Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Hortikultura 2012

A. Pendahuluan Cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagian lainnya untuk ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya (Kementrian Pertanian, 2008). Konsumsi rata-rata cabai merah baik untuk rumah tangga dan industri senantiasa mengalami kenaikan. Konsumsi rata-rata cabai untuk rumah tangga di Jawa adalah 5.937 gram/kapita/hari. Pemakaian untuk masyarakat perkotaan sedikit lebih rendah dibanding dengan pedesaan. Jenis cabai yang sering dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan adalah cabai merah, cabai rawit dan cabai hijau. Kebutuhan akan cabai merah diduga masih dapat ditingkatkan dengan pesat sejalan dengan kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk sebagaimana terlihat dari tren permintaan yang cenderung meningkat yaitu pada tahun 1988 sebesar 4,45 kg/kapita menjadi sebesar 2,88 kg/kapita pada tahun 1990 dan pada tahun 1992 meningkat kembali menjadi 3,16 kg/kapita. Permintaan cabai merah besar untuk kebutuhan industri dari tahun ke tahun senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 1990 permintaan cabai merah sebanyak 2.221 kg. Pada tahun 1993 permintaannya mengalami kenaikan menjadi 3.419 kg (Bank Indonesia, 2000). Lebih lanjut Bank Indonesia (2000) menyebutkan bahwa volume ekspor cabai segar pada tahun 1986 sekitar 2.197 kg dengan nilai US $ 1.098 dan pada tahun 1986 meningkat hingga mencapai 135.368 kg ata setara dengan US $ 117.714. Volume ekspor tertinggi tercatat terjadi pada tahun 1992 sebesar 623.878 kg. Ekspor cabai kering pada tahun 1996 adalah 35.174 kg dengan nilai US $ 12.117 dan meningkat dengan nilai lebih besar dari cabai segar yakni mencapai 485.480 kg per September 1996 dengan nilai US $ 2.145.235. Hal ini menunjukkan produsen cabai merah dalam negeri (petani) dari tahun ke tahun semakin meningkatkan kapasistas produksinya selain pula menunjukkan bahwa pasar internasional untuk cabai merah besar segar maupun berbentuk olahan kering adalah sangat menjanjikan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi akan cabai merah yang lebih kompetitif diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomis, mutu maupun produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui intensifikasi budidaya tanaman cabai. Upaya 1

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


tersebut dapat ditempuh melalui penerapan teknologi pemupukan yang tepat dan berimbang antara pupuk organic dan anorganik. Dengan demikian tanaman cabai merah yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menghasilkan buah cabai merah besar sesuai dengan potensi produksinya. B. Telaah Pustaka Secara botanis, tanaman cabai merah besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Soetijo Pitojo, 2003): Kerajaan Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiosparmae : Dicotyledoneae : Sympetalae : Tubiflorae (Solanales) : Solanaceae : Capsicum : Capsicum annum L Morfologi Capsicum annum L (Soetijo Pitojo, 2003) dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Akar Perakaran tanaman cabai cukup kuat, terdiri atas akar tunggang, akar cabang dan akar serabut. Jika tanaman tumbuh menahun, panjang akar dapat mencapai satu meter ke dalam tanah. Oleh karena itu, budidaya cabai untuk pembenihan perlu disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah sebagai tempat tumbuh perakaran tanaman. b. Daun Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada dua daun yang berbentuk oval atau lonjong. Warna daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang dauan cabai antara 3 sampai 11 cm dengan lebar antara 1 sampai 5 cm. c. Batang 2

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu kemudian membentuk banyak percabangan. Jenis cabai merah besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang sampai batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah) akan muncul warna coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan. d. Bunga Tanaman cabai besar memiliki bunga sempurna. Bunga muncul dari ketiak tangkai daun, berkedudukan menggantung atau berdiri dan merupakan bunga tunggal. Bunga memiliki lima kelopak bunga yang

saling berdekatan. Mahkota bunga berbentuk seperti bintang, corong atau terompet, bersudut 5 sampai 6, berwarna putih dan berdiameter 8 mm sampai 15 mm. Jumlah benang sari berjumlah 5 sampai 6 buah dengan kepala benang sari berwarna kebiruan dan berbentuk memanjang. Kepala putik berwarna hijau. Bakal buah beruang dua atau lebih. e. Buah dan Biji Buah cabai besar adalah cabai buni, memiliki tiga ruang, berukuran panjang atau pendek dengan variasi ukuran antara 1 cm sampai 30 cm, berbentuk bulat atau kerucut. Pada saat masih muda buah berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah, kuning atau oranye, tergantung varietasnya.Biji cabai berukuran kecil antara 3 mm sampai 5 mm, berwarna kuning serta berbentuk bulat, pipih dan ada bagian yang sedikit runcing.

Cabai merah dapat tumbuh atau dibudidayakan di dataran rendah maupun rendah, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 meter dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang berstruktur remah atau gembur, subur banyak mengandung bahan organik dengan pH antara 6-7. Tanaman cabai yang dibudidayakan akan lebih baik jika ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan pada saat musim hujan (BPPT, 2008). Unsur hara masuk ke dalam tanaman melalui dua cara, yaitu melalui akar dan daun. Akar mengambil unsur hara dari dalam tanah, tetapi daun mengambil unsur 3

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


hara dari udara bebas.Unsur hara yang akan di serap oleh akar tanaman dapat ditentukan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara didaerah permukaan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya unsur hara didalam tanah yaitu suplai padat, air dan pH tanah.Sebelum tanaman dapat mengabsorbsi unsur hara, maka unsur hara tersebut harus terdapat pada permukaan akar. Bergeraknya unsur hara kepermukaan terjadi melalui beberapa cara yaitu aliran massa (masa flow), difusi dan intersepsi. Mekanisme penyerapan unsur hara melalui daun unsur hara yang diserap oleh daun pada umumnya berupa zat perangsang tumbuh yang diberikan melalui penyemprotan keseluruh bagian tubuh tanaman. Pemberian zat perangsang tumbuh akan melalui floem dan dikirim ke meristem melalui pembuluh xylem. Pada siang hari yang terlalu terik atau angin terlalu kencang, maka penguapaan akan banyak sekali dan air akan berkurang, sehingga tekanan turgor berkurang secara otomatis dan stomata akan tertutup. Bila tanaman disemprot dengan air maka stomata membuka dan menyerap cairan yang hilang akibat penguapan. Seandainya yang disemprot larutan pupuk yang mengandung jenis hara, maka tanaman bukan hanya menyerap air tetapi sekaligus menyerap zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman bagi pertumbuhannya (Dartius, 2006).

Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen , fosfor, dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan boron merupakan unsure-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien). Fungsi nitrogen pada tanaman adalah untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, dan merangsang pertunasan, Memperbaiki kualitas, terutama kandungan proteinnya, Menyediakan bahan makanan bagi mikroba (jasad renik). Nitrogen diserap dalam tanah berbentuk ion nitrat atau ammonium. Kemudian, didalam tumbuhan bereaksi dengan karbon membentuk asam amino, selanjutnya berubah menjadi protein. Nitrogen termasuk unsure yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman karena 16-18% protein terdiri dari nitrogen. Pupuk yang paling banyak mengandung unsure nitrogen adalah pupuk urea (Lingga, 1995). Unsur fosfor diperlukan diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsure nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4, dan AlPO4. Fosforus (P) bagi tanaman berperan dalam proses respirasi dan fotosintesis, penyusunan asam nukleat, pembentukan bibit tanaman dan penghasil 4

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


buah, perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, dan mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu panen (Lingga, 1995). Unsur hara makro lain yang diperlukan oleh tanaman adalah unsur kalium. Unsur ini berperan dalam proses metabolisme unsur hara nitrogen, mempengaruhi susunan karbohidrat dan mengedarkannya di dalam tanaman serta mencegah bunga dan buah agar tidak cepat gugur (Agustina, 1990). Unsur hara tersebut dapat diaplikasikan secara bersamaan melalui teknologi pupuk NPK. Pupuk NPK memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah Higroskopis, mudah larut dalam air, larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman, sesuai untuk berbagai jenis tanaman, meningkatkan produksi dan kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan menjadikan tanaman lebih hijau dan segar karena banyak mengandung butir hijau daun, memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik, memacu pembentukan bunga, mempercepat panen dan menambah kandungan protein, menjadikan batang lebih tegak, kuat dan dapat mengurangi risiko rebah, memperbesar ukuran buah, umbi dan biji-bijian, meningkatkan ketahanan hasil selama pengangkutan dan penyimpanan serta memperlancar proses pembentukan gula dan pati. C. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan pada tanaman merupakan faktor yang fundamental dari keseluruhan hidupnya. Pertumbuhan pada tanaman didefinisikan sebagai suatu

penginaktan dalam berat kering protoplasma yang irreversible. Pertumbuhan pada tanaman sering dikatakan sebagai pertumbuhan tak terbatas karena selama hidupnya berlangsung maka akan terus menabah tingginya, akan tetapi organ-organ tertentu seperti daun dan bunga tumbuh secara terbatas. Dari tingkat seluler, proses pertumbuhan ini melewati tiga tahapan yaitu pembelahan sel, ekpansi sel, differensiasi dan spesialisasi sel. Pola pertumbuhan tanaman tergantung pada letak meristem. Meristem apikal berada pada ujung akar dan pada pucuk tunas menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. Pemanjangan ini disebut pertumbuhan primer, memungkinkan akar membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk meningkatkan pemaparannya terhadap cahaya matahari dan karbon dioksida. Pertumbuhan primer menghasilkan apa yang disebut tubuh primer tumbuhan 5

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


yang terdiri dari tiga sistem jaringan yaitu jaringan dermal, jaringan pembuluh dan jaringan dasar. Tanaman cabai merupakan kelompok tanaman herba sehingga hanya melakukan pertumbuhan primer saja. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh genetik tanaman, keadaan internal dan eksternalnya. Setiap jenis tumbuhan membawa gen untuk sifat-sifat tertentu seperti berbatang tinggi atau berbatang rendah. Tanaman yang mengandung gen yang baik dan didukung lingkungan yang sesuai akan memperlihatkan pertumbuhan yang baik pula. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah hormon. Hormon tumbuhan biasa dikenal sebagai fitohormon.

Fitohormon yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, asan absisat, kalin, asam traumalin, Faktor luar yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman adalah kecukupan nutrisi, air, cahaya, suhu, dan kelembapan. Pertanian dalam arti luas dapat diartikan sebagai upaya manusia dalam membudidayakan tanaman dan atau ternak dengan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi dengan bantuan cahaya matahari sehingga menghasilkan produk yang maksimal dan optimal untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan atau kebutuhan pasar. Pertanian dalam arti khusus adalah bahwa hanya menyangkut sektor pertanian rakyat atau pembudidayaan tanaman pangan. Menyadari hal- hal tersebut di atas maka dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian maka pemerintah Indonesia sejak era 50-an menerapkan revolusi hijau yang pada dasarnya merupakan program penerapan teknologi dalam kegiatan budidaya pertanian. Penerapan revolusi hijau di satu sisi memang mampu meningkatkan produktivitas pertanian namun di sisi lain penerapan revolusi berdampak besar terhadap degradasi lingkungan khususnya agroekosistem. Hal ini diakibatkan oleh kesalahpahaman petani dalam mengaplikasikan bahan-bahan kimia berbahaya seperti pupuk anorganik dan pestisida. Dewasa ini penggunaan pupuk anorganik begitu marak dilakukan oleh petani. Padahal penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dengan takaran tinggi memiliki dampak yaitu zat yang terkandung alam tanah menjadi diikat oleh molekulmolekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tak dapat dilakukan lagi. Akibatnya ketahnan tanah atau daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang hingga nantinya tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara 6

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


terus menerus menjadikan resistensi hama akan suatu pestisida meningkat. Masalah lain adalah penggunaan urea bisanya sangat boros. Selama pemupukan nitrogen dengan urea tidak perah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar hanya sekitar 40 sampai 60 persen saja. Jumlah yang hilang mencapai 50% yang disebabkan oleh penguapan, pencucian serta terbawa air larian hujan (run-off). Efek lain penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi

mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanaman (Erianto Simalango, 2009) dalam Resti Larasati (2011). Sementara itu penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah sesuai dengan pernyataan Heru Primantoro (2007) dalam Resti Larasati (2011) bahwa pupuk organik adalah pupuk lengkap, artinya mengandung unsure hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang sedikit. Walaupun demikian pupuk organik lebih unggul dari pupuk anorganik karena pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah serta menjadi sumber makanan bagi tanaman. Selain itu pupuk organik memiliki beberapa fungsi bagi tanah, diantaranya untuk mempertahankan jumlah udara yang terkandung di dalam tanah (aerasi). Oleh karena itu tanah yang berbahan organik tinggi tidak mudah mengalami pemadatan dan pengerasan. Kondisi seperti ini menguntungkan tanaman, karena oksigen yang berada dalam tanah lebih tersedia dan baik untuk perkembangan akar. Di samping itu, bahan organik juga membantu proses penyerapan air dan sinar matahari bagi tanah sehingga menjadi lebih subur. Dengan demikian maka dilakukan percobaan budidaya tanaman cabai dalam pot (polibag) untuk mengetahui pengaruh pengurangan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan tanaman dilihat dari jumlah daun dan tinggi tanaman. Dalam laporan ini fokus analisis ditujukan kepada penggunaan pupuk anorganik pada dosis 8 gram per tanaman. D. Metode dan Hasil Pengamatan i. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi di Jalan Siliwangi No.24 Kota Tasikmalaya. Berlangsung mulai tanggal 10 Mei sampai 7 Juni 2012.

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


ii. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah benih tanaman cabai merah, pupuk organik, pupuk NPK, polibag, pestisida dan air. Alat-alat yang dipakai selama percobaan ini adalah cangkul, polibag, alat tulis, penggaris/meteran serta gembor.

iii.

Metode Percobaan Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial yang terdiri dari tiga taraf perlakuan. Perlakuan terhadap pupuk NPK terdiri dari : 1. N0: 6 gram Pupuk NPK 2. N1: 8 gram Pupuk NPK 3. N2: 10 gram Pupuk NPK Jumlah Ulangan : 4 ulangan tanaman Akan tetapi peneliti hanya akan menganalisis pertumbuhan tanaman pada perlakuan pupuk 8 gram serta ulangan yang ke I.

iv.

Pelaksanaan Percobaan a. Penyiapan Media Tanam Percobaan dilakukan dirumah kasa. Terlebih dahulu dibersihkan rumah kasa dari gulma-gulma yang ada. Kemudian ambil polibag ukuran 5 kg, dan diisi dengan tanah sebanyak 2 polibag. Lalu polibag tersebut disusun di rumah kasa dengan bentuk 1 ulangan. Media tanam terdiri dari campuran tanah dan pupuk organic dengan perbandingan 1:1. b. Persemaian Penyemaian dilakukan dipolibag kecil, yaitu dengan cara menam benih cabai kedalam polibag kecil yang sudah diisi dengan tanah sebanyak satu benih tiap polibag. c. Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara mengambil bibit cabai dari lahan penyemaian. Bibit yang dipakai adalah bibit yang memiliki 2-3 helai daun, batangnya kuat serta bebas daru hama dan penyakit. Kemudian bibit tersebut ditanam ke polibag yang sudah tersedia. Bibit cabai diusahakan

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


berdiri tegak, dan waktu penanaman bibit tomat tidak terkena banyak getaran. d. Pemeliharaan Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi atau sore hari. Jika hujan turun, maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiangan Penyiangan dilakukan ketika ada gulma tumbuh di dalam polibag ataupun di dalam rumah kasa. Penyiangan dilakukan dengan sistim manual, yaitu dengan mencabut gulma yang ada. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang layu ataupun mati sehingga jumlah tanaman yang dibudidayakan tidak berkurang. Pemupukan Pupuk diaplikasikan sesuai dengan dosis perlakuan pada percobaan dengan cara menabur di sekitar tanaman kemudian menutupnya dengan tanah. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan ketika tanaman menunjukkan ciri-ciri terkena serangan hama dan penyakit, yaitu dengan cara menyemprotkan insektisida ataupun fungisida pada tanaman tersebut. v. Parameter Pengamatan Kondisi Umum Pertumbuhan Tanaman Parameter ini merupakan parameter penunjang yang dirasa bermanfaat untuk analisis. Kondisi umum ini menggambarkan gejala serangan hama, kondisi lahan serta faktor lingkungan lainnya. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan sejak umur satu minggu setelah tanam sampai umur tiga minggu setelah tanam dengan interval satu minggu. 9

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


Jumlah Daun Jumlah daun diukur dengan cara menghitung jumlah keseluruhan daun dari tanaman yang telah sempurna. Penghitungan dilakukan sejak umur satu minggu setelah tanam sampai umur tiga minggu setelah tanam dengan interval satu minggu. vi. Hasil Pengamatan Hasil pengukuran parameter pertumbuhan tanaman adalah seperti yang nampak pada tabel berikut : Parameter 1 MST Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
Keterangan : MST : Minggu Setelah Transplanting

Tinggi Tanaman (CM) 2 MST 13,25 13,50 3 MST 19,00 23,00 4 MST 27,00 31,00 5 MST 38,00 57,00

8,25 8,50

vii.

Pembahasan a. Keadaan umum pertumbuhan cabai Selama percobaan berlangsung terdapat serangan hama dan penyakit yang mulai muncul pada umur 14 hari setelah tanam juga terdapat beberapa gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman cabai tetapi dapat ditanggulangi dengan baik, karena pemeliharaan dilakukan secara intensif. Tanaman mulai berbunga pada umur 40 hari setelah tanam dan pada 60 hari setelah tanam bunga telah berubah menjadi buah. Serangan hama dan penyakit mulai muncul pada umur 7 hari setelah tanam. Adapun hama yang bermunculan adalah kutu daun, thrips, tungau dan lalat buah. Pengendalian hama tersebut dilakukan dengan cara manual dan aplikasi pestisida. Secara manual, hama yang ada pada tanaman cabai diambil dan dimatikan dengan tangan.

10

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


b. Analisis Pertambahan Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 minggu setelah transplanting, pertambahan tinggi tanaman dapat dilihat pada grafik berikut : Pertambahan Tinggi Tanaman
6 5 4 3 2 1 0 0 10 20 30 40

Gambar 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Dari Grafik tersebut terlihat bahwa pertambahan tinggi tanaman pada dari minggu ke minggu cenderung menurun. Presentase pertambahan tinggi tanaman dari umur 1 MST sampai 5 MST berturut-turut adalah 60,6 %, 43,39 %, 29,62 %, 40,74 %. Hal ini karena dari dua tanaman yang diamati pada perlakuan P1N1 ulangan ke I, salah satu tanamannya disulam dengan tanaman cabai yang baru. Kegiatan ini dilakukan karena tanaman tersebut terserang penyakit dan berpotensi untuk mati sebelum masa panen tiba. Dengan demikian maka rata-rata tanaman untuk perlakuan ini menjadi lebih kecil dan pada minggu awal pemindahan bibit ke polibag, tanaman masih melakukan adaptasi sehingga pertumbuhan masih relatif lambat akan tetapi pada minggu terkahir pengamatan pertambahan tinggi tanaman meningkat kembali. Perbedaan laju pertumbuhan di antara dua tanaman yang diamati terjadi karena adanya perbedaan laju pertumbuhan dan aktivitas jaringan meristem yang tidak sama sehingga perbedaan laju pembentukan tidak sama pada pembentukan organ (Lakitan, 1996) dalam Resti Larasati (2011).

11

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


c. Analisis Pertambahan Jumlah Daun Daun merupakan salah satu organ vital di dalam tanaman karena pada organ inilah terdapatnya sel-sel plastida yang berfungsi menghasilkan klorofil (zat warna) untuk proses fotosintesis. Untuk membentuk daun dan organ lainnya tanaman memerlukan energi dari hasil fotosintesis tersebut. Semakin banyak jumlah daun maka energi yang dihasilkan akan semakin besar akan tetapi kehilangan air juga akan semakin tinggi melalui proses transpirasi. Selain itu pada daun yang masih muda, mereka bukan berperan sebagai source tetapi sebagai sink atau pengguna fotosintesis. Grafik pertambahan jumlah daun pada percobaan tanaman cabai adalah sebagai berikut :
6 5 4 3 2 1 0 0 10 20 30 40 50 60

Pertambahan Jumlah Daun

Gambar 2. Grafik Pertambahan Jumlah Daun Jumlah daun tanaman cabai dari minggu ke minggu cenderung mengalami kenaikan. Presentase pertambahan jumlah daun dari minggu awal pengamatan sampai terakhir berturut-turut adalah sebagai berikut : 58,82 %, 70, 37 %, 34, 78%, 83,87 %. Hal ini artinya berbanding terbalik dengan pertambahan tinggi tanaman yang cenderung menurun. Peristiwa ini mungkin terjadi sebagai respon atas perkembangan hama yang memakan daun-daun untuk tanaman berfotosintesis. E. Kesimpulan Percobaan penanaman tanaman cabai merah di lahan Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tahapan- tahapan yang harus dilalui untuk membudidayakan cabai merah adalah terdiri dari persiapan media tanam, persemaian, penanaman dan pemeliharaan.

12

Laporan Praktikum Hortikultura 2012


Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, penyulaman, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. 2. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai yang dijadikan percobaan diantaranya adalah kualitas benih, pemilihan bibit, kandungan unsur hara dalam tanah serta intensitas pemeliharaan. Faktor penting lainnya yang turut membedakan perbedaan pertumbuhan tanaman cabai adalah serangan hama dan penyakit. Ternyata budidaya tanaman cabai sangat sulit untuk bisa seratus persen organik mengingat serangan OPT begitu besar. 3. Antar tanaman yang diberi perlakuan yang sama juga menunjukkan pola pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan itu nampak pada pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman bahkan jumlah cabang dan cepat lambat serta jumlah bunganya. Perbedaan pola tumbuh ini dimungkinkan terjadi karena meskipun secara genetik sama tetapi apabila faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanamannya berbeda maka hasilnya pun berbeda. F. Daftar Pustaka Agustina, L. 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka cipta. Jakarta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 2007. Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian untuk Pengembangan Agribisnis Industrial Pedesaan di Wilayah Marginal. Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT). Bank Indonesia. 2000. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Cabai Merah Konvensional. Http://www.bi.go.id. (Online: diakses tanggal 10 Juli 2012) Dartius, 2006. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan. Kementrian Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Kementrian Pertanian. Jakarta. Lingga, P. 1995. Pengantar Pengunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta Resti Larasati. 2011. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik di dalam Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai (Capsicum annum) Varietas Hot Beauty yang Ditanam dalam Pot. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Siliwangi (tidak diterbitkan). Soetojo Pitojo. 2003. Benih Cabai. Kanisius. Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai