Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Demam tifoid dan paratifoid endemic di Indonesia, penyakit ini jarang ditemukan secara endemic, lebih bersifat sporadic, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari kasus pada orang-orang serumah. Dindonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi didaerah endemic terjadi pada anak-anak. Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu pesien dengan demam tifoid dan yang lebih sering, karier. Di daerah endemic, transmisi terjadi melalui air yang tercemar S. typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan tersering di daerah nonendemik.

1.2.Rumusan Masalah 1. Definisi demam tifoid 2. Etiologi demam tifoid 3. Patogenesis demam tifoid 4. Gejala demam tifoid 5. Pemeriksaan Laboratorium 6. Pencegahan demam tifoid 7. Pengobatan demam tifoid 8. Komplikasi demam tifoid

1.3.Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi demam tifoid 2. Untuk mengetahui etiologi demam tifoid 3. Untuk mengetahui patogenesis demam tifoid 4. Untuk mengetahui gejala demam tifoid

5. Untuk mengetahui pemeriksaan Laboratorium 6. Untuk mengetahui pencegahan demam tifoid 7. Untuk mengetahui pengobatan demam tifoid 8. Untuk mengetahui komplikasi demam tifoid

1.4.Manfaat 1. Dapat mengetahui definisi demam tifoid 2. Dapat mengetahui etiologi demam tifoid 3. Dapat mengetahui patogenesis demam tifoid 4. Dapat mengetahui gejala demam tifoid 5. Dapat mengetahui pemeriksaan Laboratorium 6. Dapat mengetahui pengobatan demam tifoid 7. Dapat mengetahui komplikasi demam tifoid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Demam Tifoid Demam Tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (Hasan Rusepno, 2007)

2.2. Etiologi Demam Tifoid Salmonella Thypi, basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai 3 macam antigen, yaitu antigen O(somatik, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagela), dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti aglutinin terhadap 3 macam antigen tersebut. (Hasan Rusepno, 2007)

2.3. Patogenesis Demam Tifoid S.typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propria, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial, dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. S.typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S.typhi bersarang di plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain system retikuloendotelial. Endotoksin S.typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kiman tersebut berkembangbiak. S.typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam. (Sudoyo.W Aru, 2006 )

2.4. Gejala Demam Tifoid Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, mual, muntah, dan tidak bersemangat. Kemudian muncul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu: Demam Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Gangguan pada saluran pencernaan Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare. Gangguan Kesadaran Umumnya kesadaran penderita menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah. Kadang-kadang ditemukan bradikardia relatif. (Hasan Rusepno, 2007)

2.5. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Rutin SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus. Uji Widal Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman S. thypi. Pada Uji Widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara kuman S. Thypi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Maksud uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid yaitu: aglutinin O (dari tubah kuman), aglutinin H (flagela kuman), dan aglutinin Vi (simpai kuman).

Dari ketiga aglutini tersebut hanya aglutinin O yang dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal: pengobatan dini dengan antibiotik, gangguan pembentukan antibodi, dan pemberian kortikosteroid, waktu pengambilan darah, daerah endemik dan non endemik, riwayat vaksinasi, reaksi anamnesik, faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi silang, dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen. Uji Widal dinyatakan positif, bila: Titer O Widal I 1/320, atau Titer Widal II naik 4 kali lipat atau lebih dibanding titer O widal I,atau titer O widal I (-) tetapi titer O widal II (+) berapapun angkanya. Kultur Darah Hasil biakan darah yang positif yang memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan: Telah mendapatkan terapi antibiotik Volume darah yang kurang Riwayat vaksinasi Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin meningkat. (Sudoyo.W Aru, 2006 )

2.6. Pencegahan Demam Tifoid Untuk memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella typhi, maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi. Ada 3 vaksin yng digunakan untuk pencegahan penyakit demam tifoid yaitu yang berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup, dan komponen Vi dari salmonella typhi. Vaksin yang berisi kuman salmonella typhi, s. paratyphi A, S.

paratphi B yang dimtikan (TAB vaccine) digunakan dengan cara pemberian suntikan subkutan, namun vaksin ini hanya memberikan daya kekebalan yang terbatas, disamping efek samping local pada tempat suntikan yang cukup sering. Vaksin yang berisi kuman salmonella typhi hidup yang dilemahkan (Ty-21a) diberikan peroral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari, member daya perlindungan 6 tahnun. Vaksin Ty-21a diberikan pada anak berumur diatas 2 tahun. Vaksin yang berisi komponen Vi dari salmonella typhi diberikan secara suntikan intramuscular memberikan perlindungan 60-70% selama 3 tahun. (Sudoyo.W Aru, 2006 )

2.7. Pengobatan Demam Tifoid PeawatanUmum Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Paasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan secara bertahap,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejala simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat perdarahan maupun perforasi intestinal. Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.

Diet Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid. Obat Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah :

Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama

pada pasien demam tifoid.Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atau intravena,sampai 7 hari bebas demam.Penyuntikan kloramfenikol siuksinat intramuskuler tidak dianurkan karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.Dengan kloramfenikol,demam pada demam tifoid dapat turun rata 5 hari. Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan kloramfenikol.Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang daripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demam tiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari

Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) :

Efektivitas ko-trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2 kali 2 tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan ko-trimoksazol demam rata-rata turun d setelah 5-6 hari.

Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkan

demam,efektivitas ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol.Indikasi mutlak penggunannnya adalah pasien demam tifoid dengan leukopenia.Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBB sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam.Dengan Amoksisilin dan Ampisilin,demam rata-rata turun 7-9 hari.

Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa

sefalosporin generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan sefotaksim efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

Fluorokinolon : Fluorokinolon efektif untuk demam tifoidtetapi dosis

dan lama pemberian belum diketahui dengan pasti.

2.8. Komplikasi Komplikasi Intestinal Perdarahan usus, pada plak payeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk luka memanjang terhadap sumbu usus. Perforasi usus Ileus paralitik Pankreatitis

Komplikasi Ekstra-Intestinal Komplikasi Kardiovaskuler: gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombosis Komplikasi paru: pneumonia, empiema, pleuritis Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis Komplikasi ginjal: gromeluronefritis, pielonefritis, perinefritis Komplikasi tulang: osteomielitis, periositis, spondilitis Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik (Sudoyo.W Aru, 2006 )

BAB III PEMBAHASAN

Analisis Skenario Demam terutama saat malam hari, ketika pagi agak menurun walaupun masih demam Gejala ini disebabkan oleh salmonella thypi (demam thypi). Siklus Diurnal yang berhubungan dengan kartisol darah dan berkaitan dengan waktu, pada sore hari kartisol meningkat dan pada pagi hari kartisol menurun. Gejala khas demam thypoid oleh Salmonella thypi, menginfeksi usus getah bening aliran darah menginfeksi usus

jumlah organisme (bakteri) meningkat di dalam jaringan getah bening dan dikeluarkan lewat tinja. Mahar mengeluh sulit BAB, nausea, vornitus, odinofagi, hepatospleenomegali Sulit BAB terjadi karena terjadi gangguan di saluran pencernaan yaitu gangguan peristaltik usus dan gangguan absorbsi, sehingga produksi serat di kolon menurun. Nausea. Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual, seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung, dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan terjadinya refluks isi duodenum ke lambung. Vornitus yaitu sebagai suatu refleks yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi lambung atau usus atau keduanya ke mulut. Odinofagi yaitu nyeri saat menelan makanan, yang

disebabkan oleh spasme esofagus akibat peregangan akut, atau dapat terjadi sekunder akibat peradangan mukosa esofagus.

Hepatospleenomegali yaitu pembengkakan hepar yang terjadi karena kompensasi virus thypoid. Basil diserap di usus halus melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa, basil yang tidak diharapkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut membesar. Minum Paracetamol dan Amoksisilin, tetapi tidak teratur. Minum paracetomol dan amoksilin yang tidak teratur

mengakibatkan kerja obat tidak maksimal dan resistensi terhadap obat yang diminum. Pemeriksaan Widal Test dan Lab penunjang lain Widal Test dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman S. thypi. Pada Widal test terjadi suatu reaksi aglutinasi antara kuman S. Thypi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Maksud pemeriksaan widal test adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid yaitu: aglutinin O (dari tubah kuman), aglutinin H (flagela kuman), dan aglutinin Vi (simpai kuman). Lab penunjang lain dapat dilakukan dengan pemeriksaan SGOT dan SGPT dan Kultur Darah. Sering begadang sampai pagi, makannya juga tidak teratur, sering jajan dipinggir jalan. Sering begadang sampai pagi mengakibatkan sistem imun di dalam tubuh kita menurun, dan antibodi di dalam tubuh juga ikut menurun sehingga tubuhpun mudah terserang penyakit. Makan tidak tertur dan sering jajan dipinggir jalan. Mengakibatkan pertahanan pencernaan terhadap bakteri tidak maksimal, karena

kekurangan asupan gizi, dan makanan yang dimakan juga tidak higienis karena sudah terkontaminasi bakteri. Obat Kausatif dan Simptomatik Obat kausatif yaitu obat yang digunakan untuk menghilangkan bakteri penyebab penyakit. Seperti antibiotik

Obat Simptomatik digunakan untuk menghilangkan gejala, seperti paracetamol Dokter menyarankan kepada Mahar untuk tidak mengkonsumsi makanan yang merangsang, karena makanan yang merangsang membuat kerja usus menjadi berat sehingga dapat mengiritasi lapisan mukosa usus yang menyebabkan infeksi di usus lebih parah. Makanan yang merangsang contohnya seperti makanan yang pedas, asam, dan makanan yang berminyak.

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan Demam tifoid adalah penyakit deamm akut yang disebabkan oleh kuman S.typhi. Masa inkubasi demam tifoid umumnya 1-2 minggu, dapat lebih singkat yaitu 3 hari atau lebih panjang selama 3 bulan. Gejala yang menonjol adalah panas dan bakteremia intermitten. Untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid dapat dilakukan melalui diagnosis klinik terutama tes Widal. Komplikasi demam tifoid ada 2, yaitu komplikasi intestinal dan komplikasi ekstra intestinal.

Saran Makan-makanan yang bersih Jika sudah terasa sakit dan tidak kunjung sembuh sebaiknya segera periksakan kedokter Jika minum obat harus teratur dan dihabiskan hingga tuntas Hindari makanan yang merangsang bila sudah dinyatakan positif tifoid oleh dokter Makanlah makanan dan minuman yang sudah dimasak. Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus Cucilah tangan dengan sabun setelah ke WC. Hindari jajan ditempat yang kurang bersih. Jaga kondisi tubuh dengan istirahat yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin. J Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC pp 324-333

Jawetz, et.al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika pp 357 Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, 2007, Buku Ajar Patologi edisi 7 Volume 1, Jakarta, EGC. Pp 311 Katzung. G Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Pp 207 Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Rakhmi Savitri. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Asculapius FK UI. Pp 421-424 Price, Sylvia Anderson; Wilson, M. Loraine, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit edisi 6, Jakarta, EGC. 404-417 Sudoyo. W Aru, Setiyohadi Bambang, Idrus Alwi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK UI. Pp 1752-1755

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 9 BLOK IV MINGGU IV DEMAM TIFOID

Disusun Oleh: NAMA : GANTY OKTAPARIANI NIM : J500080095 TUTOR: dr. Djoko Widodo

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Anda mungkin juga menyukai