Anda di halaman 1dari 4

Nama Jurusan Angkatan Asal KSEI

Muhammad Ulil Al-Bab Akuntansi 2010 LiSEnSi UIN Jakarta

Masyarakat dan Ekonomi Islam


Sebelum kita melangkah lebih jauh, alangkah baiknya jika kita

mengetahui dulu definisi dari masyarakat dan ekonomi itu sendiri. Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama, sedangkan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi1. Akan tetapi, ada hal yang mendasari perbedaan antara ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional itu sendiri. Perbedaan tersebut ialah: ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler dan sama sekali bebas nilai, sementara itu ekonomi islam justru dibangun dengan diwarnai oleh prinsipprinsip relijius dimana berorientasi pada dua hal sekaligus yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat2. Dari definisi-definisi ini, penulis menyimpulkan bahwa masyarakat dan ekonomi tidak dapat dipisahkan karena ekonomi sudah menjadi culture yang sudah mendarah daging bagi keberlangsungan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Akan tetapi ekonomi konvensional dan ekonomi islam merupakan dua hal berbeda karena ekonomi islam itu sendiri lebih friendly dengan masyarakat dibanding ekonomi konvensional. Mari kembali kepada fokusdari tulisan ini. Bila kita telaah lebih lanjut kondisi perekonomian dunia yang sebagian besar menganut mazhab konvensional seperti saat ini, maka dapat kita lihat bahwa perlahan tapi pasti sistem ini akan menuju kehancuran. Mari kita flashbacksejenak ke masa lalu, akan kita temukan beberapa bukti yang mendasari pernyataan ini. Yang pertama adalah peristiwa Great Depression pada 1929-1930 yang lalu dimana terjadi krisis ekonomi besar-besaran di Amerika Serikat yang menjalar ke seluruh dunia, peristiwa serupa juga terjadi pada 2008 yang mengakibatkan krisis ekonomi ini

Monzer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Ekonomi Islam, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, cet. I, 1995, hlm 2. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 30.

[1]

melanda sebagian besar negara-negara di dunia seperti Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya dan salah satunya diakibatkan oleh subprimemortgage.Mosi tidak percaya terhadap ekonomi konvensional tersebut juga berlanjut dengan adanya demo besar-besaran yang masih berlanjut hingga saat ini dan menamainya dengan gerakan occupy wallstreet sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap sistem ekonomi yang jelas-jelas merugikan masyarakat secara keseluruhan. Semua instrumen keuangan konvensional yang mengandung gharar, maisyir,dan lain sebagainya semakin terpuruk dengan sistem yang mereka buat sendiri.Seiring berjalannya waktu pula, masyarakat kian sadar bahwa mereka selama ini telah tertipu dengan manisnya sistem bunga yang dimiliki oleh ekonomi konvensional dan berubah menjadi sepahit empedu yang dibuktikan dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi secara berulang-ulang. Dan saat ini ekonomi Islam bak jamur di musim penghujan yang mewabah di segala sektor perekonomian khususnya sektor perbankan baik di negara-negara muslim maupun non-muslim. Namun, satu hal yang perlu ditekankan dari peristiwa ini adalah banyaknya perbankan yang mengeluarkan produk-produk berlabel syariah kesannya seperti ikut-ikutan saja layaknya mengikuti tren mode pakaian yang selalu berubah meskipun ada beberapa bank yang concern dan serius bergelut di sektor ini. Kita semestinya juga patut berbangga dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah yang semakin lama semakin meningkat, hal ini didasari dengan informasi yang penulis dapatkan dari salah satu media yang menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat di Jawa Timur terhadap sejumlah bank syariah semakin meningkat karena kinerja pelaku perbankan tersebut kian tumbuh di provinsi ini3. Indikator kinerja utama perbankan syariah di Jatim seperti yang diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Jatim, Ersyam Fansuri, meliputi aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan yang membukukan pertumbuhan signifikan. Aset Bank Syariah di wilayah ini mengalami peningkatan sebesar 53,87 persen menjadi Rp11,65 triliun pada triwulan IV/2011, pengelolaan dana masyarakat yang disimpan pada Bank

dikutip dari antarajatim.com/ekonomi, terbit 10 Februari 2012, diakses pada 13 Februari 2012.

[2]

Syariah di Jawa Timur tumbuh 61,78 persen menjadi Rp9,23 Triliun pada triwulan IV/2011, penyaluran pembiayaan juga mencatatkan pertumbuhan atau meningkat 72,06 persen dengan baki debit sebesar Rp8,84 triliun. Perkembangan yang signifikan ini juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya 4 : Pertama, Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan pasar potensial bagi pengembangan bank syariah di Indonseia. Sampai saat ini, pangsa pasar yang besar itu belum tergarap secara signifikan. Data terakhir menunjukkan bahwa market share perbankan syariah di Indonesia masih sangat kecil, yaitu 1,65 %, belum mencapai 2 %; kedua, perkembangan lembaga pendidikan Tinggi yang mengajarkan ekonomi syariah semakin pesat, baik S1, S2, S3 juga D3. Dalam lima tahun ke depan akan lahir sarjana-sarjana ekonomi Islam yang memiliki paradigma, pengetahuan dan wawasan ekonomi syariah yang komprehensif, tidak seperti sekarang, banyak yang masih menolak ekonomi syariah karena belum memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ekonomi syariah. Yang ketiga bahwa fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, bagaimanapun akan tetap berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan syariah. Keempat, harapan kita kepada sikap pemerintah cukup besar untuk berpihak pada kebenaran, keadilan dan kemakmuran rakyat. Political will pemerintah untuk mendukung pengembangan perbakan syariah di Indonesia tinggal menunggu waktu, lama kelamaan mereka akan sadar juga dan melihat keunggulan bank syariah.Kelima, sekaligus yang terakhirialah masuknya lembaga-lembaga keuangan internasional ke dalam jasa usaha perbankan syariah di Indonesia sesungguhnya merupakan indikator bahwa usaha perbankan syariah di Indonesia memang prospektif dan dipercaya oleh para investor luar negeri. Yang penulis dapat simpulkan dari tulisan di atas adalah sudah semestinya kita sebagai Umat Islam menyadari bahwa sebetulnya kita memiliki sistem ataupun paham ekonomi yang notabene di turunkan oleh Alloh SWT kepada Nabi Muhammad SAW ternyata memiliki andil yang cukup besar bagi kemaslahatan

dikutip dari ib.eramuslim.com/2010/08/19/10-pilar-pengembangan-bank-syariah, diakses pada 13 Februari 2012.


4

[3]

umum. Poin kedua, kita harus optimis terhadap perkembangan dan pembunian ekonomi syariah ini karena ini adalah jalan yang bisa menjadikan Islam rahmatan lil alamin. Poin ketiga yaitu janganlah kita mengekor kepada sistem yang dibuat oleh orang-orang Barat secara keseluruhan, akan tetapi hendaklah Umat Islam menyikapinya
5

dengan

la

tukadzdzibuhu

jamiia,

wala

tushahhihuhujamiia

yang berarti jangan menolak semuanya dan jangan

menerima semuanya. Sekian sepenggal tulisan yang saya buat, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi Negara kita tercinta ini. Kurang lebihnya mohon maaf apabila ada kekurangan yang ada, karena kesempurnaan hanyalah milik Alloh SWT semata dan kesalahan ada dari diri pribadi saya. Terima Kasih, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salam Ekonom Robbani.....

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 12

[4]

Anda mungkin juga menyukai