Anda di halaman 1dari 7

KEBUTUHAN BERUBAH UNTUK PEMBARUAN Resumed by Anto, SE

Scott Smigler, mahasiswa jurusan keuangan di Bentley College Amerika dengan usia baru 22 tahun merupakan salah satu mahasiswa yang termasuk dalam barisan orang cerdas. Indeks Prestasinya 3,7. Yang hebat dan mencengangkan dari mahasiswa ini adalah tanpa meninggalkan bangku kuliah dia berhasil membangun kerajaan bisnis yang omzetnya setara dengan Rp. 2,4 miliar pertahun. Bagaimana si Scott melakukannya??? Begini ceritanya. Setelah lulus dari high school, ia langsung mendirikan Exclusive Concept Inc. yaitu sebuah perusahaan yang menyediakan jasa professional desain web dan solusi marketing online bagi perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang. Awalnya dia menjalankan bisnis ini seorang diri dari ruang belajar rumahnya. Tetapi berkat reputasi yang sudah dibangunnya sebagai penyedia jasa yang kompeten dan professional, dia pun meraih kepercayaan dari para pelanggannya lewat promosi dari mulut ke mulut. Dengan berpegang teguh pada prinsip professional dan kompeten, maka tak lama kemudian usahanya berkembang dengan sangat pesat. Saat ini dia tidak bekerja sendirian lagi, tetapi telah dibantu oleh lima orang staff. Scott mencatat omset sebesar US$ 300 ribu pada tahun 2003. Yang hebatnya lagi sambil menjalankan statusnya sebagai mahasiswa, ia juga mendirikan Entrepreneurship Society di universitas tersebut. Lalu apa hikmah yang bisa diambil dari kisah diatas? Scott Smigler merupakan generasi muda yang mampu memanfaatkan waktu dan potensi yang ada pada dirinya dengan baik. Kenyataan yang terjadi saat ini di dunia, khususnya di Indonesia ialah banyak generasi muda yang tidak mampu mengelola waktu dan potensi yang dimilikinya. Banyak dari generasi muda yang menyia-nyiakan masa mudanya hanya untuk melakukan hal-hal negative dan tidak bermutu sama sekali. Pesannya adalah Saatnya berubah teman. Masyarakat harus berbenah dan berubah untuk naik level menjadi masyarakat yang lebih sejahtera dan kompetitif.

Kompetitif merupakan kondisi dimana kita menang dalam persaingan (setidaknya mampu bersaing ketat dengan lingkungan sekitar, tidak kalah dan tersingkir). Caranya dengan menjadi manusia yang memiliki produktivitas, yakni manusia yang menghasilkan sesuatu yang positif serta berdaya guna. Untuk bisa mencapai hal tersebut kita harus memiliki kompetensi, yakni skill dan knowledge. Lalu bagaimana caranya agar kita memiliki kompetensi? Yakni dengan cara mau belajar dan bersedia membuka pikirannya serta berorientasi pada pengembangan visi.
1|Page

Selanjutnya untuk mengembangkan visi, maka kita harus kreatif. Intinya, untuk menjadi manusia yang memiliki kompetensi kita harus kreatif agar kita bisa bersaing di era globalisasi yang penuh dengan kompetisi.

Lima komponen dasar yang harus dimiliki manusia dalam mencapai produktivitas, yakni : 1. Akal dan Intelegensi 2. Perasaan dan Emosi 3. Kemampuan dan Kemauan 4. Fantasi/Cita-cita 5. Perilaku.

Setidaknya ada enam sector kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap orang, yakni : 1. Rohani (Tuhan, Agama/Kepercayaan) Kebutuhan rohani adalah utama, karena kreativitas idealnya akan terpacu ketika kebutuhan rohani terpenuhi. Disini manusia bisa membuka pikiran, menenangkan, atau bahkan memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi saat kita berdoa.

2. Kesehatan Kesehatan merupakan kebutuhan yang vital, karena tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan apa-apa.

3. Pendidikan Secara umum jenis pendidikan terdiri dari 2 yakni formal dan non formal. Pendidikan merupakan jalan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa belajar, manusia tidak akan bisa melakukan perubahan, berpikir kritis dan menjadi kreatif. Pada umumnya tingkat pemenuhan kebutuhan pendidikan seseorang berbanding lurus dengan pengahsilan yang diperolehnya. Artinya, semakin besar penghasilan seseorang maka kebutuhan sector ini semakin terpenuhi.

4. Keluarga Manusia akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar ketika ia memiliki keluarga. Keluarga merupakan tempat sosialisasi, tempat tumbuh dan alasan untuk bekerja.

2|Page

5. Rekreasi Kebutuhan rekreasi kian disadari seiring dengan tingkat kerja yang kian kompetitif, penat dan menjenuhkan. Rekreasi bertujuan agar kita menjadi relaks dan santai setelah melakukan aktivitas pekerjaan yang penuh kompetisi dan tak jarang membuat kita merasa jenuh.

6. Pekerjaan Ada 3 alternatif yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, yakni : a. Bekerja pada orang lain, b. Bekerja dengan modal sendiri (wirausaha) c. Berinvestasi Dalam rangka pemenuhan kebutuhan, maka ketiga alternative diatas bisa juga dikombinasikan antara satu dengan yang lainnya.

Tidak semua orang dapat memenuhi ke enam kebutuhan tersebut, kebanyakan masyarakat baru bisa menikmati 2 atau 3 sektor kebutuhan saja. Semakin kecil penghasilan maka semakin sedikit kebutuhan yang terpenuhi. Semakin tinggi penghasilan, pemenuhan kebutuhan semakin lengkap. Urutan kebutuhan diatas merupakan bentuk ideal dan cita-cita kebanyakan orang. Ditingkatan yang paling atas adalah agama. Manusia harus meluangkan waktunya untuk untuk beribadah sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan-Nya kepada kita. Selanjutnya pada tingkatan kedua adalah kesehatan. Tanpa kesehatan, apapun yang kita miliki akan menjadi tidak berarti. Berikutnya pendidikan dan keluarga yang menjadi alasan utama untuk bekerja dan mencari nafkah. Rekreasi menjadi sarana untuk melepaskan penat dari aktivitas rutin yang seyogyanya berada pada prioritas terakhir. Namun yang kerap terjadi urutannya tidaklah demikian, tapi terbalik yakni pekerjaan menjadi prioritas utama. Urutannya menjadi seperti ini : 1. Pekerjaan 2. Rohani (Tuhan, agama/kepercayaan) 3. Kesehatan 4. Keluarga 5. Pendidikan 6. Rekreasi Inilah kebanyakan orang Indonesia lakukan, menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan bahkan hingga lebih dari 50 % waktunya dalam sehari berada ditempat kerja. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan hany 2 3 kebutuhan saja yang akan terpenuhi. Terlalu sibuk dengan pekerjaan, tak jarang kita melupakan kebutuhan yang lain atau mungkin bisa terpenuhi tetapi tidak optimal. Akibat sibuk dengan rutinitas pekerjaan,
3|Page

kita bahkan melupakan kewajiban kita terhadap Tuhan. Terlalu sibuk dengan pekerjaan tak jarang kita mengabaikan kondisi kesehatan, keluarga dan juga rekreasi.

Tujuan atau motif dari kegiatan manusia mencapai kebutuhannya bertingkat dan berbeda, mulai dari mencapai kemakmuran, penghargaan, kekuasaan ekonomi, hingga mencari keuntungan. Itu sebabnya Abraham Maslow membuat tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut :

Aktualisasi Diri Penghargaan Sosial Keamanan dan Keselamatan Kebutuhan Fisik

Apa yang ditulis Maslow seolah menjadi pembenaran bahwa sifat manusia yang paling dasar ialah terpenuhinya kebutuhan primer, yakni sandang, pangan dan papan. Setelah hal tersebut terpenuhi yang berikutnya adalah keamanan dan keselamatan. Setelah itu barulah kebutuhan social, penghargaan, dan aktualisasi diri. Diberbagai tingkatan kelas masyarakat, kebutuhan tersebut yang terpenuhi pun akan berbeda, sesuai dengan tingkatan masyarakatnya sebagai berikut :

Aktualisasi Diri

Top
Class
Penghargaan Sosial

Middle Class

Keamanan dan Keselamatan Kebutuhan Fisik

Bottom Class

4|Page

Pada level yang paling bawah, bisa memenuhi kebutuhan fisik saja sudah lebih dari cukup. Di kelas menengah sudah mulai memperhitungkan pola hidup yang lebih nyaman, aman, dan terpenuhinya kebutuhan social. Sementara itu, di kelas paling tinggi semua kebutuhan tersebut bisa terpenuhi termasuk dengan mencari pengakuan berupa aktualisasi diri. Jika menggunakan pendekatan pemenuhan di 6 sektor keutuhan manusia, maka tingkatannya akan menjadi seperti berikut :

Top Class

Rekreasi Keluarga Kesehatan dan Pendidikan

Middle Class Rohani Bottom Class Pekerjaan

Untuk melakukan sebuah perubahan, kita harus senantiasa meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. E.F Schumacher dalam bukunya Kecil itu Indah, menyebutkan bahwa setidaknya ada 4 hal untuk meningkatkan kualitas SDM, yaitu : 1. Harus ada dorongan dari dalam 2. Harus Ada Keterampilan 3. Harus ada modal 4. Harus ada saluran (produksi yang bertambah membutuhkan tambahan pasar).

Dari ke empat hal diatas, factor utama perubahan sebenarnya adalah Harus ada dorongan dari dalam. Artinya harus ada kemauan bagi seseorang untuk mengubah nasibnya. Geofrey Petty dalam bukunya How to Be Better at Creativity menyampaikan bahwa motivasi seseorang yang oleh maslow dibagi dalam 5 tingkatan, pada dasarnya memiliki 2 karakter yang berbeda, yakni motivasi intrinsic dan ekstrinsik.

5|Page

Motivasi Intrinsik

Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan untuk memenuhi kemampuan dan bakat Kebutuhan Penghargaan Diri Untuk dihormati orang lain dan memiliki harga diri

Motivasi Ekstrinsik

Kebutuhan Kepemilikan dan Cinta Untuk memberi dan menerima kasih sayang Kebutuhan Keamanan Keselamatan dan kebebasan Kebutuhan Psikologis Makanan, udara, Air, dsb.

Menurut Geofrey, motivasi intrinsiklah yang cenderung menggerakan seseorang untuk produktif, sementara motivasi ekstrinsik hanya berperan sebagai alat. Motivasi intrinsic akan membuat kita lebih senang, legih produktif dan lebih kreatif. Maka untuk meningkatkan motivasi intrinsic, kita harus menemukan hal yang paling penting bagi kita dalam pekerjaan serta meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri.

Dengan kian ketatnya persaingan, perubahan fase kehidupan dan masa transisi, masyarakat harus menyadari bahwa mereka harus meng-upgrade diri menjadi lebih baik dan rasional, lebih kompetitif, dan adaptif pada perubahan untuk memenangkan persaingan. Yang bisa dan harus berubah tidak hanya Masked Rider ataupun Power Ranger, tetapi kita juga harus bisa berubah. Yang mesti selalu di ingat adalah bahwa yang disebut dengan perubahan itu dari buruk ke baik, dari tercela ke terpuji, dari tidak mutu menjadi bermutu. Sebagai makhluk yang bernama manusia, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus melalui hidup dari detik ke detik. Dan dari detik ke detik itu perubahan selalu terjadi. Dengan demikian, penerapan strategi dalam menghadapi perubahan, mutlak untuk dijalankan. Setiap hari kita diharuskan untuk melakukan adaptasi dalam rangka menghadapi perubahan yang terjadi.

6|Page

Mengutip salah satu isi ceramah

AaGym, ada tiga langkah bagi kita untuk

melakukan perubahan yang dikenal dengan istilah Trilogi perubahan, yaitu : 1. Mulai dari diri sendiri Salah satu dari tujuh kebiasaan orang sukses menurut Sean Covey (penulis buku Seven Habits) ialah bertindak proaktif. Apa itu? Proaktif merupakan sikap bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Berpikir sebelum bertindak, dan focus pada hal-hal yang dapat diubah, serta tidak mengkhawatirkan hal-hal yang tidak dapat diubah. Focus pada hal-hal yang mungkin dilakukan dan bukan focus pada hal-hal yang tidak mungkin dilakukan. Nah, yang paling mungkin dilakukan seseorang adalah mengubah dirinya sendiri. 2. Mulai dari sesuatu yang kecil Think Big, start small. Berpikirlah yang besar dan mulailah dengan langkah yang kecil dahulu. Karena sesuatu yang besar selalu dimulai dari sesuatu yang kecil. Perubahan yang dilakukan sedikit demi sedikit akan lebih ringan jika dibandingkan dengan perubahan yang bersifat drastis. Perjalanan seribu mil pasti diawali dengan langkah kecil. Apalagi dengan cita-cita besar seseorang, ia memerlukan langkahlangkah kecil nan ringan untuk mewujudkannya. 3. Mulai sekarang juga Jika tidak sekarang, kapan lagi? Menunggu semangat datang? Atau menunggu mood mampir? Apabila niat baik telah ditetapkan, hendaknya setiap kita sesegera mungkin mewujudkannya. Apabila niat baik tersebut mengalami penundaan, biasanya niat tersebut akan luntur atau bahkan hilang. Dengan dimulainya perubahan sesegera mungkin, akan tercipta kebiasaan baru yang memungkinkan kehidupan lebih terasa bermanfaat dan menyenangkan.

Kita harus berubah dalam rangka pembaruan. Kita butuh perubahan untuk menghadapi era globalisasi yang penuh persaingan. Jika kita tidak mau atau menolak perubahan, maka kita akan tergilas oleh zaman. Karena zaman / lingkungan akan selalu berubah setiap saat. Untuk itu saatnya berubah teman, We need to Change & Act Now.

7|Page

Anda mungkin juga menyukai