Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN

PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT



Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media cetak maupun elektonik negeri ini tak pernah sepi dari membahas
permasalahan-permasalahan bangsa yang tak kunjung selesai sampai saat ini.
Permasalahan berupa kasus korupsi dan suap menjadi topik hangat yang
sering didiskusikan, dibahas dan diberitakan. larinya tahanan dan para
koruptor keluar dari penjara dengan menikmati hiburan bahkan jalan-jalan
keluar negeri dengan menyuap pejabat yang berwenang tampaknya suatu hal
yang biasa dan ringan. Disamping itu, seringnya kita lihat di hari raya,
tumpukan parsel dan bingkisan hari raya hadir di rumah pejabat. Lebih-lebih
lagi jika ia pejabat tinggi. Seandainya pejabat tersebut bukanlah pejabat, tentu
ia tidak akan mendapat hadiah atau parsel istimewa semacam itu. Hadiah ini
diberikan karena ia adalah pejabat. Nah tiga hal inilah yang menjadi masalah
(korupsi, suap dan pemberian hadiah kepada pejabat). Bagaimana Islam
memandang ketiga hal ini, bagaimanakah hukumnya? Makalah ini akan
membahas hal tersebut.

B. Tujuan
Makalah dengan judul Tinjauan Hukum Islam Tentang Korupsi, Suap
dan Pemberian Hadiah Pada Pejabat ini disusun untuk mengetahui
bagaimana pandangan Islam tentang korupsi, suap dan pemberian hadiah
pada pejabat mengingat banyaknya kasus-kasus mengenai hal tersebut yang
mencuat ke permukaan.

C. Ruang Lingkup
1. Definisi dan Hukum Islam Tentang Korupsi
2. Definisi dan Hukum Islam Tentang Suap
3. Definisi dan Hukum Islam Tentang Pemberian Hadiah Pada Pejabat

PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Korupsi
1. Definisi Korupsi
Korupsi berawal dari bahasa latin corruptio atau corruptus.
Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua.
Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris
yaitu corruption, corrupt, Prancis yaitu corruption dan Belanda yaitu
corruptie, korruptie. Dari Bahasa Belanda inilah kata itu turun ke Bahasa
Indonesia yaitu korupsi. Dalam Kamus Hukum korupsi berarti buruk,
rusak, suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang/barang milik
perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan jabatannya
untuk kepentingan pribadi. Sedangkan dalam The Lexicon Webster
Dictionary korupsi berarti kebejatan, ketidakjujuran, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian.
1

Arti kata korupsi secara harfiah ialah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Korupsi dalam Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 yang diubah
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, bahwa yang dimaksud dengan korupsi adalah
usaha memperkaya diri atau orang lain atau suatu korporasi dengan cara
melawan hukum yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Pengertian korupsi yang banyak tersebut dilihat dari sudut pandang
fiqih Islam juga mempunyai dimensi-dimensi yang berbeda. Perbedaan ini
muncul karena beberapa defenisi tentang korupsi merupakan bagian-
bagian tersendiri dari fiqih Islam. Adapun pengertian yang termasuk
makna korupsi dalam fiqih Islam adalah sebagai berikut: Pencurian,

1
Muhson Roni, Pengertian atau Definisi Korupsi (2008) from : http://mukhsonrofi.wordpress.com
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 3

penggunaan hak orang lain tanpa izin, penyelewengan harta negara
(ghanimah), suap, khianat dan perampasan.
2


2. Hukum Islam Tentang Korupsi
Pada Surat Al-Baqarah ayat 188 disebutkan secara umum bahwa
Allah Swt melarang untuk memakan harta orang lain secara batil. Qurtubi
memasukkan dalam kategori larangan ayat ini adalah: riba, penipuan,
ghasab, pelanggaran hak-hak, dan apa yang menyebabkan pemilik harta
tidak senang, dan seluruh apa yang dilarang oleh syariat dalam bentuk
apapun. Al-Jassas mengatakan bahwa pengambilan harta orang lain
dengan jalan batil ini bisa dalam dua bentuk:
a. Mengambil dengan cara zhalim, pencurian, khianat, dan ghasab
(menggunakan hak orang lain tanpa izin).
b. Mengambil atau mendapatkan harta dari pekerjaan-pekerjaan yang
terlarang, seperti dari bunga/riba, hasil penjualan khamar, babi,
dan lain-lain.

Pokok permasalahan dalam ayat di atas adalah larang memakan harta
orang lain secara umum dengan jalan batil, apalagi dengan jalan
membawa ke depan hakim, sedangkan jelas harta yang diambil tersebut
milik orang lain. Korupsi adalah salah satu bentuk pengambilan harta
orang lain yang bersifat khusus. Dalil umum di atas adalah cocok untuk
memasukkan korupsi sebagai salah satu bentuk khusus dari pengambilan
harta orang lain. Ayat di atas secara tegas menjelaskan larangan untuk
mengambil harta orang lain yang bukan menjadi haknya.
Selanjutnya pada surat Ali Imran ayat 161 lebih spesifik disebutkan
tentang ghulul yang bermakna khianat. Maksudnya mengkhianati
kepercayaan Allah Swt. dan manusia, terutama dalam pengurusan dan
pemanfaatan harta ghanimah. Lebih jelas Ibnu Katsir menyebutkan dari
Aufy dari Ibnu Abbas bahwa ghulul adalah membagi sebagian hasil

2
Amrul Muzan, Korupsi, Suap dan Hadiah dalam Islam (2007) from : http://www.uinsuska.info/
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 4

rampasan perang kepada sebagian orang sedangkan sebagian lagi tidak
diberikan.
Ayat ini merupakan peringatan untuk menghindarkan diri dari
pengkhianatan amanat dalam segala bentuk. Ibnu Arabi menyebutkan
bahwa secara bahasa makna ghulul ada tiga yaitu khianat, busuk hati, dan
khianat terhadap amanat ghanimah. Ayat ini secara spesifik memang
hanya membahas tentang penyalahgunaan harta bersama untuk dikuasai
sendiri, akan tetapi ini akan menjelaskan bagaimana seseorang tidak boleh
berlaku khianat atau menyelewengkan harta tersebut. Sesuai dengan salah
satu makna korupsi bahwa pekerjaan ini termasuk penggelapan terhadap
harta orang lain atau masyarakat.
Analog korupsi dengan ghulul cukup dekat dengan alasan-alasan
sebagai berikut:
a. Korupsi adalah penyalahgunaan harta negara, perusahaan, atau
masyarakat. Ghulul juga merupakan penyalahgunaan harta
negara, karena memang pemasukan harta negara pada zaman
Nabi Saw. adalah ghanimah. Adapun saat ini permasalahan uang
negara berkembang tidak hanya pada ghanimah, tetapi semua
bentuk uang negara.
b. Korupsi dilakukan oleh pejabat yang terkait, demikian juga
ghulul merupakan pengkhianatan jabatan oleh pejabat yang
terkait.
Selanjutnya di dalam Surat Al-Maidah ayat 33 dan 38 disebutkan
secara khusus tentang hirabah dan sariqah. Ayat pertama adalah
pengambilan harta orang lain dengan terang-terangan yang bisa disertai
dengan kekerasan, atau dengan cara melakukan pengrusakan di muka
bumi. Sedangkan yang kedua adalah pengambilan harta orang lain atau
pencurian dengan diam-diam. Abd al-Qadir Awdah mendefinisikan
hirabah sebagai perampokan (qathu at-thuruq) atau pencurian besar.
Lebih lanjut beliau mengatakan pencurian (sariqah) memang tidak sama
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 5

persis dengan hirabah. Hirabah mempunyai dampak lebih besar karena
dilakukan dengan berlebihan. Hal ini karena hirabah kadang disertai
dengan pembunuhan dan pengambilan harta atau kadang pembunuhan
saja tanpa pengambilan harta.
Secara khusus korupsi adalah identik dengan pencurian atau sariqah,
akan tetapi pelaksanaan korupsi disertai dengan berbagai macam dalih
yang lebih membutuhkan penelitian dan pembuktian. Korupsi
memberikan dampak negatif yang sangat besar di masyarakat, apalagi
dengan kasus-kasus yang saat ini terjadi di Indonesia. Korupsi tidak
hanya merugikan satu dua orang akan tetapi korupsi telah menjadi
ancaman bagi kestabilan keamanan dan kesejahteraan ekonomi dan sosial
masyarakat. Oleh karena itu korupsi berdasarkan hal ini secara illat
korupsi lebih condong kepada hirabah.
Dalam hukuman bagi pelaku sariqah dan hirabah juga berbeda.
Pemberlakuan hukuman mati bagi koruptor bisa mengambil landasan
dari ayat hirabah ini. Karena seorang koruptor yang melakukan tindakan
dengan disertai pemberatan dan penghalalan segala cara maka bisa
dimasukkan ke dalam delik hirabah ini. Berbeda dengan pasal pencurian
yang hanya dengan potong tangan. Pencurian relatif lebih kecil
dibandingan dengan hirabah. Demikian juga dengan apabila
dibandingkan dengan korupsi. Pencurian biasa yang dilakukan oleh
seorang kriminal murni mungkin relatif lebih kecil dampaknya jika
dibandingkan dengan korupsi yang akan membahayakan banyak orang
dan bahkan negara.
Selanjutnya yang termasuk dalam kategori korupsi adalah ghasab.
Ayat 79 dari surat Al-Kahfi adalah menceritakan seorang raja yang zalim
yang akan mengambil kapal dari orang-orang miskin dengan jalan
ghasab. Seorang alim yang dikisahkan dalam ayat ini lantas
menenggelamkan kapal agar supaya tidak bisa dimanfaatkan dengan
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 6

tidak halal (ghasab) oleh raja yang zalim tersebut. Pengertian ghasab
adalah menguasai harta orang lain dengan pemaksaan dengan jalan yang
tidak benar, lebih lanjut dijelaskan bahwa ghasab dilakukan dengan
terang-terangan sedangkan ketika dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
maka dinamakan pencurian. Hanya ghasab ini kadang berupa
pemanfaatan barang tanpa izin yang kadang dikembalikan kepada
pemiliknya.
Menganalogikan ghasab sebagai salah satu bentuk korupsi dengan
alasan bahwa ayat di atas menceritakan bagaimana seorang raja yang
semena-mena dapat dengan seenaknya menggunakan hak milik
rakyatnya yang miskin dengan memanfaatkan kapal yang dimiliki oleh
rakyat untuk kepentingan pribadinya. Pada kasus ini ada unsur
memperkaya diri atau pribadinya dengan menggunakan hak rakyatnya
dengan jalan yang tidak benar.
Semua bentuk-bentuk pengambilan hak orang lain di atas jelas-jelas
telah dilarang dan diwanti-wanti oleh Rasulullah ketika haji wada
dengan sabda Beliau: Sesungguhnya darah-darahmu, harta-hartamu,
dan kehormatan-kehormatanmu adalah haram bagimu sebagaimana
haramnya hari kalian ini di dalam bulan kalian ini dan di negeri kalian
ini.
3

B. Suap
1. Definisi Suap
Dalam bahasa Arab, suap diistilahkan dengan risywah. Dalam
bahasa Arab, risywah bermakna upah atau pemberian yang diberikan
untuk suatu maslahat. Al Fayumi mengatakan bahwa risywah adalah
pemberian seseorang kepada hakim atau yang lainnya supaya
memberikan keputusan yang menguntungkannya atau membuat orang
yang diberi melakukan apa yang diinginkan oleh yang memberi. Ibnul

3
Fazzan, Korupsi Dalam Persfektif Hukum Pidana Islam, 2011 from :
http://universityofachehnese.blogspot.com/
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 7

Atsir berkata bahwa makna risywah adalah alat penghubung terwujudnya
kebutuhan dengan sikap yang dibuat-buat.
4

Menurut istilah, suap berarti :
a. Suap adalah segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang
dengan syarat orang yang diberi tersebut dapat menolong orang
yang memberi.
b. Suap adalah segala sesuatu yang diberikan setelah seseorang
meminta pertolongan secara kesepakatan.
c. Suap adalah segala sesuatu yang diberikan untuk
mengeksploitasi barang yang hakmenjadi bathil dan sebaliknya,
artinya sesuatu yang diserahkan itu supaya ia ditolong walaupun
dalam urusan yang tidak dibenarkan oleh syara.
d. Suap adalah segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang
agar orang yang diberi itu memberi hukuman dengan cara yang
bathil atau memberi suatu kedudukan atau supaya berbuat zalim.
e. Suap adalah segala sesuatu yang diberikan oleh seseorang
kepada hakim atau yang lainnya supaya orang itu mendapatkan
kepastian hukum atau memperoleh keinginannya (Ibnu Abidin).
5


2. Hukum Islam Tentang Suap
Di dalam ayat Al-Quran memang tidak disebutkan secara khusus
istilah suap-menyuap atau risywah. Namun Imam al-Hasan dan Said bin
Zubair menafsirkan ungkapan al-Quran yaitu `akklna li al-suhti`
sebagai risywah atau suap, yaitu dalam surat Al Maidah ayat 42 :
]ONOEc OUg 4pOU
geOOUg _ p) E+7.E_
7u 4LuO4 u jO;N
gu+4N

4
Suap dalam Hukum Islam (2011) from : http://assunnahfm.com/
5
Abdullah bin Abd. Muhsin, Suap Dalam Pandangan Islam (Jakarta : Gema Insani Press, 2001) h.
9-10
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 8

Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,
banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang
kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka.
Kalimat ` akklna li al-suhti ` secara umum memang sering
diterjemahkan dengan memakan harta yang haram. Namun konteksnya
menurut kedua ulama tadi adalah memakan harta hasil suap-menyuap
atau risywah. Jadi risywah (suap menyuap) identik dengan memakan
barang yang diharamkan oleh Allah Swt dalam firman-Nya surat Al
Baqarah ayat 188 :
4 W-EOU7> 74O^`
7E4uO4 gC4:^)
W-O7;>4 .E_) O)
gO:+4^- W-OU4-g LC@O
;}g)` 4O^` +EE4-
^e") +^4 4pOUu>
^gg
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.
6


Suap dinyatakan haram pun berdasarkan hadits Nabi SAW : Allah
melaknat penyuap dan penerima suap. Justifikasi syara tentang
pengharaman suap adalah sebagai berikut :
a. Suap termasuk salah satu bentuk perampasan harta orang lain
dengan cara yang kotor dan semena-mena. Deskripsi ini pula
yang digunakan oleh Al Quran untuk menggambarkan suap.

6
Gus Jun, Suap Menyuap dan Hukum Syara Terhadapnya, 2008 from : http://hizbut-tahrir.or.id/
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 9

Seperti yang disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat
188.
b. Pihak-pihak yang terlibat dalam praktik suap : penyuap, tersuap
dan broker suap, termasuk pembuat kerusakan di muka bumi
yang wajib ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. Sebab
perilaku orang-orang ini dapat menimbulkan kekacauan dalam
interaksi dan relasi social, serta mengancam stabilitas
masyarakat. Mereka layak divonis dengan firman Allah SWT
surat Al Maidah ayat 33 : Sesungguhnya pembalasan terhadap
orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib,
atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,
atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian
itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di
akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
c. Jika orang yang menerima suap berposisi sebagai hakim yang
mengadili perkara maka ia tentu mau menerima suap tersebut
dengan kompensasi harus membuat sebuah keputusan yang tidak
berdasarkan pada apa yang diturunkan oleh Allah, melainkan
menurut kehendak pemberi suap. Dan jika sudah demikian
halnya, maka ia termasuk orang-orang kafir, zalim dan fasik
yang masuk dalam lingkup firman Allah SWT surat Al Maidah
ayat 44 : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.
d. Penyebaran wabah suap telah menimbulkan ketimpangan social.
Orang miskin semakin miskin karena tidak dapat memberikan
uang suap meski hanya untuk memperoleh hak legalnya,
sementara yang kaya semakin kaya, bahkan merampas hak orang
lemah dan miskin dengan modal uang suap yang dimilikinya.
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 10

e. Suap memicu penyebaran penyakit-penyakit mental, di antaranya
perasaan gelisah dan tidak aman. Penerima suap pasti menjalani
hidup dengan perasaan gelisa dan was-was jikalau sampai
skadalnya terbongkar ke tengah public dan ia diseret ke
pengadilan.
f. Pihak-pihak yang terlibat praktik suap menyuap tertutup dari
kuncuran rahmat Allah, keberkahan rezki dan keterkabulan doa.
pelaku, penerima dan perantara sama-sama bersalah telah
melakukan aksi illegal dan dosa besar. Di akhirat kelak mereka
akan menanggung siksaan yang sangat pedih.
7

Namun ada dalil yang membolehkan suap yaitu karena untuk
mendapatkan atau mempertahankan kebenaran dan menghindari
mudharat. Jabir bin zaid dari sabi berkata : Tidak masalah jika
seseorang menyerahkan harta bendanya karena takut akan bahaya yang
mengancam jiwanya
Yunus juga meriwayatkan dari Hasan : Tidak ada masalah jika
seseorang menyerahkan harta bendanya demi harga diri dan
kehormatan
Atsar di atas semuanya berasal dari tabiin yang menunjukkan
diperbolehkannya menyuap dalam keadaan terjepit. Tidak ada dalil yang
menentangnya. Dengan demikian, menyuap untuk menyelamatkan diri
diperbolehkan.
8

C. Pemberian Hadiah Pada Pejabat
1. Definisi Hadiah
Secara istilah, pengertian hadiah adalah sebagai berikut :

7
Husain Husain Syahatah, Suap dan Korupsi (Jakarta : Amzah, 2002) h.18-22
8
Abdullah bin Abd. Muhsin, op.cit., h. 18
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 11

a. Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada atau oleh
seseorang dengan tidak bersyarat, terjaga dari bentuk-bentuk
suap, tidak mengharapkan yang lebih banyak ataupun sedikit.
b. Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa
pamrih.
c. Hadiah adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain tanpa mengharap sesuatu bantuan dari orang yang
diberi.
d. Hadiah adalah sesuatu yang diberikan dengan maksud sebagai
bukti kasih sayang dan adanya persahabatan.
9


2. Hukum Islam Tentang Pemberian Hadiah Pada Pejabat
Hukum syara tentang hadiah adalah sunnah. Dari Abu Hurairah
bahwa nabi Mughammad SAW bersabda : Hendaknya kamu saling
member hadiah, saling mencintai dan saling berjabat tangan, niscaya
akan hilang rasa dengki dari kalian. (HR. Ibnu Asakia).
Ada beberapa kondisi halalnya hadiah atau tidak sebagaimana dapat
dilihat dalam rincian berikut.
a. Hadiah yang halal untuk penerima dan pemberi. Itulah hadiah
yang diberikan bukan untuk hakim dan pejabat semisal hadiah
seorang teman untuk temannya. Seorang hakim atau pejabat
negara tidak boleh menerima hadiah jenis pertama ini dari orang
lain. Dengan kata lain, menerima hadiah yang hukumnya halal
untuk umumnya orang. Itu hukumnya berubah menjadi haram
dan berstatus suap jika untuk hakim dan pejabat.
b. Hadiah yang haram untuk pemberi dan penerima semisal hadiah
untuk mendukung kebatilan. Penerima dan pemberi hadiah jenis
ini berdosa karena telah melakukan suatu yang haram. Hadiah
semisal ini wajib dikembalikan kepada yang memberikannya.

9
Abdullah bin Abd. Muhsin, op.cit., h. 24
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 12

Hadiah jenis ini haram untuk seorang hakim maupun orang
biasa.
c. Hadiah yang diberikan oleh seorang yang merasa takut terhadap
gangguan orang yang diberi, seandainya tidak diberi baik
gangguan badan ataupun harta. Perbuatan ini boleh dilakukan
oleh yang memberi namun haram diterima oleh orang yang
diberi. Karena tidak mengganggu orang lain itu hukumnya wajib
dan tidak boleh menerima kompensasi finansial untuk melakukan
sesuatu yang hukumnya wajib.
10


Hadiah yang diharamkan adalah hadiah yang identik dengan suap,
yaitu para ulama fikih menegaskan bahwa hadiah yang diterima para
pejabat atau pegawai sesungguhnya adalah suap. Jika sampai
menerimanya, berarti ia telah menghianati kepercayaan dan mandate
Allah, dan apapun yang diambilnya adalah uang haram dan termasuk
penghiatan jabatan. Praktik pemberian hadiah dan bingkisan kepada
pejabat juga berandil mengurangi hak orang lain yang sebenarnya wajib
dipenuhi. Sehingga pejabat yang terbukti menerima hadiah pun harus
dihukum dan dicopot.
11

Ibnu At Tin berpendapat : Hadiah dari karyawan untuk atasannya
itu jelas suap, bukan lagi hadiah murni.
Imam Ahmadi juga berkata : Barang siapa yang menjabat dalam
pemerintahan dan sejenisnya, maka tidak boleh menerima sesuatu hadiah
dari orang lain.
Hadiah yang diberikan pada pejabat haram, itu didasarkan pada :
Dari Usamah Bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda
Hadiah itu dapat menghilangkan pendengaran, menutup hati dan
penglihatan. Jadi hadiah itu dapat meimbulkan rasa rendah diri dan
patuh bagi penerima terhadap pemberi, meskipun kebathilan. Oleh karena

10
Muhammad Abduh Tuasikal, 2010 from : http://rumaysho.com/
11
Husain Husain Syahatah, op.cit., h. 10
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 13

itu, hadiah kepada pejabat dapat menimbulkan perasaan sebagaimana
tyersebut di atas, maka itu diharamkan.
12

Ada hadits pula dari Abu Humaid As Saidiy. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda :


Hadiah bagi pejabat (pekerja) adalah ghulul (khianat).

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah juga
menjelaskan hal ini dalam fatwanya. Beliau mengatakan :
Hadiah bagi pekerja termasuk ghulul (pengkhianatan) yaitu
jika seseorang sebagai pegawai pemerintahan, dia diberi
hadiah oleh seseorang yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Hadiah semacam ini termasuk pengkhianatan (ghulul). Hadiah
seperti ini tidak boleh diambil sedikit pun oleh pekerja tadi
walaupun dia menganggapnya baik.














12
Abdullah bin Abd. Muhsin, op.cit., h. 27
PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI, SUAP DAN
PEMBERIAN HADIAH PADA PEJABAT

Page 14








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Korupsi dalam Islam diharamkan, karena hal tersebut termasuk
memakan harta yang didapat dengan cara yang bathil.
2. Suap dalam agama Islam diharamkan, hal ini telah berdasarkan pada
Ayat-ayat Allah SWT dan hadits nabi. Namun suap dalam hal terjepit
(darurat) ada yang memperbolehkan.
3. Memberi hadiah secara umum hukumnya sunnah dalam agama Islam.
Hadiah yang diharamkan dalam Islam adalah hadiah yang identik
dengan suap.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, pemakalah menerima segala saran atau pun masukan yang bersifat
membangun dari pembaca.

Anda mungkin juga menyukai