Anda di halaman 1dari 1

Benteng Aleppo Saksi Kehebatan Arsitektur Islam

GERBANG LOD Tempat Penaklukan Dajal

ARSITEKTUR HLM C2

Sesungguhnya Isa bin Maryam akan membunuh Dajal di Bab Lud (Gerbang Lod). (HR Ahmad, Turmudzi, dan Nuaim bin Hamad).

SITUS HLM C3

NEELAIN MUHAMMAD Menemukan Kebenaran dalam Islam


Hidupnya kini didedikasikan untuk dakwah islam.

REPUBLIKA
REPUBLIKA AHAD, 21 AGUSTUS 2011 C1

MUALAF HLM C8

DARI AISYAH RA: ADALAH NABI SAW MELAKUKAN IKTIKAF PADA 10 HARI TERAKHIR DI BULAN RAMADHAN SAMPAI BELIAU DIWAFATKAN ALLAH SWT, LALU HAL TERSEBUT DILANJUTKAN OLEH PARA ISTRI RASULULLAH SAW SETELAH WAFATNYA. (HR BUKHARI).

Oleh Heri Ruslan ak terasa, bulan suci Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir. Rasulullah SAW menyambut 10 hari terakhir Ramadhan dengan melakukan iktikaf di masjid. Menurut Dr Ahmad Abdurazaq al-Kubaisi dalam Al-Itikafu Ahkamuhu wa Ahammiyatuhu fi Hayati Muslim, iktikaf adalah amalan berkala yang dilakukan Nabi Muhammad SAW hingga akhir hayatnya. Abu Hurairah RA berkata, Nabi biasa beriktikaf dalam setiap bulan Ramadhan selama 10 hari. Kemudian, setelah datang tahun yang pada tahun itu beliau dicabut rohnya (yakni wafat), beliau iktikaf selama 20 hari. (HR Bukhari). Selama beriktikaf, Rasulullah SAW senantiasa menjalin ikatan dengan Rabbnya. Rasulullah SAW tak pernah meninggalkan kegiatan rutinnya, termasuk amalan berkala tahunan (iktikaf), ujar al-Kubaisi. Selama beriktikaf, Rasulullah menyendiri dan memutuskan hubungan dengan berbagai kegiatan keluarga dan masyarakat. Menurut al-Kubaisi, Nabi SAW menjauhi tempat tidurnya, mengencangkan ikat pinggannya, lalu pergi menyendiri ke masjid untuk berdiri dan sujud guna beribadah kepada Rabbnya dengan khusyuk. Amalan itu tak pernah terlewatkan. Bila sakit dan ada alasan lainnya, Rasulullah SAW tak pernah lupa mengqadhanya. Lalu mengapa Rasulullah SAW tak pernah melewatkan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan? Sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan kesempatan terbaik yang dipilihkan Allah SWT bagi Rasulullah SAW dan umatnya. Pada 10 hari terakhir Ramadhan itulah, Nabi Muhammad SAW menyendiri dan berkhalwat dengan Sang Khalik. Rasulullah bermunajat untuk

yang dicintainya, yakni Allah SWT. Iktikaf merupakan kesempatan untuk mengungkapkan kepatuhan dan ketundukan seorang hamba kepada Rabbnya. Istri-istri Rasulullah SAW, para sahabat, serta umatnya hingga sekarang tetap melanjutkan tradisi iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan itu. Menurut para ulama, iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan hukumnya sunah muakad. Selain hadis dan ijma, landasan disunahkannya iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan juga terdapat dalam Alquran surat al-Baqarah [2] ayat 187. Allah SWT berfirman: kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu berktikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. Iktikaf berasal dari kata akafayakufu-ukufan yang berarti tetap pada sesuatu. AlMarghainani mendefinisikan

iktikaf dengan menetap dalam masjid yang disertai puasa dan niat iktikaf. Sedangkan menurut Muhammad bin Faramuz, iktikaf adalah menetapnya seorang laki-laki dalam masjid, sendirian atau berjamaah, atau menetapnya seorang perempuan dalam rumahnya (ruangan khusus) dengan niat iktikaf. Salah satu tujuan iktikaf pada 10 hari terakhir adalah meraih lailatul qadar. Rasulullah SAW bersabda, Apabila tiba lailatul qadar, maka Jibril turun ke dunia bersama kumpulan para malaikat dan akan berdoa bagi orang yang berdiri shalat malam dan duduk mengingat Allah. Dan pada hari Idul Fitri, Allah akan membangga-banggakan mereka di hadapan para malaikat (HR Baihaqi). Sungguh luar biasa kemuliaan yang dianugerahkan Allah SWT pada malam lailatul qadar. Tak heran jika Rasulullah SAW bersama para sahabat dan para imam dan orang-orang saleh tak pernah menyia-nyiakan keutamaan dan keagungan lailatul qadar yang dikaruniakan Allah SWT. Mereka beribadah dengan giat dan semangat.

Anda mungkin juga menyukai