Anda di halaman 1dari 4

Studi Sedimentasi

Kemampuan produksi kWh listrik tahunan turbin PLTA Ir. P.M. Noor sangat dipengaruhi oleh kemampuan waduk dalam menyimpan air. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi kemampuan waduk dalam menyimpan air, satu diantaranya adalah laju sedimentasi waduk/sedimentation rate. Sedimentasi waduk akan mengurangi jumlah volume waduk efektif dan menggantikannya dengan volume endapan. Laju sedimentasi waduk menentukan umur pakai waduk dalam fungsinya memproduksi energi listrik. Secara konvensional, untuk waduk yang didesain Jepang, seperti halnya Waduk Riam Kanan, umur pakai waduk biasanya didesain minimal sampai dengan 100 tahun. Waduk Riam Kanan difungsikan untuk membangkitkan turbin pembangkit semenjak tahun 1973. Kondisi waduk pada saat itu tentunya masih sangat baik. Namun seiring makin bertambahnya jumlah penduduk yang mendiami DAS waduk Riam Kanan dengan segala aktivitasnya maka kondisi waduk dikhawatirkan akan terus menurun. Aktivitas-aktivitas yang mempengaruhi kondisi waduk adalah: - Peladangan berpindah-pindah - Penambangan emas, intan, bijih besi dan bijih mangaan secara liar - Penebangan hutan secara tidak terkendali - Perikanan darat dalam jumlah besar-besaran Akibat langsung dari aktivitas-aktivitas tersebut adalah berkurangnya jumlah luasan hutan/vegetasi yang menutupi daerah aliran sungai (DAS) waduk Riam Kanan sehingga laju sedimentasi akan meningkat dengan cepat.

Endapan sedimentasi yang terbentuk ini kemudian dibawa oleh semua sungai yang bermuara di waduk Riam Kanan. Jenis-jenis endapan sedimentasi yang terbentuk dapat digolongkan menjadi: - Tanah Liat : diameter 0.005 mm - Endapan Lumpur : diameter 0.005 mm 0.075 mm - Pasir : diameter 0.075 mm 2 mm

- Kerikil : diameter 2 mm Endapan yang lebih berat, seperti pasir dan kerikil, akan lebih banyak terakumulasi di bagian muara sungai. Sedangkan yang lebih ringan, seperti tanah liat dan endapan lumpur, akan menyebar ke seluruh bagian waduk dan terkumpul di bagian dekat bendungan/dam. Disamping itu sedimentasi waduk terbesar terjadi pada saat banjir. Sebagai contoh, sedimentasi yang terjadi selama satu tahun setengahnya terjadi dalam waktu 5 10 hari banjir (Professor K. Mahmood of George Washington University in Washington, DC, roughly estimated for a 1987 World Bank study). Grafik sedimentasi salah satu titik ukur di waduk Riam Kanan tahun 2006 2007 sebagai berikut:

Laju Sedimentasi Untuk menghitung laju sedimentasi memang diperlukan dana dan usaha yang sangat besar. Metode penghitungan laju sedimentasi didasarkan pada sistem informasi geografis dan data pengukuran kedalaman waduk (sounding). Menurut SNI 03-6737-2002 tentang Metode Perhitungan Awal Laju Sedimentasi Waduk, data untuk menghitung laju sedimentasi dalam waduk harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Volume aliran sungai yang masuk ke waduk dengan periode minimum 10 tahun data Volume sedimen sungai yang masuk ke waduk dengan periode minimum 10 tahun data Volume waduk yang diukur berdasarkan pemetaan topografi waduk pada saat perencanaan Selanjutnya dengan mengembangkan suatu model matematis maka volume waduk aktual dapat dihitung.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk seluruh waduk yang ada diseluruh dunia, besarnya laju sedimentasi waduk dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:

Mengingat belum pernah dilakukan studi penghitungan laju sedimentasi di waduk Riam Kanan maka untuk waduk ini diasumsikan laju sedimentasi per tahunnya sebesar 0,30% per tahun, atau sebesar 1.476.000 m3 per tahun. Cost Dari berbagai sumber dapat diperoleh informasi biaya pengerukan sedimentasi waduk berkisar antara Rp. 20.000 Rp. 50.000 per m3 volume sedimentasi. Sebagai contoh, biaya pengerukan sedimentasi waduk Gajah Mungkur oleh Perum Jasa Tirta Bengawan Solo sebesar Rp. 20.000 per m3 volume sedimentasi. Sedangkan biaya pengerukan sedimentasi di waduk PLTA Mrica sebesar Rp. 50.000 per m3 volume sedimentasi. Keuntungan yang diperoleh dari pengerukan sedimentasi waduk diperoleh dari jumlah volume sedimentasi yang berhasil diangkat. Sedimentasi yang terangkat tersebut akan digantikan oleh volume air yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin PLTA. Volume air equivalen tersebut akan dikonversikan menjadi produksi kWh yang terjual. Dengan menggunakan beberapa asumsi berikut: Efisiensi rata-rata turbin : 9,42 m3 air/kWh Harga jual listrik : Rp. 615 per kWh Laju sedimentasi waduk : 0,3% per tahun Biaya pengerukan sedimentasi : Rp. 30.000,00 per m3 sedimen dan volume sedimentasi yang akan diangkat sama dengan laju sedimentasi waduk Riam Kanan per tahun yaitu sebesar 1.476.000 m3 per tahun maka akan diperoleh hasil simulasi sebagai berikut: Biaya Investasi : Rp. 44.280.000.000; Volume sedimen terangkat : 1.476.000 m3 Penjualan kWh : Rp. 17.634.439.000,00 per tahun Pay Back Period : 3 tahun Kesimpulan Sejak PLTA Ir. P.M. Noor dioperasikan pada tahun 1973, belum pernah dilakukan studi penghitungan laju sedimentasi di waduk Riam Kanan. Setiap tahunnya hanya dilakukan pengukuran sounding waduk. Untuk dapat menghitung laju sedimentasi waduk, selain data hasil

sounding juga diperlukan data-data lain dan penggunaan GIS (Geographical Information System). Dilihat dari aspek teknis, proyek pengerukan sedimentasi waduk PLTA Ir. P.M. Noor sangat diperlukan karena semenjak dioperasikan pada tahun 1973 waduk ini belum pernah dilakukan pengerukan sedimentasi. Apabila suatu waduk tidak pernah dilakukan pengerukan sedimentasi maka suatu saat waduk tersebut akan terisi penuh oleh endapan sehingga waduk tersebut tidak dapat berfungsi lagi untuk membangkitkan energi listrik (dead storage). Banyak cara/teknologi yang ditawarkan untuk mengeruk endapan sedimentasi di waduk, diantaranya: dredging, excavation, siphoning, dan flushing. Melihat dari konstruksi dam dan waduk Riam Kanan maka dredging adalah metode yang tepat dilaksanakan dalam pengerukan sedimentasi waduk

Anda mungkin juga menyukai