Anda di halaman 1dari 12

7

Bab

PEMILIHAN UMUM

Tujuan Instruksional
a. Menjelaskan Peng.dan definisi b. Menyebutkan Sistem Pemilu c. Menyebutkan Tujuan Pemilu d. Menyebutkan fungsi Pemilu d. Menyebutkan Institusi Pelaksana Pemilu d. Menyebutkan Aturan Pelaksana Pemilu

Pokok Bahasan Pemilihan Umum I.Bahan Bacaan a. Budiardjo Miriam, Prof, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. b. .........................., 2005, Partai Politik dan Pemilu di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, Jakarta c. Raoef Maswadi Dr. Prof, 2000, Book Review Teori-Teori Politik, Pasca Sarjana Ilmu Politik, Universitas Nasional, Jakarta. d. Samego Indria, Dr., 2000, Book Review Ekonomi Politik, Pasca Sarjana Ilmu Politik, Universitas Nasional, Jakarta. e. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Partai Bintang Reformasi, 2003, Strategi Pemenangan Pemilu, CV. Kembar Hari, Jakarta. II. Pertanyaan Kunci
. Menjelaskan Peng.dan definisi b. Menyebutkan Sistem Pemilu c. Menyebutkan Tujuan Pemilu d. Menyebutkan fungsi Pemilu d. Menyebutkan Institusi Pelaksana Pemilu d. Menyebutkan Aturan Pelaksana Pemilu

III. Tugas

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

A. PENGERTIAN Pemilihan Umum disebut juga dengan Political Market (Dr. Indria Samego). Artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/masyaarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak social (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propganda, iklan politik melalui media massa cetak, audio (Radio) maupun audio visual (televisi) serta media lainnya seperti, Spanduk, pamflet, selebaran bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform, asas, ideology serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihanya terhadap salah satu partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislative maupun eksekutif. B. TUJUAN Menurut rumusan penjelasan UU No. 15 tahun 1969, tentang Pemilihan Umum, yang Dalam mewujudkan penyusunan tata kehidupan yang dijiwai semangat cita-cita Revolusi Kemerdekaan RI Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana tersebut dalam Pancasila dan UUD 1945, maka penyusunan tata kehidupan itu harus dilakukan dengan jalan Pemilihan Umum. Dengan demikian, diadakan pemilihan umum tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk dalam lembaga permusyawaratan/ perwakilan, dan juga tidak memilih wakil-wakil rakyat untuk menyusun negara baru, tetapi suatu pemilihan wakil-wakil rakyat oleh rakyat yang membawa isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan, mempertahankan dan mengembangkan kemerdekaan NKRI bersumber pada Proklamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Pemilihan Umum adalah suatu alat yang penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi dan bahkan menimbulkan hal-hal yang menderitakan rakyat, tetapi harus menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya Pancasila dan dipertahankan UUD 1945. Makna yang tersimpul dalam tujuan pemilu di atas merupakan fundamen pelaksanaan demokrasi di Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan Pemilihan Umum menurut Undang-Undang No. 12 tahun 2003, tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD adalah : Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun Tujuan Pemilihan Umum menurut Undang-Undang No. 23, tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, yaitu : Pemilu Presiden dan Wakil presiden diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih Presiden dan Wakil presiden yang memperoleh dukungan yang kuat dari rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan pemerintah negara dalam
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

rangka tercapainya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

C. ASAS PEMILIHAN UMUM Mengenai asas pemilu di Indonesia dikenal ada beberapa asas pemilu yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Pemilu yang berlaku di Indonesia. Asas Asas pemilu tersebut adalah meliputi : 0. Asas pemilu menurut UU No. 15 tahun 1969, adalah sebagai berikut : Umum Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak di pilih. b. Langsung Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya tampa perantara dan tampa tingkata. Bebas Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tampa adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun. d. Rahasia Artinya rakyat pemilih di jamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan (secret ballot). 1. Asas pemilu menurut UU No. 3 tahun 1999, adalah sebagai berikut : Dalam UU No. 3 /1999, ini terdapat penambahan dua asas pemilu yaitu, Jujur dan Adil. Adapun lengkapnya adalah : a. Jujur Dalam penyelenggaraan pmilu, penyelenggaraan pelaksana, pemerintah dan partai politk peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Adil Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. c. Langsung Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tampa perantara. d. Umum Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak di pilih dengan tampa ada diskriminasi (pengecualian). e. Bebas Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tampa adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun. f. Rahasia Artinya rakyat pemilih di jamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan (secret ballot). 2. Asas pemilu menurut UU No. 12 tahun 2003,tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD. Dalam UU No. 12 /2003, asas pemilihan umum meliputi : a. Langsung Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tampa perantara. b. Umum Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak di pilih dengan tampa ada diskriminasi (pengecualian). c. Bebas Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tampa adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun. d. Rahasia Artinya rakyat pemilih di jamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan (secret ballot). e. Jujur Dalam penyelenggaraan pmilu, penyelenggaraan pelaksana, pemerintah dan partai politk peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Adil Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. 3. Asas pemilu menurut UU No. 23 tahun 2003,tentang Pemilihan Umum Preiseden dan Wakil Presiden. Dalam UU No. 23 /2003, asas pemilihan umum meliputi :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

a. Langsung Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tampa perantara. b. Umum Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak di pilih dengan tampa ada diskriminasi (pengecualian). c. Bebas Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tampa adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun. d. Rahasia Artinya rakyat pemilih di jamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan (secret ballot). e. Jujur Dalam penyelenggaraan pmilu, penyelenggaraan pelaksana, pemerintah dan partai politk peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Adil Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

D. SISTEM PEMILIHAN UMUM 2. Multi Member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil, biasanya dinamakan Proportional Representation atau perwakilan berimbang. Secara umum system pemilihan umum dapat diklasifikasi dalam dua system, yaitu : Sistem Distrik Sistem ini merupakan system pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas kesatuan geografis ( yang biasanya disebut distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang dalam saru distrik memperoleh suara yang terbanyak menang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya. Jadi, tidak ada
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

system perwakilan berimbang. Misalnya, dalam distrik dengan jumlah suara 100.000, ada dua calon, yakni A dan B. Calon A memperoleh 60.000 dan B 40.000 suara, maka calon A memperoleh kemenangan, sedangkan jumlah suara 40.000 dari calon B dianggap hilang. Sistem pemilihan ini dipakai di Inggris, Kanada, Amerika Serikat dan India. Sistem single-member constituency mempunyai beberapa kelemahan : a. Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa distrik. b. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu distrik, kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali, dan kalau ada beberapa partai yang mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil oleh golongan-golongan yang merasa dirugikan. Disamping kelemahan-kelemahan tersebut di atas ada banyak segi positifnya, yang oleh negara-negara yang menganut system ini dianggap lebih menguntungkan dari pada system pemilihan lain : a. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. Dengan demikian dia akan lebih terdorong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Lagipula, kedudukannya terhadap partainya akan lebih bebas, oleh karena dalam pemilihan semacam ini factor personalitas dan kepribadian seseorang merupakan factor yang penting. b. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan kerjasama. Disamping kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat sekedar dibendung, system ini mendorong ke arah penyederhanaan partai tanpa diadakan paksaan. Maurice Duverger berpendapat bahwa dalam negara seperti Inggris dan Amerika, system ini telah memperkuat berlangsungnya system dwipartai. c. Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partai-partai mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil dan mempertingkat stabilitas nasional. d. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan. 2. Sistem Perwakilan Berimbang Sistem ini dimaksud untuk menghilangkan beberapa kelemahan dari system distrik. Gagasan pokok ialah bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh sesuatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya. Untuk keperluan ini ditentukan sesuatu perimbangan, misalnya 1 : 400.000, yang berarti bahwa sejumlah pemilih tertentu (dalam hal ini 400.000 pemilih) mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat. Jumlah total anggota dewan perwakilan rakyat ditentukan atas dasar perimbangan (1 : 400.000) itu.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Negara dianggap sebagai satu daerah pemilihan yang besar, akan tetapi untuk keperluan teknis administrative dibagi dalam beberapa daerah pemilihan yang besar (yang lebih besar dari pada distrik dalam Sistem Distrik), dimana setiap daerah pemilihan pemilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan itu. Jumlah wakil dalam setiap daerah pemilihan ditentukan oleh jumlah pemilih dalam daerah pemilihan itu, dibagi dengan 400.000. Dalam system ini setiap suara, dalam arti bahwa suara lebih yang diperoleh oleh suatu partai atau golongan dalam sesuatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara yang ditrima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain, untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan. Sistem Perwakilan Berimbang ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur lain antara lain dengan Sistem Daftar (List System). Dalam Sistem Daftar setiap partai atau golongan mengajukan satu daftar calon dan si pemilih memilih salah satu daftar darinya dan dengan demikian memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu untuk bermacam-macam kursi yang sedang direbutkan. Sistem Perwakilan Berimbang dipakai di Negeri Belanda, Swedia, Belgia, Indonesia tahun 1955 dan 1971 dan 1976. Dalam system ini ada beberapa kelemahan : a. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru. Sistem ini tidak menjurus ke arah integrasi bermacam-macam golongan dalam masyarakat, mereka lebih cenderung untuk mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk mencari dan memanfaatkan persamaan-persamaan. Umumnya dianggap bahwa system ini mempunyai akibat memperbanyak jumlah partai. b. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya. Hal ini disebabkan oleh karena dianggap bahwa dalam pemilihan semacam ini partai lebih menonjol peranannya daripada kepribadian seseorang. Hal ini memperkuat kedudukan pimpinan partai. c. Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena umumnya harus mendasarkandiri atas koalisi dari dua partai atau lebih. Disamping kelemahan tersebut, system ini mempunyai satu keuntungan besar, yaitu bahwa dia bersifat representatif dalam arti bahwa setiap suara turut diperhitungkan dan praktis tidak ada suara yang hilang. Golongan-golongan bagaimana kecil pun dapat menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan rakyat. Masyarakat yang heterogeen sifatnya, umumnya lebih tertarik pada system ini, oleh karena dianggap lebih menguntungkan bagi masing-masing golongan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

E. SISTEM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA Sistem Pemilihan Umum di Indonesia sejak pemilu pertama (1) tahun 1955 sampai dengan pemilu yang kesepuluh (10) tahun 2004, Indonesia telah menggunakan lima (5) macam ystem pemilu, yaitu : 1. Pada Pemilu pertama tahun 1955, Indonesia menggunakan system Proporsional yang tidak murni. 2. Pada Pemilu kedua tahun 1971, Indonesia menggunakan Sistem Perwakilan Berimbang dengan Stelsel Daftar. 3. Pada Pemilu ketiga tahun 1977 s/d pemilu ke delapan tahun 1997, Indonesia menggunakan System Proporsional. 4. Pada Pemilu sembilan tahun 1999, Indonesia menggunakan Sistem Prporsional berdasarkan Stelsel Daftar. 5. Pada Pemilu ke sepuluh tahun 2004, Indonesia menggunakan Sistem Perwakilan Proporsional. 6. Pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004, Indonesia menggunakan Sistem Distrik Berwakil Banyak.

F. IMPLEMENTASI PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA 1. Implementasi Pemilihan Umum tahun1955, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu 1955 adalah 26 parpol b. Jumlah pemberi suara 43.104.464 juta c. Daerah pemilihan 16 daerah d. Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 300.000 e. Total jumlah kursi anggota DPR dan konstituante adalah masing2 257 kursi dan 520 orang tapi karena di Irian jaya tidak maka terpilih hanya 514 orang. f. Hasil Pemilu 1955 untuk anggota DPR (seluruhnya 257 kursi) adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), 57 kursi, Masyumi, 57 kursi, Nahdatul Ulama (NU), 45 kursi, Partai Komunis Indonesia (PKI), 39 kursi, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), 8 kursi, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), 8 kursi, Partai Katolik, 6 kursi, Partai Sosialis Indonesia (PSI), 5 kursi, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), 4 kursi, Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti), 4 kursi, Partai Rakyat Nasional (PRN), 2 kursi; Partai Buruh, 2 kursi; Gerakan Pembela Pancasila (GPPS), 2 kursi; Partai Rakyat Indonesia (PRI), 2 kursi; Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI), 2 kursi; Murba, 2 kursi; Baperki, Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro, Grinda, Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai), Persatuan Daya (PD), PIR Hazairin, Partai Politik Tarikat Islam (PPTI), AKUI, Persatuan Rakyat
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Desa (PRD), Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM), Angkatan Comunis Muda (Acoma), R. Soedjono Prawirisoedarso, masing-masing mendapat 1 kursi. Pemilihan anggota Konstituante dilakukan tanggal 15 Desember1955 memilih anggota konstituante sebanyak 520, tetapi di Irian Barat yang memiliki jatah 6 kursi tidak ada pemilihan, maka kursi yang dipilih 514. Hasil pemilihan anggota konstituante tersebut terdiri dari Partai Nasional Indonesia (PNI), 119 kursi; Masyumi, 112 kursi; Nahdatul Ulama (NU), 91 kursi; Partai Komunis Indonesia (PKI), 80 kursi; Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), 16 kursi; Partai Kristen Indonesia (Parkindo), 16 kursi; Partai Katolik, 10 kursi; Partai Sosialis Indonesia (PSI), 10 kursi; Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), 8 kursi; Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti), 7 kursi; Partai Rakyat Nasional (PRN), 3 kursi; Partai Buruh, 5 kursi; Gerakan Pembela Pancasila (GPPS), 5 kursi; Partai Rakyat Indonesia (PRI), 2 kursi; Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI), 3 kursi; Murba, 4 kursi; Baperki, 2 kursi; Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro, 2 kursi; Grinda, 2 kursi; Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai), 2 kursi; Persatuan Daya (PD), 3 kursi; PIR Hazairin, 2 kursi; Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM), 2 kursi; Partai Politik Tarikat Islam (PPTI), AKUI, Persatuan Rakyat Desa (PRD), Angkatan Comunis Muda (Acoma), R. Soedjono Prawirisoedarso, Gerakan Pilihan Sunda, Partai Tani Indonesia, Radj Keprabon, Gerakan Banten Republik Indonesia, PIR NTB, L.M. Idrus Effendi, masing-masing mendapat 1 kursi. (Herbert Feith, 1999). 2. Implementasi Pemilihan Umum tahun1971, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu adalah 10 parpol b. Jumlah penduduk adalah 114.890.347 jiwa c. jumlah pemilih terdaftar adalah 58.558.542 jiwa d. Jumlah pemberi suara sah 54.669.509 suara e. Daerah pemilihan 26 Propinsi f. Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 400.000 g. Hasil pemilihan Umum saat itu adalah : Golkar, 34.348.713 suara atau 236 kursi; Nahdatul Ulama (NU), 10.213.650 suara atau 58 kursi; Parmusi, 2.930.746 suara atau 24 kursi; Partai Nasionalis Indonesia (PNI), 3.793.266 suara atau 20 kursi; Partai syarikat Islam Indonesia (PSII), 1.308.237 suara atau 10 kursi; Partai Kristen Indonesia (Parkindo), 733.359 suara atau 7 kursi; Partai Katolik, 603.740 suara atau 3 kursi; Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti), 381.309 suara atau 2 kursi; sedangkan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan Murba masing-masing mendapatkan 338.403 suara dan 48.126 suara, tetapi kedua partai tersebut tidak mendapatkan jatah kursi ( Biro Humas KPU, 2000). 3. Implementasi Pemilihan Umum tahun1977, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu adalah 3 parpol
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

b. c. d. e. f. g.

Jumlah penduduk adalah 128.806.083 jiwa jumlah pemilih terdaftar adalah 70.378.750 jiwa Jumlah pemberi suara sah 63.998.344 suara Daerah pemilihan 26 Propinsi Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 400.000 Perolehan Golkar meraih 39.749.835 suara (62.11%) atau 232 kursi, PPP meraih 18.745.565 suara atau 99 kursi dan PDI meraih 5.504.757 suara atau 29 kursi.

4. Implementasi Pemilihan Umum tahun1982, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu adalah 3 parpol b. Jumlah penduduk adalah 146.532.407 jiwa c. jumlah pemilih terdaftar adalah 82.134.195 jiwa d. Jumlah pemberi suara sah 75.126.306 suara e. Daerah pemilihan 27 Propinsi f. Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 400.000 g. Perolehan Kursi Golkar meraih 48.453.844 suara atau 242 kursi, PPP meraih 20.871.800 suara atau 94 kursi dan PDI meraih 5.919.702 suara atau 24 kursi. 5. Implementasi Pemilihan Umum tahun1987, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu adalah 3 parpol b. Jumlah penduduk adalah 162.851.993 jiwa c. jumlah pemilih terdaftar adalah 93.737.633 jiwa d. Jumlah pemberi suara sah 85.869.816 suara e. Daerah pemilihan 27 Propinsi f. Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 400.000 g. Perolehan Kursi Golkar meraih 62.783.680 suara atau 299 kursi, PPP meraih 13.701.428 suara atau 61 kursi dan PDI meraih 9.384.708 suara atau 40 kursi. 6. Implementasi Pemilihan Umum tahun1992, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu adalah 3 parpol b. Jumlah penduduk adalah 177.489.747 jiwa c. jumlah pemilih terdaftar adalah 107.565.697 jiwa d. Jumlah pemberi suara sah 97.789.534 suara e. Daerah pemilihan 27 Propinsi f. Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 400.000 g. Perolehan Kursi Golkar meraih 66.599.331 suara atau 282 kursi, PPP meraih 16.624.647 suara atau 62 kursi dan PDI meraih 14.565.556 suara atau 56 kursi. 7. Implementasi Pemilihan Umum tahun1997, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu adalah 3 parpol b. Jumlah penduduk adalah 196.286.613 jiwa c. jumlah pemilih terdaftar adalah 124.740.987 jiwa d. Jumlah pemberi suara sah 112.991.150 suara e. Daerah pemilihan 27 Propinsi f. Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 400.000
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

g. Perolehan Kursi Golkar meraih 84.187.907 suara atau 325 kursi, PPP meraih 25.340.018 suara atau 89 kursi dan PDI meraih 3.463.225 suara atau 11 kursi. 8. Implementasi Pemilihan Umum tahun1999, yaitu : a. Jumlah Partai politik Peserta pemilu adalah 48 parpol b. Jumlah penduduk adalah 209.389.000 jiwa c. jumlah pemilih terdaftar adalah 116.254.217 jiwa d. Jumlah pemberi suara sah 105.786.661 suara e. Daerah pemilihan 32 Propinsi f. Proporsionalitas penduduk dengan kuota 1 ; 400.000 g. Hasil pemilihan sebagai berikut : PDIP, 35.689.173 suara atau 153 kursi; Golkar, 23.741.749 suara atau 120 kursi; PPP, 11.329.905 suara atau 58 kursi; PKB, 13.336.982 suara atau 51 kursi; PAN, 7.528.956 suara atau 34 kursi; PBB, 2.049.708 suara atau 13 kursi; Partai Keadilan, 1.436.565 suara atau 7 kursi; PKP, 1.065.686 suara atau 6 kursi; PNU, 679.179 suara atau 5 kursi; PDKB, 550.846 suara atau 5 kursi; PBI, 364.291 suara atau 1kursi; PDI, 345.720 suara atau 2 kursi; PP 655.052 suara atau 1 kursi; PDR, 427.854 suara atau 1 kursi; PSII, 375.920 suara atau 1 kursi; PNI Front Marhaenisme, 356.176 suara atau 1 kursi; PNI Massa Marhaen, 345.629 suara atau 1 kursi; IPKI, 328.654 suara atau 1 kursi; PKU, 300.064 suara atau 1 kursi; Masyumi, 456.718 suara atau 1 kursi; PKD, 216.675 suara atau 1 kursi; sedangkan partai lain tidak mendapat suara ( PNI Supeni, Krisna, Partai KAMI, PUI, PAY, Partai republic, Partai MKGR, PIB, Partai SUNI), PCD, PSII 1905, Masyumi Baru, PNBI, PUDI, PBN, PKM, PND, PADI, PRD, PPI, PID, Murba, SPSI, PUMI, PSP, PARI, dan PILAR). Jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi mencapai 9.700.658 suara atau 9,17 % dari suara sah. (Biro humas KPU, 2000).

KASUS PEMILIHAN UMUM :

Jumlah Pemilih Presiden 153 Juta


Tercatat sebanyak (persisnya) 153.357.307 orang dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) (ga nemu informasi langsung di websitenya KPU) yang berhak memberikan suara pada pemilihan presiden dan wapres, 5 Juli mendatang.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Angka ini bertambah sebanyak 6.252.012 orang dari jumlah pemilih saat pemilu legislatif lalu yang disebut sebagai pemilih tambahan yang terdiri dari pemilih pemula dan pensiunan TNI per 5 April 2004 Selain itu, KPU juga telah mencoret sebanyak 1,6 juta ghost voters (pemilih hantu hiiiiii) dari DPT pemilu legislatif.

Jumlah pemilih pemilu legislatif adalah 148.039.000 orang Dikurangi ghost voters 1,6 juta orang: 147.105.259 orang Ditambah jumlah pemilih tambahan: 6.252.012 orang Total pemilih pada pemilihan presiden: 153.357.307 orang

*ghost voters: warga yang berpindah tempat tinggal setelah didaftar sebagai pemilih

Jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pemilu Legislatif: 576.625 buah Jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pemilu Presiden: 581.393 buah Penambahan: 4.768 buah TPS

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai