disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemologi Dosen: Ns. Latifa Aini S.,M.Kep.,Sp.Kom.
oleh: Kelompok 12
1. Susilo Eko Putra 2. Kimas Arya Udayana
(082310101019) (082310101063)
Sedangkan
angka
penderita
Hipertensi
kian
hari
semakin
mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita Hipertensi. Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovasculer. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi. Pada saat ini Departemen Kesehatan telah menyusun kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan penanggulangan penyakit Hipertensi yang meliputi 3 komponen utama yaitu surveilans penyakit Hipertensi, promosi dan pencegahan penyakit hipertensi serta manajemen pelayanan penyakit Hipertensi. Untuk itu diperlukan suatu bentuk strategi guna untuk mengurangi tingginya angka kejadian hipertensi. B. Pengorganisasian dan Strategi 1. faktor Pengorganisasian risiko penyakit Hipertensi dimaksudkan agar program yang
PENGENDALIAN
memanfaatkan segala sumber daya atau potensi yang ada diwilayah kerjanya. Organisasi disusun sesuai dengan tingkatan dan keterkaitan secaraYANMED dalam struktur. Adapun bagan alur pengorganisasian langsung DINKES PROPINSI PROMKES pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah sebagai berikut: BINKESMA
S PROFESI POKJA DINKES KABUPATEN/KOTA
PUSKESMAS PENGELOLA
DESA POSBINDU
Alur Pengorganisasian pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah. Peran masing-masing unit kerja adalah: 1)
a)
Pusat Mengembangkan pedoman tentang survailans penyakit Di semua tingkat pelayanan dengan melibatkan Hipertensi.
organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Hipertensi.
b)
Membina, mengawasi
dan
memfasilitasi
program
pencegahan
nasional melalui penetapan kebijakan nasional, standarisasi dan pengaturan dengan bimbingan dan pengendalian.
c)
jaringan
kerjasama antar institusi pelayanan dalam upaya pencegahan dan penangulangan hipertensi. d) Meningkatkan kegiatan promosi dan pencegahan dalam pelayanan hipertensi di institusi pelayanan
e)
Mengembangkan pelayanan hipertensi berbasis masyarakat Melakukan monitoring dan evaluasi Propinsi Mengembangkan pedoman dan instrument. Mengembangkan berbagai model surveilans penyakit
f) 2)
a)
b) c) d)
e) 3)
hipertensi Menyebarluaskan informasi. Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan di tingkat Melakukan monitoring dan evaluasi Kabupaten/kota a) Membuat kebijakan tentang pengendalian (surveilans, promosi darah.
b)
Propinsi
kesehatan
penemuan
penatalaksanaan
c)
Jantung dan Pembuluh darah bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan di tingkat Melakukan monitoring dan evaluasi Rumah sakit a) b)
c)
kabupaten d)
4)
Melakukan deteksi dini terhadap penyakit hipertensi dan Melakukan pencatatan pelaporan tentang hipertensi dan Melakukan penyuluhan Melakukan faktor rujukan Melakukan pengobatan
5)
a)
Puskesmas Melakukan deteksi dini terhadap penyakit Hipertensi dan Melakukan pencatatan dan pelaporan. Melakukan penyuluhan. Melakukan sistem rujukan bila terdapat kasus yang tidak faktor risiko berikut tata laksana. b) c) d)
Strategi program pencegahan dan penanggulangan hipertensi yaitu: Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam Memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya gerakan dalam Meningkatkan kemampuan SDM dalam pencegahan dan Meningkatkan surveilans rutin dan faktor risiko, registri Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pencegahan dan penanggulangan hipertensi. b) c)
d)
pencegahan dan penanggulangan hipertensi. penanggulangan hipertensi. penyakit, surveilans kematian yang disebabkan hipertensi
e)
legislatif dan stakeholder untuk terlaksananya dukungan pendanaan dan operasional. Pencegahan dan penanggulangan hipertensi seyogyanya harus
dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, karena berbagai wadah kerjasama lintas sektoral perlu dikembangkan dengan berpedoman pada strategi five level of preventif (5 tingkatan pendekatan pencegahan dan penanggulangan) hipertensi sebagai berikut:
HARAPAN KE DEPAN
Penurunan Resiko Penyakit Terhada Populasi Kondisi Lingkungan dan Sosial menunjang Kesehatan Pola Perilaku Hidup Sehat Peningkatan Kapasistas Fungsional/R ekurensi Penurunan Faktor Resiko Kasus Kejadian Kematian mendadak Berkurang Kualitas Hidup Yang baik hingga Kematian
PREVENTIF
KURATIF
REHABILITATIF
PENDEKATAN Mengembangkan manajemen akut dan Penanganan Gawat Darurat di semua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana yang dibutuhkan dalam pengendalian penyakit jantung
Melakukan Deteksi Dini terhadap faktor resiko yang memicu terjadinya Penyakit Jantung dan Stroke
Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya Kebijakan Publik yang mendukung Pengendalian Penyakit Jantung dan Stroke Meningkatkan Pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat Mengenai Pula Perilaku hidup sehat
Melakukan Pengendalian faktor resiko pada populasi dengan penanggulangan merokok, peningkatan gizi seimbang, dan peningkatan aktivitas.
Mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsure profesi, Pengelola Program dan Pelaksana Pelayanan di berbagai tingkatan
Komplikasi Serangan penyakit Jantung dan Pembuluh darah yang Fatal/ Dekompensasi
Penemuan kasus dilakukan melalui pendekatan deteksi dini yaitu terhadap faktor risiko penyakit
hipertensi yang meningkat pada saat ini dengan cara screening kasus Tatalaksana pengendalian penyakit hipertensi dilakukan dengan
a)
pendekatan: Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi.
b)
seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi Rekurensi (kambuh) faktor risiko. c) Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
d)
keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.
C. Pelaksanaan Surveilans pada Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi berbasis pada kesehatan masyarakat (public health) didahului oleh pengumpulan data dan informasi. Merujuk pada kebijakan yang ada, data dan informasi yang dibutuhkan adalah yang berhubungan dengan kesakitan, kematian serta faktor risiko. Beberapa sumber data dan informasi yang dapat menjadi acuan antara lain adalah dari SURKESNAS, SKRT, SP2RS, RR puskesmas. Penggunaan data dari SURKESNAS, SKRT dimaksudkan bila pada daerah yang rencananya akan dilakukan intervensi tidak mempunyai data dan informasi yang spesifik daerah tersebut, surveilans yang dilakukan dimasyarakat ditujukan bagi factor risiko penyebab hipertensi, seperti pola makan, aktifitas, merokok. Surveilans hipertensi meliputi surveilans faktor risiko, surveilans penyakit dan surveilans kematian. Surveilans faktor risiko merupakan prioritas karena lebih fleksibel dan lebih sensitif untuk mengukur hasil intervensi dalam jangka menengah. Dalam melakukan surveilan, berbagai pihak dan organisasi kemasyarakatan dapat diikut sertakan (governance organization).
Surveilans Faktor Resiko SURKERNAS data mordibitas dan mortalitas SKRT dan mordibitas dan mortilitas
organization)
maupun
PROMOSI KESEHATAN
Pola hidup sehat/tidak merokok Diet seimbang Aktivitas fisik Training dan wawancara BMI Tensi
PELAYANAN KESEHATAN
Format surveilans dapat dibuat sesuai dengan tingkatan dan institusi penyelenggara surveilan yang akan dilakukan. Pada tingkat puskesmas, format surveilans berupa perpanjangan dari dlaqnosa hipertensi yang dibuat terhadap pasien. Bila seorang pasien terdiagnosa sebagai penderita hipertensi, tindakan selanjutnya adalah mengisi form faktor risiko yang dibuat. D. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan kegiatan Pengendalian PTM khususnya tatalaksana faktor risiko penyakit hipertensi diperlukan dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan. 1. Pencataan. Perlu suatu mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti. Pencatatan dilaksanakan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan, yaitu :pencatatan kegiatan pelayanan Penyakit hipertensi. Formulir Pengendalian PTM khususnya Tatalaksana pencatatan terdiri dari :
a.
yang berkunjung ke Puskesmas/sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk memperoleh layanan rawat jalan.
b.
Kartu rawat tinggal dan kegunaanya dengan kartu rawat jalan namun Kartu Penderita Hipertensi yang berisikan identitas penderita di Puskesmas dan diberikan kepada
Formulir Laporan Bulanan penyakit hipertensi (sesuai format Buku Register Buku Rujukan
2. Pelaporan a. Dari Tingkat Puskesmas. pustu, bides ke pelaksana kegiatan di data yang puskesmas. Pelaksana baik di dalam merekapitulasi dicatat
kegiatan
gedungmaupun di luar gedung, serta laporan dari pustu dan bides. Hasil rekapitulasioleh pelaksana kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yangdiperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja yang menjadi tanggung jawabnya.
b.
hasil rekapitulasi/entri data disampaikan ke pengelola program kabupaten kemudian rekap dikoreksi, diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan untuk umpan balik, bimbingan teknis program dan tindak lanjut yang diperlukan dalam melaksanakan program. Setiap tiga bulan hasil rekap dikirimkan ke dinkes propinsi dan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI.
c.
Laporan diterima untuk dikompilasi/direkap dan disampaikan untuk diolah dan dimanfaatkan dalam rangka tindak lanjut dan pengendalian yang diperlukan. Hasil kompilasi yang telah di olah menjadi umpan balik dinkes kabupaten/kota. d. Tingkat Pusat Hasil olahan yang telah dilakukan oleh Ditjen PP dan PL paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya triwulan disampaikan pada pengelola program untuk di analisis serta dikirimkan ke dinas kesehatan propinsi sebagai umpan balik. Hasil laporan yang diolah kemudian dijadikan si sebagai umpan balik. Hasil laporan yang diolah kemudian dijadikan sebagai bahan koordinasi dengan institusi terkait di masing tingkatan.
DIREKTORAT JENDRAL PENGENDALIAN PEENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN YANMED PROMKES PROFESI POKJA LSM DINKES KABUPATEN PTM, RUMAH SAKIT, PKM DINKES PROPINSI PTM, RUMAH SAKIT, PKM
Bagan 2: Alur pelaporan pengendalian penyakit hipertensi Keterangan : : Garis Koordinasi : Garis Laporan : Garis Umpan Balik
E. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan penemuan dan penatalaksaan penderita hipertensi. berkala untuk mendeteksi bilamana ada Kegiatan ini dilaksanakan secara
masalah dalam penemuan dan penatalaksanaan penderita hipertensi agar dapat dilakukan tindakan perbaikan. Pada prinsipnya semua kegiatan harus dimonitor dan dievaluasi antara lain penemuan penyakit hipertensi penemuan penderita dan faktor mulai dari langkah risikonya, penatalaksanaan penderita yang
meliputi hasil pengobatan, dan efek samping sehingga kegagalan pengendalian penyakit hipertensi di pelayanan primer dapat ditekan. Seluruh kegiatan tersebut harus dimonitor baik dari aspek masukan (input), proses maupun keluaran (output). Cara pemantauan dapat dilakukan dengan menelaah laporan, pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas pelaksana dan penderita hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Busta, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Darmojo,B.,2001. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia. Jakarta: Medika. Depkes R.I. 2003. Kebijakan dan StrategiNasional Pencegahan Penangulangan PTM. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. dan
Depkes R.I. 2003.Panduan Praktis Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP). Jakarta: Ditjen PPM & PL, Departemen Kesehatan R.I. Hyduk, Alexandra et all. 2005. Pulmonary Hypertension Surveillance : United States, 1980-2002. http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/ss5405a1.htm. Diakses tanggal 8 April 2012. Kaplan, N.M., dan Stamler, J., 1991. Hipertensi dan Pencegahan Penyakit Jantung Koroner , Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC Kementerian Kesehatan RI. 2011. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertansipenyebab-kematian-nomor-tiga.html. Diakses tanggal 8 April 2012. Kep.Menkes RI No.1479/MenKes/SK/X/2003. Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular. Menteri Kesehatan: Jakarta KepMenkes RI No 1116/Menkes/SK/VIII/2003. Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Menteri Kesehatan: Jakarta.