Anda di halaman 1dari 3

Akhir Seteru Keong Mas dan Petani

TEKNOLOGI PERTANIAN
Kompas, Rabu, 18 Juli 2012 iput murbai (Pomacea canaliculata Lamarck) atau lebih dikenal dengan keong mas ataupun keong racun selama ini identik sebagai musuh petani, terutama petani padi. Selain memakan benih padi yang baru disemai, cangkang siput yang terinjak juga bisa menyebabkan luka sehingga kerja petani terganggu. Namun, dibalik itu, ternyata protein dan kalsium yang dikandung siput bisa menyuburkan tanaman sayur dan tanah sebagai media tanamnya.

Pada ekshibisi yang digelar SMKN 1 Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, saat menyambut siswa baru pekan lalu, siswa menjual sayuran kangkung dan kacang 1|Page

panjang. Sayur-mayur itu diasupi pupuk organik cair yang dihasilkan dari proses fermentasi siput. Teguh Saputra, salah seorang pengajar, mengatakan, sayuran itu ludes dibeli orangtua murid. Lihat saja batang kangkung ini, lebih keras dan kokoh dibandingkan batang kangkung yang tidak diberi pupuk, kata Teguh saat ditemui di sekolah itu, Selasa (17/7), sambil menunjukkan dua batang kangkung hasil panen. Warna hijau pada daun kangkung juga terlihat segar. Beberapa lubang di daun jadi penguat dugaan bahwa tanaman yang sarat zat besi itu dipupuk dengan zat organik. Kacang panjang yang dihasilkan pun tampak lebih besar diameternya dengan panjang mencapai sekitar 40 sentimeter. Kompas merasakan sedikit rasa manis saat mencicipi kacang panjang mentah. Sejak dikembangkan pada awal tahun ajaran 2011/2012 lalu, sekolah ini sudah lebih dari empat kali memanen kangkung dan hampir tiap bulan memanen kacang panjang. Beberapa kali hasil panen itu dijual ke masyarakat sekitar sekolah. Ada juga pengepul sayuran yang membeli langsung di sekolah. Satu ikat kangkung dijual Rp 1.000,- dan kacang panjang Rp 3.000,- per ikat. Pupuk cair organik dari fermentasi siput dibuat oleh siswa Kelas II Jurusan Agribisnis Produksi Tanaman SMKN 1 Cibadak dalam mata pelajaran muatan lokal. Dipimpin oleh pengajar Samsul Maarif, para siswa berhasil membuat sekitar 200 liter pupuk organik cair. Saat ini, pupuk cair itu siap dipasarkan dalam kemasan jeriken dua liter seharga Rp 20.000,- per jeriken. Sebelum praktik membuat pupuk cair itu dimulai, siswa diminta untuk mencari siput di sawah milik penduduk yang berada di sekitar sekolah. Siput yang terkumpul sekitar 10 kilogram itu kemudian dikumpulkan untuk ditumbuk sampai hancur, termasuk cangkangnya.

Diaduk merata
Samsul menjelaskan, hasil tumbukan siput itu kemudian dimasukkan ke sebuah tong plastik. Sebelumnya, tong sudah diisi dengan sekitar 200 liter air cucian beras, 400 cc molase yang berasal dari tebu, serta 400 cc mikroorganisme yang berfungsi sebagai pengurai. Semua bahan itu kemudian diaduk sampai merata. Setelah itu, tong ditutup rapat. Setiap dua hari sekali campuran itu diaduk kembali agar semakin encer. Setelah disimpan dua minggu, pupuk cair siap digunakan. Muhamad Ramli, siswa yang terlibat dalam praktik itu, mengatakan, satu liter pupuk dicampur dengan 20 liter air sebelum digunakan. Campuran pupuk dan air disemprotkan ke tanah sebagai media tanam agar organisme penyubur tanah bisa tumbuh. Penyemprotan pupuk juga dilakukan minimal satu minggu sekali pada fase pertumbuhan daun dan bunga, lanjut siswa kelas XII ini.

2|Page

Menjaga tanah
Samsul Maarif menjelaskan, daging siput mengandung protein yang terdiri atas unsur nitrogen. Unsur ini menjadi umpan bagi tumbuhnya bakteri pengurai yang bermanfaat menyuburkan tanah. Banyaknya bakteri yang hidup itu meninggalkan rongga di tanah sehingga tanah menjadi gembur dan sarat oksigen. Cangkang siput yang berwarna kuning keemasan mengandung kalsium yang bagus untuk memperkokoh akar, batang, tangkai daun, dan tangkai buah. Penelitian kami baru pada keong mas. Karena itu, kami belum bisa menyimpulkan apakah siput jenis lain juga bisa dipakai dan lebih bagus daripada keong mas, kata Samsul. Penelitian lebih jauh akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru ini. Awan Sudianto, Ketua Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman Sekolah, mengatakan, akan mencoba pupuk cair berbahan siput ini pada tanaman padi. Uji coba akan dilakukan pada September, menunggu musim tanam padi berikutnya, ujar Awan. Awan juga sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan pupuk organik, terutama dalam hal pemasaran. Melalui kerja sama itu, produksi pupuk tetap dilakukan oleh sekolah, sedangkan penjualannya lewat jaringan distribusi perusahaan. Kami sudah memesan botol berkapasitas satu liter untuk mengemas pupuk cair itu, kata Awan. Seandainya uji coba pemakaian pupuk cair pada tanaman padi berhasil, petani mungkin tidak akan menganggap keong mas sebagai hama lagi, tetapi sebagai makhluk hidup yang mendukung mata pencaharian mereka. (HEI)

3|Page

Anda mungkin juga menyukai