Anda di halaman 1dari 1

Pelajaran IPA, Bab: Demokrasi dan Penyadaran Umat

Demokrasi adalah limbah yang mencemari lingkungan. Merusak ekosistem peradaban Islam. Menjadi gas karbon monoksida atas hasil pembakaran tak sempurna dari suatu kejeniusan otak manusia, yang meracuni aliran darah dalam tubuh Islam karena banyak dari umat Islam yang telah menghirupnya tanpa filter. Barat telah mengolah demokrasi sedemikian rupa, sehingga demokrasi telah tampak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu indah. Mengaburkan pandangan setiap mata kaum muslimin yang mengidap miopi, yang tidak bisa memandang jauh letak kekufurannya. Demokrasi sesungguhnya tersusun atas dasar unsur sekularisme. Entah mengapa hal tersebut bisa bersenyawa dengan islam. Hal tersebut mengindikasikan adanya katalisator para munafiqun di dalam tubuh umat islam sendiri yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia antar keduanya. Disamping itu kebanyakan umat islam sendiri telah kehilangan jati dirinya sebagai gas mulia. Demokrasi juga menawarkan keberpihakan kepada rakyat dengan jargonnya Dari Rakyat Oleh Rakyat Untuk Rakyat. Inilah yang mungkin telah menghipnotis kaum muslimin sehingga menimbulkan gaya magnetik yang sangat kuat. Pada faktanya, tidak kita temukan di satu pun negara penganut demokrasi yang bisa mensejahterakan rakyatnya sendiri secara adil dan merata. Justru demokrasi sangat berpihak kepada para kapitalis. Bagi mereka (para kapitalis, red.) demokrasi adalah tabung kimia yang dapat menampung senyawa-senyawa kepentingan mereka. Demokrasi memiliki gaya listrik statis. Kandungan elektron yang ia miliki mampu menarik dan memikat proton yang terkandung dalam jiwa para kapitalis. Simbiosis mutualisme antara asing dengan para komprador, antara birokrat dengan para korporat, adalah wajah lumrah demokrasi. Sebaliknya, demokrasi sesungguhnya gulma bagi rakyat kecil, parasit yang tak pernah berpihak pada kepentingan rakyat. Mengambil teori Hukum Newton III, atas aksi umat islam yang mengadopsi virus demokrasi sebagai sistem hidupnya, mengakibatkan ada reaksi balik dari umat islam yang memang berwawasan benar untuk menyadarkan mereka agar keluar dari ketumpulan berpikirnya. Umat islam yang seperti itu mecoba menjadi lensa konkaf agar penglihatan umat islam kembali terfokus dari rabun jauhnya. Mereka mencoba membuat reaksi fusi terhadap semua golongan agar mau menjadi suatu energi yang besar menegakkan kembali sistem islam secara utuh dan bebas dari segala kontaminasi kekufuran. Mengajak seluruh umat islam agar bangkit berfotosintesis mengolah klorofilnya (aturan Quran dan Hadits) untuk menghasilkan aturannya sendiri. Mengkorosi segala logam kekufuran dengan oksidan islam. Umat islam saat ini harus tersadar. Mereka harus keluar dari habitat kekufuran. Memutus segala rantai makanan kapitalisme. Mereka harus mampu menjadi produsen aturan-aturan, bukan menjadi konsumen yang selalu mengemis pada produsen kuffar. Mereka harus berlepas diri dari penyetekan dan pencangkokan yang dilakukan oleh kaum kuffar. Umat islam adalah khoiru ummah. Mereka harus mematabolisme dirinya sendiri, melakukan polinasi bagi dirinya sendiri, dan menjauhkan diri dari kuffarogami (penyerbukan/polinasi hukum-hukum yang dibantu oleh kaum kuffar). [HAaM/Hussein]

Anda mungkin juga menyukai