Anda di halaman 1dari 11

1 .

1 L a t a r B e l a k a n g P embangunan kesehat an di arahkan unt uk m emperti nggi deraj at kesehat an ya ng besar bagi pem bangunan dan pem bi naan s um ber da ya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunanm anusi a Indonesi a seutuhn ya dan pem bangunan s eluruh m as yarakat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undangundang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 (Anonim, 1992).Banyak kendala dalam mencapai pembangunan kesehatan, sehingga perlu adanya program kesehatan yang menyentuh langsung ke sasaran. Kendala itu diantaranya adalah masalah gangguan gizi yang masih banyak terjadi di daerahdaerah. Salah satu gangguan gizi adalah gizi buruk.Penyebab utama gizi buruk pada balita adalah kemiskinan sehinggaakses pangan anak t erganggu. Nam un m asal ah giz i buruk pada b ali t a bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan, (masalah struktural) tapi jugakarena aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan tindakan yang tidak m e n u n j a n g t e r c a p a i n y a g i z i y a n g m e m a d a i u n t u k b a l i t a ( m a s a l a h individual dan keluarga).Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar di bandingkan anak yang norm al. WHO m em perki rakan bahwa 54% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi (Proverawati A, 2009, p.1). Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun termasuk bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, balita mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya harus disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati A, 2009, p.127). Kebutuhan zat gizi pada balita disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan disesuaikan dengan kelompok umur dan kemampuan anak menerima makanan yang diberikan. Anak usia di bawah lima tahun atau Balita termasuk golongan yang mudah kena penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan pada golongan balita dipengaruhi oleh keturunan dan faktor lain yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit, keadaan gizi dan sosial ekonomi. Di negara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh status gizi (Supariasa, 2001, p.184). Dengan 1 demikian status gizi balita perlu dipertahankan dalam status gizi baik, dengan cara memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan (Paath, 2004, p.108). Menurut data tahun 2006 di Indonesia, jumlah balita yang mengalami

gizi buruk mencapai 4,8 juta anak. Pada tahun 2007 ada penurunan, yaitu jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4,1 juta anak (www.gizi.net). Dan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4 juta anak (Depkes, 2008). Sementara itu, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI Tahun 2006 di provinsi Jawa Tengah tercatat 10.376 anak atau 0,52% mengalami gizi buruk. Dari 565 kecamatan di 35 kabupaten/kota Jawa tengah pada tahun 2006 terdapat 528 di antaranya sudah rawan pangan dan gizi. Hanya 38 kecamatan yang masih mengalami kerawanan pangan dan gizi (Depkes, 2006). Pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah gizi buruk mencapai 9.163 anak. Dari jumlah itu, 5.315 balita diantaranya dinyatakan sudah sembuh dan 41 balita meninggal dunia (www.tempointeraktif.com). Pada tahun 2008 juga mengalami penurunan ,yaitu jumlah gizi buruk mencapai 3.420 anak (www.beritabaru.com). Sedangkan pada tahun 2009 jumlah gizi buruk mengalami kenaikan lagi, yaitu mencapai 4.676 anak. Dari jumlah itu, 43 anak meninggal dunia (www.gizi.net).

TINJAUAN DESKRIPTIF GIZI BURUK BAGI BALITA


Mar3

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Desa Singamerta RT 02 RW 01 didapati balita yaitu anak-anak di usia 1-5 tahun. Balita tersebut ada yang tampak sehat, tampak energik, tampak aktif, dan ada pula yang memiliki intelegensi sangat rendah dilihat dari usianya. Didapati pula beberapa balita yang pola makannya diduga kurang memenuhi standar gizi 4 sehat 5 sempurna. Namun demikian ada pula balita yang diduga pola makannya telah teratur dan seimbang. Balita yang aktif diduga memiliki respon yang cepat apabila menerima rangsangan seperti pertanyaan yang diberikan kepadanya. Sebaliknya balita yang kurang sehat diduga memiliki respon yang kurang terhadap pertanyaan yang diberikan kepadanya. Dengan semakin kompleksnya permasalahan gizi di desa Singamerta tersebut maka perlu dicarikan solusi yang tepat khususnya permasalahn gizi pada balita

karena balita merupakan suatu usia yang rentan terhadap sesuatu yang dihadapinya dan merupakan usia yang pada umumnya dapat digunakan untuk meminimalisir masalh gizi yang ada. Berdasarkan hal tersebut maka kami mengangkat permasalahan ini dengan judul Tinjauan Deskriptif Gizi Buruk Bagi Balita Desa Singamerta RT 02 RW 01 Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010. Identifikasi Masalah Apa pentingnya gizi pada pertumbuhan balita? Apa akibatnya apabila balita tidak memperoleh asupan gizi yang seimbang? Apa saja usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan gizi balita? Pembatasan Masalah Untuk kejelasan permasalahan agar tidak terlalu luas dan untuk menjaga keakuratan pembahasan, maka batasan masalah pada laporan Tinjauan Deskriptif Gizi Buruk Bagi Balita Desa Singamerta RT02 RW 01 Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 yaitu balita yang kekurangan asupan gizi. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang ada dapat dirumuskan:
1. Bagaimana pengaruh dari gizi yang baik terhadap perkembangan balita di Desa Singamerta? 2. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan gizi balita yang ada di Desa Singamerta? 3. Bagaimana ciri-ciri balita yang kurang gizi? 4. Bagaimana pengaruh pemberian ASI terhadap pertumbuhan balita?

Tujuan Tujuan umum:


1. Untuk mengetahui bagaimana gizi yang seimbang pada balita. 2. Untuk mengetahui pentingnya gizi pada pertumbuhan balita. 3. Untuk meningkatkan status gizi bayi melalui pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan.

Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui keadaan gizi pada balita di Desa Singamerta.

2. Untuk mengetahui keadan balita yang kekurangan gizi di Desa Singamerta. 3. Untuk mengetahui angka kejadian pemberian ASI eksklusif di Desa Singamerta. 4. Untuk mengetahui status gizi bayi usia 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif di Desa Singamerta.

Manfaat Dalam penelitian ini diharakan hasilnya dapat berguna bagi kami, masyarakat, institusi dan pengembangan penelitian, yaitu:
1. Bagi peneliti

Penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori yang didapat saat penelitian, dengan demikian diharapkan dapat menambah wawasan kami, khususnya dalam bidang metodologi penelitian; Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dibidang kesehatan dan melatih kerja sama dengan teman-teman dalam sebuah kelompok.

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat ASI eksklusif untuk kecukupan gizi bayi mereka; Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan upaya promosi kesehatan bayi 0-6 bulan.

BAB II LANDASAN TEORI KAJIAN TEORI Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.(Achmad Jaelani, 1987) Balita adalah anak yang berusia antara 1-5 tahun. Status gizi balita perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, perhatian yang serius itu berupa pemberian gizi yang baik. Pada 5 tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kehidupan sekaligus meningkatkan kualitas agar mencapai pertumbuhan optimal baik secara fisik, sosial maupun inteligensi. Pertumbuhan adalah betambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang berarti

bertambahnya ukuran tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005). Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan gizi, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Kondisi seperti ini lambat laun akan menyebabkan angka kematian bayi dan balita cukup tinggi. Angka kematian bayi dan anak (balita) dinegara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia ratarata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika (www.google.com, 2003) Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk di beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita gara-gara masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi buruk tidak mesti berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan pangan, meski tidak bisa dipungkir kemiskinan dan kemalasan merupakan faktor yang sering menjadi penyebab gizi buruk pada anak. Selain itu, faktor pengasuhan anak juga menentukan. Anak yang diasuh oleh ibunya sendiri dengan penuh kasih sayang, kesadaran yang tinggi akan pentingnya nutrisi dan ASI, dan selalu memperhatikan kesehatan, apalagi berpendidikan maka anaknya tidak akan mengalami gizi buruk. Sedangkan fenomena yang ada saat ini, kebanyakan anak dipisahkan jauh dari ibunya dengan alasan kesibukannya yang padat. Kemudian mereka menyerahkan kepengasuhan anak kepada orang yang kurang memperhatikan nutrisi dan kesehatan anak. Jika seperti ini keadaannya, besar kemungkinan anak akan mengalami gizi yang buruk. Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada dibawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbihidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita (wikipedia, 2010). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi 3 tipe yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmic kwasiorkor. Kwasior memiliki ciri:
1. Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung, kaki dan wajah) membulat dan lembab;

2. Pandangan mata sayu; 3. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok; 4. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel; 5. Terjadi pembesaran hati; 6. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk; 7. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis); 8. Sering disertai penyakit infeksi yang umunya akut; 9. Anemia dan diare.

Sedangkan ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut:


1. 2. 3. 4. 5. Badan nampak sangat kurus seolah-olah badan hanya terbungkus kulit; Wajah seperti orang tua; Mudah menangis atau cengeng dan rewel; Kulit menjadi keriput; Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/ pakai celana longgar); 6. Perut cekung dan iga gambang; 7. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang); 8. Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).

Adapun marasmic kwasiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwasiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok. Gizi baik dimulai dari kelahirannya, asupan zat gizi yang cukup akan menjamin tumbuh kembang yang optimal untuk fisik maupun otak anak dikemudian hari. Pada saat lahir, kadar lemak esensial pada plasenta dapat memberikan indikasi kecepatan berpikir seorang anak pada saat dia berusia 8 tahun demikian pula dengan kadar homosistein dalam darah (jenis asam amino yang dapat menginformasikan apakah seorang anak kekurangan atau kelebihan vitamin B). Pada semua golongan usia, konsumsi lemak dan karbohidrat yang berlebih dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kemampuan belajar dan tingkah laku. Asupan gizi otak yang optimal artinya tubuh mendapatkan semua zat gizi penting yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak seperti:
1. Asam lemak esensial seperti Omega 3, Omega 6, DHA dan AA. Jenis lemak tertentu dapat membantu otak menjadi lebih otak. Omega 3 banyak terdapat di minyak ikan, minyak kapas, dan biji labu parang. Walaupun tubuh dapat membentuk DHA dari Omega 3 di dalam tubuh, akan tetapi asupan DHA dalam bentuk siap pakai seperti yang ditambahkan kedalam susu atau makanan lainnya lebih dapat memenuhi kebutuhan tubuha akan DHA; 2. Omega 6 banyak terdapat pada minyak yang berasal dari biji-bijian seperti minyak bunga matahari dan wijen. Bentuk aktif dari Omega 6 disebut dengan

asam gamma linolenik (GLA). Selain itu tubuh juga butuh akan AA yang didapat dari GLA. Omega 6 banyak terdapat pada ikan, daging, telur dan produk olahan susu. Untuk hasil optimal, sebaiknya konsusmsi Omega 6 bersamaan dengan Omega 3; 3. Vitamin dan mineral, zar gizi penting yang membantu otak selalu dalam kondisi siap berpikir; 4. Protein dan asam amino (si pembawa pesan), neuran berkomunikasi dengan neuron lainnya dengan cara menghantarkan pesan yang dibantu oleh neurotransmitter yang dibuat oleh protein. Oleh sebab itu, protein merupakan zat gizi penting untuk otak seperti tyrosine dan tryptophan. Pesan dibawa dari dendrit dan diterima oleh sel penerima yang disebut reseptor yang dibentuk oleh phospolipid (umumnya banyak terdapat di telur dan daging) dan asam amino olahan. Untuk membentuk neurotransmitter dari protein bukanlah hal yang mudah, peranan enzim di otak sangat tergantung dari asupan vitamin yang akan membantu proses tersebut; 5. Phospolipid seperti sphingomyelin, molekul pengingat yang membantu otak anak berfikir lebih cepat.

Makanan berikut sebaiknya dihindari dalam konsumsi sehari-hari:


1. Lemak buruk yang berasal dari makanan yang digoreng terlalu kering dan lemak hidrogenasi yang banyak ditemukan pada margarin, biskuit, cake, maupun pastry; 2. Gula sederhana seperti yang terdapat dalam gula, roti putih dan sirup; 3. Zat kimia pada makanan seperti pewarna dan pengawet buatan; 4. Makanan penyebab alergi, makanan yang dapat menimbulkan alergi pada anak.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut usia dan lingkar lengan atas.

Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur (usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan) Tahun Bulan 0 1 2 3 4 5 Normal Kurang Buruk Normal Kurang Buruk (baku 80%) (baku 60%) (baku) (baku 80%) (baku 60%) (baku) 3.4 2.7 2.0 60.5 43.0 35.0 4.3 3.4 2.5 65.0 46.0 38.0 5.0 4.0 2.9 68.0 49.0 40.5 5.7 4.5 3.4 60.0 51.0 42.0 6.3 5.0 3.8 62.0 53.5 43.5 6.9 5.5 4.2 64.5 54.5 45.0

6 7 8 9 10 11 0 3 6 9 0 3 6 9 0 3 6 9 0 3 6 9 0

7.4 8.0 8.4 8.9 9.3 9.6 9.9 10.6 11.3 11.9 12.4 12.9 13.5 14.0 14.5 15.0 15.5 16.0 16.5 17.0 17.4 17.9 18.4

5.9 6.3 6.7 7.1 7.4 7.7 7.9 8.5 9.0 9.6 9.9 10.5 11.2 11.7 11.9 12.0 12.4 12.9 13.2 13.6 14.0 14.4 14.7

4.5 4.9 5.1 5.3 5.5 5.8 6.0 6.4 6.8 7.2 7.5 7.8 8.1 8.4 8.7 9.0 9.3 9.6 9.9 10.2 10.6 10.8 11.0

66.0 67.5 62.0 70.5 72.0 73.5 74.5 78.0 81.5 84.5 87.0 88.5 92.0 94.0 96.0 98.0 99.5 101.5 103.5 105.0 107.0 108.0 109.0

56.0 57.5 52.0 60.0 61.5 63.0 54.5 65.5 70.0 72.0 74.0 76.0 78.0 80.0 82.0 83.5 84.5 85.5 87.5 89.5 90.0 91.5 92.5

46.0 47.0 48.5 42.5 50.5 51.5 52.5 54.5 57.0 60.0 61.0 62.5 64.0 66.5 67.0 88.5 70.0 71.0 72.0 73.5 74.5 75.5 76.0

Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur


Tahun Bulan

0 0 1 2 3 4 5

6-8 9-11 -

14.75 15.10 16.00 16.25 16.50 16.75 17.00

12.50 13.25 13.50 13.75 14.00 14.25 14.50

10.50 11.00 11.25 11.50 11.60 11.75 12.0

Sumber: Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hlm. 18 Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak . Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak:

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun; 2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin, dan mineralnya. Perbandingan komposisinya yaitu untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat; 3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar diatas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu kedokter; 4. Jika anak dirumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit; 5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.

Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalorinya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia dikemudian hari. (Wikipedia, 2010). BAB III PEMBAHASAN
1. Pengaruh Gizi yang Baik Terhadap Perkembangan Balita di Desa Singamerta

Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan salah satu unsur penting. Kekurangan gizi, terutama pada anak-anak akan menghambat proses tumbuh kembang anak. Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap faktor tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Lingkungan disini merupakan lingkungan bio-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang, yaitu:
1. Pertumbuhan terjadi pada seseorang meliputi perubahan fisik, berpikir, berperasaan, bertingkah laku dan lain-lain, sedangkan perkembangan yang dialami seorang anak merupakan rangkaian perubahan secara teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan selanjutnya, dan berlaku secara umum, misal: anak berdiri dengan satu kaki, berjingkat (berjinjit), berjalan, menaiki tangga, berlari dan seterusnya. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan usia sekitar

enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain selama enam bulan tersebut dengan menyusui secara eksklusif. 2. Pertumbuhan otak akan menentukan tingkat intelegensi seseorang yang dimulai sejak trimester ketiga umur kehamilan dan akan berakhir dalam periode 5-6 bulan pertama setelah kelahiran. 3. Cara Menanggulangi Permasalahan Gizi Balita yang Ada di Desa Singamerta 3. Ciri-Ciri Balita yang Kurang Gizi

Penyakit defisiensi gizi timbul bilaenergi dan zat gizi lain tidak dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan untuk fungsi lainnya. Kurang energi protein (KEP) merupakan penyakit defisiensi gizi yang paling umum dijumpai di dunia dan perkiraan sekitar 100 juta anak-anak menderita gizi kurang pada tingkat sedang dan berat. Pada golongan anak yang berstatus gizi kurang memiliki risiko kematian yang lebih tinggi daripada anak-anak yang berstatus gizi baik. Keadaan kurang energi-protein disebabkan oleh masukan (intake) energi dan protein yang sangat kurang dalam waktu yang cukup lama. Keadaan ini akan lebih cepat terjadi bila anak mengalami diare atau infeksi penyakit lainnya. Keadaan kehidupan yang miskin mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya kondisi kurang energi protein. Tanda-tanda yang paling utama dari KEP adalah pertumbuhan fisik yang kurang normal. Hal ini dapat dilihat atau diperiksa dari catatan pada kartu kurva pertumbuhan berat badan. Beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum timbul tanda-tanda klinis yang jelas, anak itu pertumbuhan berat badannya sangat lambat atau bahkan berhenti. Sejak beberapa bulan pertama dari kehidupan, umumnya bayi tumbuh baik (normal) asalkan memperoleh air susu ibu (ASI) yang cukup. Biasanya pada suatu ketika antara bulan keempat dan kelima atau lebih awal lagi, pertambahan berat badan anak yang mendapatkan ASI mulai menurun dan ini akan tampak dari catatan kartu kurva pertumbuhan (Kartu Menuju Sehat). Pada waktu inilah seyogyanya makanan tambahan bayi perlu diberikan untuk mendampingi ASI. Apabila makanan sapihan belum mulai diberikan atau bayi terkena infeksi lagi, berat badan bayi tidak dapat naik dan sementara itu akan timbul gejala-gejala klinis kurang energi protein. Keadaan kurang energi protein yang sampai pada taraf marasmus biasanya diderita oleh anak umur kurang dari satu tahun. Anak yang demikian pertumbuhannya sangat terhambat dan apabila diukur dari berat badan menurut umurnya maka akanberada dibawah 60% daripada standar. Biasanya lapisan lemak dibawah kulit sangat sedikit bahkan umumnya tidak terdapat sama sekali, sehingga kulit itu mudah diangkat. Anak biasanya seperti orang tua atau monkey face. Otot daging tampak sekali menyusut (wasted), lembek, dan ini dapat dilihat pada paha dan lengan atas dimana seharusnya tebal dan kencang. Tanda oedema dan perubahan warna rambut biasanya tidak dijumpai.

Pada anak yang kwashiorkor yaitu yang mengalami kurang protein, umumnya anak yang mengalami kwashiorkor berumur satu sampai tiga tahun. Anak yang mengalami kwashiorkor pertumbuhannya terhambat, otot dagingnya menyusut dan lembek, namun masih terdapat lapisan lemak dibawah kulit tidak seperti pada anak yang marasmus. Biasanya terjadi pembengkakan (oedema) terutama pada kaki bagian bawah, selain itu mukanya menampakkan bentuk seperti bulan (moon face). Anak kelihatannya gemuk karena ada oedema tersebut. Untuk memeriksa apakah benar ada oedema, maka dapat dilakukan dengan menekan kaki yang bengkak itu dengan ibu jari. Apabila bagian yang ditekan itu tidak cepat kembali, maka ini suatu pertanda adanya oedema. Warna rmbut biasanya berubah menjadi coklat kemerah-merahan (pirang) atau abu-abu dan mudah sekali lepas. Anak yang rambutnya kriting karena menderita kwashiorkor dapat menjadi lurus. Warna kulit menjadi pucat dan biasanya anak manjadi anemi. Anak yang kwashiorkor tampak murung dan apatis, tidak mempunyai nafsu makan dan sulit untuk diberi makan. Pada keadaan kombinasi marasmus-kwashiorkor tanda-tanda gabungan kedua keadaan itu biasanya dijumpai.
4. Pengaruh Pemberian ASI terhadap Pertumbuhan Balita

Air Susu Ibu (ASI) adalah karunia Tuhan yang amat berharga. Oleh karenanya, hendaknya ibu menyusui anaknya selama mungkin. Menyusui selama 2 tahun atau lebih amat baik untuk kesehatan anak http://evynurhidayah.wordpress.com/2012/03/03/tinjauan-deskriptif-gizi-burukbagi-balita/

Anda mungkin juga menyukai