoil Shahabah. Bahkan seharusnya kita kaum muslimin, terutama para ulama dan cerdik pandai, perlu banyak menulis tentang fadhoil amal ini dengan lebih menyeluruh dan lengkap; Fadhoil Iman dan Islam, Fadhoil Sabar, Fadhoil Sholat, Fadhoil Shaum, Fadhoil Shodaqah, Fadhoil Haji, Fadhoil Hadiah, Fadhoil Berkeluarga, Fadhoil Ilmu, Fadhoil Dawah, Fadhoil Shahabat, Fadhoil Jihad, Fadhoil Dagang, Fadhoil Pemimpin, Fadhoil Doa dll. Karena saat ini manusia seluruh dunia selalu diberikan perkara-perkara dengan keutamaan, kelebihan dan keuntunga, tetapi semuanya dalam urusan dunia. Kita dapat temukan dalam berbagai brosur-brosur apakah urusan transfortasi, perbankan, kesehatan, manajemen, dll. Kami tidak perlu jelaskan secara mendetail dalam tulisan ini, tetapi kita semuanya dapat mempelajarinya dengan baik dan terbuka. Termasuk juga dengan hal yang disampaikan kenapa hanya kitab-kitab tertentu saja. Usaha dawah dan tabligh ini terfokus pada amal dan kerja, sehingga bukan pada kitab yang banyaknya. Karena amal dan suasana agama menjadi penting dalam perubahan kaum muslimin di jaman sekarang ini. Tetapi bukan berarti tidak mungkin terjadi. Ketika infirodhi, kami telah melihat seorang ustadz membawa kitab tafsir ibnu Abbas. Atau juga seperti di tempat kami, tidak hanya kitab-kitab yang khusus itu saja, banyak kitab untuk dipelajari, misalkan Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Katsir, Kanzul Umal, bahkan juga beberapa kitab dari beberapa pergerakan. Oleh karena itu ketika bermudzakarah akan terjadi proses pengukapan atau eksplorasi secara automatis terhadap sumber-sumber kitab-kitab lainnya, meskipun tidak diungkap satu persatu atau juga tidak dibuka kitabnya. Itulah yang sangat alamiah dan natural. Oleh karena itu, pengajaran ijtimaiyyah merupakan pengajaran secara generik atau umum, sehingga semua lapisan dapat terlibat dan berhubungan dengan baik. Begitupun dengan perkara yang disoroti dengan hafalan quran. Telah banyak hafidz yang dibentuk saat ini dari keluarga biasa yang telah istiqomah dengan usaha dawah dan tabligh ini. Kami sendiri mempunyai teman, ketika pertama kali terlibat dalam dawah ini. Tetapi sekarang anaknya mungkin di masa depan akan menjadi alim dan hafidz. Itulah inspirasi dan motivasi terdorong dengan baik secara alamiah dan natural. Di Bandung, kota kami, banyak ustadz telah berusaha untuk dapat mencetak hafidz, dan banyak program dilaksanakan, tetapi dari sepengtahuan kami belum ada yang dapat melahirkan hafidz. Tetapi sekarang melalui motivasi dan juga keinginan, sekarang ini telah ada pesantren hafidz dan bahkan telah melahirkan hafidz-hafidz. Padahal dulunya usaha dawah ini dianggap remeh, karena tidak mempunyai program tarbiyyah yang sistematik dan jelas. Oleh karena itu kami menghimbau kepada kaum muslimin lainnya untuk tidak memberikan pandangan yang tidak tepat dikarenakan ketidaktahuan kita sendiri terhadap usaha dawah dan tabligh yang berhubungan dengan ilmu dan pendalaman Islam. Karena prosesnya akan sangat berbeda dengan pergerakan Islam lainnya atau juga perkajian formal lainnya. Proses belajar-mengajar secara generik yang dilakukan sekarang ini oleh usaha dawah dan tabligh melalui karakteristik yang kami jelaskan di atas telah memberikan jawaban-jawaban langsung terhadap hal-hal yang pernah disinggung sebelumnya, karena semuanya memerlukan waktu. Jika kita mendalami pengajaran secara alamiah dan natural, maka jawaban juga memerlukan waktu secara alamiah dan natural. Ini sudah menjadi kaidah alam itu sendiri. Dari sepengetahun kami pribadi, para ulama yang aktif dalam usaha dawah dan tabligh ini kurang berkeinginan memberikan ulasan-ulasan yang panjang tentang hal-hal yang kurang tepat itu, karena waktu sendiri yang akan memberikan jawaban terhadap hal itu. Sehingga ahli dawah dianjurkan tetap untuk selalu menghormati dan berbaik sangka kepada siapapun, termasuk kepada kaum muslimin yang menyampaikan pandangan-pandangan yang kurang tepat itu. Misalkan tentang perkara masyail, pandangan tidak tepat ini kami dapatkan sekitar tahun 1990-an di Bandung, sekitar tahun 2004 telah berdiri pesantren hafidz dan alim yang dibangun oleh ahli dawah, dan telah menghasilkan hasilnya. Sedangkan pesantren asal-muasalnya telah ditutup sekitar tahun 1996. Siapa yang bisa sabar dengan waktu sekitar 15 tahun, karena hampir kebanyakan kita kaum muslimin sudah terbiasa ingin mendapatkan hasil yang cepat dan tidak

12

mampu bersabar dengan waktu yang panjang. Dan sekarang kaum muslimin dapat melihatnya sendiri sendiri. Bahkan teman kami menjelaskan bahwa sekarang sudah ada masjid di Hollywood, siapa yang akan menyangka bakal ada masjid di tempat yang sangat glamour di dunia ini. Perjalanan yang sering dilakukan ke berbagai masjid yang berada di berbagai tempat atau daerah kaum muslimin, sebenarnya memberikan proses pengajaran sendiri yang sangat khas. Dimana seluruh ahli dawah akan lebih dapat melakukan komunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat kaum muslimin, dan juga masyarakat sendiri dapat belajar bersama dalam lingkungan tersebut. Hal itu mewujudkan madrasah yang berjalan (mobile madrasah), dimana semua kaum muslimin dapat berlajar. Bahkan ulama dan cerdik pandai sekalipun akan mendapat pengetahuan dan pengalaman baru dari hasil inter-komunikasi di antara banyak lapisan kaum muslimin. Dan sebenarnya dari sisi pandangan dunia modern, konsep mobile merupakan trend yang tidak dapat dipungkiri lagi di jaman sekarang ini, dan kemungkinan sampai peradaban manusia ini sendiri berakhir. Ini salah satu keunikan tersendiri yang hampir banyak kurang diperhatikan oleh kaum muslimin. Tulisan kami sendiri bukan sebagai wakil dari usaha dawah dan tabligh ini, karena pengajaran usaha dan tabligh lebih menekankan pada karakteristik yang telah kami sampaikan sebelumnya. Tulisan seperti ini merupakan sebuah wacana, analisa atau juga ajakan secara infirodhi untuk lebih banyak belajar dari proses yang alami, natural dan yang mengandung interkoneksi secara sosial (social networking). Karena proses-proses ini sangat jarang diperhatikan dengan baik di kalangan kaum muslimin. Dan kita semua terhindar dari penyampaian-penyampaian yang kurang tepat, dikarenakan kurang senang atau juga tidak memahami perkara tertentu. Insya Allah, kami sampaikan dalil-dalil yang berhubungan perkara ini dalam topik-topik tematik yang sedang kami susun. Dan secara kesuluruhan penjelasannya diambil dari sumber-sumber para Ulama dahulu. Tulisan-tulisan seperti ini menjadi sebuah pendalaman bagi kami sendiri untuk mengetahui pendekatan tersebut ke dalam bidang urusan dunia, seperti bidang knowledge management (KM), community of practices (COP), human resource development dsb. Dan hal ini sebagai pendekatan kami mengambil sumber-sumber Islam masuk ke dalam pendalaman modern saat ini. Dan kami sendiri banyak belajar dari usaha dawah dan tabligh ini sendiri. Kami berlindung dari perkara yang disampaikan oleh Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, dan kami berdoa untuk kaum muslimin, terutama para penuntut ilmu, untuk terhindar dari perkara ini. Barangsiapa yang menuntut ilmu bukan karena Allah atau menghendakinya karena selain Allah, maka hendaklah ia menempati kedudukannya di dalam neraka (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah: Kitab At-Taj) Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat ulama, atau untuk mempercundangi orang-orang yang bodoh, atau untuk memalingkan muka orang-orang ke arah dirinya, maka niscaya Allah akan memasukannya ke dalam neraka (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah: Kitab At-Taj) Penutup Insya Allah, kami akan mengangkat kembali perkara lainnya dalam tulisan lain. Sehingga kita semua dapat sama-sama belajar. Dan kami akan menulis topik-topik secara tematik yang berhubungan dengan usaha dawah ini. Rencana ini merupakan keputusan infirodhi kami sendiri. Dan semuanya dijelaskan melalui penjelasan para Ulama terdahulu, apalagi sekarang Internet telah banyak memberikan sumber-sumber yang dapat didownload dengan mudah. Kami mengucapkan banyak terimakasih pada keluarga, terutama orang-tua kami yang telah membesarkan kami dan mendorong kami dalam proses pendalaman Islam, kepada istri dan anak-anak yang telah banyak mendorong kami, serta kepada guru-guru kami yang telah mengajar kami dan memberikan inspirasi dan motivasi untuk terus belajar, dan tidak ketinggalan kepada teman-teman kami yang terus memberikan dukungan. Jangan sungkan-sungkan untuk mengontak kami, nasehat itu milik kita semua. Terimakasih, Mohamad Haitan Rachman Email: haitan.rachman@gmail.com URL: http://haitan.jamrud.com Revisi: 1.1, 2 September 2007 Waktu penerapan 4M Management for Continuous Improvement January 4, 2008 by Haitan Rachman Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,4M Management merupakan kerangka proses untuk mendorong proses perbaikan atau peningkatan (improvement) yang terus-menerus berkelanjutan. Sehingga penerapan 4M Management menjadi proses yang menyatu ke dalam aktifitas kehidupan kita, apakah kita sebagai keluarga ataupun juga kita sebagai karyawan dan pimpinan sebuah perusahaan atau organisasi umumnya, termasuk juga organisasi pemerintahan di Indonesia. Kami sangat bersyukur kepada Allah swt telah melihat proses 4M ini dalam kehidupan kaum muslimin, yang kebetulan telah wujud dengan baik dalam usaha dawah dan tabligh. Semua dari kita pasti mempunyai keinginan ataupun cita-cita yang hendak dicapainya dengan baik, termasuk juga para pelajar atau mahasiswa. Cita-cita lebih merupakan keinginan jangka panjang yang sebenarnya merupakan target hendak dicapai. Misalkan seorang pelajar berkeinginan menjadi seorang programmer yang ahli atau juga seorang akuntan yang cukup berkualitas. Cita-cita ini tidak mungkin diperoleh melalui proses yang sebentar, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Atau misalkan seorang Ibu berkeinginan anaknya menjadi seorang hafidz Quran, tidak mungkin diperoleh melalui waktu yang singkat tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu cita-cita merupakan target yang hendak dicapai oleh seseorang di waktu yang akan datang. Untuk mencapai ini maka diperlukan program dan juga aktifitas yang berkelanjutan dan juga terarah. Bagaimana seorang pelajar menjadi programmer yang baik, jika hanya

13

mengandalkan pada buku ataupun hanya berangan-angan. Tetapi dia harus berlatih, dan juga mencoba hal-hal yang diperlukan untuk mendukung rencana itu. 4M Management perlu diterapkan untuk tahunan, bulanan, mingguan bahkan harian. Artinya kita perlu menerapkan 4M Management ke dalam cita-cita kita, terhadap program kita, terhadap aktifitas ke seharian kita, apakah semuanya telah saling selaras (Alignment) untuk mencapai cita-cita yang kita tetapkan. Mari kita sama-sama perhatikan dalam sebuah contoh yang sederha, misalkan seorang ibu berkeinginan anaknya menjadi seorang hafidz quran dan juga alim. Sebuah keinginan yang perlu mendapatkan dorongan dari semua pihak. 4M Jangka Panjang: M1, seorang ibu mendapatkan bahwa anaknya belum hafidz, dan ibu ini berkeinginan agar anaknya menjadi seorang hafidz dan alim. Untuk hal ini, Ibu perlu melakukan mudzakarah dengan suaminya dengan baik. M2, seorang Ibu dan suaminya melakukan mudzakarah melalui bincang-bincang kecil. Misalkan si Ibu mengajukan keinginannya terhadap anak itu menjadi seorang hafidz dan alim. Dan suaminya memberikan pandangan-pandangannya misalkan biayanya, waktunya, bahkan mungkin saja tempat belajarnya. M3, Ibu dan Bapak ini melakukan musyawarah terhadap hal-hal yang diajukan itu, dan diberikan keputusan adalah perlu dikirim ke satu madrasah Islam yang sudah ditetapkannya. M4, Ibu dan Bapaknya menyediakan waktu, biaya dan keperluannya untuk mengirimkan anaknya ke pesantren atau madrasah Islam yang ditetapkan itu. Apakah Ibu dan Bapak ini membiarkan anaknya begitu saja di madrasah itu? Jelas Ibu dan Bapak perlu melakukan kembali 4M yang lebih berjangka pendek terhadap anak itu. 4M Bulanan M1, Ibu dan Bapak ingin mendapatkan laporan dari madrasah yang bersangkutan terhadap kemajuan anaknya di pesantren itu. Setiap laporan maka dibuatlah pertimbangan bersama. M2, laporan-laporan yang disampaikan itu akan memberikan pemahaman terhadap kemajuan-kemajuan anaknya di pesantren itu. Misalkan ada sesuatu yang kurang diinginkan, maka keduanya membahasnya dengan baik. M3, pembahasan-pembahasan itu perlu dilakukan keputusan-keputusan. Dan boleh jadi keputusan-keputusan memerlukan waktu dan tenaga masing-masing, atau bahkan mungkin saja keputusan yang dibuat adalah perlu keduanya sholat tahajud untuk meminta dan memohon rahmat Allah swt untuk anaknya itu. M4, hasil keputusan bahasan itu perlu dilaksanakan dengan baik. Dan seterusnya, sehingga 4M menjadi satu proses yang menjadi kebiasaan yang baik ke dalam setiap individu kaum muslimin. Insya Allah, kita ungkap dalam hal lainnya di lain waktu. Terimakasih, Haitan Rachman Visualisasi 4M Management for Continuous Improvement January 3, 2008 by Haitan Rachman Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Kami sebelumnya telah menyampaikan proses-proses yang sebaiknya kita kaum muslimin berikan perhatian yang cukup baik, http://usahadawah.wordpress.com/2007/10/28/empat-proses-untuk-kita-semua-pelajaran-berharga-darikalangan-para-shahabat-generasi-salafush-sholeh/ Apakah proses-proses itu yang terdapat dalam tulisan itu dapat kita manfaatkan untuk kehidupan kita, misalkan dalam aktifitas belajar, aktifitas bisnis, aktifitas berkerja, aktifitas berkeluarga, atau bahkan aktifitas memimpin sebuah organisasi atau perusahaan? Kita kaum muslimin sebenarnya perlu melakukan kajian atau riset yang berkelanjutan untuk dapat memahami proses-proses itu dengan baik untuk dapat diterapkan dalam aktifitas-aktifitas itu. Keempat proses ini telah ada dalam ajaran agama kita dengan baik, bahkan para Ulama terdahulu telah banyak menjelaskan perkara-perkara dengan baik. Hanya mungkin saja proses-proses ini tidak dalam satu relasi yang saling berkaitan dalam satu visualisasi yang lebih mudah dipahami. Kami sampaikan dalam tulisan pengantar ini untuk menampilkan gambar tersebut lebih mudah, dan kerangka itu diberinama sebagai 4M Management for Continuous Improvement. Proses-proses tersebut dalam 4M Management mengarahkan kita untuk selalu melakukan perbaikan-perbaikan (improvement) yang berkelanjutan, sehingga kita akan selalu mengikuti apa yang sering kita dengar sebagai seorang muslim yaitu kita rugi, jika hari ini sama dengan hari kemarin; kita celaka, jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin; dan kita beruntung, jika hari ini lebih baik dari hari kemarin. Apakah 4M Management dapat diterapkan dalam lingkungan kaum muslimin, termasuk dalam aktifitas-aktifitas keislaman atau organisasi ummat Islam? Kita dapat mencobakannya dengan baik, dan proses-proses ini sebenarnya perlu dilakukan eksplorasi yang lebih mendalam, termasuk juga terhadap adab-adab atau ajaran-ajaran Islam yang telah banyak dijelaskan oleh para Ulama dulu. Misalkan saja, jika kita pelajari cara menyampaikan pandangan ketika bermudzakarah, maka sebaiknya kita mendengarkan pandangan teman kita yang sedang berbicara atau tidak diperkenankan memotongnya apalagi meremehkannya. Dan hal ini jelas dari akhlaq Islam, dan cukup banyak dalil dan juga sumber untuk hal ini. Oleh karena itu, selamat untuk mempelajari 4M Management for Continuous Improvement dan juga dapat meningkatkan pendalamannya serta dapat menerapkannya dengan baik. Terimakasih, Haitan Rachman

14

Kenapa Kita Perlu Bersemangat dalam Amal Maqomi Masjid Sendiri? (1) January 4, 2008 by Haitan Rachman Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Amal maqomi masjid sendiri merupakan kerja harian untuk kita semua kaum muslimin. Hanya mungkin saja istilah ini masih dikenal dalam lingkungan ahli dawah dan tabligh, kaum muslimin masih belum banyak mengetahuinya dengan baik. Ahli dawah membagi amal maqomi masjid ke dalam lima kerja atau aktifitas utama yaitu: (1) Dua talim fadhoil harian, di masjid dan di rumah, (2) Dua jaulah (berkeliling silaturahmi), di masjid sendiri dan di masjid tetangga, (3) Musyawarah harian, (4) 2.5 jam khususi, berkunjung di lingkungan masjid sendiri kepada masyarakat kaum muslimin, dan (5) 3 hari khuruj ke masjid yang lebih jauh dari masjid kita, bagi pelajar 1 hari. Kerja maqomi akan terus meningkat dari waktu-ke-waktu, mungkin saja tahapan seperti kita adalah tingkatan TADIKA, sehingga kita kurang serius terhadap kerja seperti ini. Kami sendiri sekarang ini lebih banyak di luar, karena urusan pekerjaan. Sehingga amal maqomi lebih banyak bolongnya, tetapi niyat terus dibangun dan kalau ada kesempatan kita bangun dawah ke dalam lingkungan pekerjaan kita. Kami masih ingat sebuah pertanyaan ahli dawah pada seorang ulama perihal maqomi, karena ahli dawah ini adalah seorang dokter yang cukup sibuk dalam pekerjaannya. Dan jelas, kerja maqominya akan sulit dilakukan, terutama kerja 2.5 jamnya. Dan jawabannya cukup hikmah dari ulama ini, beliau menjelaskan siapa yang sering membagikan obat ke pasien yang sakit di rumah sakit. Dokter ini menjawab bahwa yang membagikan obat ke pasien adalah perawat. Dan ulama ini menasehati bagaimana kalau sdr. sendiri yang bertemu pasien, sehingga dawahpun dapat dilakukan juga. Dokter ini selanjutnya melaksanakannya, dan sebelum pasien makan obat selalu diajarkan untuk membaca basmalallah, atau bahkan didorong untuk sholat. Dan Alhamdulillah, berkat pikir seorang ahli dawah itu seorang doter ini telah banyak lagi orang yang mengenal agama. Allah swt yang memberikan hidayah, dan kita hanya kerja untuk hidayah. Kami yang menulis ini juga perlu terus mengingatkan diri kami dengan jalan mengulang-ulang hal itu, agar kami sendiri teringat akan kerja maqomi masjid sendiri yang sangat fundamental untuk kaum muslimin pahami dengan baik, termasuk pada keluarga kami dan juga teman-teman kami yang cukup sibuk dengan kegiatannya. Dalam tulisan ini, kami akan ungkap hal-hal perlu mendapatkan perhatian bagi kami dan juga yang lainnya, agar kita tidak tersilap atau bahkan menjadi perbincangan berkepanjangan dengan kaum muslimin yang berlum memahami, sehingga akhirnya diri kita sendiri jauh dari perkara amal maqomi sendiri. Tulisan ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan umum untuk MENGGUGAH terhadap kita semua, termasuk kami sendiri: Kenapa kita perlu amal maqomi ini? Kenapa kita perlu talim fadhoil? Kenapa kita perlu jaulah atau keliling silaturahmi di sekitar masjid kita? Kenapa kita perlu jalankan 2.5 jam khususi? Kenapa kita perlu musyawarah harian? Kenapa kita perlu keluarkan rombongan Khuruj 3 hari dari masjid sendiri? Kenapa kita perlu amal maqomi ini?Coba perhatikan dengan baik perihal program kerja di atas, dan coba kita juga pelajari arti kita BERADA dalam lingkungan kita sendiri. Serta renungi beberapa ayat ataupun hadits berkaitan dengan amalan-amalan yang berhubungan antara Ummat yang banyak diajarkan oleh guru-guru kita, apakah di masjid kita sendiri ataupun mungkin kita datang kepada guru ngaji kita. Misalkan saja, jika kita bersin maka kita dianjurkan untuk mengucapkan hamdallah, dan yang mendengarnya wajib menjawabnya dengan yarhamukallah. Atau juga kita sangat ditekankan untuk menyampaikan salam kepada kaum muslimin, yang kita kenal atau tidak kenal, sebagai tanda ciri-ciri kebaikan seorang muslim, sesuai anjuran Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Atau juga perihal jika ada kematian di sekitar kita, atau yang sedang sakit. Termasuk juga kita sholat berjamaah di masjid kita sendiri. Dan masih banyak lagi. Semua perkara-perkara itu sebenarnya HARUS menyatu ke dalam diri kita kaum muslimin, tidak kecuali siapapun orangnya. Apakah itu seorang Ulama? Apakah itu seorang dokter? Apakah itu seorang pelajar? Apakah itu seorang pedagang kaki lima? Dll. TETAPI kenapa hal itu SEKARANG ini tidak wujud di tengah-tengah kita kaum muslimin, PADAHAL kita sendiri mengetahui ajaran-ajaran itu sebenarnya telah banyak diajarkan kepada Ummat ini. Dan bahkan kita sendiri kurang banyak memperhatikan dengan baik. Bahkan ibadah yang banyak memberikan pengaruh terhadap diri sendiri dan juga masyarakat, misalkan dzikir ataupun sholat. Hari ini telah hilang pengaruh hakekatnya, misalkan sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, ternyata pengaruh ini sudah mulai berkurang ataupun juga kurang memberikan kesan. Iman sebagai daya dorong amal seseorang, telah menjadi lemah dalam diri kaum muslimin. Bukan berarti kaum muslimin tidak percaya dengan adanya ajaran Sholat, ataupun azab kubur. Tetapi pengaruh atau kesan pelajaran itu sudah berkurangan. Iman dan amal sholeh ini perlu disuburkan dengan baik di sekitar kita, sehingga kita dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar kita sendiri. INDIVIDUALISME telah menjadi penyakit yang menahun pada diri kita sendiri. Inilah penyakit yang telah menyebabkan BENCANA pertama kali terjadi di muka bumi. Kisah Qabil dan Habil, yang mana keduanya adalah anak dari Nabi Adam As, telah menunjukan satu penyakit yang akan terus menghantui ummat manusia dari zaman-ke-zaman. Penyakit ini yang hampir menjadikan Kaum Muslimin Aus dan Khajraz berperang, meskipun masih ada Nabi Muhammad SAW dan juga ayat Al-quran turun. Semuanya dicatat dengan baik dalam Al-quran, dan para Ulama telah memberikan penjelasannya dengan baik.

15

BENAR bahwa kita berat menjalankan kerja maqomi ini, karena semua masyarakat di sekitar kita mengetahui siapa kita. Kamipun berat untuk menjalankan ini, meskipun sudah cukup lama kenal usaha dawah ini. Disinilah awalnya kehidupan agama itu akan masuk ke dalam diri kita, kita akan berusaha mengamalkan atau berusaha mengikuti seluruh hikmah-hikmah yang diajarkan oleh Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Kita akan belajar senyum kalau bertemu tetangga kita; kita akan belajar menghormati pada yang tua; kita akan belajar menyayangi pada yang muda; kita akan belajar mendahulukan kepentingan orang lain; kita akan belajar bagaimana menghormati seorang ustadz atau alim; dsb. Belajar-belajar ini semua bukan lagi di atas buku, tetapi menjadi sebuah kenyataan yang memang nyata. Sehingga semangat beramal akan menjadi dorongan terhadap diri kita sendiri. Dan tidak heran jika hal ini juga akhirnya menjadikan iman kita mendapatkan tingkatan, sehingga amal mudah dijalankan. Itulah Hakekat, bukan lagi gambaran terhadap Islam itu sendiri. Mungkin kita berat, karena malu, karena takut, karena kurang percaya diri, dsb. Malu, Takut, kurang percaya diri dll it akan muncul di depan kita sendiri, dan jika kita usahakan melalui kerja maqomi dengan adab dan akhlaq yang memang mesti dilakukan oleh kita sendiri, maka penyakit INDIVIDUALISME dan juga perasaan-perasaan itu juga akan hilang dengan izin Allah swt dan kita dan masyarakat akan sama-samam membangun suasana itu sendiri. Sehingga kita sendiri akan senang dan mudah melakukan amal-amal baik lainnya. Saling membantu, saling menyalami, saling bertegu sapa, saling mengingatkan, akan mudah terwujud. Dan yang masuk ke dalam diri kita dan juga masyarakat kita adalah suasana inter-aksi dan inter-komunikasi yang berlandaskan pada adab dan akhlaq Islam, sehingga amal-amal Islam menjadi wujud dalam kehidupan masyarakat kita di sekitar masjid kita sendiri, dan terus memberikan suasana ke lingkungan yang lainnya. Oleh karena itu, kerja maqomi perlu disebarkan melalui jaulah ke dua dan bahkan 3 hari dari masjid kita sendiri, agar kita mempunyai benteng beradius cukup luas terhadap hal-hal negatif yang akan datang lagi kepada lingkungan kita. Kerja ini memerlukan TERTIB, karena kerja ini merupakan inter-aksi dan inter-komunikasi harian, maka musyawarahnyapun ada yang harian pula, sehingga kerja ini dapat dikendalikan dengan baik, dan juga dapat mendengarkan adab dan akhlaq Nabi ketika menjalankan hubungan dengan masyarakat umumnya. Sehingga kita sendiri akhirnya terjaga dari perkara-perkara yang kurang diharapkan. Itulah pentingnya musyawarah harian kita lakukan. Nanti kami lanjut lagi dalam hal . Intelejen Perancis: 50 Ribu Orang Memeluk Islam di Perancis Katagori : Dunia Islam Oleh : Redaksi 08 Oct 2003 - 3:48 pm Laporan intelejen Perancis menyebutkan sejumlah pemeluk Islam baru di Perancis saat ini mencapai jumlah 50 ribu orang, terhitung sejak 50 tahun terakhir. Disebutkan pula bahwa kebanyakan mereka memeluk Islam atas upaya Jamaah Dawah wa Tabligh yang berbasis di Pakistan dan memusatkan banyak kegiatannya di ibukota Perancis Paris. Dalam laporan intelejen yang disebarkan oleh harian Le Figaro, (7/10), disebutkan, Fenomena pemeluk Islam menjadi perhatian di Paris dan mengundang perhatian lebih serius. Gerakan pemelukan Islam banyak terjadi di sektor Aison, sebuah lokasi di Selatan Paris. Di tempat itu saja disebutkan ada sekitar 1000 hingga 2000 orang Perancis yang memeluk Islam di antara total penduduk 50 ribu orang Perancis yang tinggal di sana. Secara umum jumlah Muslim di Perancis berjumlah 6 juta orang. Menurut laporan Islamic Center Eifrey, wilayah di Aison, hampir setiap pekan ada dua sampai tiga orang yang masuk Islam. Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa kebanyakan orang Prancis yang memeluk Islam umumnya adalah orang-orang yang tidak memiliki keyakinan agama sebelumnya, lalu mereka mendapatkan Islam yang mengisi kekosongan rohani mereka. Di samping itu ada juga yang sebelumnya memiliki kaitan dengan peradaban kristen tapi kemudian mereka memeluk Islam. Jamaah Dakwah wat Tabligh yang berbasis di Pakistan disebutkan cukup banyak berperan besar menjadikan para pemuda perancis masuk Islam. Dijelaskan bahwa di Aison misalnya, ada sekitar 400 orang anggota Jamaah Tabligh dan simpatisannya di sana. Merekalah yang menyerukan berbagai siaraman ruhani sehingga diterima oleh para pemuda kampung. Menurut informasi itu lagi, upaya jamaah tabligh dalam dua tahun terakhir mendapat persaingan dari arus salafi jihadi yang juga merekrut perhatian para pemuda disana. Tapi intelejen Perancis memandang arus pemikiran itu merupakan ancaman bahaya. Khususnya, setelah ada informasi di antara tertuduh dalam peledakan Darul Baidha pada 16 Mei 2003, salah satunya warga Perancis bernama Peir Robar, dan ia dihukum penjara seumur hidup. Le Figaro, melakukan wawancara dengan seorang Perancis yang masuk Islam dan ia mengganti namanya dari Olivie menjadi Izzuddin, sejak sepuluh tahun silam. Ia menceritakan bahwa dirinya bertemu dengan sejumlah kaum muslimin ketika ia masih memeluk Kristen. Menurutnya Kristen agama yang tidak toleran dan tidak menerima dialog. Saya mempelajari sholat dan sejarah Islam. Dan sejak saya masuk Islam hubungan dengan kedua orang tua yang memeluk Kristen tetap baik, ujarnya. (na/iol/eramuslim) Kaum Salafi Wahabi Memberikan Pandangan Analisa Kritis dan Kami menjadi Terdorong Ilmiyyah December 1, 2007 by Haitan Rachman Kepada Kaum Muslimin, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Beberapa tulisan kami berikan PANDANGAN BERIMBANG terhadap pandangan-pandangan analisa kritis dari Kaum Salafi Wahabi yang berhubungan dengan Usaha Dawah dan Tabligh. Kami persilahkan kepada kaum muslimin untuk menilainya dengan baik, apakah KAMI yang KELIRU atau KAUM SALAFI WAHABI yang KELIRU dalam menilai sesuatu itu.

16

Kami akan menggali ILMIYYAH yang diminta Kaum Salafi Wahabi terhadap Usaha dawah dan tabligh (orang mengenalnya sebagai jamaah tabligh), dimana terdapat sumber-sumber yang jelas dalam Al-Quran dan juga AsSunnahnya, serta pandangan dari para ulama terdahulu. Sebelum ada Kaum Salafi Wahabi, kami telah diminta oleh pergerakan Islam yang lebih berafiliasi pada Ikhwanul Muslimin (IM), untuk ada TARBIYYAH YANG SISTEMATIK dan BERKELANJUTAN, karena usaha dawah ini tidak memperlihatkan hal itu. TETAPI saat itu tidak perlu dikaji lebih dalam perkara pandangan ILMIYYAHnya, karena TIDAK NAMPAK itu, BUKAN BERARTI TIDAK ADA. Dengan adanya Kaum Salafi Wahabi yang lebih agresif memberikan pandangan terhadap usaha dawah dan tabligh ini, maka kami menjadi TERDORONG untuk lebih menggali usaha dawah dan tabligh ini secara ILMIYYAH. Kami sering jelaskan kepada teman-teman lama kami bahwa kerja dawah dan tabligh merupakan ANALISA dan SINTESA berdasarkan sumber-sumber yang cukup kuat dan juga ELEMEN-ELEMEN INFORMASInya dapat saling dapat disambungkan menjadi lebih KONSISTEN. Dan usaha dawah dan tabligh dalam ANALISA dan SINTESA yang dilakukan memperlihatkan KONSISTENSI ELEMEN-ELEMEN RELASI ITU. Sedangkan mimpi seorang Ulama sebagai gambaran KONKLUSI terhadap ELEMEN-ELEMEN UTAMA itu. Untuk lebih mengetahui perkara MIMPI Ini silahkan membaca kembali tulisan sebelumnya. Sehingga dengan adanya Kaum Salafi Wahabi memberikan pandangannya, dengan senang hati kami menemani untuk mengarungi LAUTAN ILMIYYAH, seperti mana Kaum Salafi Wahabi selalu mendengungkan perlunya ILMIYYAH dengan sumber yang jelas dan Shohih. Kami juga akan sebagiannya menggunakan SUMBER-SUMBER yang telah dilakukan kajian oleh KAUM SALAFI WAHABI sendiri. Dan kita jangan terlalu terbiasa melakukan COPY-PASTE untuk PANDANGAN TERTENTU kepada kaum muslimin. Karena JIKA PANDANGAN ITU KELIRU dan TIDAK TEPAT, maka sama halnya dengan menyampaikan dan menyebarkanny. Dan akhirnya PENULISnya harus bertanggung jawab dan menanggung terhadap orang-orang yang melakukan penyebaran itu. TETAPI jika pandangan itu benar dan akurat, maka penulisnya akan mendapatkan PAHALA yang banyak untuk hal itu. Kita semua, termasuk Kaum Salafi Wahabi, telah memahami tentang hal ini dengan baik. Oleh karena itu, ketika kami mendapatkan KABAR atau INFORMASI bahwa SYEIKH AL-BANNI menyampaikan minta maafnya kepada usaha dawah dan tabligh melalui murid-muridnya di YORDANIA sebelum beliau meninggal dunia. Kami sempat tanyakan kepada Kaum Salafi Wahabi melalui blognya tentang hal ini dan dalam satu mailing list. TIDAK ADA TANGGAPAN tentang hal ini. Jika menggunakan kaidah, JIKA DIAM itu, maka BENAR ADAnya. Silahkan teman-teman salafi mencari tahu tentang hal itu, jangan lupa di kalangan Kaum Salafi Wahabi ini terdapat dua pandangan terhadap usaha dawah dan tabligh ini. Dan mungkin Blog ini juga dapat dijadikan sebagai KLARIFIKASI juga terhadap Kaum Salafi Wahabi tentang hal itu. SEKALI LAGI kami tidak terlalu terpengaruh dengan hal ini atau juga dengan adanya pandangan mendukung terhadap usaha dawah dan tabligh dari sebagian ulama salafi. Karena yang terpenting sejauh mana kita kaum muslimin, termasuk Kaum Salafi Wahabi, untuk sama-sama menimba segalanya dengan ILMIYYAH dan TIDAK TERGESAGESA dalam menyampaikan pandangannya, dan dapat meningkatkan IKROMUL MUSLIMIN. Agar kita kaum muslimin tidak MUDAH dikalahkan oleh orang-orang yang tidak senang dengan pertumbuhan Ummat Islam. Terimakasih, Haitan Rachman http://haitanrachman.wordpress.com One Response to Kaum Salafi Wahabi Memberikan Pandangan Analisa Kritis dan Kami menjadi Terdorong Ilmiyyah on December 3, 2007 at 2:45 pm1 zarzh Assalammualaikum, semoga Allah merahmati kalian diatas usaha mulia kalian. Alhamdullillah, tertib yang kita pelajari semasa keluar adalah pertama-tamanya membaiki diri kita sendiri, dan seterusnya mengajak diri, keluarga dan insan sekelian bersama-sama mencari keredhaan Allah. Atas kerana fikir, risau serta pengorbanan Maulana Ilyas rah., Allah telah mengambil usaha Maulana Ilyas rah untuk menghidupkan kembali, sebagaimana usaha Rasulullah keatas para sahaba/sahabi dan dari itu juga, Allah telah menjadikan asbab hidayat kepada berpuluh-ribu juta insan diseluruh dunia (termasuk diri saya yang dhaif ini). Allahlah yang menilai usaha kita, memperbaiki diri kita, memberi ganjaran keatas kita serta melindungi usaha ini. Sekiranya seluruh mahluk berkumpul untuk merosakkan usaha ini, tiadalah mereka berkemampuan sebagaimana juga sekiranya seluruh mahluk berkumpul untuk memberi kebaikan kepada kita, tiadalah berupaya sekiranya tiada keizinan dari Allah. Semoga Allah menyatukan hati-hati setiap Islam agar bersatu berusaha keatas agama. Sdr. zarzh, Waalaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh, Mudah-mudahan kita dapat belajar terus dengan usaha dawah ini, dan Maulana Ilyas Rah sangat menekankan kepada kaum muslimin untuk banyak membicarakan dan menyampaikan kisah-kisah Nabi Muhammad SAW dan para Shahabat RA. Oleh karena itu, banyak-banyaklah kita belajar lagi dan lagi, sampai tidak ada lagi. Terimakasih,

17

18

Anda mungkin juga menyukai