ABSTRAK Artikel ini melaporkan kajian tentang model Konstruktivisme dalam konstruktivisme adalah didalam membantu
pembelajaran.
pembelajaran
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap isi dan mengkombinasikan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Perlu diketahui sesungguhnya pembelajaran konstruktivisme bukanlah
menuangkan informasi ke dalam kepala peserta didik, tetapi melibatkan pikiran peserta didik dengan konsep-konsep yang ampuh dan bermanfaat. Pembelajaran jauh melebihi daya ingat ketika pembelajar memberikan ruang kepada pebelajar melakukan aktivitasnya masing-masing hakikatnya kegiatan (Slavin, 2008). Pada prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya
semata-mata memberikan pengetahuannya kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun benaknya pengetahuan sendiri. di dalam dapat
pembelajaran yang
merupakana untuk
dilakukan
Pendidik
menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik belajar. Dalam menciptakan suasana atau
membantu proses ini dengan memberikan kesempatan menemukan kepada dan siswa untuk ide-ide
menerapkan
memberikan pelayanan, hal penting bagi guru adalah memahami bagaimana peserta didik memperoleh pengetahuan dari
mereka untuk belajar (Nur,2000: 2). Asumsi yang masih berkembang saat ini bahwa pengetahuan dapat
kegiatan belajarnya. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Sagala (2008: 61), pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik maupun
dipindahkan utuh dari pikiran pendidik ke pikiran peserta didik. Dengan asumsi tersebut mereka memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala para peserta didiknya (Sadia dalam Sihite, 1997:1). Dalam hal ini piaget mengemukakan tersebut meliputi bahwa pengetahuan fisik, dan semua
pengetahuan
teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Salah satu
pengetahuan pengetahuan
pengetahuan dapat diterima mudah oleh peserta didik. Pengetahuan fisik dan logika-matematika tidak dapat ditransfer secara utuh dari pikiran pendidik ke pikiran peserta didik tetapi harus dibangun di dalam pikiran siswa sendiri sebagai usaha keras peserta didik untuk
berarti konteks
bersifat filsafat
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya merupakan modern landasan
Konstruktivisme
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
mengorganisasi
pengalaman-
pengalamannya dalm hubungannya dengan skema atau struktur mental yang telah ada sebelumnya (De Vries and Zain, 1994: 193-19; Bodner, 1986:2; Dahar,
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat faktafakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia itu harus dan
1988:192). Pandangan tradisional yang menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran pendidik kepikiran peserta didik perlu digeser menuju pandangan
mengkontruksi memberi
pengetahuan melalui
makna
pengalaman
konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri peserta didik (Howe, 1996;45). Peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan pematangan kognitif yang dimilikinya. Pembelajaran konstruktivisme
belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalamanpengalaman sendiri. Sedangkan model Konstruktivisme adalah sebuah model yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain. Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksperiskan pengetahuannya dengan mengungkapkan pemikirannya. konstruktivisme Model gagasan Model yang dan
Pembelajaran
Konstruktivisme
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Konstruktivisme mengembangkan pemikiran peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Model konstruktivisme
yang mau diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam akan memungkinakan seorang pendidik menerima pandangan dan gagasan peserta didik yang berbeda dan juga memungkinkan untuk
menunjukkan apakah
gagasan peserta
didik itu benar atau tidak. Penguasaan bahan memungkinkan seorang pendidik mengerti macam-macam jalan dan model untuk sampai kepada suatu titik
merupakan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme menekankan pada peranan peserta didik dalam membentuk
pemecahan persoalan dan tidak terpaku kepada satu model. Tugas pendidik adalah membantu agar peserta didik lebih dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkrit, maka strategi mengajar perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi peserta didik. Bagi kaum konstruktivis, tidak ada suatu
membantu keaktifan siswa tersebut dalam pembentukan 1997:18). Penting bagi peserta didik mengerti kekhasan, keunggulan, dirinya dan dalam pengetahuan (suparno,
kelemahan/kekurangan
apapun. Strategi yang disusun, selalu hanya menjadi tawaran dan saran, tetapi bukan suatu menu yang sudah jadi. Setiap pendidik yang baik akan mengembangkan caranya sendiri. Mengajar adala suatu seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, tetapi juga intuisi.
memahami sesuatu. Peserta didik perlu menemukan cara yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap siswa memiliki cara yang cocok dan tepat dalm mengkonstruksikan pengetahuannya yang terkadang berbeda dengan teman-temannya. Dalam model konstruktivisme,
Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuannya, pendidik harus melihat melihat mereka kepala kosong/polos. bukan dengan Mereka sudah
pendidik dituntut penguasaan bahan ajar yang luas dan mendalam. Pendidik perlu mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai pengetahuan dari bahan ajar
akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif peserta didik. Belajar lebih diarahkan pada
Karena itu, guru perlu mengerti pada taraf mana pengetahuan mereka? (Von
Glasersfeld, 1989). Hakikat pembelajaran Konstruktivisme Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif
experimental learning yaitu merupakan adaptasi pengalaman diskusi kemanusiaan konkrit di berdasarkan laboratorium, sekelas, yang
dengan
teman
kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar. Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: 1) Mengutamakan pembelajaran
dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan
tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Yang terpenting adalah dalam bahwa teori dalam
yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, 2) Mengutamakan proses, 3) Menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman sosial, 4) Pembelajaran dilakukan dalam upaya pengalaman. Hakikat pembelajaran mengkonstruksi
konstruktivisme
proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan
konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Dina Gasong mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, menentu. selalu berubah, dilihat dan tidak sebagai
pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung belajarnya. jawab Penekanan terhadap belajar hasil peserta
didik secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan peserta didik
Belajar
serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterprestasikan. Desain model pembelajaran
dan
membuat
pengelompokan pembelajaran
dalam berbasis
pendekatan memberi
peserta didik untuk melakukan interaksi dengan peserta didik yang lain. Pengelompokan pada situasi sangat atau
menggunakan
pendekatan konstruktivistik. Desain yang dikemukankan tahapan terdiri atas beberapa pendekatan situasi,
penting
dalm yaitu
konstruktivistik
berjumalh 4-6 anggota. c. Pengaitan Tahap pengaitan dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik degan pengetahuan yang baru. Bentuk-bentuk kegiatan pengaitan sangat bervariasi, misalnya melalui pemecahan masalah atau diskusi topik-topik yang spesifik. d. Pertanyaan Pengajuan pertanyaan merupakan hal penting dalam aktivitas akan yang
pengelompokkan, pengaitan, pertanyaan, eksibisi, dan refleksi. a. Situasi Tahap ini menggambarkan secara komprehensif tentang judul dan tujuan dilaksanakannya aktivitas pembelajaran. Selain itu dalam tahap situasi juga tergambar tugastugas yang perlu dilakukan oleh peserta didik agar mereka memiliki makna dari pengalaman belajar yang telah dilalui yaitu proses memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, membuat keputuasan,
pembelajaran. muncul
Pertanyaan asli
gagasan
gagasanorisinil,
2)
membangun
pengalamnnya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, 3) Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru, 4) Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk berhubungan dengan gagasan yang telah dimilikinya, 5) Mendorong peserta didik untuk memikirkan mereka, dan 6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Desain model pembelajran yang berlandaskan pendekatan konstuktivistik perlu memasukan yang tahapan-tahapan menjadi prinsip perubahan gagasan
pengetahuan didalam dirinya. e. Eksibisi Tahap eksibisi dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan memberi
konstruktivisme
belajar setelah mengikuti suatu pengalaman belajar. Eksibisi ini melibatkan para peserta didik untuk membuat sesuatu untuk dipamerkan dari apapun catatan yang peserta didik buat untuk
merekam pemikiran para peserta didik sebagi/ketika peserta didik sedang menjelaskan situasi. f. Refleksi Tahap ini pada dasarnya memberi kesempatan kepada pendidik dan peserta didik untuk berfikir kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik personal maupun kolektif. Dalam upaya mengimplementasikan model pembelajaran konstruktivisme,
pembelajaran
pendekatan kontruktivistik seperti yang dikemukakan oleh Gagnon dan Collay (2001).
Proses
belajar
menurut
model
konstruktivisme Pada bagian ini diuraikan mengenai proses belajar, peranan peserta didik, dan guru dalam proses pembelajaran menurut teori konstruktivisme. a. Proses belajar konstruktivisme Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan proses pembelajaran pada aspek kognitif, bukan sebagai perolehan satu arah dari luar kedalam diri
pembelajrana, sebagai berikut: 1) Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengemukakan
peserta
didik
pada
kognitifnya.
belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas. b. Peranan peserta didik. Menurut pandangan ini belajar merupakan pembentukan suatu proses
baguru.blogspot.com/2012/01/paradigmapembelajaran-konstruktivistik.html. 05-2012). Saedah S. M. P. JANGKAAN MASA DEPAN DALAM TERHADAP PENGAJARAN APLIKASI DAN (22-
pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar peserta didik itu
berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh peserta Pendidik didik tidak berjalan lancar.
pengetahuan
Tineka
H.
PENERAPAN
MODEL
Surianto.
(2009).
TEORI
TEKNOLOGI