Anda di halaman 1dari 5

Syahrir Masud : Efektivitas Pellet Alginat Beauveria bassiana Dalam Beberapa Kisaran Dosis Untuk Menekan Serangan Pengendalian

Penggerek Jagung.

EFEKTIVITAS PELLET ALGINAT Beauveria bassiana DALAM BEBERAPA KISARAN DOSIS UNTUK MENEKAN SERANGAN PENGENDALIAN PENGGEREK JAGUNG

Syahrir Masud
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros
ABSTRAK Peneltiian keefektifan pellet alginat Beauveria bassiana dalam mengendalikan penggerek batang jagung dilaksanakan di KP. Bajeng Gowa, pada MT. 2004. Penelitian menggunakan racangan acak kelompok yang terdiri atas 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dimaksud yaitu pellet alginat 0,5 kg/ha, 1,0 kg/ha, 1,5 kg/ha, 2,0 kg/ha, 2,5 kg/ha, 3,0 kg/ha, dan kontrol. Isolat B. bassiana yang digunakan adalah Bb32. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan B. bassiana yang dibuat dalam formulasi pellet alginat efektif mengendalikan penggerek batang terutama dosis 2,0 kg/ha, 2,5 kg/ha, dan 3,0 kg/ha. Kata kunci : Pellet alginat, Beauveria bassiana, penggerek batang jagung

PENDAHULUAN

Penggerek batang jagung O. furnacalis merupakan hama utama pada tanaman jagung. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh penggerek batang mencapai 80% (Bato et al., 1993; Wiseman et al., 1984; Nafus dan Schreiner, 1987). Sampai saat ini di Indonesia belum tersedia jagung berproduksi tinggi yang tahan terhadap penggerek batang. Jika terjadi serangan umumnya petani menggunakan insektisida. Namun penggunaan insektisida dapat menimbulkan dampak negatif seperti timbulnya resistensi dan resurjensi serta dampak lingkungan lainnya. Dalam kaitan tersebut, para ahli berpaling pada usaha pemanfaatan mikroorganisme musuh alami serangga. Kelompok mikroorganisme yang berperan sebagai musuh alami dapat berupa bakteri, virus, cendawan, dan sebagainya. Di Indonesia pemanfaatan mikroorganisme dalam pemberantasan hama masih sangat sedikit. Akhir-akhir ini cendawan B. bassiana mulai memperoleh perhatian untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida atau agen pengendali hayati. Pemanfaatan cendawan B. bassiana sebagai bioinsektisida sesuai untuk Negara berkembang, karena dapat diproduksi secara sederhana dan murah tanpa harus menggunakan bahan dan alat canggih (Soehardjan dan Sudarmadji, 1993). Keberhasilan pemanfaatan mikroorganisme dalam mengatasi masalah hama tanaman dapat memberi sumbangan yang sangat besar dalam memacu penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa B. bassiana efektif mengendalikan hama penggerek batang jagung. Namun hasil penelitian terlihat bahwa virulensi dari setiap isolat B. bassiana berbedabeda. Menurut Bing dan Lewis (1992) cendawan B. bassiana dapat menginfeksi hama penggerek batang 0 84%. Hasil penelitian Indrawati (1997) menunjukkan bahwa B. bassiana mencapai 82,50%, sedangkan hasil penelitian Yasin et al. (2001) hanya berkisar 62,50%. Cendawan B. bassiana umumnya dikembangkan pada media jagung dan beras, yang aplikasi lapangan dilakukan dengan menggunakan alat semprot hand sprayer (Solo) yang diaplikasikan melalui daun dan batang. Aplikasi melalui tanah (akar) 288

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

jarang dilakukan. Aplikasi melalui tanah memungkinkan dilakukan karena praktis, sehingga mudah dilakukan oleh petani B. bassiana dalam bentuk pellet alginat dapat diaplikasi melalui tanah (akar). METODOLOGI PENELITIAN Pengujian lapangan pellet alginat B. bassiana akan dilaksanakan menggunakan isolat Bb-34. Percobaan ditata dalam rancangan acak kelompok yang terdiri atas 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah : Pellet alginat B. bassiana dosis 0,5 kg/ha Pellet alginat B. bassiana dosis 1,0 kg/ha Pellet alginat B. bassiana dosis 1,5 kg/ha Pellet alginat B. bassiana dosis 2,0 kg/ha Pellet alginat B. bassiana dosis 2,5 kg/ha Pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha Kontrol (tanpa B. bassiana). Aplikasi pellet alginat yang digunakan adalah yang telah disimpan 2 bulan. Aplikasi dilakukan saat tanam dengan cara menugal disamping lubang benih. Pada petak yang berukuran 4,2 m x 5 m ditanami jagung varietas Lamuru. Jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm x 40 cm. Pada tiap lubang terdapat dua tanaman. Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP36, dan KCl masing-masing 300 kg/ha, 100 kg/ha, dan 100 kg/ha. Pemberian pupuk Urea 100 kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha dilakukan pada saat tanam. Sedangkan sisa urea sebanyak 200 kg/ha diberikan saat tanaman berumur 5 minggu setelah tanam (MST). Pengamatan dilakukan 2 MST, kemudian pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval dua minggu sekali sampai menjelang panen dengan menghitung : Kerusakan daun dengan scoring 1 9 Kerusakan bunga jantan Jumlah lubang gerekan pada batang. Jumlah tanaman yang diamati yaitu 16 rumpun per petak yang damati secara acak sistimatik. Variabel yang diamati setelah panen adalah : kerusakan tongkol, panjang gerekan, dan hasil (produksi t/ha). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada 2 minggu setelah tanam (MST) menunjukkan bahwa ratarata kerusakan daun pada petak-petak penelitian berkisar 16% - 22%. Dari hasil pengamatan pada 2 MST tampak bahwa pada perlakuan pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha medapat serangan hama penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Kerusakan daun pada petak yang diaplikasi pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha hanya mencapai 16%, sedangkan pada kontrol mencapai 22%. Hasil pengamatan selanjutnya yang dilakukan pada 4 MST, terlihat bahwa kerusakan daun akibat O. furnacalis berkisar 16,67% - 25,00%. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa kerusakan daun pada petak-petak yang diaplikasi pellet alginat B. bassiana berkisar 16,67% - 23,67%, sedangkan pada petak kontrol mencapai 25%. Kerusakan daun juga diamati pada 6 MST, hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerusakan daun akibat hama O. furnacalis terus bertambah. Kerusakan daun pada 6 MST mencapai 26,67% pada kontrol, sedangkan pada petak-petak perlakuan pellet alginat B. bassiana berkisar 18,67% - 26,33% (Tabel 1). Pada penelitian ini juga diamati kerusakan bunga jantan akibat hama O. furnacalis. Pengamatan kerusakan bunga jantan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 MST dan 10 MST. Hasil pengamatan yang dilakukan pada 8 MST terlihat bahwa kerusakan bunga jantan hama O. furnacalis pada petak-petak penelitian berkisar 14% sampai 18,17%. 289

Syahrir Masud : Efektivitas Pellet Alginat Beauveria bassiana Dalam Beberapa Kisaran Dosis Untuk Menekan Serangan Pengendalian Penggerek Jagung.

Tabel 1. Persentase kerusakan daun akibat hama penggerek batang O. furnacalis pada penelitian pellet alginat B. bassiana di lapangan. Bajeng MT. 2004. Perlakuan Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Kontrol KK (%) Dosis kg/ha 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 2 20,00 ab 19,67 ab 20,00 ab 19,67 ab 19,33 ab 16,00 b 22,00 a 11,40 Pengamatan (MST) 4 23,67 ab 21,67 bc 21,33 bc 21,33 bc 20,33 c 16,67 d 25,00 a 16,40 6 26,33 a 25,00 ab 25,00 ab 23,33 b 23,33 b 18,67 c 26,67 a 15,30

Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. MST = Minggu setelah tanam Pada pengamatan 8 MST ini terlihat bahwa perlakuan pellet alginat B. basiana dosis 3,0 kg/ha mendapat serangan O. furnacalis lebih rendah dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya, termasuk kontrol. Kerusakan bunga jantan pada petak yang diperlakukan pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha hanya berkisar 14% lebih rendah dibandingkan dengan kerusakan bunga jantan pada petak kontrol yang mencapai 18%. Pada pengamatan 10 MST kerusakan bunga jantan berkisar 16% - 24,67%, pada pengamatan 10 MST terlihat bahwa hanya perlakuan pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha yang mendapat serangan lebih rendah dibanding perlakuan lain. Kerusakan bunga jantan akibat O. furnacalis pada perlakuan pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha saat 10 MST hanya 16%, sedangkan pada petak kontrol kerusakan bunga jantan mencapai 24,0% (Tabel 2). Tabel 2. Persentase kerusakan bunga jantan akibat hama penggerek batang O. furnacalis pada penelitian pellet alginat B. bassiana di lapangan. Bajeng MT. 2004. Perlakuan Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Kontrol KK (%) Dosis kg/ha 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Pengamatan (MST) 8 10 24,67 a 18,17 a 23,33 abc 17,33 a 21,00 cd 17,00 a 21,67 bcd 16,67 a 20,67 d 16,33 ab 16,00 e 14,00 b 24,00 ab 18,00 a 18,40 16,50

Pada saat tanaman berumur 10 MST, juga diamati jumlah lubang gerekan akibat penggerek batang jagung. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah lubang gerekan pada petak-petak perlakuan pellet algibat B. bassiana berkisar 32 lubang/32 batang sampai 62 lubang/32 batang, sedangkan pada 290

Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. MST = Minggu setelah tanam

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010

petak kontrol mencapai 76 lubang/32 batang. Jumlah lubang terendah pada pengamatan ini adalah ditemukan pada perlakuan pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha, dengan jumlah lubang 32 lubang/32 batang. Jumlah lubang juga diamati pada saat panen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah lubang umumnya mengalami peningkatan dibandingkan pada pengamatan 10 MST. Jumlah lubang pada kontrol saat 10 MST mencapai 76 lubang/32 batang meningkat menjadi 78 lubang/32 batang, hal yang sama juga terjadi pada petak-petak perlakuan lain (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah lubang gerekan/32 batang akibat hama penggerek batang O. furnacalis pada penelitian pellet alginat B. bassiana di lapangan. Bajeng MT. 2004. Perlakuan Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Kontrol KK (%) Dosis kg/ha 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Pengamatan 10 MST 62,00 b 60,00 bc 53,00 cd 46,00 de 40,00 e 32,00 f 76,00 a 18,00 Panen 64,00 b 62,00 bc 58,00 c 49,00 d 40,00 e 33,00 f 78,00 a 16,20

Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. MST = Minggu setelah tanam Rendahnya kerusakan daun, bunga jantan, dan jumlah lubang akibat penggerek batang jagung pada perlakuan pellet alginat terutama dosis tinggi disebabkan karena aktifitas dari B. bassiana yang diaplikasikan. Pellet alginat B. bassiana yang diaplikasikan melalui tanah akan berkembang dalam tanah, sebelum memasuki jaringan faskuler batang jagung. B. bassiana dapat berkembang pada bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah. Menurut Daud (1999) B. bassiana dapat berkembang di dalam jaringan fasculer jagung. Karena B. bassiana dapat berkembang dalam batang jagung memungkinkan larva penggerek batang yang menggerek batang jagung dan tingkat terinfeksi B. bassiana. Pada saat panen variabel lain yang diamati adalah panjang gerekan penggerek batang pada batang jagung dan tongkol, serta produksi. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa panjang gerekan pada batang jagung akibat penggerek batang bervariasi antara 1,73 cm 5,83 cm dengan panjang tertinggi ditemukan pada petakan kontrol yang mencapai 5,83 cm dan gerekan terpendek terjadi pada perlakuan pellet alginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha. Sedangkan hasil pengamatan panjang gerekan tertinggi terjadi pada kontrol yang mencapai 3,23 cm (Tabel 4). Karena akumulasi kerusakan selama pertumbuhan tanaman yang diakibatkan oleh hama penggerek batang, ini berimplikasi pada produksi. Hasil pipilan kering pada penelitian ini berkisar 3,20 t/ha sampai 4,73 t/ha dengan produksi tertinggi ditemukan pada petakan yang mendapat perlakuan pellet aliginat B. bassiana dosis 3,0 kg/ha dan produksi terendah pada perlakuan kontrol. 291

Syahrir Masud : Efektivitas Pellet Alginat Beauveria bassiana Dalam Beberapa Kisaran Dosis Untuk Menekan Serangan Pengendalian Penggerek Jagung.

Tabel 4. Panjang gerekan (cm) pada batang dan tongkol jagung akibat penggerek batang jagung saat panen serta produksi (t/ha) pada penelitian pelletalginat B. bassiana di lapangan. Bajeng MT. 2004. Perlakuan Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Pellet alginat B. bassiana Kontrol KK (%) Dosis kg/ha 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Pengamatan Panjang gerekan pada batang Panjang gerekan (cm) tongkol (cm) 3,20 a 4,73 ab 2,77 ab 4,30 abc 2,60 ab 4,23 abc 2,47 abc 2,80 cd 2,13 bc 3,10 bcd 1,67 c 1,73 d 3,23 a 5,83 a 23,0 17,70 Produksi (%) 3,97 b 4,23 ab 4,20 ab 4,30 ab 4,47 ab 4,73 a 3,20 c 16,60

Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. MST = Minggu setelah tanam

KESIMPULAN

Cendawan B. bassiana yang dibuat dalam formulasi pellet alginat, efektif menekan penggerek batang terutama dosis 2,0 kg/ha, 2,5 kg/ha, dan 3,0 kg/ha dibanding pada dosis 0,5 1,5 kg/ha. DAFTAR PUSTAKA Bato, S.M., T.R. Everet, and O.O. Malijan. 1983. Integrated pest managemen for Asia corn borer control National Crop. Protection Center Cries. No. 9 UP Bing, L.A. dan L.C. Lewis. 1992. Occurrence of the entomopathogen B. bassiana Vuillemin in different tillage rigimes and Zea mayds L. and Virulence forward Ostrinia nubilalis. Agriculture. Ecosystem and Environment. Nafus, D.M. dan I.H. Schreiner. 1987. Location of Ostrinia furnacalis egg and larvae on sweet corn in relation to plant growth stage. Journal Econ. Entomol. 80:401-416. Wiseman, B.R. 1984. Mechanismes of maize resistance of to corn earworm and fall armyworm. In Mihm., J.A. (Ed). Insect Resistant Maize. Recent Advances and Utilization. Proc. Intern. Symp. Held at CIMMYT, 27 Nov. 3 December. 1984. Mexico. D.F.:46-54. Yasin. 2001. pemanfaatan cendawan Beauveria bassiana Vuill. Dalam mengendalikan penggerek batang Ostrinia furnacalis. Makalah disajikan pada Seminar Mingguan Balitjas, Kamis 30-8-2001.

292

Anda mungkin juga menyukai