Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhamad Agung Wicaksono Kelas NOM : 2AH Akuntansi / 21 : 103060017181

Pertemuan sebelumnya.
Pertanyaan:

1. Sebutkan kewenangan Presiden / Menteri Keuangan terkait penyusunan kebijakan fiskal/anggaran? 2. Sebutkan fungsi, prinsip, azas dari penganggaran! 3. Uraikan/jelaskan siklus penyusunan APBN! 4. Jelaskan pengertian Unified Budget (Anggaran terpadu), Performance Based Budgeting (Anggaran berbasis kinerja), dan Medium Term Expenditure Framework (Kerangka pengeluaran jangka menengah)!
Jawaban: 1. Dalam pasal 6 ayat (1) UU No.17 Tahun 2003 disebutkan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Penjelasan: Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat ini meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara. Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/ kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara. Tugas Menteri Keuangan dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal meliputi (Pasal 8): (a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro (b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN (c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran (d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan (e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang (f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara

(g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN (h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undangundang. Menteri Keuangan berperan dan berfungsi sebagai Chef Financial Officer (CFO) yaitu sebagai pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan negara dalam kekayaan negara yang dipisahkan. 2. Dalam pasal 3 ayat (4) UU No.17 Tahun 2003 disebutkan bahwa ada 6 fungsi dari penganggaran (APBN). Berikut adalah penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut: Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu: - Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran; - Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang Negara; - Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda. Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah: - Hemat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan; - Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan; - Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional. APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas: - Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri; - Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas; - Penajaman prioritas pembangunan; - Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara.

3. Siklus Penyusuna APBN (PP No 90 tahun 2010 dan PMK 93/PMK.06/2011) Pagu Indikatif Bulan Januari s.d April merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk menyusun dan menetapkan Pagu Indikatif. Untuk APBN T.A 2010 Pagu Indikatif Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dikeluarkan oleh Pemerintah pada tanggal 16 April 2009 melalui Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 0080/M.PPN/04/2009 & SE-1223/MK/2009 perihal Pagu Indikatif dan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2010. Untuk Anggaran Tahun 2010, Ditjen Badan Peradilan Agama menerima informasi Pagu Indikatif sebanyak dua kali dengan pagu yang berbeda. Informasi Pertama tanggal 16 April 2009 dengan Pagu Indikatif sebesar Rp. 38.735.729.000; Informasi Kedua pada 11 Mei 2009 dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 33.526.013.000,-. Dari masing-masing Pagu tersebut kemudian dituangkan ke dalam aplikasi RKA-KL. Pagu Sementara Mei s.d Agustus merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk menyusun dan menelaah RKA-KL Pagu Sementara K/L serta menyiapkan RUU APBN. Untuk APBN T.A 2010 Pagu Sementara K/L dikeluarkan oleh Pemerintah pada tanggal 6 Juli 2009 melalui Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-1927/MK.02/2009 tentang Pagu Sementara Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2010 Untuk Anggaran Tahun 2010, Ditjen Badan Peradilan Agama menerima informasi Pagu Sementara sebesar Rp. 33.526.013.000,-. Ditjen Badan Peradilan Agama segera menyesuaikan RKA-KL berdasarkan Pagu Semnetara tersebut, dan segera menyusun data pendukung yang dibutuhkan. Penelaahan terhadap RKA-KL Pagu sementara Ditjen Badan Peradilan Agama T.A. 2010, dilakukan pada tanggal 13 Juli 2009 antara Ditjen Badan Peradilan Agama dengan Ditjen Anggaran Departemen Keuangan RI. Hal-hal yang ditelaah antara lain : a. Kesesuaian Pagu antara Pagu dalam RKA-KL Ditjen dengan Pagu dari MA RI; b. Kesesuaian antara output masing-masing kegiatan dengan sasaran Program; c. Ketepatan Volume kegiatan; d. Kesesuaian Standar Biaya dalam RKA-KL dengan SBU dan SBK. e. Ketepatan penggunaan akun belanja berdasarkan BAS (Bagan Akun Standar) f. Kelengkapan data pendukung untuk masing-masing kegiatan; g. Kesesuaian antara kegiatan dengan data pendukung yang dilampirkan. Pagu Definitif September s.d Desember merupakan rentang waktu bagi Pemerintah unutk membahas RUU APBN menjadi UU APBN (Pagu Definitif) dan menyusun KEPRES tentang Rincian APBN serta menerbitkan dokumen pelaksanaan anggaran.

Untuk APBN T.A 2010 Pagu Definitif K/L dikeluarkan oleh Pemerintah pada tanggal 24 September 2009 melalui Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-2679/MK.02/2009 tentang Pagu Definitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2010. Untuk Anggaran Tahun 2010, Ditjen Badan Peradilan Agama menerima informasi Pagu Definitif sebesar Rp. 33.526.013.000. Penelaahan terhadap RKA-KL Pagu Definitif Ditjen Badan Peradilan Agama T.A. 2010, dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2009 antara Ditjen Badan Peradilan Agama dengan Ditjen Anggaran Departemen Keuangan RI. Hal yang ditelaah sama dengan penelaahan pada Pagu Sementara, hasilnya akan diterbitkan SAPSK (Satuan Anggaran Per Satuan Kerja) Penyusunan DIPA Penyusunan Konsep DIPA sebagai dokumen pelaksanaan anggaran Ditjen Badan Peradilan Agama dilakukan setelah SAPSK (Hasil Akhir Penelaahan Pagu Definitif) diterbitkan oleh Departemen Keuangan. 4. Pengertian Unified butget, Performance based budgeting, dan MTEF. Penganggaran Terpadu( Unified Budget ) Penganggaran Terpadu( Unified Budget ) Kepala Satuan Kerja / KPA, satu-satunya penanggungjawab kegiatan atas anggaran yg dikuasainya Penyatuan anggaran rutin dan pembangunan ke dalam satu jenis akun belanja, meniadakan terjadinya duplikasi anggaran dan kegiatan Adanya keterpaduan yang sinergis antara pelaksanaan fungsi, program dan kegiatan pada masing-masing satker Performance Budgeting System Performance Budgeting System Merupakan sistem penganggaran yang didasari atas rencana kinerja instansi pemerintah yang telah mendapat persetujuan Mempresentasikan gambaran aspek keuangan dari seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Negara sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kinerja, dalam rangka pencapaian visi dan misi organisasi Medium Term Expenditure Framework (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) Medium Term Expenditure Framework(Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) Pernyataan Bank Dunia (World Bank ) 1. Proses pengambilan keputusan penganggaran harus menjadi lebih akuntabel, sesuai dengan hukum dan kredibel. 2. Akuntabilitas politik seharusnya meningkat baik pada level politisi, maupun pada level manajerial melalui transparansi yang lebih besar. 3. Mendorong para politisi untuk mengedepankan prioritas- prioritas sebagaimana dana yang disediakan/diinginkan. 4. Meningkatkan manajer tingkat sektoral untuk lebih akuntabel dalam pencapaian skala prioritas. 5. Melakukan spesifikasi sumber daya yang lebih baik dalam konteks MTEF

Pertemuan Mendatang
Pertanyaan: 1. Apa pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah ? 2. Apa yang dimaksud hubungan keuangan antara pusat dan daerah (Sebutkan jenis transfer dana dari pemerintah (APBN) ke APBD)! 3. Gambarkan Struktur utama APBD! 4. Apa yang disebut pinjaman Daerah, Hibah Daerah, Penerusan Pinjaman Daerah , Penerusan Hibah ke Daerah? Jawaban: 1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara. Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keungan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. 2. Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan cara desentralisasi fiskal, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, pinjaman daerah, dan dana perimbangan. Jenis transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah: - Pendapatan yang ditunjuk/diserahkan (Pajak,Royalti,Pungutan); - Subsidi; - Pembiayaan Sektoral; - Pinjaman.

3. Struktur Gambar Utama APBD

4. Pinjaman hibah, Hibah Daerah, Penerusan Pinjaman Daerah, dan Penerusan Hibah ke Daerah. 1. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkandaerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uangdari pihak lain sehingga daerah tersebut terbebani kewajiban untuk membayar kembali (Ketentuan Umum UU No. 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah) 2. Pengelolaan Penerusan Pinjaman Daerah Dalam rangka perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Presiden menetapkan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri selama 5 (lima) tahun, berdasarkan usulan Menteri dan Menteri Perencanaan yang disusun sesuai dengan prioritas bidang pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri. Penyusunan

Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri dan prioritas bidang pembangunan, dilakukan berdasarkan RPJM. Dalam menyusun Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri, Presiden dapat meminta pertimbangan Gubernur Bank Indonesia. 3. Hibah PP No. 57/2005 Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan atau jasa, termasuk tenaga-tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. PMK No. 168 Hibah daerah adalah bantuan dari pemerintah atau pihak lain kepada pemerintah daerah atau sebaliknya yang tidak perlu dibayar kembali. 4. Penerusan Hibah Daerah Hibah yang diteruskan kepada daerah-daerah melalui pemerintah pusat.

Anda mungkin juga menyukai