Anda di halaman 1dari 4

www.at-taqwa.

org

RAJJAB 1433H / JUNI 2012

INFAQ, ZAKAT, & SHODAQOH bisa disalurkan melalui Takmir Masjid At-Taqwa atau transfer ke Rekening BCA 20-10-21-35-95 KCP Kraksaan a/n Budhi Santoso/Yusuf Effendy atau Menghubungi Takmir.

Bulan Sya'ban, antara Sunnah dan Bid'ah


Oleh: Abu Umar Wira Bachrun Al Bankawy Pendahuluan Sebentar lagi kita akan meninggalkan bulan Rajab dan masuk ke bulan Sya'ban. Tulisan ringkas ini akan membahas beberapa perkara penting yang berkaitan dengan bulan ini, mulai dari sebab penamaan bulan Sya'ban sampai pembahasan sunnah dan bid'ah seputar bulan ini. Alasan kenapa Bulan Sya'ban dinamakan Sya'ban Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dalam tafsir beliau (4/1655), "As Sakhawi rahimahullah mengatakan bahwa Sya'ban (dalam bahasa Arab artinya berpencar atau bercabang -pen) berasal dari berpencar atau berpisahnya para kabilah Arab untuk berperang. Mereka lalu berkumpul pada dua atau lebih regu pasukan." Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan di dalam Fathul Bari (5/743), "Bulan Sya'ban disebut sya'ban karena pada bulan tersebut para kabilah Arab saling berpencar untuk mencari air atau untuk melakukan penyerbuan kepada kabilah yang lain setelah mereka keluar dari bulan Rajab (yang diharamkan untuk berperang di dalamnya). Dan yang tujuan untuk berperang inilah yang lebih mendekati kebenaran dari tujuan yang pertama (untuk mencari air). "[1] Sya'ban adalah Gerbang Ramadhan Bulan Ramadhan adalah bulan penuh ampunan dari Allah ta'ala. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu." (Muttafaqun 'alaihi dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu) Untuk mencapai ampunan yang Allah janjikan maka diperlukan kesungguh-sungguhan, persiapan dan latihan terlebih dahulu di bulan Sya'ban. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam banyak melakukan ibadah puasa di bulan Sya'ban sebagai persiapan untuk memasuki Ramadhan. Dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anha, beliau berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpuasa dalam suatu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Dahulu beliau berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya." (Muttafaq alaihi) Tanpa persiapan yang matang sebelumnya, seseorang bisa jadi akan melewatkan bulan Ramadhan sebagaimana bulan-bulan lainnya, tidak diampuni dosanya wal 'iyadzu billah. [2] Sunnah-sunnah di Bulan Sya'ban Adabeberapa sunnah di bulan Sya'ban yang hendaknya diperhatikan: 1. Memperbanyak Puasa di Bulan Sya'ban Sebagaimana hadits 'Aisyah radhiyallaahu 'anha yang telah berlalu, beliau berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpuasa dalam suatu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Dahulu beliau berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya." (Muttafaq 'alaihi) Maksud ucapan beliau radhiyallahu 'anha " berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya" adalah beliau berpuasa pada mayoritas hari di bulan Sya'ban, bukan pada keseluruhan harinya, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. [3] Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk memperbanyak puasa di bulan Sya'ban ini lebih banyak daripada puasa-puasa di bulan lainnya. Para ulama menjelaskan bahwa hikmah dari puasa Sya'ban ini adalah agar seseorang menjadikannya dengan bulan Ramad1

han seperti shalat rawatib dan shalat wajib (maksudnya agar dia menjadikan puasa di bulan Sya'ban ini sebagai ibadah tambahan sebelum dia masuk ke dalam puasa Ramadhan - pen.) [4] 2. Menghitung Hari Bulan Sya'ban Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Berpuasalah kalian ketika melihat hilal dan berbukalah ketika melihatnya. Apabila hilal tersebut tertutup atas kalian, maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban menjadi tigapuluh hari." (Muttafaqun 'alaihi) Sudah sepantasnya kaum muslimin menghitung bulan Sya'ban sebagai persiapan sebelum memasuki Ramadhan. Karena satu bulan itu terkadang dua puluh sembilan hari dan terkadang tigapuluh hari, maka puasa itu dimulai ketika melihat hilal bulan Ramadhan. Jika terhalang awan hendaknya menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi tiga puluh hari. Karena Allah menciptakan langit-langit dan bumi serta menjadikan tempat-tempat tertentu agar manusia mengetahui jumlah tahun dan hisab. Satu bulan tidak akan lebih dari tiga puluh hari. [5] 3. Tidak Mendahului Ramadhan dengan Puasa Satu atau Dua Hari Sebelumnya Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului Ramadhan dengan melakukan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali seorang yang telah rutin berpuasa maka hendaknya dia tetap ber-

(dalam agama). Semua perkara yang baru dalam agama adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah kesesatan, dan semua kesesatan tempatnya di Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang untuk mendahului neraka."(HR. An Nasa'i, Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali apa 'anhuma. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Al Irwa' No. 608) yang sudah menjadi rutinitas seseorang. Misalnya seseorang yang sudah terbiasa berpuasa di hari Senin, ketika puasanya bertabrakan dengan satu Sahabat Hudzaifah radhiyallahu 'anhu berkata, "Setiap bidah adalah atau dua hari sebelum Ramadhan maka tidak mengapa baginya untuk ber- sesat, meskipun oleh manusia hal itu dianggap sebuah kebaikan." puasa. [6] Dan di antara bid'ah yang tersebar di kalangan manusia pada bulan Sya'ban adalah: 4. Tidak Berpuasa pada Hari yang Diragukan Dari 'Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi 1. Peringatan Malam Nisfu Sya'ban wasallam bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diraguAsy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah, Mufti Kerajaan Saudi kan, maka sesungguhnya dia telah bermaksiat kepada Abul Qosim (yaitu Arabia mengatakan, "Di antara bid'ah yang biasa dilakukan oleh banyak Rasulullah pen) shallallahu 'alaihi wasallam."(HR. Abu Dawud dan At Tirorang ialah bid'ah upacara peringatan malam Nisfu Sya'ban dan midzi, dan At Tirmidzi mengatakan, "Hadits hasan shahih." Dishahihkan mengkhususkan pada hari tersebut dengan oleh Al Albani di Shahih Abi Dawud no. puasa tertentu. Padahal tidak ada satu pun 2022) dalil yang dapat dijadikan sandaran. MeYaumus syak (hari yang diragukan) mang ada hadits-hadits tentang keutamaan adalah hari ketigapuluh dari bulan Sya'ban malam tersebut, akan tetapi hadits-hadits apabila hilal tertutup mendung atau karena tersebut adalah hadits yang lemah selangit berawan pada malam sebelumnya. hingga tidak dapat dijadikan landasan. Para ulama berbeda pendapat tentang laAdapun hadits-hadits yang berkenaan denrangan ini apakah sifatnya pengharaman gan keutamaan shalat pada hari itu adalah atau makruh. Dan yang kuat dari pendapat hadits yang palsu. para ulama adalah pengharamannya. [7] Dalam hal ini, banyak di antara para ulama yang menyebutkan tentang lemahnya Faidah: hadits-hadits yang berkenaan dengan Di dalam sebuah hadits dari Abu pengkhususan puasa dan keutamaan shaHurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah lat pada hari Nisfu Sya'ban. shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketika masih tersisa separuh dari bulan Al Hafizh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Sya'ban, maka janganlah kalian berLathaiful Ma'arif mengatakan bahwa puasa." (HR. At Tirmidzi, beliau berkata perayaan malam Nisfu Sya'ban adalah bid'ah dan hadits-hadits yang menerangkan "Hasan shahih.") keutamaannya lemah. Hadits-hadits lemah Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al bisa diamalkan dalam ibadah jika asalnya Utsaimin mengatakan [8], "Meski At Tirdidukung oleh hadits-hadits shahih, semidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah dangkan upacara perayaan malam Nisfu hasan shahih, akan tetapi hadits ini adalah Sya'ban tidak ada dasar hadits yang shahih hadits yang lemah. Al Imam Ahmad mengasehingga tidak bisa didukung dengan dalil takan bahwa hadits ini syadz[9]. Hadits ini menyelisihi riwayat Abu Hurairah hadits- hadits dhaif."[11] radhiyallahu 'anhu di mana Nabi bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului Ramadhan dengan melakukan puasa satu atau 2. Nyekar/Ziarah Qubur dua hari sebelumnya." Ziarah qubur pada asalnya adalah perkara yang disyariatkan. RasululDipahami dari sini bahwa boleh berpuasa pada tiga hari sebelum lah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya dulu aku melaRamadhan, atau empat hari, atau bahkan sepuluh hari sebelumnya. rang kalian dari ziarah kubur. Maka sekarang ziarahilah kuburan, karena dalam ziarah kubur ada pelajaran. Namun jangan kalian mengeluarkan Kalau pun haditsnya shahih, maka larangan di sini bukanlah bersifat ucapan yang membuat Rabb kalian murka.(HR. Ahmad dan yang selainnya pengharaman, hanya saja dimakruhkan sebagaimana pendapat sebagian dari Ali radhiyallahu 'anhu. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam ulama. Kecuali apabila dia sudah memiliki rutinitas puasa, maka hendaknya Silsilah Ash Shahihah no. 886) dia tetap pada rutinitasnya tersebut meski di paruh kedua bulan Sya'ban. Beliau juga bersabda, Ziarahilah kuburan karena sesungguhnya ziarah Dengan demikian, puasa pada kondisi ini terbagi menjadi tiga: kubur itu mengingatkan kepada kematian.(HR. Muslim dari Abu Hurairah 1. Setelah pertengahan Sya'ban sampai tanggal dua puluh delapan, maka radhiyallahu 'anhu) ini hukumnya makruh kecuali bagi yang sudah punya rutinitas puasa. Akan Al Imam Ash Shan'ani mengatakan, Hadits-hadits ini menunjukkan tetapi pendapat ini dibangun atas anggapan bahwa hadits larangan puasa disyariatkannya ziarah kubur, menerangkan hikmahnya, dan dilakukannya tersebut shahih. Al Imam Ahmad tidaklah menshahihkan hadits ini, maka dalam rangka mengambil pelajaran. Maka bila dalam ziarah kubur tidak dengan demikian tidaklah dimakruhkan sama sekali. tercapai hal ini berarti ziarah itu bukanlah ziarah yang diinginkan secara 2. Satu atau dua hari sebelum Ramadhan, maka ini hukumnya haram kec- syari.[12] uali bagi yang sudah punya rutinitas berpuasa sebelumnya. Akan tetapi, mengkhususkan ziarah kubur pada bulan Sya'ban, atau 3. Pada yaumus syak, hari yang diragukan. Maka ini haram secara mutlak. menjelang Ramadhan adalah perkara yang tidak pernah dituntunkan di Tidak boleh berpuasa pada hari syak karena Nabi shallallahu 'alaihi wasal- dalam syariat. lam telah melarangnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Bahkan di sebagian kuburan, orang-orang berkumpul di sekitarnya pada hari tertentu dalam setahun, Bid'ah-bid'ah pada Bulan Sya'ban mereka melakukan perjalanan jauh ke kuburan tersebut baik pada bulan Bid'ah secara bahasa artinya perkara yang baru dibuat. Adapun secara Muharram, Rajab, Sya'ban, Dzulhijjah atau di bulan selainnya. Sebagian syar'i, bid'ah artinya jalan atau metodologi baru dalam yang agama yang mereka berkumpul pada hari 'Asyura (10 Muharram), sebagiannya lagi menyerupai syariat yang dimaksudkan dengannya untuk berlebih-lebihan pada hari Arafah, yang lainnya pada hari Nisfu Sya'ban dan sebagian lagi di dalam beribadah kepada Allah ta'ala. [10] waktu yang berbeda. Mereka mengkhususkan hari tertentu dalam setahun Bid'ah hukumnya haram. Allah ta'ala berfirman: "Apakah mereka mem- untuk mengunjungi kuburan tersebut." [13] punyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka Perkara ini dilarang karena tidak ada tuntunannya di dalam agama. agama yang tidak diizinkan Allah?" (Asy Syura: 21) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang bera-

puasa pada hari tersebut."(Muttafaqun 'alaihi)

"Sesungguhnya orang-orang yang


mengatakan: "Rabb kami ialah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [Fushilat : 30]

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang beramal mal dengan sebuah amalan yang bukan dari ajaran kami maka amalan itu dengan sebuah amalan yang bukan dari ajaran kami maka amalan itu akan akan tertolak."(Muttafaqun 'alaih dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha) tertolak."(Muttafaqun 'alaih dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha) Selain itu beliau juga melarang untuk melakukan safar untuk berziarah Beliau juga bersabda, "Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang baru kecuali ke tiga masjid. Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulul2

lah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Janganlah kalian bepergian Kemungkaran di dalam acara ini juga bertambah apabila diiringi dengan (mengadakan safar dengan tujuan ibadah) kecuali kepada tiga masjid: Mas- kurafat, keyakinan yang batil bahwa arwah orang yang telah meninggal ikut jidku ini, Masjid Al Haram, dan Masjid Al Aqsha. (Muttafaqun 'alaihi) hadir untuk mengunjungi saudara-saudaranya yang masih hidup. Wallahul musta'an. Pelarangan ini semakin keras apabila ziarah tersebut diiringi dengan tawasul atau berdoa meminta kepada kuburan yang diziarahi. Allah berfir- Catatan: man, Dan bahwa masjid-masjid itu milik Allah maka janganlah kalian berSelain perkara yang disebutkan di atas, masih ada tradisi yang sebaidoa kepada seorangpun bersama Allah. (Al Jin: 18) knya juga ditinggalkan. Tradisi tersebut adalah bermaaf-maafan sebelum Apabila seseorang berdoa kepada selain Allah, maka sesungguhnya dia memasuki bulan Ramadhan. Kalau memang seseorang punya kesalahan telah terjatuh ke dalam perbuatan syirik yang tidak diampuni oleh Allah sub- terhadap orang tua, karib kerabat, atau teman-temannya maka hendaknya hanahu wata'ala. Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan men- dia segera meminta maaf, tidak perlu mengkhususkan sebelum masuk bugampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari lan puasa karena yang demikian menyelisihi sunnah.[16] syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An Nisa: 48) Untuk mendukung kegiatan saling memaafkan sebelum Ramadhan ini, sebagian orang membawakan hadits yang bunyinya, Ya Allah tolong abai3. Shalat Alfiyah kan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan RamadDi dalam kitab beliau Al Bida' Al Hauliyyah, ketika menyebutkan tentang han dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: Tidak memohon maaf terlebih bid'ahnya shalat Alfiyah di Bulan Sya'ban, Asy Syaikh Abdullah At Tuwaijiri dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); Tidak bermaafan terlemengatakan, "Shalat bid'ah ini dinamakan Shalat Alfiyah karena di dalambih dahulu antara suami istri; Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan nya dibacakan surat Al Ikhlash sebanyak seribu kali. Jumlah raka'atnya orang-orang sekitarnya. Dan barang siapa yang menyambut bulan Ramadseratus, dan pada setiap rakaat dibacakan surat Al Ikhlas sepuluh kali. han dengan suka cita , maka diharamkan kulitnya tersentuh api neraka." Tata cara shalat ini dan pahala amalannya telah diriwayatkan dari banHadits ini wallahu a'lam datangnya darimana, siapa sahabat perawinya, yak jalan sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnul jauzi dalam kitab diriwayatkan di kitab apa, bagaimana keadaan sanadnya. Apabila hadits ini beliau Al Maudhu'at (kumpulan hadits-hadits palsu). Beliau berkata, "Kami adalah buatan orang, kemudian disandarkan kepada Rasulullah shallallahu tidaklah ragu lagi kalau hadits ini benar-benar palsu. Kebanyakan perawi 'alaihi wasallam, maka ditakutkan dia akan terjatuh ke dalam sabda Rasululhadits ini dalam tiga jalannya adalah para majahil (tidak diketahui ketsiqalah shallallahu 'alaihi wasallam, "Barangsiapa yang dengan sengaja berduhan/kebenaran riwayatnya), dan di dalam terdapat rawi yang sangat lemah, sta atas kami, maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya dari api sehingga haditsnya tidaklah teranggap sama sekali." [14] neraka." (Muttafaqun 'alaih dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu) 4. Padusan Adapun hadits yang mirip dengan hadits tersebut, lafazhnya adalah Padusan adalah acara mandi bersama yang dilakukan pada akhir bulan sebagai berikut, Sya'ban, menjelang masuknya bulan Ramadhan. Biasanya orang-orang " berkumpul di sungai, danau, air terjun atau kolam, lalu mandi bersama dengan keyakinan perkara tersebut akan membersihkan dosa-dosa mereka : sebelum mereka masuk ke dalam bulan Ramadhan. Di sebagian tempat, acara mandi-mandi ini dilakukan dengan mengguyurkan air dari dalam bejana yang telah dicampur dengan berbagai kembang dan jeruk limau. Acara seperti ini memiliki kemungkaran dari berbagai sisi:

" : : ! " : . : . : . : . : ".:

a. Merupakan bid'ah yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa engkau mengatakan 'alaihi wasallam dan tidak pernah pula dikerjakan oleh generasi awal Islam, perkara tersebut?" dan telah berlalu penjelasan tentang keharamannya. b. Di dalamnya terdapat keyakinan yang rusak bahwa dengan acara mandimandi tersebut akan membersihkan dosa-dosa. Ini adalah keyakinan yang keliru karena sesungguhnya dosa-dosa tidaklah akan terhapus dengan acara mandi seperti itu. Dosa-dosa akan terhapus dengan taubat, meminta ampunan dari Allah serta memperbanyak amalan shalih. Allah ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (At Tahrim: 8) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jibril berkata kepadaku, 'Celaka seorang hamba yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup akan tetapi tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' Maka kukatakan, 'Amin.'" Kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seorang hamba yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!' Maka aku katakan, 'Amin'.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin".

Kemudian Jibril berkata, 'Wahai Muhammad, celaka seseorang yang "Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal jika disebut namamu namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katashalih niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya." (At kanlah amin!' Maka kukatakan, 'Amin.'"(HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Asy Syaikh Al Albani mengataTaghabun: 9) kan bahwa haditsnya hasan shahih). c. Di dalam acara semacam ini juga terjadi ikhtilath, campur baur antara lakilaki dan perempuan yang bukan mahram dengan tujuan yang jelek, maka ini Penutup tidak diragukan lagi keharamannya. [15] Demikianlah sedikit pembahasan yang berkaitan dengan bulan Sya'ban. Semoga Allah jadikan sebagai amalan shalih bagi penulis dan bisa mem5. Sedekah Ruwah berikan manfaat bagi kaum muslimin. Wallahu ta'ala a'lam, semoga shalaDi beberapa tempat di Indonesia, sering diadakan sedekah ruwah. wat dan salam tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu Sedekah ruwah adalah acara kenduri (makan-makan) yang tujuannya 'alaihi wasallam. adalah mengumpulkan orang banyak untuk kemudian membacakan tahlil dan surat Yasin untuk kemudian dihadiahkan kepada arwah orang tua dan (Ditulis pada hari Rabu tanggal 23 Rajab 1433 H Semoga Allah senantiasa karib kerabat yang telah meninggal dunia. Acara ini juga termasuk bid'ah menjaga dan mengokohkannya) Wira Mandiri Bachrun | Abu Umar. Darul Hadits Syihr, Hadramaut Yaman. Email/Y!M: brother_wira@yahoo.com yang tidak pernah dituntunkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. REDAKSI Buletin At-Taqwa diterbitkan oleh Takmir Masjid At-Taqwa PT YTL Jawa Timur - Paiton - Indonesia Ketua: Bpk. Arief Saptahadi; Sekretaris: Bpk. Jaiman; Bendahara : Bpk. Sujatmiko Rekso Samudro (Eko); Bagian Bulletin : Heri Yuono , Indra Hadi Kurniawan; Kritik, Saran, & Masukan Bisa Dikirimkan Ke Takmir@AtTaqwa.org 3 Catatan kaki: [1] Sya'ban Fadhail wa Ahkam, Abu Nafi' Salim Al Kilali, hal. 1 [2] Faidah dari Muhadharah bertema Hal Al Muslim fi Sya'ban (Rajab 1432 H), Abu Hasyim Asy Syihri [3] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani (4/214) [4] Syarh Riyadhis Shalihin, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al

Utsaimin (3/408) [5] Shifat Shaumin Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Asy Syaikh Salim Al Hilali dan Asy Syaikh Ali Hasan Al Halabi, hal. 27 [6] Syarh Riyadhis Shalihin, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin (3/393) [7] Idem (3/394). [8] Idem (3/394-395). [9] Hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah, akan tetapi menyelisihi rawi lain yang lebih tsiqah atau menyelisihi sekelompok rawi yang lebih banyak jumlahnya. [10] Al I'tisham, Al Imam Asy Syatibi (1/26) [11] At Tahdzir minal Bida', Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz hal. 20 Kemudian


Kemudian

Makna kalimat salam tersebut di antaranya adalah, Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu.

Dalilnya adalah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dari Imran Ibn Hushain radhiyallahu anhu berkata, Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu mengucapkan Assalamu [12] Subulus Salam, Al Imam Ash Shan'ani (2/114). alaikum. Nabi menjawab salam itu, lalu orang itu duduk. Nabi berkata, [13] Iqtidha' Sirathil Mustaqim, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hal. 257. sepuluh (kebaikan). Kemudian datang orang lain dan mengucapkan, Assalamu alaikum wa rahmatullah. Nabi menjawabnya, lalu orang itu [14] Al Bida' Al Hauliyyah, Asy Syaikh Abdullah At Tuwaijiri, hal 291. duduk dan Nabi berkata, Dua puluh (kebaikan). Kemudian datang orang [15] At Tahdzir minal Ikhtilath, Syaikhuna Abdullah bin Al Mar'ie bin Buraik, lain lagi dan mengucapkan Assalamu alaikum wa rahmatullahi wabarahal 3. katuh. Nabi membalas salamnya lalu dia duduk dan Nabi berkata, Tiga [16] Demikian penjelasan dari guru kami Asy Syaikh Abdullah bin Umar Al puluh (kebaikan). (HR. Abu Daud) (Ada juga riwayat dari Abu Hurairah Mar'ie ketika ditanya hukum bermaaf-maafan sebelum masuk Ramadhan. radhiallahu anhu) Beliau menjawab, "Apabila seseorang memang memiliki kesalahan maka [HR. At-Tirmidzi no.2689 dan beliau berkata :Hadits hasan shahih gharib, hendaknya dia segera meminta maaf. Namun mengkhususkannya pada dan diriwayatkan Al-Bukhari dalam adabul mufrad no 986, dan albani berwaktu sebelum masuk Ramadhan maka ini khilafus sunnah, menyelisihi kata :Hadits ini shahih. Dan diriwayatkan juga oleh Ahmad no.19446, dan sunnah." Wallahu 'alam. Ad-Darimi no.2640]

Kultum Subuh At-Taqwa:

Bab Adab Salam (bag. 1)


Disusun Oleh Bpk. Budhi Santoso Mukadimah

Kesalahan pengucapan atau penulisan lafadz yang kadang kita dengar Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, adalah Assalamualaikum warahmatullahi taala wabarakatuh. Penambamenyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan han kata taala adalah tidak benar karena tidak sesuai dengan lafadz yang beriman kepada Allah. (QS Ali Imran : 110) disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Menurut kaidah bahasa Arab, lafazh adalah fiil madli dari kana Kesalahan lain yang sering ditemui dalam penulisan atau pengucapan untuk kata ganti kamu jamak. Jadi terkandung makna dalam lafazh : salam adalah penyingkatan salam dengan tulisan ass, ass.wr.wb, asw, demikianlah Allah SWT telah menjadikan kamu sekalian sebagai yaitu kum atau yang lainnya, maka ucapan seperti ini bukanlah salam, henummat yang terbaik. Dalam lafadz , ungkapan tersebut ditujukan daknya ketika menulis komentar, sms atau media lainnya kita tidak menulis kepada umat Nabi Muhammad saw. kan seperti itu. Bagaimana lafadz-lafadz tersebut dapat disebut salam, se Lafazh merupakan sifat dari khairu ummah, yang artinya mentara dalam lafadz tersebut tidak mengandung makna salam yaitu penditampilkan atau dimenangkan atas manusia. Di bagian selanjutnya dari ghormatan dan doa bagi penerima salam. Bahkan lafadz ass, dalam perbendaharaan kosa kata asing memiliki pengertian yang sangat kotor dan ayat ini disebutkan 3 hal yang menjadi ciri khairu ummah yaitu. tidak sopan, bahkan mengandung unsur penghinaan karena lafadz ass (1). Menyuruh kepada yang maruf, (2). Mencegah dari yang munkar, digunakan untuk mengumpat orang lain (wal iyyadzubillah). (3). Beriman kepada Allah SWT, sebagaimana terdapat dalam lafadz: Tulislah dengan lafadz yang benar seperti assalamu alaikum, atau kalau memang tergesa-gesa tidak di tulis juga tidak apa-apa. Selanjutnya disebutkan dalam hadith Rasullullah bahwa mukmin yang Hukum membalas salam. paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Orang Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan , maka balaslah mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah [dengan yang seakhlaknya. (HR. Abu Daud dan Imam Ahmad). rupa]. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (Qs. AnUntuk menjadi pribadi berakhlak mulia, Nabi Muhammad adalah pribadi Nisaa: 86) terbaik dimana kita bisa mengambil suri tauladan, sebagaimana firman Allah Dari ayat yang mulia di atas dapat diketahui bahwa hukum menjawab dalam Surat Al Ahzab ayat 21. : Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang atau membalas salam dengan lafadz yang sama dengan apa yang diucapmengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari kiamat dan dia banyak kan adalah fardhu atau wajib. Sedangkan membalas salam dgn lafadzh yang lebih baik dari itu hukumnya adalah sunah. Pengucapan atau penulimenyebut Allah. san salam yang salah hendaknya dibalas dengan lafadz yang benar. Bagian 1 : Lafadz dan makna salam Saudaraku yang dimuliakan oleh Allah taala, ucapan salam adalah sunah yang diajarkan oleh Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam, akan tetapi sebagian kaum muslimin salah dalam mengucapkannya, sebagian salah dalam menuliskan atau melafazhkan, sebagiannya lagi salah dalam mengucapkan salam dengan meringkasnya menjadi kata yang tidak lagi menjadi salam. Adapun lafadz salam yang paling utama adalah 4

Kadangkala boleh menjawab salam dengan jawaban : Waalaikassalam warahmatullaahi wabarokaatuh wamaghfirotuhu jika yang mengucapkan salam adalah satu orang laki-laki. Sesuai dengan hadits : Dari Zaid bin Arqom beliau berkata: Jika Nabi shollalalahu 'alaihi wasallam mengucapkan salam kepada kami, kami menjawab : Wa Alaikas salaam warohmatullahi wabarokaatuh wa maghfirotuhu (Semoga keselamatan, rohmat Allah, keberkahan, dan ampunanNya kepada anda) (H.R alBukhari dalam Taarikhul kabiir, dishahihkan Syaikh alAlbany dalam Silsilah alAhaadits as-Shahiihah no 1149 ) Kesalahan Pengucapan atau Penulisan Lafadz.

Mari Hadir & Menimba Ilmu! Kajian Rutin Tiap Kamis Malam Jumat
Di Masjid At-Taqwa OHC YTL

Bada Sholat Maghrib Berjamaah,


Dibimbing oleh Ustad Kharisman

Anda mungkin juga menyukai