Anda di halaman 1dari 15

0

BIO 30271 PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Drs. IMAN SANTOSO, M. Phil. Dra. SITARESMI, M. Sc.

PTA 2011/2012 FMIPA UI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AKTIVITAS BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME II DAN GULA SEBAGAI SUMBER ENERGI

NAMA NPM KELOMPOK

: FURKAN : 0906632890 : II (DUA) B

TANGGAL PRAKTIKUM : 7 DESEMBER 2011 ASISTEN : ACHMAD RIZKI DHIAN CITRA A.

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI DEPOK 2011

AKTIVITAS BIOKIMIA DARI MIKROORGANISME II DAN GULA SEBAGAI SUMBER ENERGI

I. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami tahap aktivitas mikroorganisme. 2. Mempelajari hubungan aktivitas mikroorganisme dan enzim. 3. Mengetahui dan memahami mikroorganisme melalui sifat biokimia. 4. Mengetahui peranan jenis gula sebagai sumber energi untuk pertumbuhan.

II. TEORI

Metabolisme pada mikroorganisme pada dasarnya terbagi menjadi dua tipe, yaitu katabolisme dan anabolisme, sama halnya dengan hewan tingkat tinggi lainnya. Anabolisme disebut juga biosintesis dan membutuhkan bahan baku berupa zat makanan. Sedangkan katabolisme merupakan reaksi kimiawi yang membebaskan energi melalui perombakan nutrien, disebut juga reaksi disimilasi atau reaksi penguraian (Waluyo 2007: 143 & 148). Proses metabolisme selalu berhubungan dengan oksigen. Metabolisme yang membutuhkan oksigen dapat dikatakan sebagai metabolisme oksidatif, sedangkan metabolisme yang berlangsung dalam kondisi anaerob dikatakan sebagai metabolisme fermentatif. Mikroorganisme yang melakukan metabolisme oksidatif menggunakan glukosa atau zat organik lainnya sebagai substrat untuk dioksidasikan menjadi karbon dioksida dan air, sedangkan mikroorganisme itu sendiri memperoleh energi. Beberapa mikroorganisme yang mampu hidup tanpa oksigen bebas akan melakukan metabolisme fermentatif (Waluyo 2007: 148-149). Proses anabolisme dan katabolisme selalu melibatkan enzim. Enzim memiliki beberapa sifat yang khas, antara lain: 1. Enzim mengkatalisis atau kadang-kadang memulai suatu proses. 2. Enzim bekerja secara khusus. 1

3. Enzim merupakan protein dan dalam bentuk koloid. 4. Enzim dapat bekerja bolak balik (meskipun tidak semuanya). 5. Enzim tidak tahan temperatur tinggi. 6. Enzim dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu, substrat, dan produk akhir. 7. Beberapa enzim memerlukan pembantu yang disebut koenzim (Waluyo 2007: 144--145). Enzim bersifat katalitik, yaitu mampu untuk mempercepat berlangsungnya reaksi kimia tanpa hilangnya enzim tersebut. Satu molekul enzim dapat mengkatalis perubahan 10 hingga 1000 molekul substrat per detik (Pelczar & Chan 1986: 316-319). Mikroorganisme dapat digolongkan berdasarkan cara mereka mendapatkan energi dan sumber karbon yang mereka pakai, yaitu autotroph dan heterotroph. Perbedaan keduanya adalah mikroorganisme yang bersifat autotroph menggunakan CO2 sebagai sumber karbon, sedangkan mikroorganisme heterotroph menggunakan senyawa organik sebagai sumber karbonnya. Mikroorganisme autotroph dibagi lagi menjadi fotoautotroph yang mendapatkan energi melalui cahaya (fotosintesis) dan kemoautotroph yang mendapatkan energi dengan mengurai senyawa anorganik seperti S, H2, NH3, dll. Kemudian sama halnya dengan mikroorganisme autotroph, mikroorganisme heterotroph terbagi lagi menjadi fotoheterotroph yang mendapatkan energi melalui cahaya dan kemoheterotroph yang mendapatkan energi dari melalui senyawa organik (Madigan dkk. 2011: 37).

A. Uji Indol

Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan mikroorganisme mendegradasi triptofan asam amino. Triptofan adalah asam amino esensial yang dapat mempercepat oksidasi dengan aktivitas enzim pada beberapa bakteri. Reaksi pembentukannya yaitu p-dimetilamino benzaldehid ditambahkan dengan pereaksi indol dengan bantuan HCl dan alkohol maka akan terjadi dehidrasi dan reduksi sehingga menghasilkan komponen quinoidal merah-violet. Medium yang digunakan adalah Triptone 1% yang mengandung tripton dalam akuades. Reagen

yang digunakan adalah reagen Kovac. Penambahan reagen Kovac menyebabkan indol yang positif dengan ditandai oleh warna merah pada medium. Ketiadaan warna merah menunjukkan bahwa substrat triptofan tidak terhidrolisis dan mengindikasikan reaksi indol negatif (Cappuccino & Sherman 2002: 154).

B. Uji Methyl Red

Tujuan uji tersebut adalah untuk menentukan kemampuan mikroorganisme untuk mengoksidasi glukosa dengan produksi dan stabilisasi konsentrasi produk akhir berupa asam yang tinggi dan untuk membedakan antara organisme yang dapat mengoksidasi glukosa khususnya E. coli dan Enterobacter aerogenes. Uji tersebut dilakukan dengan melihat perubahan warna pada medium. Jika terjadi perubahan warna yang semula merah menjadi orange, berarti terjadi oksidasi glukosa (Cappuccino & Sherman 2002: 155).

C. Uji Voges-Proskauer

Uji VP bertujuan untuk menentukan kemampuan mikroorganisme memproduksi hasil akhir netral atau bukan asam, yaitu asetil metil karbinol atau 2,3 butnediol. Reagen yang digunakan adalah reagen Barritt dan mediumnya adalah VP yang mengandung pepton, K2HPO4, glukosa dan akuades. Setelah penambahan reagen jika positif akan ditunjukkan dengan adanya pembentukkan warna merah dalam kultur yaitu mengindikasikan keberadaan asetil metil karbinol. Ketiadaan warna merah menunjukkan hasil yang negatif (Gandjar dkk. 1992: 55 & 82; Cappuccino & Sherman 2002: 156).

D. Uji Oksidatif-Fermentatif

Uji OF bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menggunakan karbohidrat dengan cara oksidasi atau fermentasi. Beberapa organisme yang menghasilkan asam hanya akan tumbuh secara aerobik. Medium yang digunakan

adalah medium OF dengan komposisi pepton, NaCl, K2HPO4, dan agar. Bakteri yang digunakan adalah isolat DT2, Alcaligenes faecalis dan E. coli (Gandjar dkk. 1992: 56 & 79).

E. Uji Penggunaan Sitrat

Uji sitrat bertujuan untuk membedakan organisme dasar kemapuan untuk memfermentasi sitrat sebagai sumber karbon tunggal. Medium yang digunakan adalah KCA (Koser Citrate Agar) yang mengandung NaCl, MgSO4.7H2O, (NH4)2HPO4, asam sitrat dan akuades dengan indikator Bromtimol biru. Hasil inkubasi, kultur sitrat positif mengidentifikasi keberadaan pertumbuhan permukaan medium dengan warna biru yaitu hasil yang positif, sedangkan hasil negatif berupa warna hijau pada kultur dan tidak terdapat pertumbuhan pada medium (Gandjar dkk. 1992: 55 & 77; Cappuccino & Sherman 2002: 157).

F. Gula sebagai sumber energi

Miroorganisme selalu memerlukan sumber energi untuk kelangsungan hidupnya. Berbagai gula dapat digunakan sebagai sumber energi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Jenis gula yang dapat digunakan sangat tergantung dari enzim yang mampu dihasilkan oleh tiap mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan adalah Aspergillus niger. Medium yang digunakan adalah Yeast Extract Pepton Broth dan beberapa sumber karbon yang berasal dari bermacammacam gula (Gandjar dkk. 1992: 57). Gula yang digunakan oleh mikroorganisme berbeda-beda jenisnya, antara lain: 1. Monosakarida Monosakarida merupakan gula paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi gula bentuk lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa. 2. Disakarida

Disakarida merupakan gula yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. 3. Polisakarida Polisakarida merupakan gula yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah selulosa, glikogen, dan amilum.

III. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran.

IV. PEMBAHASAN

1. Uji Indol

Mikroorganisme yang digunakan pada percobaan adalah Enterobacter aerogenes dan E. coli dengan medium Triptone 1% yang mengandung triptone dan akuades. Reagen yang digunakan adalah reagen Ehrlich. Reaksi pembentukannya yaitu terjadinya reaksi antara p-dimetilamino benzaldehid dengan pereaksi indol dengan bantuan HCl dan alkohol maka akan terjadi dehidrasi dan reduksi sehingga menghasilkan komponen quinoidal merah-violet. Cara kerja dari produksi indol tersebut adalah pertama menginokulasikan mikroorganisme ke dalam medium yang telah terdapat reagen Erlich pada tiap tabung. Kemudian dikocok dan inkubasi selama 24 jam lalu dilakukan pengamatan. Inkubasi kembali hingga 48 jam kemudian pengamatan. Berdasarkan pengamatan nilai uji positifnya menunjukkan daerah berupa cincin pink, sedangkan nilai negatifnya tidak ada cincin pink. Bakteri E. coli dan E. aerogenes menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan literatur yang ada, bakteri E. coli adalah salah satu bakteri yang mampu menggunakan triptofan sebagai sumber karbon, sehingga hasil yang seharusnya didapat adalah terbentuk daerah berupa cincin pink (Cappuccino & Sherman 2002: 154).

2. Uji Methyl Red

Mikroorganisme yang digunakan pada uji Methyl Red adalah E. aerogenes dan E. coli. Bakteri tersebut termasuk ke dalam bakteri Enterobacteriaceae. Indikator positif berupa medium yang berwarna merah pada keadaan pH asam, sedangkan indikator negatif berwarna kuning atau jingga pada keadaan pH basa. Cara kerja uji tersebut adalah menginokulasikan medium dengan bakteri yang telah ditentukan kemudian diinkubasi selama dua hari lalu diamati perubahan warna mediumnya. Berdasarkan pengamatan, E. coli menunjukkan nilai positif dengan berubahnya warna medium menjadi merah yang menunjukkan adanya asam pada oksidasi glukosa. Pengamatan pada medium dengan bakteri E. aerogenes menunjukkan nilai negatif yang menghasilkan warna oranye atau jingga pada medium percobaan yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak dapat menghasilkan asam pada oksidasi glukosa.

3. Uji Voges-Proskauer

Mikroorganisme yang digunakan adalah E. coli dan E. aerogenes. Reagen yang digunakan adalah reagen Barritt. Medium yang digunakan untuk inokulasi adalah VP dengan komposisi pepton, K2HPO4, glukosa dan akuades. Cara kerja uji tersebut adalah menginokulasikan medium dengan bakteri kemudian diinkubasi selama 2 hari dan diamati perubahan warnanya. Indikator perubahan warna yaitu positif berwarna merah dan negatif tidak menunjukkan perubahan warna. Berdasarkan pengamatan, E. coli menunjukkan nilai positif dengan perubahan warna medium menjadi merah, sedangkan E. aerogenes menunjukkan nilai negatif karena tidak menunjukkan perubahan warna medium atau tetap berwarna kuning. Hal tersebut dikarenakan E. coli mampu menghasilkan senyawa asetil metil karbinol atau 2,3 butanediol setelah ditambahkan reagen Barritt. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Harley (2005: 156) bahwa penambahan reagen Barritt akan mendeteksi keberadaan asetoin, yaitu

prekursor dalam sintesis senyawa 2,3 butanediol. Keberadaan senyawa tersebut diindikasikan dengan berubahnya warna menjadi merah. Pengamatan uji tersebut menunjukkan perubahan warna menjadi merah muda, disebabkan oleh waktu inkubasi yang hanya 48 jam sehingga akumulasi senyawa tersebut tidak terdeteksi dengan baik. Menurut Cappuccino & Sherman (2002: 156), mekanisme pembentukan atau perubahan warna dimulai dengan adanya reaksi antara asetil metil karbinol dengan -naftol kemudian dengan adanya 40% KOH akan terjadi oksidasi. Hasil oksidasi tersebut berupa diasetil dan guanidin, yaitu sebuah kelompok dari pepton yang menghasilkan warna kompleks merah muda.

4. Uji Oksidatif-Fermentatif

Berdasarkan pengamatan selama 144 jam, E. coli pada keadaan aerob menunjukkan warna kuning pada medium, sama halnya pada keadaan anaerob medium berwarna kuning. Bakteri isolat DT2 menunjukkan warna medium kuning pada keadaan aerob, sedangkan keadaan anaerob menunjukkan warna medium yang hijau (warna asli). Bakteri Alcaligenes sp. pada keadaan aerob dan anaerob menghasilkan warna medium yang kuning kehijauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa E. coli merupakan bakteri yang fakultatif anaerob yang dapat melakukan adaptasi pada kondisi aerob atau anaerob. Isolat DT2 merupakan bakteri yang aerob dengan ditunjukkannya warna hijau pada medium yang anaerob. Alcaligenes sp. merupakan bakteri yang anaerob yang tidak terindikasi oleh indikator yang berwarna kuning kehijauan. Menurut Gandjar dkk. (1992: 56), uji OF bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menggunakan karbohidrat dengan cara oksidasi atau fermentasi.

5. Uji Penggunaan Sitrat

Mikroorganisme yang digunakan pada uji sitrat adalah E. coli dan E. aerogenes. Medium yang digunakan adalah KCA (Koser Citrate Agar) dengan komposisi NaCl, M MgSO4.7H2O, (NH4)2HPO4, asam sitrat dan akuades dengan

indikator Bromtimol biru. Bromtimol biru digunakan pada uji tersebut bertujuan sebagai indikator keberadaan perubahan sodium karbonat yang berhubungan dengan medium dengan perubahan warna dari hijau menjadi biru prussian. Cara kerja dari uji tersebut adalah inokulasi medium dengan bakteri kemudian diinkubasi selama 48 jam kemudian diamati pertumbuhan dan perubahan warnanya. Berdasarkan pengamatan, E. coli menunjukkan nilai positif dengan perubahan warna medium menjadi biru, E. aerogenes juga menunjukkan nilai positif karena menunjukkan perubahan warna medium menjadi biru, namun membutuhkan waktu lebih lama. Hal tersebut dikarenakan E. coli dan E. aerogenes mampu menghasilkan sitrat yang berasal dari sintesis oleh sitrase. Menurut Cappuccino & Sherman (2002: 157), sitrat bereaksi karena ada enzim sitrase yang memproduksi oksaloasetat dan asetat. Selama reaksi tersebut medium berubah menjadi basa sehingga menyebabkan indikator berubah menjadi biru.

5. Gula sebagai sumber energi

Berdasarkan pengamatan, hifa Aspergillus niger yang paling banyak tumbuh pada medium YEP (Yeast Extract Peptone Broth) + glukosa,sukrosa,fruktosa,maltosa, sedangkan yang paling sedikit tumbuh pada medium YEP saja. Spora paling banyak tumbuh pada medium YEP + maltosa, sedangkan paling sedikit tumbuh pada medium YEP. YEP mengandung pepton yang terdiri dari sejumlah asam amino yang akan digunakan oleh kapang dan bakteri untuk tumbuh, sedangkan pati sebagai sumber karbon dari medium tumbuh.

V. KESIMPULAN

1. Tahap aktivitas mikroorganisme diuji dengan uji indol, methyl red, VogesProskauer, oksidatif-fermentatif, dan uji sitrat.

2. Tiap mikroorganisme memiliki aktivitas biokimia yang berbeda-beda dan memakai jenis enzim yang berbeda pula untuk tiap aktivitas yang berbeda. 3. Identifikasi mikroorganisme dapat ditandai melalui sifat biokimia dengan adanya proses fermentasi. 4. Gula dapat dijadikan sebagai sumber energi mikroorganisme untuk tumbuh.

VI. DAFTAR ACUAN

Brock, T. D. & M. T. Madigan. 2011. Biology of microorganisms. 6th ed. Prentice-Hall, New Jersey: xix + 874 hlm. Cappuccino, J. G. & H. Sherman. 2002. Microbiology a laboratory manual. Benjamin Cummings, San Fransisco: xvi + 491 hlm. Gandjar, I., I. R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman praktikum mikrobiologi dasar. Jurusan Biologi FMIPA UI, Depok: vii + 87 hlm. Harley, J. P. 2005. Laboratory exercises in microbiology. 6th ed. McGraw-Hill Comp., Inc., Boston: xiv + 466 hlm. Pelczar, M. & E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jilid 1. Terj. dari Elements of microbiology. Oleh R. S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo & S. L. Angka. UI-Press, Jakarta: viii + 443 hlm. Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang: xx + 343 hlm.

10

LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil pengamatan produksi Indol


Biakan Medium Reagen Hasil Pengamatan 24 jam 48 jam +ehrlich: tdk E. coli Tripton 1% Ehrlich Keruh terbentuk cincin indol Keruh, ada selaput putih +ehrlich: tdk terbentuk cincin indol

Ent. aerogenes

Tabel 2. Hasil pengamatan uji penggunaan sitrat


Biakan E. coli Ent. aerogenes KSA Medium Reagen Hasil Pengamatan 24 jam 48 jam ++++ ++ Keterangan (Pertumbuhan)

Bromtimol Biru

Keterangan:

+ : tingkat kebiruan

Tabel 3. Hasil pengamatan uji methyl red


Biakan Medium Reagen Hasil Pengamatan 24 jam Lebih keruh 48 jam +MR: merah +MR: agak kuning Keterangan Menghasilkan asam Tdk menghasilkan asam

E. coli

Methyl red

Methyl red

Ent. aerogenes

ada endapan putih

10

11

Tabel 4. Hasil pengamatan uji Voges-Proskauer


Biakan Medium Reagen Hasil Pengamatan 24 jam 48 jam Keterangan Menghasilkan E. coli Tripton 1% Ent. aerogenes Barrit modifikasi (alfa naftol & Lar.KOH) Keruh, ada endapan putih +barrit: lebih merah keruh +barrit: merah kasetil karbinol / 2,3-butadieol Tdk menghasilkan

Tabel 5. Hasil pengamatan uji oksidasi-fermentasi (OF)


Biakan Medium Kondisi Hasil Pengamatan 24 jam 48 jam 120 jam +++++ Alcaligenes sp. Medium OF
(tdp hifa dan

144 jam +++++


(hifa & spora makin banyak)

Aerob

+++

bersporulasi di oermukaan)

+++++ Anaerob ++ +++ +++++


(parafin menjadi keruh)

++++ (di
permukaan medium tdp koloni berwarna kuning)

E. coli

Aerob

+++

++++

Anaerob

+++

++++ +++++

++++ (sama sprti 120 jam)

Isolat DT2

Aerob

++

(tdp koloni warna kuning)

Anaerob

Ket.:

+: tingkat warna kuning

12

Tabel 6. Hasil pengamatan gula sebagai sumber energi


Hasil Pengamatan Biakan Medium 24 jam Hifa CDB CDB + glukosa CDB + fruktosa A. niger CDB + sukrosa CDB + maltosa CDB + pati ++ Spora 48 jam Hifa ++++ Spora 120 jam Hifa +++++ Spora ++++ Tanda + + ++++ +++++ + menunjukkan jumlah yang paling sedikit hingga paling + ++ +++++ +++++ banyak Ket.

++

+++++

+++

++++

++

Gambar 1. Hasil uji sitrat [Sumber: Dokumentasi pribadi]

13

Gambar 2. Hasil uji gula sumber energi [Sumber: Dokumentasi pribadi]

Gambar 3. Hasil uji Methyl Red [Sumber: Dokumentasi pribadi]

14

Gambar 4. Hasil uji VP [Sumber: Dokumentasi pribadi]

Gambar 5. Hasil uji OF [Sumber: Dokumentasi pribadi]

Anda mungkin juga menyukai