Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Bisnis Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan PT Pertamina (Persero), berdiri sejak tahun 2006 telah

diamanatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan 15 Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Perusahaan yang menyediakan energy tanpa polusi ini, 90% sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dan 10% dimiliiki oleh PT Pertamina Dana Ventura. Era baru bagi energi geothermal diawali dengan peresmian Lapangan Geothermal kamojang pada tanggal 29 Januari 1983 dan diikuti dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Unit-1 (30MW) pada tanggal 7 Pebruari 1983, dan lima tahun kemudian 2 unit beroperasi dengan kapasitas masing-masing 55 MW. Di pulau Sumatera untuk pertama kali beroperasi Monoblok 2 MW di daerah Sibayak-Brastagi sebagai Power Plantpertama dan pada Agustus 2001 PLTP pertama 20 MW beroperasi di daerah Lahendong. Seiring dengan perjalanan waktu Pemerintah melalui Keppres No. 76/2000 mencabut Keppres terdahulu dan memberlakukan UU No. 27/2003 tentang geothermal, dimana PT Pertamina tidak lagi memiliki hak monopoli dalam pengusahaan energi geothermal tetapi sam dengan pelaku bisnis geothermal lainnya di Indonesia. Dalam mengimplementasikan undang-undang tersebut Pertamina telah mengembalikan 16 Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) Geothermal kepada Pemerintah dari 31 WKP yang diberikan untuk dikelola. Pada tanggal 23 Nopember 2001 pemerintah memberlakukan UU MIGAS No. 22/2001 tentang pengelolaan industri migas di Indonesia. UU ini memjbawa perubahan yang sangat besar bagi sektor migas, termasuk Pertamina. Pasca berlakunya UU tersebut Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan pelaku bisnis migas lainnya. Pada tanggal 17 September 2003 PERTAMINA berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2003 diamanatkan untuk mengalihkan usaha geothermal yang selama ini dikelola oleh PT Pertamina ntuk dialihkan kepada Anak Perusahaan paling lambat dua tahun setelah perseroan terbentuk. Untuk itu PT Pertamina membentuk PT Pertamina Geothermal Energy (PT PGE) sebagai anak perusahaan yang akan mengelola kegiatan usaha dibidang geothermal. PT Pertamina memiliki hak pengelolaan atas 15 Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) geothermal dengan total potensi 8.480 MW setara dengan 4.392 MMBOE. Dari 15 WKP tersebut, 10 WKP dikelola sendiri oleh PT PGE,yaitu (1) kamojang: 200 MW, (2) Lahendong: 60 MW, (3) Sibayak: 12 MW, (4) Ulubelu, (5) Lumutbalai, (6) Hululais, (7) Kotamubagu, (8) Sungai Penuh dan (9) Iyang Argopuro dan (10) Karahabodas. Tiga area diantaranya telah berproduksi dengan total kapasitas 272 MW setara dengan 12.900 BOEPD. Sisanya yang dikelola bersama mitra berproduksi dengan total 922 MW. Pertamina Geothermal dalam pengusahaanya selalu fokus kepada kegiatan untuk meningkatkan produksi di tiga daerah operasi(Kamojang, Lahendong dan Sibayak). Total produksi yang dihasilkan dari 3 daerah operasi eksisting sebesar 9,5 juta ton

uap dengan pembangkitan 1,3 juta MWh. Selain itu kontribusi dari KOB sebesar 30,37 juta ton uap dan 4,1 juta MWh. Total produksi uap geothermal pertahun sebesar 39,89 juta ton dengan pembangkitan listrik mencapai 5,36 juta MWh. PT PGE merupakan perusahaan yang berorientasi kepada Kegiatan Operasi Terintegrasi, dimana seluruh kegiatan operasi dilakukan Total Project dimana seluruh operasi dilakukan dari hulu sampai hilir, seperti PLTP Kamojang Unit 4 telah menjadi buah sukses kerja keras kami. Kamojang Success Story : AG KAMOJANG

1926 1928 : Pemboran 5 sumur oleh Pemerintah Belanda. 1971 1979 : Pemboran 14 Sumur Eksplorasi (Kerjasama Dengan Pemerintah Selandia Baru). 1978 : Peresmian Monoblok 0,25 MW oleh Mentamben (Prof. DR. Subroto). 1979 2003 : Bor Sumur Pengembangan dan produksi. 1983 : Peresmian PLTP Unit I (30 MW) oleh Presiden RI Soeharto. 1988 : Peresmian PLTP Unit II & III (2 x 55 MW). 1997 : Penundaan Proyek Pengembangan Kamojang (Keppres No. 39/1997). 2003 - 2007 : Pengembangan PLTP Unit IV (60 MWe). Nilai tambah proyek 1. Efisiensi Biaya pembangunan Total Project sebesar 9%. 2. Kapasitas listrik yang terpasang lebih besar. o 63 MW Kapasitas Terpasang (netto > 60 MW). 3. Efisiensi Konsumsi Uap (Specific Steam Consumption-SSC). o Realisasi 6,703 ton/jam/MW dari Rencana 7,47 ton/jam/MW. 4. Dominasi Tenaga Kerja Nasional. o hanya 11 Expatriate dari 2430 pekerja (sisanya adalah Tenaga Kerja Nasional). 5. Optimasi tata letak untuk pengembangan Unit PLTP berikutnya. 6. Berhasil merekomendasikan Penggunaan Pelumas Pertamina sebagai pelumas resmi Turbin PLTP Kamojang Unit-4. o Kualitas Turbo-Lube 32 diakui Fuji Electric System, Jepang. 7. Jam kerja tanpa kecelakaan selama proyek 2.496.059 jam orang.

Anda mungkin juga menyukai