Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Gizi buruk

Gizi adalah suatu hubungan makanan dengan kesehatan dan proses dimana organism menggunakan makanan untuk manghasilkan energy, pertumbuhan dan perkembangan, mengganti jaringan sel yang rusak, regulasi fungsi bio-metabolisme dan mempertahankan hidupnya. Gizi buruk (Malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi manahun. Gizi buruk membawa dampak bukan hanya pada kehidupan anak-anak yang masih berusia muda, akan tetapi saat ini telah terjadi pada hampir semua golongan umur. Gangguan tumbuh kembang fisik, rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang dari seharusnya pada umumnya, prestasi kerja dan olahraga yang menurun adalah salah satu bentuk manifestasi dampak keadaan gizi, yang tidak optimal. Hingga dapat disimpulkan bahwa gizi buruk membawa dampak yang tidak menguntungkan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Secara sederhana, status gizi pada anak balita dapat kita ketahui dengan membandingkan antara berat badan normal menurut umur maupun membandingkan panjang badan dengan ukuran yang telah ditetapkan atau ukuran standar. Apabila sesuai dengan standar maka dapat dikatakan bahwa bayyi atau balita tersebut memiliki gizi yang baik sedangkan jika ukuran tidak sesuai dengan standar maka balita tersebut mengalami penyakit masalah malnutrisi atau gizi buruk. Pada fase lanjut, orang yang mengalami gizi buruk akan rentan terhadap infeksi, terjadinya pengurasan otot, pembengkakan hati, dan mengalami gangguan penyakit lainya seperti infeksi, peradangan pada kulit seperti dehidrasi, mengalami kelainan organ dan fungsi-fungsi organ. Menurut data yang didapatkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2003 di Indonesia terdapat sekitar 27,5% atau kurang lebih 5 juta balita kuarang gizi, 19,2% atau sekitar 3,5 juta anak dalam tingkat gizi kurang, dan 8,3% atau 1,5 juta anak mengalami gizi buruk. Sedangkan menurut WHO pada tahun 1999 mengelompokan wilayah berdasarkan prevalensi gizi buruk ke dalam empat kelompok yaitu: Kelompok wilayah rendah yaitu dibawah 10% Kelompok wilayah sedang yaitu antara 10-19% Kelompok wilayah tinggi yaitu antara 20-29% Kelompok wilayah sangat tinggi yaitu diatas 30% TAHAP PERTAMA : Menjaring anak-anak yang dalam status GIZI KURANG (sebelum jatuh ke GIZI BURUK) lewat posyandu di kelurahan yang rawan gizi.

TAHAP KEDUA : Dari data posyandu akan dianalisa dan anak-anak yang terjaring akan dikumpulkan bersama orangtuanya sebulan sekali dalam acara pertemuan tersebut diadakan ceramah dan diskusi dalam rangka meningkatkan kewaspadaan orgtua dan membangun komitmen untuk meningkatkan status gizi anak secara signifikan. Pada pertemuan tersebut juga akan dibagikan susu box (susu

bubuk) sesuai dengan kebutuhan, umur dan berat badan anak. Ini akan dipantau ketat dengan mekanisme dan output terukur.

TAHAP KETIGA : Tahap ini dapat dilaksanakan kalau kita sudah mendapatkan gedung dari pemda Kab. Kupang untuk RUMAH PEMULIHAN GIZI.

Pencegahan Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak: 1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. 2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat. 3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter. 4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit. 5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi

kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari. Gagal Tumbuh Gagal tumbuh adalah bayi atau anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Tanda-tandanya: a) Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal; b) Hilangnya lemak dibawah kulit secara signifikan; c) Berkurangya massa otot; d) Infeksi berulang. Faktor penyebab: (1) Faktor sosial, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. (2) Faktor kemiskinan, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi. (3) Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan. (4) Infeksi, disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. Pengobatan * Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi. * Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh.

Anda mungkin juga menyukai