Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI

Tn. H, usia 40 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin RSUAM dengan keluhan bengkak pada wajah.

Dari anamnesa diketahui bahwa bengkak pada wajah muncul sejak 5 bulan yang lalu dan terasa tebal-tebal sampai telinga, tidak ada perubahan warna. Terdapat bercak merah yang banyak seukuran uang logam dan menyebar di daerah dada dan perut depan serta punggungnya terasa gatal tetapi tidak dirasakan panas atau nyeri. Pasien sering meminum obat gatal yang dibeli sendiri tetapi sudah tidak meminum lagi sejak 1,5 bulan terakhir dan pembengkakan wajah dirasakan semakin berkurang. Pasien tidak merasa kesemutan ataupun baal pada anggota tubuhnya yang lain tetapi alis mata pasien mulai dirasakan rontok. Pasien mengaku sering mengalami demam yang dirasakan hilang timbul. Riwayat pengobatan (-). Riwayat penyakit gatal pada keluarga (+). Riwayat alergi obat (-).

Dari pemeriksaan dermatologis didapatkan infiltrat difus di seluruh wajah. Pada punggung dan dada terdapat papul eritematosa yang hipoestesi, multipel berbatas tidak tegas berukuran lentikuler. Pemeriksaan sensibilitas kulit didapatkan hipoestesi pada sensasi raba, nyeri, dan suhu. Tidak ada penebalan saraf. Pemeriksaan BTA belum dilakukan.

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosa Morbus Hansen tipe MB karena telah memenuhi cardinal signs, yaitu 1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit atau lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan (hipopigmentasi) atau kemerah-merahan (eritematous ) yang mati rasa (anestesi) dan hipoanestesi. 2. Ganggguan fungsi saraf sensoris berupa hipoanestesi. Pasien ini dapat didiagnosis banding dengan Morbus Hansen tipe PB. Hal ini dikarenakan morbus Hansen tipe

PB hanya didapatkan lesi hipopigmentasi yang asimetris, jumlah kurang dari 5, anastesi jelas, terdapat penebalan syaraf tepi, dan BTA negatif.

Pada pasien ini diberikan terapi MDT MB selama 12 bulan. Pada hari pertama diberikan rifampisin 600 mg, clofazimin 300 mg, dapson 100 mg. Hari kedua sampai dua puluh delapan diteruskan clofazimin 1 x 50 mg/hari dan dapson 1x 100 mg/hari. Setelah diberikan terapi, perlu dilakukan edukasi pada pasien agar diet TKTP (tinggi karbohidrat tingi protein), minum obat secara teratur, selalu memakai alas kaki/perlindungan, kontrol tiap bulan atau bila ada keluhan lain, meningkatkan kebersihan dan kesehatan kulit, keluarga harus menjaga kekebalan tubuh mereka, segera memeriksakan keluarga pasien bila terdapat gejala yang sama. Selain itu kita juga perlu menginformasikan mengenai efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian terapi dan komplikasi jika penyakit ini tidak tertangani dengan baik. Komplikasinya berupa infeksi sekunder, reaksi kusta, dan kecacatan.

Anda mungkin juga menyukai