Anda di halaman 1dari 30

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Cherax quadricarinatus atau lobster air tawar dikenal dengan nama

red claw, Termasuk dalam anggota Famili Parastacidae merupakan jenis lobster yang habitatnya berasal dari Queensland, Australia. Ciri utama lobster ini adalah di kedua ujung capitnya berwarna merah. Lobster air tawar dikenal di Indonesia pada tahun 1990 sebagian ikan hias, memasuki tahun 2000, bisnis lobster air tawar mulai popular karena telah ditemukan teknik budidaya yaitu pembenihan dan pembesaran lobster air tawar di berbagai lokasi atau wilayah (Kurniawan dan Hartono 2007). Pada tahun 2002-2003, usaha budidaya lobster air tawar mulai meningkat, yang awalnya diminati sebagai ikan hias berubah menjadi komoditas kon-sumsi (Sukmajaya dan Suharjo 2003). Berkembangnya usaha budidaya lobster air tawar karena tingginya permintaan pasar baik dalam keadaan hidup maupun beku. Lobster air tawar memiliki bebe-rapa keunggulan yaitu lebih mudah dibudidayakan, memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, relatif tahan terhadap penyakit, me-miliki kandungan gizi yang sangat tinggi, kadar lemak rendah serta struktur daging yang relatif gurih dan empuk. Disamping itu juga memiliki nilai jual yang relatif tinggi (Lukito dan Prayugo, 2007).

Sumber air merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam pemeliharaan lobster air tawar karena untuk memelihara lobster air tawar memerlukan air yang cukup, serta air yang digunakan harus berkualitas baik sehingga pertumbuhan lobster menjadi lebih cepat. Penilaian terhadap kualitas air yang baik meliputi temperatur, derajat keasaman (pH), kandungan amoniak dan kekeruhan (Alaerts dan Santika 1987). Beberapa persyaratan kualitas air untuk budidaya lobster air tawar yang ideal yaitu temperatur dalam pemeliharaan lobster air tawar adalah 2431C. Derajat ke-asaman (pH) yang pada kisaran 6-8, kandungan amoniak dalam air maksimal 1,2 ppm, tingkat kekeruhan pada angka 30-40 cm (Setiawan, 2006). Dalam kegiatan ini mengukur dan menganalisis parameter kualitas air lobster air tawar yang meliputi suhu, pH dan oksigen terlarut (DO) pada bak pemeliharaan benih lobster air tawar (Cherax

quadricarinatus.)

1.2 Tujuan dan Kegunaan Kegiatan ini bertujuan untuk menguraikan teknik penanganan kulitas air pada wadah pemeliharaan benih lobster air tawar (Cherax

quadricarinatus) dan melihat pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup lobster air tawar (Cherax quadricarinatus).

Kegunaan kegiatan ini adalah memperluas wawasan ilmiah, meningkatkan pengetahuan mengenai teknik-teknik pembenihan lobster air tawar, serta sebagai bahan informasi dan acuan dalam pengembangan pembenihan lobster air tawar di masyarakat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Taksonomi dan Morfologi Menurut Jatilaksono (2007), taksonomi lobster air tawar (C.

quadricarinatus) Kingdom Phylum

sebagai berikut : : : : : : : : : : : : Animalia Arthropoda Crustacea Malacostraca Decapoda Pleocyemata Astacidea Parastacoidea Parastacidae Cherax Cherax quadricarinatus

Sub Phylum Class Order Sub Order Infra Order SuperFamily Family Genus Spesies

Lukito dan Prayugo (2007) menyatakan bahwa tubuh lobster air tawar dibagi menjadi dua bagian, yaitu chepalothorax (yang terdiri dari

kepala yang berfusi dan thorax) dan abdomen/perut (disertai dengan appendages masing-masing) Gambar 1.

Sumber. Wiryanto dan Hartono (2006)

Gambar 1. Chepalotorax dan Abdomen Lobster Air Tawar (C. quadricarinatus).

Chepalotorax diselubungi secara dorsal oleh karapas

yang

memanjang dari somit torasik terakhir hingga mata, dan kadang-kadang membentuk rostrum yang menonjol di atas mata. Secara lateral, karapaks menutupi ruang branchial sehingga melindungi insang. Pada beberapa

palinuirid, lempeng antenular mengandung duri dan dibentuk menjadi suatu alat stridulatory emmitin pada kelompok stridentes dari palinurid.
5

Chepalotorax terdiri dari 14 somit yang mengalami fusi, masing-masing dengan sepasang appendages, 6 somit pertama terdiri dari chepalon dan 8 terakhir pada thorax. Appendages pada thorax mencakup mata, antena dan antenular, mulut, serta 5 pasang kaki jalan (lukito dan Prayugo, 2007). Pada bagian abdomen terdiri dari enam somit yang terpisah, masingmasing dilindungi oleh chitin yang menutupi bagian dorsal, ventral, dan lateral (pleura). Pleura dicirikan oleh bentuk dan ornamen yang menyelubungi pleopoda untuk berenang dan membentuk apendages pada somit abdominal kelima pertama. Dua pasang pertama pleopod sering

membentuk menjadi organ kopulasi pada jantan, having a stiff style-like appearance, sedangkan pada betina yang matang pleopoda menjadi setose untuk menyelubungi massa telur eksternal (lukito dan Prayugo, 2007). Wiryanto dan Hartono (2006) menambahkan bahwa untuk membedakan lobster jantan dan betina sebenarnya cukup mudah, jenis kelamin lobster sudah dapat diketahui pada umur sekitar 2-3 bulan. Alat kelamin pada jantan (pethasma) terdapat pada kedua pangkal kaki jalan kelima dengan bentuk berupa tonjolan, sedangkan alat kelamin betina (telichum) terdapat pada kedua kaki jalan ketiga dengan bentuk lubang bulat (Gambar 2).

(A) Sumber. Lukito dan Prayugo (2007)

(B)

Gambar 2. Perbedaan Antara Jantan(A) dan Betina (B)

2.2

Habitat Lobster air tawar dihabitat aslinya hidup di rawa-rawa, sungai dan

danau. Lobster air tawar merupakan spesies yang berasal dari daerah tropis yang tersebar di sekitar Australia bagian utara. Penyebaran ini membuat Lobster tahan terhadap berbagai kondisi dan cuaca. Lobster air tawar tumbuh dengan baik pada suhu air 23C - 31C. Jika berada dalam air dengan temperatur kurang dari 10C dan diatas 36C dalam waktu yang lama maka lobster akan mati, perubahan suhu air yang terlalu ekstrem membuat lobster sulit beradaptasi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan lobster terhambat.

Selain itu, kandungan amoniak (NH3) yang tinggi pada air bisa membuat lobster air tawar tidak mampu bertahan hidup. Kandungan amonia sebaiknya 0,05 ppm, peningkatan amonia bisa terjadi karena adanya pembusukan sisasisa pakan di dasar kolam (Kusman, 2006).

Kadar oksigen terlarut dalam air yang bagus dan memenuhi persyaratan untuk pemeliharaan lobster air tawar berkisar 2-4 ppm. Apabila kadar oksigen terlarut 0,5 ppm lobster masih bisa hidup, tetapi lobster akan mengalami tekanan yang sangat besar (Bachtiar, 2006). Satyani (2001) menyatakan bahwa lobster hidup pada perairan dengan kisaran pH sedikit alkalin yaitu antara 7- 9. Mereka jarang dijumpai berada diperairan dengan pH kurang dari 7. Sedangkan kesadahan air yang

diperlukan adalah sedang hingga tinggi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut yang cukup tinggi untuk menjamin pembentukan cangkang mereka dengan baik.

2.3

Pengelolaan Air

2.3.1 Sumber dan Distribusi Air Pada suatu unit usaha pembenihan lobster air tawar, ketersediaan air merupakan hal penting bagi kelangsungan loster yang dipelihara, Kualitas dan sumber air yang tersedia harus menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi budidaya. Solang, (2008) mengemukakan bahwa kebutuhan utama bagi makhluk hidup terlebih khusus lagi bagi lobster air tawar yang sumber hidupnya di dalam air, walaupun bisa hidup beberapa jam di daratan. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur gali, umumnya air tanah digunakan untuk pembenihan lobster air tawar. Sebaiknya sebelum diuji dahulu apakah air
8

tersebut mengandung senyawa kimia yang bisa membahayakan hewan yang akan dibudidayakan atau tidak. Menurut Lukito dan Prayugo 2007, sumber air harus menyuplai air, baik secara kuantitas dan kualitas. Kontuniutas air harus terjamin sepanjang tahun, termasuk pada saat musim kemarau. Sumber air tidak tercemar oleh limbah-limbah rumah tangga dan pabrik dan tidak bisa dgunakan untuk budidaya lobster air tawar.

2.4.2

Parameter Kualitas Air Kualitas air harus senangtiasa diperiksa untuk memastikan tidak ada

kandungan senyawa yang melebihi ambang toleransi bagi lobster. Menurut Lukito dan Prayogo (2007), kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya lobster air tawar karena diperlukan sebagai media hidup baginya. Beberapa peubah fisika dan kimia air yang dapat mempengaruhi hidup lobster air tawar adalah suhu, oksegen terlarut, CO2 bebas, pH, alkalinitas, amoniak, nitrat, dan nitrit. Suhu air sangat dipengaruhi oleh jumlah sinar matahari yang jatuh ke permukaan air yang sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer dan sebagian lagi diserap dalam bentuk energi panas (Welch 1952). Pengukuran suhu sangat perlu untuk mengetahui karakteristik perairan. Menurut Schwoerbel (1987) suhu air merupakan faktor abiotik yang memegang peranan penting bagi hidup dan kelangsungan organisme.
9

Menurut Bachtiar, (2006) Pada lobster air tawar, temperatur air yang sesuai adalah 20-31 oC dan di atas 31 oC, tetapi bisa bertoleransi dengan temperatur air sampai dengan 1 oC dan di atas 31 oC. Tinggi rendahnya temperatur air akan mempengaruhi tingkat perkembangan lobster. Jika suhu rendah, lobster akan malas bergerak sehingga perkembangannya akan lambat dan suhu yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kematian. Nilai pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion Hodrogen dan nilai asam ditunjukkan dengan nilai 1 s/d7 dan basa 7 s/d 14. Kebanyakan perairan umum mempunyai nilai pH antara 6-9. Perairan yang asam lebih kecil dan dapat menurun sampai 2 (Goldman dan Horne 1983). Pescod (1973) mengemukakan bahwa batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, kandungan kation dan anion maupun jenis dan tempat hidup organisme. Menurut Pescod (1973) perairan yang ideal bagi kegiatan budidaya perikanan adalah 6,8 s/d 8,5 dan perairan dengan pH<6 menyebabkan organisme renik tidak dapat hidup dengan baik. Lobster Air Tawar hidup pada perairan dengan kisaran pH sedikit alkalin yaitu antara 7-9. Mereka jarang dijumpai berada diperairan dengan pH kurang dari 7. Untuk itu pada masa pengeraman, pH selalu diupayakan untuk tetap optimal, dimana menunjukkan pH 7 mengingat toleransi lobster air tawar yaitu pada PH 6,5-8.

10

Oksigen dalam perairan bersumber dari difusi ataupun hasil proses fotosintesis organisme produsen. Oksigen dikonsumsi secara terus menerus oleh tumbuhan dan hewan dalam aktivitas respirasi (Goldman dan Horne 1983). Pescod (1973) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut 2 mg/L dalam perairan sudah cukup untuk mendukung kehidupan biota akuatik, asalkan perairan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang bersifat racun. Oksigen merupakan hal yang penting bagi hidup lobster air tawar, karena merupakan sumber kehidupan. Bachtiar (2006) menyatakan bahwa Kadar oksigen terlarut dalam air yang bagus dan memenuhi persyaratan untuk pemeliharaan lobster air tawar berkisar 2-4 ppm. Apabila kadar oksigen terlarut 0,5 ppm lobster masih bisa hidup, tetapi lobster akan mengalami tekanan yang sangat besar.

2.4.1.

Kualitas Air Lainnya Selain pH, suhu dan DO dalam pemeliharaan benih lobster air tawar

kualitas air yang perlu diperhatikan adalah Amonia. Menurut Kusman (2006), kandungan amonia yang tinggi membuat lobster tidak mampu bertahan hidup. Kandungan amoniak sebaiknya kurang dari 0,05 mg/l. Peningkatan amonia bisa terjadi karena adanya pembusukan sisa-sisa pakan di dasar kolam. Bachtiar (2006), menambahkan bahwa kadar amoniak dalam air perlu dipantau, yakni maksimum 1 ppm. Ada-nya amoniak dalam air akan mempengaruhi pertumbuhan biota budidaya.
11

Lukito dan Prayogo (2007) Mengungkapkan bahwa berbagai laporan menunjukkan bahwa lobster air tawar muda sensitif terhadap klorin tinggi. Oleh karena itu, sering dianjurkan untuk menuakan air terlebih dahulu sebelum digunakan dalam budidaya lobster air tawar. Lobster air tawar diketahui pula dapat mengakumulasi merkuri (Hg) dalam tubuhnya sehingga sering dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan. Selain itu, lobster air tawar juga sensitif terhadap pestisida, terutama dari golongan organoklorin, begitu pula residu minyak.

12

BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1

Waktu dan Tempat Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja

Praktik Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan

selama tiga bulan

(Maret Mei) di Balai Budidaya Air Tawar Tatelu Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara 3.2 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Data primer diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti kegiatan teknik pembenihan lobster air tawar secara langsung serta ikut berperan aktif di lapangan. 2. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dengan cara

mengumpulkan data dari berbagai literatur dan melakukan wawancara dengan pembimbing dan teknisi lapangan.

3.3

Alat, Bahan dan Parameter yang Diukur Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan pegukuran kualitas air

pada pemeliharaan benih dapat dilihat pada tabel 1, parameter yang diukur pada kegiatan ini yaitu meliputi derajat keasaman (pH), Kandungan Oksigen (DO), Alkalinitas, Suhu, dan warna air:

13

Tabel 1. Alat yang Digunakan Pada Pembenihan Lobster Air Tawar No Jenis Alat 1. Bak fiber dan bak beton Kegunaan Wadah pemeliharan benih lobster air tawar 2. 3. 4. 5. 6. 7. Shelter dan pipa paralon Aerator Spon dan sikat pH meter DO meter Termometer Tempat perlindungan/persembunyian Alat untuk aerasi (menyuplai oksigen) Alat pembersih Mengukur pH air Mengukur oksigen terlarut dalam air Mengukur suhu air Memompa air Memotong pakan jenis kelapa Menghitung benih Pemberian pakan Panen benih

11. Pompa Air 12. Pisau 13. Sendok/mangkok kecil 14. Ember 15. Baskom

Tabel 2. Bahan yang Digunakan pada Pembenihan Lobster Air Tawar No 1. 2. 3. 4. Nama Bahan Benih lobster air tawar Pellet udang komersial Kelapa Air Kegunaan Dipelihara Pakan benih Pakan induk Media pemeliharaan

14

3.4 3.4.1 3.4.1.1

Prosedur Kerja Persiapan Wadah Pemeliharaan benih Pembersihan Wadah Wadah yang akan digunakan dalam kegiatan pemeliharaan benih

lobster air tawar adalah bak beton (persegi panjang dan bulat) dan bak fiber. Sebelum wadah digunakan untuk pemeliharaan dilakukan pembersihan wadah. Pembersihan wadah dilakukan guna menjaga kebersihan wadah dan air, maka sebelum wadah-wadah tersebut digunakan, pembersihan wadah dilakukan dengan membersihka kotoran-kotoran dan lumut yang melekat pada wadah dengan menyikat menggunakan spon dan sikat. Kemudian dibilas sampai bersih hingga tidak ada lagi kotoran yang tersisa. Setelah wadah dibersihkan, kemudian dikeringkan sekitar 24 jam.

3.4.1.2 Pengisian air dan Pemasangan Shelter Wadah yang akan digunakan untuk kegiatan pemeliharaan yang terlebih dahulu telah dibersihkan, selanjutnya diisi dengan air sesuai dengan kebutuhan. Air yang digunakan bersumber dari sumur gali yang dialirkan melalui mesin pompa yang terhubung dengan pipa PVC inchi dan selang. Ketinggian air pada wadah pemeliharaan berkisar antara 15-25 cm. Wadah pemeliharaan tersebut juga dilengkapi dengan aerasi dan shelter. Shelter yang digunakan berupa potongan pipa paralon PVC inchi. Selain

menggunakan pipa paralon PVC 2 inchi dapat juga digunakan daun kelapa

15

atau daun palem. Setelah persiapan selesai, maka wadah-wadah tersebut sudah dapat digunakan untuk kegiatan pemeliharaan benih.

3.4.2

Pemeliharaan Setelah benih dirontokkan dari induknya, benih dipelihara di

aquarium pemeliharaan selama 14 hari, kemudian dipindahkan ke wadah pendederan berupa bak beton atau bak fiber. Wadah yang akan digunakan telah dipersiapkan, maka selanjutnya yaitu dilakukan pemindahan benih dari aquarium penetasan ke bak pendederan, penebaran dilakukan pada pagi hari dengan menebar secara perlahan dan hati-hati ke dalam wadah pemeliharaan. Selama masa pemeliharaan, benih diberikan pakan berupa pellet yang telah digerus. Jumlah pakan yang diberikan diperkirakan mampu dimakan oleh benih hingga habis pada keesokan harinya. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari. Pada sore hari, tetap dilakukan pengontrolan pakan untuk melihat kondisi pakan, apabila pada waktu sore hari sisa pakan masih ada atau tersisa sedikit, maka perlu dilakukan pemberian pakan. Selain pemberian pakan, perlu dilakukan penyiponan dan pergantian air, untuk menjaga kualitas air tetap baik, serta dilakukan pengukuran kualitas air sekali seminggu.

16

3.4.3

Penyiponan dan Pergantian Air Penyiponan dilakukan dengan mengisap kotoran-kotoran yang

mengendap di dasar wadah pemeliharaan yang bersumber dari sisa-sisa pakan maupun feces hasil buangan dari lobster menggunakan selang berukuran ______ atau _______.penyiponan dilakukan dengan hati-hati dan tidak membuat gerkan tiba-tiba. Pada saat penyiponan dilakukan, selalu diperhatikan ujung selang pengeluaran harus berada di dalam scoopnet. Ini dilakukan agar benih yang terisap bersama kotoran dapat tertampung di dalam scoopnet. Jika ada benih yang ikut terisap bersama kotoran dimasukkan kembali ke wadah pemeliharaan. Selain penyiponan, hal yang dilakukan untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan yaitu dengan melakukan pergantian air. Pergantian air ini dilakukan setiap 2 minggu sekali. Air yang diganti berkisar atara 40-70 % dari keselurahan air pemeliharaan, kegiatan pergantian air dilakukan dengan membuka pipa outlet pada wadah pemeliharaan benih dan memasangi scopnet di ujung keluarnya air. Kemudian selanjutnya diisi kembali dengan air yang baru.

3.4.4

Pengukuran Kualitas Air Pada kegiatan ini, pengukuran kualitas air dilakukan selama masa

pemeliharaan benih setiap pagi dan sore hari setiap 1 kali seminggu dan mengambil sampel air.

17

Parameter yang biasa diukur adalah suhu dengan menggunakan termometer, derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter,

Oksigen terlarut (DO) dengan menggunakan DO meter (gambar 3) dan untuk megetahui kandungan amoniak dengan menggunakan teskit yang dilakukan sekali seminggu dan warna air dengan melakukan pengamatan secara fisual.

Gambar 3. pH meter (a) DO meter (b) Colorimeter tes kit (C) Cara menggunakan pH meter yaitu dengan menekan tombol ON pada pH meter kemudian menunggu hingga siap digunakan, setelah itu ujung bawah pH meter di celup kedalam wadah pemeliharaan kemudian nilai derajat keasaman (pH) dapat terlihat pada Angka yang muncul di panel. Cara menggunakan DO meter yaitu dengan menekan Tombol ON , selanjutnya tekan tombol mode untuk memilih instrumen

DO/suhu (DO: ppm, suhu: T) Kemudian elektroda dicelupkan kedalam

18

sampel/bak pemeliharaan yang akan diukur harus dengan hati-hati jangan sampai terbentur. Selanjutnya ditunggu sampai terbaca angka yang stabil pada monitor, ditandai dengan angka yang muncul pada monitor tidak kedap-kedip. Elektroda kemudian diangkat dari air sampel dalam bak. Kemudian dibilas dan direndam dengan menggunakan akaudesh dan jangan sampai menyentuh membran. Pengukuran kadar amoniak dilakukan dengan menggunakan colorimeter tes kit, cara penggunaannya yaitu dengan menekan tombol PRGM kemudian menekan 6 dan 4 lalu ENTER, selanjutnya disiapkan 10 ml larutan blanko dan 10 ml larutan sampel masing-masing pada botol 1 dan 2 kemudian ditambahkan Amonia Salicylate masing-masing satu saset

(tidak dikocok). Selanjutya menekan TIMER lalu ENTER (3 menit), dan ditunggu hingga bunyi beep selanjutnya ditamahkan Amoni Cyanurat masing-masing 1 sacet (tidak dikocok) ENTER ditekan (15 menit) dan ditunggu hingga bunyi beep botol yang berisi larutan blangko dimasukkan kemudian ditekan ZERO selanjutnya diganti dengan memasukkan botol yang berisi larutan sampel. Kemudian ditekan READY maka hasil nilai amoniak akan terlihat.

19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Hasil pengukuran kualitas air air Pada pemeliharaan benih Lobster

air tawar (C. Qudricarinatus) di Balai Budidaya Air Tawar BBAT Tatelu dapat dlihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. pH, DO, Suhu Pada Pemeliharaan Benih Lobster Air Tawar Parameter (Waktu pengukuran) Hari/ No Tanggal Pagi 1. Senin, 07-05-2012 Senin, 14-05-2012 Bak bulat Bak panjang Bak fiber Bak bulat Bak panjang Bak fiber Bak bulat Bak panjang Bak fiber Bak Bulat Bak Panjang Bak fiber Rata-rata 8 6,5 6,1 5,49 5,52 6,99 5,74 5,59 6,99 5,44 6,50 6,94 6,31 Sore 7,80 6,5 5,96 4,37 5,49 6,85 5,73 5,59 6,85 5,40 6,45 6,90 6,18 Pagi 4,56 4,01 2,30 4,82 5,02 3,72 5,70 6 4,40 4,82 4,82 3,62 4,48 Sore 4,49 4.01 2,30 4,81 5,02 3,72 5,66 5,97 4,39 5,80 4,82 3,60 4,55 Pagi 25 25,8 26,5 26,6 28 26,4 26,4 26,7 26,4 26,6 26,8 25,5 26,39 Sore 26,5 26 27 26,9 28,3 26,9 27 27 26,8 26,9 26,9 26,70 26,91 Tempat pH DO(Mg/L) Suhu(oC)

2.

3.

Senin, 21-05-2012

No

Hari/ tanggal

Padat penebaran SR (%) (ekor)

20

4.2 4.2.1

Pembahasan Sumber dan Distribusi Air Air menjadi kebutuhan utama dalam pembenihan lobster air tawar,

selain sebagai media internal, air juga sebagai media eksternal pada lobste. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai pengangkut bahan dan memperlancar metabolisme tubuh lobster. Sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat lobster sehingga tanpa air, tidak mungkin lobster bisa hidup (Wiyanto, 2011) Setiawan (2010) mengatakan, sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan lobster air tawar adalah air tanah, air sungai, dan mata air. Sumber air yang dgunakan digunakan untuk pemeliharaan benih Loster air tawar di BBAT Tatelu bersumber dari sumur gali atau air tanah. Pada sumber air ini memiliki ketersediaan sepanjang tahun sehingga menunjang pememeliharaan, selain itu kualitas air yang dimiliki relatif masih bagus karena tidak mengandung lumpur dan jauh dari pemukiman sehingga tidak tercemar limbah limbah rumah tangga. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Lukito dan Prayugo 2007, sumber air harus menyuplai air, baik secara kuantitas dan kualitas. Kontuniutas air harus terjamin sepanjang tahun, termasuk pada saat musim kemarau. Sumber air tidak tercemar oleh limbahlimbah rumah tangga dan pabrik dan tidak bisa digunakan untuk budidaya lobster air tawar.

21

Pengelolaan air di hachery lobster dimulai dari distribusi air dari sumur gali ke wadah pemeliharaan benih lobster air tawar, distribusi ini dibantu dengan menggunakan mesin pompa (gambar 3) dan pipa paralon yang terhubung dari pompa ke wadah pemeliharaan.

Gambar 4. Mesin Pompa Pada pengelolaan air untuk pemeliharaan benih loster air tawar tanpa dilakukan treatmen atau pengendapan terlebih dahulu, hal ini dikarenakan kualitas air yang ada pada sumber air masih netral dan layak untuk langsung digunakan untuk pemeliharaan.

4.2.2

Parameter Kualitas Air Parameter kualitas air merupakan faktor yang penting dalam

keberhasilan pemeliharaan benih lobster air tawar. Air merupakan faktor mutlak dalam budidaya karena merupakan media hidup. Apabila keadaan airnya baik maka hasilnyapun akan sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, jika keadaan air kurang baik, hasilnya akan kurang baik pula.

22

olehnya dilakukan pengukuran kualitas air pada wadah pemeliharaan benih lobster air tawar (gambar 5). Adapun parameter kualitas air yang diukur pada pemeliharaan benih lobster ini, yang dilakukan dilokasi PKPM di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu Kab. Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara, bertepatan pada dengan musim penghujan yang mempengaruhi suhu pada media pemeliharaan.

Gambar 5. Kegiatan Pengukuran Kualitas Air Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu, lobster dan makhluk makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka akan tahu bahwa air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupannya (Lukito dan Prayugo 2007) Setiawan (2010) mengatakan, derajat keasaman yang ideal untuk lobster air tawar ada pada kisaran 6 8. Pada PKPM yang dilakukan di

23

BBAT Tatelu rata rata nilai pH yang didapatkan pada pemeliharaan benih yaitu 6, 31 pada pagi hari dan 6,18 pada sore hari. Nilai ini masih berada pada ambang toleransi untuk benih lobster air tawar. Nilai derajat keasaman (pH) yang terlalu rendah ataupun terlalu tinggi akan berpengaruh pada kehidupan lobster air tawar. Jika angka pH kurang dari 5, akan berpengaruh pada sangat buruk pada pertumbuhan lobster air tawar karena dapat menyebabkan kematian. Sementara pH di atas 9 bisa menurunkan nafsu makan pada lobster air tawar sehingga pertumbuhannya lambat (Iskandar, 2003). Menurut Swingle (1968) dalam Zaelani (2006), pH 4 dan 11 merupakan titik letal (death point) bagi ikan. Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang sangat penting karena keberadaannya mutlak diperlukan oleh organisme budidaya untuk menunjang kehidupannya, selain untuk metabolisme juga berperan menetralisasi air yang memburuk dengan cara mempercepat proses oksidasi gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Kandungan oksigen terlarut dalam wadah pemeliharaan benih lobster berkisar pada 4,48 mg/l di sore hari dan 4,55 mg/l di sore hari. Secara umum dari mengukuran yang dilakukan dapat dilihat bahwa konsentrasi oksigen di dalam media pemeliharaan masih layak dan dapat mendukung kehidupan lobster. Dengan menggunakan aerasi dapat menambah suplai oksigen. Bachtiar (2006), menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut dalam air yang bagus dan memenuhi persyaratan untuk pemeliharaan lobster air tawar berkisar 2-4
24

ppm. Apabila kadar oksigen terlarut 0,5 ppm lobster masih bisa hidup, tetapi lobster akan mengalami tekanan yang sangat besar. Suhu berperan dalam pertumbuhan benih lobster air tawar, Suhu media pemeliharaan benih lobster air tawar berada pada kisaran 26,39 oC di pagi hari dan 26,91 oC di sore hari kisaran tersebut baik untuk pertumbuhan benih lobster air tawar. Pada PKPM yang dilakukan di BBAT Tatelu, nilai SR pada benih yaitu _____ hal ini dapat dilihat bahwa pada kisaran suhu di atas (tabel 3). Benih bisa tumbuh dengan optimal dan bisa menyesuaikan diri. Perubahan suhu tidak terlalu drastis sehingga benih yang dipelihara tidak mengalami stres karena adanya perubahan suhu. seperti yang dinyatakan Holdich dan Lowery (1988) dalam Albar (2008), bahwa lobster jenis red claw akan mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu 24-29 C. kisaran suhu yang stabil akan membuat lobster tidak mengalami gangguan dalam adaptasi terhadap perubahan lingkungan sehingga menguntungkan dalam pemanfaatkan energi untuk metabolisme dan pertumbuhan. Suhu yang terlalu rendah maka akan mempengaruhi aktifitas

lobster menjadi tidak banyak bergerak sehingga nafsu makannya berkurang, hal ini akan memperlambat pertumbuhan lobster air tawar. Namun suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan kematian pada lobster. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Setiawan (2010), bahwa temperatur yang terlalu rendah menyebabkan aktivitas lobster jauh berkurang atau tidak banyak bergerak, sehingga nafsu makannya juga tidak terlalu besar. Hal ini
25

mengakibatkan pertumuhan lobster menjadi lambat. Sebaliknya, jika temperatur lebih tinggi, kemungkinan lobster dapat bertahan hidup sangat kecil. Suhu pada bak pemeliharaan juga akan mempengaruhi jumlah oksigen terlarut (DO) pada bak pemeliharaan tersebut. Hasil pengamatan DO yang diperoleh berkisar pada 4,48 ppm di pagi hari dan 4,55 ppm di sore hari. Hal ini dipengaruhi oleh suhu, dimana pada suhu rendah maka kegiatan metabolisme pada redclaw berkurang sehingga tidak banyak oksigen yang dibutuhkan mengakibatkan oksigen terlarut (DO) menjadi tinggi. Sedangkan pada suhu tinggi, kegiatan metabolisme

pada redclaw dalam keadaan memuncak akibatnya oksigen yang dibutuhkan juga banyak sehingga kandungan oksigen terlarut pada saat itu menjadi rendah. Kandungan amoniak hasil pengukuran yang dilakukan masih berada pada kondisi normal, berada pada kisaran 0, mg/l menjadi racun bagi lobster. Kadar amoniak dalam air perlu dipantau, yakni maksimum 1 ppm. Adanya amoniak dalam air akan mempengaruhi pertumbuhan biota budidaya (Bachtiar 2006).

4.2.2 Penyiponan dan Pergantian Air Dalam pemeliharaan organisme air, sama dengan memelihara air. Kualitas air harus selalu dikontrol dan dijaga agar tetap sesuai dengan
26

kisaran optimal. Untuk menjaga kualitas air dalam wadah pemeliharaan, perlu dilakukan penyiponan. Penyiponan ini dilakukan untuk menjaga kebersihan wadah dan agar air tetap segar serta mencegah penumpukan sisasisa pakan dan feces pada wadah pemeliharaan, yang memicu meningkatnya kandungan amoniak dan timbulnya penyakit. Seperti yang dikemukakan oleh Wiyanto (2003), yang mengemukakan bahwa jika kotoran yang mengendap di dasar bak akibat sisa pakan dan sisa sekresi tidak dibuang maka dapat menyebabkan lobster mengalami sters dan nafsu makanya berkurang. Kotoran tersebut mengandung amoniak yang tinggi sehingga air akan terlihat keruh. Pergantian air pemeliharaan mutlak dilakukan untuk memberikan media pemeliharaan baru pada benih yang dipelihara serta memperbaiki nilai kualitas air dalam media pemeliharaan tersebut. Pergantian air

dilakukan 2 minggu sekali dengan mengeluarkan air pemeliharaan sekitar 40-70% dari keselurahan air pemeliharaan. Kemudian selanjutnya diisi kembali dengan air yang baru sesuai dengan volume awal media pemeliharaan .

27

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 1.

Kesimpulan Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan benih lobster air tawar dimulai dari distribusi air dari sumber air ke wadah pemeliharaan, pengukuran kualitas air, penyiponan dan pergantian air.

2.

Berdasarkan pengujian parameter kualitas air lobster air tawar (BBAT) Tatelu di Kecamatan Dimembe yaitu pada lokasi kolam budidaya yang meliputi pengukuran suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan amoniak disimpulkan bahwa suhu, pH dan amoniak pada bak pemeliharaan benih adalah alami.

3.

Kualitas air pada pemeliharaan benih lobster air tawar merupakan hal yang berpengaruh pada pertumbuhan dan sintasan benih lobster air tawar, yaitu pada ________%

4.

pH, DO, dan suhu adalah parameter kualitas air media yang harus selalu dipantau dan diupayakan untuk berada dalam kisaran optimalnya, sedangkan amoniak adalah gas-gas beracun yang harus diwaspadai agar kadarnya tidak melebihi batas minimumnya.

5.2

Saran

28

29

LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai