Anda di halaman 1dari 30

Kelas Reptilia Crocodylia Written by Administrator Thursday, 26 February 2009 14:49 Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang

berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput.

Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari. Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan (Goodisman, 2002). Sistematika Adapun klasifikasi Ordo Crocodylia adalah sebagai berikut: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Superkelas : Tetrapoda Kelas : Reptilia Subkelas : Diapsida Ordo : Crocodylia

Familia : Alligatoridae Familia : Crocodylidae Familia : Gavialidae

Famili Alligatoridae Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik. Beberapa spesies yang termasuk famili ini adalah :

Genus Alligator - Alligator mississippiensis - Alligator sinensis Genus Caiman - Caiman crocodiles - Caiman latirostris - Caiman yacare Genus Melanosuchus - Melanosuchus niger Genus Paleosuchus - Paleosuchus palpebrosus - Paleosuchus trigonatus (Uetz, 2006)

Famili Crocodylidae Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat pula baris tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian tengkuk. Famili Crocodilidae dibagi menjadi: Subfamily Crocodylinae Genus Crocodylus - Crocodylus acutus - Crocodylus cataphractus - Crocodylus intermedius - Crocodylus johnstoni - Crocodylus mindorensis - Crocodylus moreletii - Crocodylus niloticus - Crocodylus novaeguineae - Crocodylus palustris - Crocodylus porosus - Crocodylus rhombifer - Crocodylus siamensis - Osteolaemus tetraspis Subfamily Tomistominae Genus Tomistoma - Tomistoma schlegelii (Uetz, 2006)

Famili Gavialidae Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong tersebut menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8. sekilas bentuknya mirip dengan Tomistoma schlegelii. Genus Gavialis - Gavialis gangeticus

Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah : 1. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian) Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasrkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang, sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan 2650 mm untuk betina (Iskandar, 2000). Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim kemarau, hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur telur ini dijaga oleh induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung selatan Papua Nugini (Iskandar, 2000). Status : CITES : Apendiks II (Iskandar, 2000). 2. Crocodylus porosus (Buaya Muara) Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam (Iskandar, 2000). Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur telur ini akan terus dijaga oleh induk sampai

menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri (Iskandar, 2000). Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia (Iskandar, 2000). Status : CITES : Apendiks II (Iskandar, 2000). 3. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar) Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan bercak- bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya tidak utuh. Buaya Air Tawar betina bertelur pada awal musim penghujan (Iskandar, 2000). Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya siam. Persebarannya meliputi Kalimantan Timur,dan Jawa (Iskandar, 2000). Status : CITES : Apendiks I (Iskandar, 2000). 4. Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong) Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput, dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur pada awal musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah tetumbuhan (Iskandar, 2000). Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Iskandar, 2000). Status : CITES : Apendiks I (Iskandar, 2000).

Habitat dan Persebaran Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji Vanuatu) termasuk perairan Indonesia dan Australia serta negara lain di sekitar indonesia.

Habitat kesukaan mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia. Sedangkan Aligator hanya terdapat di dua negara yaitu Amerika Serikat dan Cina. Alligator Cina terancam punah dan tinggal jenis yang berada di lembah Yangtze. Alligator amerika ditemukan di Amerika Serikat dari Carolina sampai Florida dan Sepanjang Gulf Coast. Mayoritas Alligator Amerika Tinggal di Floroda dan Lousiana. Di Floroda sendiri terdapat lebih dari 1 juta Alligator. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang memiliki Alligator dan Buaya. Alligator Amerika tinggal di Air tawar, seperti kolam, rawa-rawa, daratan basah dan sungai. Reproduksi Famili Crocodylidae merupakan hewan yang berkembang biak secara musiman. Masa kawin pada musim semi ketika air hangat. Famili ini berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Setelah melahirkan, induk buaya melakukan parental care.

Kunci Pengenalan Spesies Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi hjenis buaya adalah melalui bentuk cranial dan perkatupan gigi. Dapat juga dilihat dari kulit ada tidaknya dan bentuk tonjolan di belakang mata (protuberance). Kemudian dilihat bentuk, ukuran dan jumlah sisik nuchal, sisik dorsal, sisik ventral dan tonjolan sisik ekor serta bagian colar.

Reptilia Written by Administrator Thursday, 26 February 2009 14:48 by: Luthfi Nur Hidayat [T. 13] (2009) Email: luth_nur_h@plasa.com

Squamata Written by Administrator Thursday, 26 February 2009 14:46 Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu : 1. Subordo Lacertilia/ Sauria 2. Subordo Serpentes/ Ophidia

Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat

3. Subordo Amphisbaenia Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula

mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Zug, 1993). Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paruparu (Zug, 1993). Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinarmatahari. Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordoordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo Chelonia dan Ordo Crocodilia. (Zug, 1993).

baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania. (Zug, 1993) SUBORDO LACERTILIA/ SAURIA Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-sisik ini dapat mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).

Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik Contohnya pada Mabouya sp (Zug, 1993). dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile, bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini reptil memiliki gigi telur untuk merobek dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa cangkang telur untuk menetas, yang kemudian

gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan transparan. Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacammacam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan beberapa anggota Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Subkelas Lacertilia dan Ophidia, bebepapa anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan Lacertilia. Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara) Testudinata / Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan Caiman). Sistematika

seperti pada Chameleon sp. Klasifikasi: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Superkelas : Tetrapoda Kelas : Reptilia Subkelas : Diapsida Supraordo : Lepidosauria Ordo : Squamata Subordo : Lacertilia - Famili Eublepharidae - Famili Gekkonidae - Famili Agamidae - Famili Chameleonidae - Famili Iguanidae - Famili Anguidae - Famili Helodermatidae

Adapun klasifikasi kelas Reptilia dan anggota- - Famili Varanidae anggotanya adalah sebagai berikut: - Famili Xenosauridae Kingdom : Animalia - Famili Cordylidae Phylum : Chordata - Famili Dibamidae Sub Filum : Vertebrata - Famili Gymnophthalmidae Kelas : Reptilia - Famili Lacertidae

Subkelas : Anapsida Ordo : Testudinata/Chelonia Subordo : Pleurodira

- Famili Scincidae - Famili Teiidae - Famili Xantusiidae

Familia Chelidae, Familia Pelomedusidae, Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu Podocnemydidae Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae. Subordo : Cryptodira Agamidae Super Familia : Testudinoidea Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang tersusun - Familia Emydidae, Familia Testudinidae, seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik. Lidahnya Super Familia : Trionychoidea pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta Familia Carettochelydae, Familia bervilli. Jari-jarinya kadang bergerigi atau Dermatemydidae, Familia Kinosternidae, berlunas Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk Familia Trionychidae. dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak. Super Familia : Chelonioidea - Familia Cheloniidae, Familia Dermochelydae Familia Chelydridae, Familia Platysternidae, Subkelas : Diapsida Infrakelas : Lepidosauria Ordo : Rhynchocephalia Ordo : Squamata Subordo : Serpentes/Ophidia Scincidae Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.

Familia Acrochordidae, Familia Elaphidae, Familia Pythonidae, Familia Crotalidae, Familia Xenopeltidae, Familia Cylindrophiidae, Familia Viperidae, Familia Colubridae, Familia Typhlopidae, Familia Varanidae Boidae, Familia Hydropiidae, Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan

Subordo : Lasertilia/Sauria

terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan Familia Gekkonidae, Familia Pygopodidae, kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk Familia Iguanidae, Familia Familia Agamidae, polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan Familia Chamaeleonidae, Familia Scincidae, tipe giginya pleurodont. Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata Familia Helodermatidae, Familia Varanidae (Zug, 1993). Subordo : Amphisbaenia Anggota famili ini yang terbesar adalah Familia Amphisbaenidae, Familia Bipedidae, komodo ( Varanus komodoensis ) yang Familia Rhineuridae, Familia Trogonophidae panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari Infrakelas : Archosauria dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 Ordo : Crocodilia spesies di seluruh dunia) dan marga Familia Crocodilidae, Familia Gavialidae, Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang bersalah dari Familia Alligatoridae kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan (Pough et.al, 1996; Iskandar, 2000; Rodrigues, biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga. 2002)

Pustaka

Gekkonidae Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-langit dengan mudah Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang. Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan temperature lingkungannya. Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang

Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura&Buaya Nugini. PALMedia Citra. Bandung. 211 hal.

Indonesia&Papua

Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131 Rodrigues, Maurice. 2003. The Complete Chelonian Taxonomy List World Chelonian Trust. http://www.chelonia.org/Turtle_Taxonomy.htm. Akses 29 Januari 2008. Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, p : 357 358.

Rhynchocephalia Written by Administrator Thursday, 26 February 2009 14:47 Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang

dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun. Anggota Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan hanya satu genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri (Tuatara). Keduanya merupakan hewan endemik Selandia Baru (Zug, 1993).

biak tanpa pembuahan

Habitat dan persebaran Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang pohon. Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas persebarannya di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti pulau Komodo, Padar, Rinca dan di ujung barat pulau Flores. Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan rawarawa. Di perkotaan, biawak sering diketemukan hidup di gorong-gorong saulran air yang bermuara ke sungai. Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat teduh. Persebaran lacertilia sangat hempir setiap tempat dapat ditemukan kecuali di daerah Arktik, Antartik dan Greenland.

Pustaka

Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, p : 357 358.

Reproduksi Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari matahari dan proses pembusukan sarasah akan menghangatkan telur sehingga menetas. Kunci pengenalan spesies

Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi lacertilia adalah pola sisik dorsal kepala, jumlah sisik lateral tubuh, susunan sisik pada ekor dan panjang ekor.

SUBORDO OPHIDIA/ SERPENTES Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993).

Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa (Zug, 1993).

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu : Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.

Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan). Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae. Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae. Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya. Contohnya pada Famili Hydrophiidae

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu : Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae. Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini. Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.

Sistematika Adapun klasifikasi sub ordo serpentes adalah

sebagai berikut Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Superkelas : Tetrapoda Kelas : Reptilia Subkelas : Diapsida Supraordo : Lepidosauria Ordo : Squamata Subordo : Serpentes - Superfamili Xenophidia: - Acrochordidae - Atractaspididae - Colubridae - Elapidae - Hydrophiidae - Viperidae - Superfamili Henophidia - Aniliidae - Anomalepididae - Boidae - Pythonidae - Bolyeriidae - Cylindropiidae

- Loxocemidae - Tropidopiidae - Uropeltidae - Xenopeltidae - Superfamili Typhlopidia - Anomalepidae - Leptotyphlopidae - Typhlopidae (Zug, 1993). Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain: Typhlopidae Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops,dan lainlain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.

Boidae Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan

organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.

Hydropiidae Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi. Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke permukaan untuk bernafas

Elapidae

Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal.

Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).

Colubridae Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe.

Viperidae Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.

Pythonidae Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi.

Xenopeltidae Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).

Habitat dan Persebaran Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Ular dapat diketemukan di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan. Sebagaimana hewan berdarah dingin, ular semakin jarang diketemukan di tempat-tempat yangdingin

seperti puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau kutub. Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tidak pernah menyentuh tanah. Ada jenis lainnya yang hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yanglain hidup akuatik atau semi akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.

Reproduksi Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja hingga puluhan dan ratusan. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapu, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut, melahirkan anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini diduga mampu bertelur dan berkembang biak tanpa ular jantan.

Kunci Pengenalan Spesies Untuk mengidentifikasi ular yang paling akurat adalah dengan melihat sisik di kepalanya. Cara lain adalah dengan melihat bentuk morfologi

tibuhnya dan motif pada sisiknya.

SUBORDO AMPHISBAENIA Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupnya yang meliang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini (Zug, 1993). Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya hampir menyerupai kepalanya (Zug, 1993).

Pustaka

Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, p : 357 358.

Testudinata Written by Administrator Thursday, 26 February 2009 14:44 By: Luthfi Nur Hidayat [T. 13] (2009) Email: luth_nur_h@plasa.com

Anggota ordo ini memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Dalam bahasa Indonesia, dikenal empat kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu (

sea turtle), labi-labi ( Shoftshell Turtle), Kurakura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat ( Tortoise).

Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. ( Pough et. al, 1998; Zangler, 1969). Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal, keping anal,dan keping femoral.( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada beberapa famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan Famili Charettochelydae.

Ekstrimitasnya termodifikasi sesuai dengan habitat hidupnya. Untuk anggota Ordo Testudinata yang hidup di laut, ekstrimitasnya termodifikasi menjadi bentuk seperti dayung untuk memudahkan hewan tersebut dalam bergerak di air (berenang). Sedangkan untuk anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi menjadi bentuk batang atau tonggak, tanpa selaput dan untuk yang hidup pada habitat semiakuatik, terdapat selaput renang diantara jari-jarinya. Untuk hewan yang hidup di darat, jari-jarinya dilengkapi dengan

cakar yang pada jantan, cakar ini lebih panjang yang fungsinya antara lain sebagai alat untuk berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi. (Zug, 1993). Reproduksi anggota Ordo Testudinata terjadi secara ovipar dengan pembuahan secara internal. Telur yang dihasilkan disimpan dalam tanah, pasir atau serasah dengan suhu yang relatif konstan. Pada penyu, biasanya dalam periode tertentu mereka akan mendarat di pantai untuk meletakkan telur-telurnya. Anggota ordo ini tidak mempunyai gigi (giginya mereduksi) dan diganti dengan semacam modifikasi pada rahang (keratinasi) menjadi bentuk seperti paruh. Fosil kura-kura tertua yang berasal daridari masa trias ( 225 juta tahun silam), Proganochelys, telah berbentuk mirip kurakura masa kini. Perbedaannya, tulang belulang di bagian punggung belum begitu melebar dan belum semuanya menyatu membentuk tempurung sempurna. Kura-kura purba hidup dan berkembang kurang lebih sejaman dengan dinosaurus. Archelon merupakan kura-kura raksasa yang diameter tubuhnya mencapai lebih dari 4 meter. Beberapa jenis kura-kura jaman sekarang mampu menyembunyikan kepala, kaki dan ekornya ke dalam tempurungnya sehingga dapat menyelamatkan diri. Pada kura-kura primitif, misalnya penyu, tidak dapat menarik anggota badannya untuk masuk ke dalam tempurung. Sistematika Adapun klasifikasi dari ordo testudinata adalah sebagai berikut. Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Suprakelas : Tetrapoda

Kelas : Reptilia Subkelas : Anapsida Ordo : Testudinata Subordo : Cryptodyra Superfamili : Chelonioidea - Famili Cheloniidae - Famili Dermochelyidae Superfamili : - Famili Chelydridae - Famili Platysternidae Superfamili : Testudinoidea - Famili Emydidae - Famili Testudinidae Superfamili : Tryonychoidea - Famili Carettochelyidae - Famili Dermatemididae - Famili Kinosternidae - Famili Trionychidae Subordo : Pleurodyra Famili Chelidae Famili Pelomedusidae Famili Podocnemydidae

( Rodrigues, 2002 ) Ordo Testudinata (Chelonia) dibagi menjadi 2 sub-ordo yaitu : Subordo Cryptodira Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya terutama dalam mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993). Karapaks Subordo Cryptodira bermacammacam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi dalam 11 famili diantaranya : - famili Chelydridae (contoh : Chelydra serpentina) Superfamilia Testudinoidea - famili Geoemydidae Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di Eropa. Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai satu suku dengan suku kurakura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170 mm. Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia antara lain Batagur baska, Callagur borneoensis, Geoemyda japonica, Malayemys subtrijuga, Notochelys platinota, Orlitia borneensis, Siebenrockiella

crassicollis, Coura amboinensis, Cyclemys dentata dan Heosemys spinosa. - famili Testudinidae Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles. Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal sebagai kurakura purba dan kura-kura raksasa. Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi. Kurakura Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutanhutan Sumatera dan Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat tiga genus yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Contohnya : Geochelone gigantean, Testudo hermanii, Testudo elephantopus (Iskandar, 2000). - Famili Emydidae Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di darat (beberapa spesies Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene coabuila). Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa jenis yang murni karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan Deirochelys). Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan kurang lebih 39 spesies. Di indonesia, beberapa jenis kurakura anggota famili ini merupakan hewan import yang diperdagangkan bebas, misalnya

Trachemys scripta ( kura-kura brazil). Superfamilia Trionychoidea - Famili Carettochelydae - Famili Trionychidae - Famili Kinosternidae - Famili Dermatemydidae Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung moncong yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter, dengan berat satu kuintal. Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang berada di indonesia adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania subplana ( labi-labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang), Pelochelys bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan Charettochelys insculpta ( moncong babi). (Iskandar, 2000). Superfamilia Chelonioidea - Famili Cheloniidae Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas yakni adanya keping inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai punggung dan juga

kaki yang berbentuk dayung. Kaki depannya umumnya hanya mempunyai satu cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil. Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang. Ia mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak untuk memudahkan mengambil udara untuk bernafas (Iskandar, 2000). Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada di daerah dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam diantaraya ditemuan di Indonesia. Adapun contoh spesies anggota famili ini antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya yang betina saja yang naik untuk bertelur (Iskandar, 2000). - Famili Dermochelyidae Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu Belimbing. Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin. Ciriciri penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abuabu kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulangtulang kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat (Iskandar, 2000). Contoh spesies

anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea. Subordo Pleurodira Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang panjang. Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki 13 sisik plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang. Merupakan hewan karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993). Subordo Pleurodira dibagi menjadi 2 Famili yaitu: - famili Chelidae - famili Pelomedusidae - famili Podocnemididae Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain : Chelodina oblonga, Eydura subglobosa (Famili Chelidae), dan Pelomedusa subrufa (Famili Pelomedusidae) (Zug, 1993). - Famili Chelidae Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies. Famili ini dapat dikenali dari lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian perisainya mempunyai keping intergular. Famili ini dianggap lebih primitif daripada kurakura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai. Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu, berdasarkan fosilfosil dari Genus Chelodina, Elseya, dan Emydura. Genus Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang tidak berhubungan dengan tepi

perisai yang relatif panjang. Genus ini dibagi menjadi dua, yakni kurakura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif panjang dan kelompok yang kedua adalah kurakura dengan panjang leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar (Iskandar, 2000). Keanekaragaman penyebarannya jenis dan

Seluruhnya terdapat sekitar 295 dari 14 famili yang msih hidup di berbagai belahan dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 45 spesies dari 7 famili kura-kura dan penyu. Persebaran kurakura banya di daerah tropis dan subtropis seperti di Afrika bagian utara, Eurasia, Amerika Selatan, Afrika dan madagaskar, Amerika Tengah dan Amerika tropis. Labi-labi moncong babi tersebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara. Sedangkan penyu belimbing ( Dermochelys coriacea) dapat hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin. Kura-kura hidup di berbagai tempat mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik baik di air tawar maupun air laut. Habitat penyu jelas di lautan dan ke daratan hanya untuk bertelur. Walaupun demikian, penyu tetap membuthkan udara untu bernafas. Beberapa labi-labi ditemukan di perairan sungai dan danau dengan air yang tawar. Sedangkan kura-kura hidup di darat dengan air di sekitarnya. Reproduksi Kura-kura berkembang biak dengan bertelur (ovipar). sejumlah telur yang dihasilkan oleh testudinata diletakkan pada lubang pasir di tepi sungai atau laut untu kemudian ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bentuan panas matahari. Jenis kelamin anak kura-kura ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu disimpan. Pada kebanyakan jenis kura-kura,

suhu diatas rata-rata biasanya akan menghasilkan individu betina. Dan sebaliknya, suhu di bawah rata-rata cenderung menghasilkan banyak hewan jantan. Kunci pengenalan spesies Untuk membedakan kura-kura jantan dan betina dapat dilihat dari plastronnya. Pada jantan plastronnya cekung sedangkan pada betina datar. Hal ini berkaitan dengan perilaku kawinnya. Jantan berekor lebih panjang dan cakar lebih besar. Untuk mengidentifikasi dapat digunakan jumlah dan susunan keping. Bentuk keping perisai. Secara umum inframarginal ada 24 buah, keping postal 4 pasang dan vertebral. Pada bulus tidak ada keping perisai, hanya ada tul;ang. Pembeda lain adalah jumlah, susunan, corak dan warna keping sisik.

Anda mungkin juga menyukai