Anda di halaman 1dari 2

IBU KOTA PERIANGAN

Arubisama

Halo, nama saya Bandung. Anak-anak saya banyak sekali. Kamu juga termasuk salah satunya. Bila kamu bertanya keturunan dari anak saya yang manakah kamu itu, saya tidak mampu menjawab. Karena bagi saya semua anak-anak saya itu sama. Tapi bila kamu mau mendengarkan cerita tentang anak-anak saya pada masa lalu, saya bisa menceritakan kilasannya. Mengapa sekilas? Karena sisanya adalah tugas kamu sebagai anak untuk mengenali ibunya. Dulu anak saya pernah berduyun-duyun meninggalkan saya karena kekuatan mereka jauh lebih kecil daripada musuh yang ingin memperkosa saya. Mereka lalu membakar harta benda mereka bersama saya. Ya. Saya pernah dibakar. Tapi mereka melakukannya demi kesucian saya. Mereka tidak lari. Mereka melawan dari sekeliling saya. Banyak sekali anakanak saya yang mati demi saya saat itu. Saya menangis untuk mereka. Mereka cinta saya. Lalu salah satu anak saya menggelar konferensi Asia-Afrika. Katanya sih untuk menyuarakan semangat anti kolonialisme. Saya merasa tersanjung saat teman anak saya yang berasal dari India berkata dalam pidatonya bahwa saya adalah ibukota dari Asia dan Afrika. Lalu di masa yang lain, sebuah majalah asing buatan teman anak saya menyebut saya sebagai salah satu kota teraman di dunia. Wah, saya jadi teringat kembali ke masa lalu. Saat anak saya belum mengusir musuhnya dari saya. Musuh mereka menyebut saya Parijs van Java karena kecantikan saya. Saya jadi malu sendiri kalau membayangkan nama sebutan saya. Soal nama sebutan, saya memang ratunya. Saya pernah dipanggil kota kembang dengan semboyan bersih, hijau, berbunga yang disingkat berhiber. Dalam bahasa sunda, ber itu kata yang melukiskan bunyi saat terbang dan hiber itu berarti terbang. Dengan kata berhiber, mungkin anak saya waktu itu ingin berkata: terbanglah engkau, ibu Dan berilah contoh kepada yang lain agar mereka secantik dirimu. Ah.. Sudah saja. Jangan diteruskan. Saya takut dianggap sombong. Saya juga memiliki saudara di negara asing lho! Saudara saya yang bernama Yingko dan Luizhou ada di Cina, Fort Worth di Amerika, Suwon di Korea Selatan, Braunschweig di Jerman, Cebu di Filipina, Bari di Italia, Topolcianky di Slowakia, New South Wales dan Bega Valley di Australia serta Hamamatsu di Jepang. Banyak juga ya Anak-anak saya tergolong cerdas dan gemar berkreasi. Pernah suatu ketika, sebuah organisasi menjadikan saya pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Wajar bila saya merasa bangga saat itu. Namun lama kelamaan anak-anak saya menjadi sombong. Rasa cinta mereka pada saya hanya sebatas kepentingan mereka. Mereka lebih cinta pada saudara asing saya. Beberapa diantara mereka berusaha mendandani saya agar seperti saudara saya itu. Padahal dengan kebaya saja, saya sudah dicintai dunia. Mereka berkata ingin membuat saya menjadi modern. Mengikuti jaman. Tapi mereka sendiri masih tergagap-gagap menghadapi apa yang mereka sebut modern. Mereka mendandani saya dengan cepat. Mereka menghiasi saya dengan segala yang mereka sukai. Padahal belum tentu kesukaan mereka cocok dengan saya. Lalu kembang-kembang saya diratakan dengan tanah dan dilumuri aspal. Tubuh saya ditanami beton. Sakit sekali rasanya menopang gedung-gedung mereka. Warna hijau saya diganti hitam. Tak ada lagi kata bersih. Sampah dimana-mana. Supaya tidak malu, mereka

member saya nam baru. Ber ri ma rmartabat. A Apanya yang bermartab Harga d saja say sudah g bat? diri ya tidak p punya! Kasi ihan anak-anak saya. Mereka te erpaksa me enyingkir saat rumah mereka dijadika lokasi pembanguna pertokoa besar. Milik dan un an an an M ntuk siapany saya tidak tahu. ya Yang pa bukan u asti untuk anak saya! Karen anak saya selalu ters na singkir bila hari libur ti iba. Untuk memu U udahkan ke edatangan tamu mere pun, an eka nak-anak sa mengo aya orbankan saudara anya. Merek harus m ka menyingkir s sementara kendaraan t k tamu-tamu itu dengan kurang n ajar me engotori nap saya. Jalanan yang lebar ditam pas mbah lebar. Tamu-tamu tinggal see u enaknya dan me embangun usaha di t tempat ana ak-anak say berjalan kaki. Pen ya n ngusaha-pengusaha berebut tan mencak langit. Pembangu kar unan terus berjalan. Spanduk d dan plang raksasa mengha alangi pem mandangan. Suara bisi ing mobil dan motor memekak r kkan pende engaran. Sudahla Saya me ah! erasa benci menceritak semua perbuatan m kan p mereka terhadap saya! Lihat betapa semrawutn saya se a nya ekarang! Ha arga diri sa habis d aya diinjak-injak Anakk. anak sa tidak peduli lagi ba aya ahwa musuh mereka tel kembali Meskipun dengan wa dan h lah i. n ajah peranga baru. Me ai ereka tidak datang untu berperan Mereka datang den uk ng. ngan uang. Mereka ingin m menikmati tu ubuh saya. M Mereka ingi mencicip saya lalu p in pi pergi saat sa diangga sudah aya ap tidak la memuask hasrat m agi kan mereka. Say jadi pelac Dilacur ya cur! rkan anak-a anak saya se endiri! Saya sudah b bukan menjadi milik an nak-anak sa Saya te aya. elah direbut anak-anak berdasi. Penjajah. Anak-an saya ter nak rlalu sibuk u untuk meny yadari bahw penjajah tidak lag hitam wa han gi putih. S Semua warn nanya berba menjadi kelabu. Benar dan sa aur i alah ditentu ukan oleh golongan g dan kek kayaan. Ana ak-anak say menjadi b ya budak belia Saya han bisa me an. nya enangis dala diam am seraya b berharap su uatu saat na salah seorang anak saya berb anti bisik pada s saya dengan penuh n cinta: I Ijinkan ak membak ku karmu, ibu Agar an u. nak-anakmu menemuk u kan cinta mereka terhada apmu. Saat e engkau kem mbali menjad lautan ap Aku berj di pi. janji akan m merebutmu kembali. k

Bandung, 13 Januari 2011 J Tulisan ini per rnah dimuat di KK KB-LP edisi Febr ruari 2011 dengan memakai nama Sima Botak n

Anda mungkin juga menyukai