Anda di halaman 1dari 27

KETULIAN

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah THT

Disusun Oleh : Dhita Kartika Shofwatul Ummah Ratna Ajeng (071610101002) (071610101010) (071610101011)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER Desember 2011

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan manusia yang lain. Dalam interaksi tersebut, muncul peristiwa yang kita sebut dengan komunikasi. Komunikasi terjadi kapan pun dan dimana pun, bahkan ia sanggup menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Dengan komunikasi kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Setiap orang memiliki kebiasaan dan kebutuhan yang relatif berbeda ketika berkomunikasi. Kebiasaan ini dibentuk dari pengetahuan, pengalaman, potensi, serta karatkter seseorang. Kebutuhan tersebut datangnya dari tujuan dan harapan yang timbul dari diri seseorang ketika berkomunikasi. Adapun yang termasuk dalam kebutuhan tersebut adalah keinginan untuk diakui, dihibur, diberi ide atau informasi, dan didukung atau dimotivasi. Sebagai sarana interaksi antar manusia, komunikasi berlangsung baik secara verbal dan non verbal. Komunikasi verbal dilakukan dengan menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan, sedangkan komunikasi nonverbal dilangsungkan dengan menggunakan berbagai jenis isyarat dan tanda yang telah disepakati secara umum. Pada faktanya, komunikasi yang bersifat verbal menempati urutan pertama di dalam proses interaksi antar anggota masyarakat, namun demikian tidak setiap komunikasi verbal dapat berlangsung secara efektif. Ada banyak sekali faktor yang menentukan efektifitas komunikasi jenis ini. Salah satu di antara faktor penentu tersebut adalah kemampuan jasmani dan rohani individu yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Seseorang tidak akan mampu berkomunikasi secara efektif dan optimal jika pada dirinya terdapat hambatan-hambatan seperti misalnya rendahnya kemampuan intelektual, gangguan kesehatan, kecacatan jasmani, dan kondisi emosional yang tidak stabil.

Sebelum manusia berbicara, terlebih dahulu ia akan mengenal bunyi dan kemudian memahami bahwa tiap-tiap bunyi memiliki arti. Setelah itu, ia akan meniru apa yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya. Sedikit demi sedikit mengingat dan menghafal kosa kata, memahaminya, dan barulah ia mulai berbicara. Dengan demikian maka akan terjadilah apa yang dikenal dengan istilah komunikasi. Pesan-pesan yang disampaikan orang lain melalui media bahasa, tentunya dapat ditangkap melalui proses mendengar. Ketika seseorang bercakap-cakap, informasi terlebih dulu ditangkap melalui alat pendengaran sebelum akhirnya sampai ke otak dan kemudian diproses. Tetapi tidak demikian yang terjadi pada orang yang mengalami ketulian. Orang tuli tidak dapat menangkap suara dari luar termasuk perkataan orang lain dengan baik karena ada kerusakan atau kelainan pada sistem pendengaran yang mereka miliki. Ia hidup di tengah-tengah dunia tanpa bunyi atau suara sama sekali sehingga hal ini seringkali membuat proses komunikasi yang mereka lakukan dengan orang lain menjadi terhambat. Anak-anak yang berpendengaran normal telah menguasai prinsip-prinsip dasar bahasa mereka dan dapat menangani struktur-struktur paling umum secara otomatis sejak usia dini. Kefasihan membaca dan menulis anak-anak tersebut dalam bahasa baku telah terbentuk sebelum pengajaran membaca. Berbeda dengan anak yang mendengar, kebanyakan anak-anak tuli belum menguasai aturan-aturan bahasa tersebut pada awal pengajaran membaca. Kurang pahamnya remaja tuli dalam penggunaan tata bahasa baku menjelaskan mengapa bahasa tulisannya mengalami kekacauan. Selain kosakata yang sedikit, remaja tuli juga mengalami kesulitan dalam meletakkan kata depan, menggunakan imbuhan, sehingga susunan kalimatnya berbeda dengan susunan kalimat baku. Hal yang menarik adalah kalimat yang sulit dipahami oleh orang yang mendengar tersebut dapat dipahami oleh sesama tuli itu sendiri. Seolah-olah mereka memiliki tata bahasa sendiri yang benar menurut komunitas tuli. Sebuah penjelasan yang peneliti dapatkan dari individu tuli yaitu, susunan kalimat ini merupakan terjemahan asli dari bahasa isyarat yang digunakan oleh individu tuli. Gambar berikut adalah contoh penterjemahan American Sign Language (ASL) ke dalam bahasa tulisan :
3

Sebagaimana sebuah suku atau bangsa, komunitas tuli memiliki tata bahasa yang hanya dapat dipahami oleh komunitas itu sendiri. Namun, untuk dapat berkomunikasi dengan semua orang, seorang tuli dituntut untuk dapat menterjemahkan bahasa isyaratnya dalam bahasa tulisan yang sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku secara luas. Ketika seorang tuli tidak mampu menggunakan oral, atau tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas, tulisan dapat menjadi jembatan yang sangat penting baginya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.

Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen. Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti rugi. Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap pabrik dan pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja secara berkala. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui anatomi telinga dalam. 2. Untuk mengetahui fisiologi tuli. 3. Untuk mengetahui definisi tuli. 4. Untuk mengetahui sebab-sebab tuli.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Dalam Labirin (telinga dalam) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari : 1. Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum dan koklea. 2. Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus dan duktus endolimfatikus serta koklea. Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Di dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan diresorbsi pada sakkus endolimfatikus. Vestibulum Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval, berukuran 5x3 mm dan memisahkan koklea dari kanalis semisirkularis. Pada dinding lateral terdapat foramen ovale ( fenestra vestibuli ) dimana footplate dari stapes melekat disana. Sedangkan foramen rotundum terdapat pada lateral bawah. Pada dinding medial bagian anterior terdapat lekukan berbentuk spheris yang berisi makula sakkuli dan terdapat lubang kecil yang berisi serabut saraf vestibular inferior. Makula utrikuli terletak disebelah belakang atas daerah ini. Pada dinding posterior terdapat muara dari kanalis semisirkularis dan bagian anterior berhubungan dengan skala vestibuli koklea. Kanalis Semisirkularis Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90 satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum. Koklea
6

Terletak didepan vestibulum menyerupai rumah siput dengan panjang 30 35 mm. Koklea membentuk 2 - 2 kali putaran dengan sumbunya yang disebut modiolus yang berisi berkas saraf dan suplai darah dari arteri vertebralis. Kemudian serabut saraf ini berjalan ke lamina spiralis ossea untuk mencapai sel-sel sensorik organ Corti. Koklea bagian tulang dibagi dua oleh suatu sekat. Bagian dalam sekat ini adalah lamina spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina spiralis membranasea, sehingga ruang yang mengandung perilimfe terbagi 2 yaitu skala vestibuli dan skala timpani. Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea yang disebut helikotrema. Skala vestibuli berawal pada foramen ovale dan skala timpani berakhir pada foramen rotundum. Pertemuan antara lamina spiralis ossea dan membranasea kearah perifer membentuk suatu membran yang tipis yang disebut membran Reissner yang memisahkan skala vestibuli dengan skala media ( duktus koklearis). Duktus koklearis berbentuk segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang oleh jaringan ikat penyambung periosteal dan mengandung end organ dari N. koklearis dan organ Corti. Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan perantaraan duktus Reuniens. Organ Corti terletak diatas membran basilaris yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3000 sel dan 3 baris sel rambut luar yang berisi kira-kira 12.000 sel. Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat-jungkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat strereosilia yang melekat pada suatu selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh limbus. Sakulus dan utrikulus Terletak didalam vestibulum yang dilapisi oleh perilimfe kecuali tempat masuknya saraf didaerah makula. Sakulus jauh lebih kecil dari utrikulus tetapi strukturnya sama. Sakulus dan utrikulus ini berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulo-sakkularis yang bercabang menjadi duktus endolimfatikus dan berakhir pada suatu lipatan dari duramater pada bagian belakang os piramidalis yang disebut sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu.
7

Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang dikelilingi oleh sel-sel penunjang yang terletak pada makula. Pada sakulus terdapat makula sakuli dan pada utrikulus terdapat makula utrikuli. Perdarahan Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu: 1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus. 2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea. 3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis. Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus sigmoid. Persarafan N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus internus dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada modiolus terletak ganglion spirale. 2.2 Fisiologi Pendengaran Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
8

Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang N.VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis. Fisiologi Vestibuler Kanalis semisirkularis merupakan alat keseimbangan dinamik dan terangsang oleh gerakan yang melingkar, sehingga kemana saja arah kepala, asal gerakan itu membentuk putaran, maka gerakan itu akan tertangkap oleh salah satu, dua atau ketiga kanalis semisirkularis bersama-sama. Pada manusia, kanalis semisirkularis horizontal yang mempunyai peran dominan oleh karena manusia banyak bergerak secara horizontal. Utrikulus dan sakulus merupakan alat keseimbangan statik, yang terangsang oleh gerak percepatan atau perlambatan yang lurus arahnya, dan juga oleh gravitasi. Utrikulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang mendatar, sedangkan sakulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang vertikal. Dalam keadaan diam, gravitasi berpengaruh terhadap utrikulus maupun sakulus. Hubungan sistem vestibuler dengan otot-otot mata erat sekali, sehingga semua gerakan endolimfe selalu diikuti oleh gerakan bola mata. Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainan sistem vestibuler bisa menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan. 2.3 Ketulian a. Definisi ketulian

Definisi dan deskripsi ketulian dapat berbeda-beda sesuai dengan perspektif ahli yang bersangkutan. Seorang dokter dapat memiliki pendapat yang berbeda dengan seorang psikolog atau pendidik. Ketulian menurut perspektif medis adalah ketidaksempurnaan atau kerusakan pada fungsi indera pendengaran yang dapat diperbaiki maupun disempurnakan dengan kecanggihan teknologi dan terapi-terapi pendengaran dan wicara untuk dapat memaksimalkan kemampuan mendengar maupun artikulasinya sehingga dapat hidup secara normal di masyarakat. Sudut pandang klinis menyatakan bahwa terdapat sifat unik pada perilaku individu tuli. karena ketuliannya, seseorang mempersepsi dunia dengan cara yang berbeda, yaitu harus bergantung pada indera yang lain, misalnya penglihatan, sentuhan, perasa, dan bau, untuk perkembangan kognitif dan psikososialnya. Myklebust (Paul&Jackson, 1993:5) menekankan bahwa individu dengan gangguan pendengaran hanya dapat mempersepsi peristiwa dan hal-hal yang konkrit saja karena ia tidak memiliki bahasa yang sempurna. Ia menyimpulkan bahwa pemgalaman dan perilaku individu tersebut dipengaruhi secara langsung oleh ketidakmampuannya dalam mendengar suara atau bunyi. Dalam ketulian, kecacatan dapat dilihat dari kemampuan bicara, bahasa, literasi, kognisi/intelegensi, dan perkembangan psikososial. Perbedaan antara individu tuli dan mendengar merupakan akibat dari efek biologis yaitu kehilangan pendengaran yang berat pada proses perkembangannya. Ahli klinis berpegang pada pendapat bahwa ketulian merupakan sebuah kecacatan sehingga para ahli mendeskripsikannya dari segi penyebab dan tingkat kecacatannya. Para ahli tersebut menggunakan tunarungu (hearing impairment) untuk menyebut individu yang tidak mampu mendengar. b. Sebab-Sebab Ketulian Ketulian adalah salah satu gejala dari suatu penyakit telinga, sehingga perlu dicari penyakit yang dapat menyebabkan gejala tuli tersebut. Kalau kita lihat bahwa tuli hanya merupakan satu macam gejala dari penyakit telinga, maka gejala yang satu ini tentu penyebabnya banyak sekali. Oleh karenanya harus ada suatu
10

sistem yang dianut untuk mencari penyakit tersebut. Padahal sistem itu sendiri juga banyak coraknya, karena tergantung dari sudut mana memandangnya. 1) Berdasarkan kelainan patologi, ketulian dapat disebabkan oleh karena : - kelainan kongenital. - trauma. - benda asing. - radang. - neoplasma (tumor). Semua kelainan patologi tersebut dapat menimbulkan ketulian, terutama bila prosesnya di telinga. 2) Berdasarkan lokalisasi proses kelainan. Sesuai dengan anatomi telinga, sehingga proses kelainannya dapat terjadi di : - telinga luar. - telinga tengah. - telinga dalam. - syaraf telinga. - batang otak. - otak. 3) Berdasarkan jenis ketulian. - Tuli penghantaran, bila proses kelainannya berada di telinga luar ataupun di telinga tengah, yang pada umumnya dapat dikoreksi baik dengan obat-obatan dan alat dengar maupun secara operasi. - Tuli syaraf (sensorineural), bila proses kelainannya di telinga dalam atau di syarafnya, karena pada umumnya irreversible. - Tuli campuran, yaitu campuran antara tuli penghantaran dan tuli penghantaran dan tuli syaraf. - Tuli sentral, bila proses kelainnya terdapat di batang otak atau di otaknya sendiri. 4) Berdasarkan derajat ketuliannya atau kehidupan sosial. - Tuli (sama sekali tidak dapat mendengar). - Kekurangan pendengaran. Yang dapat dibedakan atas :
11

- ringan - sedang - berat * Kekurangan pendengaran ringan Penderita akan mendapat kesukaran didalam komunikasi jarak jauh, sehingga mempunyai handikap di dalam forum pertemuan. Misalnya : pertemuan sosial ataupun pertemuan ilmiah. Klinis penderita sukar diajak bercakap-cakap pada jarak kurang lebih tiga meter Pada pemeriksaan audiometri nada murni, pada frekuensi percakapan turun 15 dB sampai 30 dB. * Kekurangan pendengaran sedang Selain penderita mendapat kesukaran di dalam komunikasi jarak jauh, juga pada jarak dekat. Jadi penderita tidak dapat mengikuti percakapan sehari-hari. Klinis percakapan pada jarak satu meter sudah mendapat kesukaran untuk mengerti arti kata. Pada pemeriksaan audiometri nada murni pada frekuensi percakapan turun sampai 30 dB sampai 60 dB. * Kekurangan pendengaran berat Biasanya penderita sudah tidak dapat diajak berkomunikasi dengan suara biasa, sehingga untuk dapat menangkap arti kata-kata, suara perlu dikeraskan (menaikkan amplitudo) yaitu dengan berteriak atau dengan megafon amplifier. Pada pemeriksaan audiometri nada murni, penurunannya mencapai 60 dB atau lebih. Selain daripada itu, ada pula yang membagi kekurangan pendengaran atas empat kategori : a. ringan : 15 dB - 30 dB. b. sedang : 30 dB - 50 dB. c. berat : 50 dB - 80 dB. d. berat sekali : 80 dB - 100 dB. 5) Berdasarkan waktu terjadinya tuli, dapat dibedakan atas : a) Kongenital (tuli sejak lahir) * Herediter (penyakit turunan) - Aplasia (agenesis)
12

- Abiotrofi. - Penyimpangan kromosom (Chromosomal aberation) * Prenatal (infra uterin) masa kehamilan. - Keracunan. - Infeksi virus. - Penyakit menahun pada ibu. * Perinatal (waktu lahir). - Trauma/persalinan sukar atau lama. - Anoksia. - Prematur. - Narkose yang dalam. b) Tuli yang didapat ("acquired hearing loss"). * kekurangan pendengaran tipe penghantaran. * kekurangan pendengaran tipe sensori neural. Dari kelima sistem di atas, kami akan memilih sistem yang kelima, meskipun sistem -sistem yang lainpun harus dikaitkan ke dalamnya. Sistem kelima ini kami pandang lebih relevan untuk menerangkan lebih mendalam dari sebab-sebab ketulian sehingga dapat dilakukan pencegahan atau rehabilitasi yang memadai. Pada anak lahir tuli atau mendapat tuli sebelum dapat berbicara, akan diberikan pendidikan khusus agar anak tuli tersebut masih dapat mengembangkan bahasa dan bicaranya. Sedang tuli aquisita yang didapat setelah lahir, dan apabila penyebab -penyebabnya telah diketahui, dapat dengan segem dicegah ataupun diberi pengobatan yang memadai agar ketulian dapat dihindari. Kongenital Anak lahir tuli oleh karena kegagalan dari perkembangan sistem pendengaran, akibat faktor genetik (keturunan), kerusakan dari mekanisme pendengaran semasa embrional, kehidupan janin di dalam kandungan atau selama proses kelahiran. Faktor-faktor di atas akan menyebabkan anak tuli sebelum lahir atau tuli waktu lahir, sehingga anak tersebut tidak akan pernah mendengar suara, maka ia akan acuh tak acuh terhadap sekitarnya.

13

Anak lahir tuli, meskipun tidak pernah mendengar, tetapi dapat juga tersenyum bahkan berteriak-teriak, hanya saja suara yang dihasilkan tidak ada artinya di dalam komunikasi. Tuli kongenital ini dapat dibedakan atas : * Herediter (genetik). * Prenatal (semasa kehamilan). * Perinatal (waktu persalinan). Herediter Secara garis besar dapat dibagi atas : - Aplasia. - Abiotrofi. - Aberasi kromosom. Aplasia (agenesis) anak lahir telah tuli, karena beberapa organ terutama organ-organ telinga dalam tidak terbentuk. Di samping tidak terbentuknya organ-organ telinga dalam, biasanya disertai juga tidak terbentuknya organ-organ lain di dalam tubuh anak ini. Sehingga akan merupakan kumpulan gejala yangdisebut dengan sindroma. Sindroma ini diberi nama sesuai dengan nama orang yang menemukannya : - Sindroma Modini : tidak terbentuknya dengan sempurna labirin bagian tulang dan bagian membran. - Sindroma Scheibe : labirin bagian membran terjadi aplasia. - Sindroma Alexander : koklea bagian membran terjadi aplasia. Dengan demikian, pada kelainan-kelainan tersebut di atas akan terjadi tuli total, sehingga anak tersebut harus diberikan pendidikan khusus untuk mengembangkan bahasa dan bicaranya. Belajar berbicara dilakukan dengan mengamati atau merasakan fibrasi dari tiap-tiap arti kata yang diucapkan oleh pendidiknya, terutama ibunya. Pendidikan ini disebut auditory training (belajar bicara). Selain itu, anak harus segera di integrasikan ke dalam lingkungannya untuk mendapat pendidikan dari masyarakat sekelilingnya. Abiotrofi.
14

Kelainan ini disebut juga tuli heredodegenerasi atau tuli heredodegenerasi syaraf; kadang-kadang disebut pula tuli keturunan sebelum tua (presenil familial deafness). Di sini akan terjadi proses degenerasi yang progresif di dalam koklea pada masa anak-anak ataupun setelah dewasa. Di klinik, sering dijumpai seorang anak atau orang dewasa muda yang kelihatannya sehat wal'afiat, tetapi tuli tanpa diketahui penyebabnya oleh penderita sendiri. Abiotrofi ini hanya dapat terjadi di telinga saja, jadi gejalanya hanya tuli saraf, atau kadang-kadang juga dapat disertai kelainan di organ lain, sehingga merupakan suatu sindroma. Ketulian pada abiotrofi ini kadang-kadang hanya terdapat pada frekuensi tinggi saja, karena yang mengalami degenerasi hanya bagian basal dari koklea, sehingga disebut juga " presbyacusis praecox". Tetapi, dapat juga proses degenerasinya terjadi di stria vaskularis dan akan menyebabkan ketulian disemua frekuensi, karena sel-sel rambutnya tidak mendapat makanan dan akan mengalami atrofi. Aberasi kromosom. Di sini terjadi penyimpangan dari kromosom yang dapat menyebabkan ketulian. Penyimpangan kromosom ini dikenal sebagai "TRISOMI". Trisomi adalah adanya ekstra kromosom yang menyebabkan anomali dan menyebabkan terjadinya ketulian; yang sering ada ialah : trisomi 12 dan 18 atau golongan D dan E. Karena adanya penyimpangan dari kromosom, biasanya kelainannya tidak di telinga saja, tetapi juga di organ lain bahkan sering terjadi di organ vital, sehingga anak tidak dapat bertahan hidup lama dan meninggal pada usia muda. Prenatal (intra uterin, masa kehamilan) Ketulian yang terjadi pada masa kehamilan ini biasanya tipe sensori neural dan jarang dari tipe lain. Dalam hal ini, sesungguhnya pertumbuhan alat pendengaran normal, akan tetapi oleh karena suatu sebab maka pertumbuhannya akan menyimpang atau rusak sebelum berkembang. Maka ketulian yang terjadi sangat tergantung pada kehamilan minggu keberapa kehidupan janin itu, sehingga seberapa jauh perkembangan sistem pendengaran menjadi rusak atau diganggu sehingga tidak terbentuk dengan sempurna, dan berat ringannya pun sangat tergantung dari penyebab gangguan pertumbuhan sistem pendengarannya.
15

Kerusakan ini biasanya irreversibel; karena itu hendaknya kita berhati-hati bila menghadapi wanita hamil. Kerusakan sistem pendengaran pada janin itu dapat disebabkan : a) Keracunan. 1. Keracunan yang disebabkan pemberian obat-obatan dari dokter atau minum obat sendiri. Obat yang dapat meracuni adalah : - streptomisin dengan derivatnya. - aminoglikosid dan derivatnya. - kinin. - preparat salisil. - preparat Pb. 2. Keracunan waktu hamil : toksemia gravidarum atau hiperemesis gravidarum. 3. Penyakit virus dapat juga merusak perkembangan sistem pendengaran pada janin. Jadi bila ibu hamil terserang oleh penyakit virus haruslah waspada, misalnya: - rubella, meskipun di Indonsia belum banyak diketahui. - parotitis epidemika. - influenza oleh karena virus. - dan penyakit virus lain. 4. Penyakit yang menahun yang diderita oleh ibu hamil dapat menyebabkan janinnya jadi tuli. Penyakit menahun adalah : - Lues. - Diabetes. - Thyrotoxicosis. b) Selain dari penyakit-penyakit tersebut di atas, masih ada beberapa macam faktor yang dapat menyebabkan anak lahir tuli, yaitu : - kernikterus. - prematur. - anoksia. - narkose semasa ibu hamil oleh karena mengalami operasi.
16

Perinatal (waktu kelahiran) Pada waktu kelahiran anak tidak luput dari kemungkinan menjadi tuli, misalnya : - Trauma waktu lahir, baik oleh karena alat-alat yang digunakan oleh penolong persalinan maupun persalinan yang sukar atau persalinan yang lama. - Anoksia oleh karena tali pusat melingkar kepala, ataupun terjadinya obstruksi dari jalan nafas yang dapat menyebabkan kerusakan dari koklea. Tuli Yang Didapat (Acquired Hearing Loss) Seseorang yang dilahirkan normal tidak luput dari penyakit yang dapat menyebabkan ketulian; bahkan semua orang akan menjadi tuli atau kekurangan pendengaran bila telah menjadi tua. Ketulian harus dibedakan antara tuli sama sekali dan kekurangan pendengaran, karena kekurangan pendengaran masih ada sisa pendengaran walaupun sangat kecil. Pada kekurangan pendengaran, dengan suatu cara akan ditolong dapat mendengar, baik itu dengan alat ataupun dengan menambah intensitas suara, orang tersebut masih dapat mendengar meskipun tidak seratus persen benar. Ketulian sama sekali hanya terdapatpada tipe sensorineural saja, sedang pada tipe penghantaran orang tersebut masih dapat mendengar, meskipun dapat digolongkan kekurangan pendengaran derajad sedang. Ketulian tipe penghantaran yang maksimal adalah 60 dB. Keuntungan bagi masyarakat, kekurangan pendengaran tipe penghantaran terdapat jauh lebih banyak, kira-kira 75%; sedang tuli tipe sensori neural hanya 25% (yang berobat di RS Dr Kariadi Semarang). Sebab-sebab kekurangan pendengaran yang didapat setelah lahir akan kami bedakan atas : 1. Kekurangan pendengaran tipe penghantaran (Condutive). 2. Kekuangan pendengaran tipe sensori neural. Kekurangan pendengaran tipe hantaran. Pada umumnya proses kelainnya terdapat di telinga tengah. * Kelainan di telinga luar selalu merupakan penyumbatan pada liang telinga. Penyumbatan itu dapat berasal dari liang telinga sendiri ataupun penyumbatan yang disebabkan oleh karena pendesakan dari luar. Penyumbatan sebagian tidak akan

17

mengurangi pendengaran asal gelombang suara masih dapat menyentuh gendang telinga. * Penyumbatan di liang telinga. a) atresia oleh karena : - trauma - infeksi kronis. Kedua kelainan ini menyebabkan terjadinya proliferasi jaringan fibrosa lokal. b) Benda asing pun dapat menyumbat liang telinga. Benda asing ini dapat berupa benda padat dengan macam-macam konsistensi maupun benda cair. Yang sering kami jumpai adalah serumen. Serumen tersebut dapat keras sekali seperti batu atau lunak dengan berbagai konsistensi sampai cair yang dapat menyumbat liang telinga, sehingga menghalangi gelombang suara untuk dapat menyentuh membrana timpani. Serumen itu dapat berwarna hitam, coklat, kuning sampai putih. c) Infeksi kronispun dapat menyebabkan atresia terutama pada anak-anak. Infeksi akut dapat juga menyebabkan penyumbatan oleh karena pembengkakan yangterjadi,misalnya: furunkelosis. Pada otitis eksterna yang banyak menghasilkan discarge yang dapat menyumbat atau melekat pada gendang telinga, sehingga masa dari gendang telinga akan bertembah sehingga gerakannya berkurang atau harus ada tenaga yang lebih besar untuk menggerakkannya yang berarti suara harus keras. Infeksi liang telinga yang sangat progresif dapat memberikan kekurangan pendengaran adalah otitis eksterna maligna; meskipun jarang dijumpai tetapi radang ini adalah sangat ganas. Otitis eksterna maligna ini adalah infeksi karena pseudomonas terutama pada penderita diabetes atau kelemahan umum dari tubuhnya Pseudomonas itu dapat meluas melalui insisura Santhorini masuk ke dalam: kelenjar parotis, Mang rawan, tulang, syaraf atau pembuluh darah, sehingga perluasannya dapat mencapai basis kranii. d) Tumor dari segala bentuk baik yang jinak maupun yang jahat (maligna). * Penyumbatan di telinga tengah.

18

Ruptura membrana timpani dapat disebabkan karena trauma, baik berupa benda padat, cair maupun berupa gas (udara, hawa). - Benda padat: Orang sering mengkorek-korek telinga dengan benda. Batang korek api, jepit rambut dan lain-lain. - Benda cair. Penyemprotan benda asing di liang telinga untuk dikeluarkan dengan kekuatan yang berlebihan akan dapat menyebabkan robeknya gendang telinga. Pada penyelamdi taut karena tekanan air di taut yang dalam dapat pula menyebabkan pecahnya gendang telinga. - Gas. Barotrauma padat menyebabkan robeknya gendang telinga. Misalnya: - ledakan bom. - tamparan pada telinga. - naik kapal terbang dengan kecepatan tinggi membumbung ke atas. - percobaan Valsava. Pernah ada suatu kasus penderita dengan oklusio tuba dilakukan valsava terus menerus sampai terjadi robeknya gendang telinga. - Ruda paksa pada tulang kepada dapat menyebabkan fraktur os timpanum, maka secara tidak langsung gendang telinga akan pecah juga. - Radang di gendang telingapun dapat menyebabkan kekurangbulosa haemoragika akibat komplikasi dari infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. * Kavum timpani Segala bentuk radang di kavum timpani (otitis media) dapat menyebabkan kekurangan pendengaran, baik bentuk akut maupun bentuk kronis. Selain daripada itu, sisa-sisa peninggalan otitis media yang telah sembuh dapat pula menyebabkan kekurangan pendengaran. Misalnya : otitis media adesiva yang disebut juga timpanosklerosis, otitis media atrofikans atau otitis media kataralis kering. Di sini akan terjadi adhesi (perlekatan) karena hasil dari infeksi kronis dengan terbentuknya jaringan fibrous. Fibrosis ini terjadi terutama pada jaringan mukosa yang tertutup oleh jaringan granulasi pada otitis media kronika.
19

Menurut kepustakaan barat (karena di Indonesia belum ada penelitiannya), pada anak pra sekolah yang terbanyak penyebab kekurangan pendengaran adalah OME (Otitis Media dengan efusi), baru menyusul otitis media bentuk lainnya. Di dalam tulisan ini tidak akan dibicarakan segala bentuk otitis media, karena bentuk otitis media itu banyak sekali. Otitis media yang telah memberikan komplikasi akan berakibat lebih berat kekurangan pendengarannya bila dibanding dengan yang belum ada komplikasi. Apalagi bila komplikasi itu telah mengenai telinga dalam, akan menjadikan tuli yang lebih berat lagi, bahkan dapat menjadi tuli sama sekali. Sekarang permasalahannya adalah, kapan otitis media akan memberikan komplikasi. Untuk itu sekiranya perlu diketahui apa yang disebut : safe ear dan unsafe ear. Safe ear, disebut juga infeksi tubo timpanal atau infeksi yang naik (ascending infection) atau otitis media benigna. Safe aer ini mempunyai ciri-ciri : Infeksi berasal dari orifisium tuba di nasofaring, naik ke kavum timpani bagian bawah (hipotimpanum). Gendang telinga perforasi sebagian yang terletak di sentral dan depan. Infeksi berasal dari alat pernafasan bagian atas. Discharge-nya mokous dan tidak berbau. Infeksi yang terbatas di sini ini disebabkan karena drainase cukup baik, sehingga semua kotoran dapat keluar. Hal ini jarang memberikan komplikasi, meskipun penyakitnya telah menahun. Unsafe ear Penyakit ini disebut juga infeksi atiko antral, infeksi menurun atau dangerous ear. Unsafe ear disebut demikian karena infeksinya di daerah atas, epitimpanum dan antrum. Perforasi terjadi di gendang telinga,terletak di tepi (perforasi marginal) atau terletak di membran Sharpnel. Penyakit ini sering sekali menimbulkan komplikasi karena drainasenya kurang baik, karena terhalang oleh kaput malei dan korpus inkudis. Selain itu unsafe ear ini cepat menimbulkan jaringan granulasi, karena sifat dari epitelnya yang berbentuk kuboid, bahkan s ering pula mengalami metaplasi menjadi kolesteatom. Dengan demikian maka sudah mudah dimengerti, bahwa unsafe ear itu dapat pula menghancurkan tulang-tulang pendengaran yang menyebabkan kekurangan pendengaran yang progresif dan sering terjadi mixed hearing loss, bahkan dapat jadi tuli sama sekali.
20

* Tuba Eustachii Tuba Eustachii merupakan satu -satunya pintu gerbang untuk masuk ke dalam kavum timpani, sehingga bila pintu tersebut tidak berfungsi maka akan menjadikan kelainan di kavum timpani. Fungsi tuba Eustachii adalah : 1. Airasi : mensuplai O2 mempertahankan komposisi udara di kavum timpani. 2. Proteksi proteksi terhadap kuman yang masuk. proteksi terhadap tekanan supaya tetap seimbang. proteksi terhadap pembersihan. Kelainan tuba Eustachii yang dapat menyebabkan kekurangan pendengaran adalah bila terjadi penutupan. Penutupan tuba ini dapat disebabkan : 1. Tertutupnya lubang tuba dari nasofaring, yang berarti kelainan di nasofaring. 2. Penutupan tuba oleh karena proses di dalam lumen tuba sendiri. 3. Penutupan tuba oleh karena desakan dari Iuar. * "Acquired sensori neural hearing loss" Kekurangan pendengaran sensori neural ini disebabkan oleh karena kerusakan dari organon korti atau sarafnya. S ensorineural ini dibagi atas sensori deafnes, di mana kelainannya di organon korti pada sel-sel rambut, sehingga disebut "kekurangan pendengaran tipe koklear". Sedang yang lain kelainannya terdapat pada sarafnya dari ganglion spiralis sampai nukleus koklearis, karenanya disebut "tuli saraf' atau kekurangan pendengaran tipe retro koklear. Pembagian tersebut di atas disebabkan oleh karena tiap tipe mempunyai sifat yang khusus. Sensori hearing loss atau kekurangan pendengaran tipe koklear mempunyai sifat rekruitmen yang berarti bahwa suara yang merangsang makin keras makin tidak t idak dimengerti arti katanya. Pada tuli saraf tipe retro koklear, bila dirangsang terus menerus akan cepat menjadi lelah. Di dalam klinik dijumpai bila seseorang diajak bicara mula-mula mendengar dengan baik tetapi lama kelamaan pendengarannya akan menurun. Ketulian sensorineural ini biasanya tidak dapat pulih kembali (irreversibel) dan tidak dapat dikoreksi, sehingga dengan pendengaran tidak dapat mengerti akan

21

kata-kata seratus persen. Karenanya penderita tuli sensori neural harus dilatih untuk membaca suara atau gerakan bibir (speech reading). Untuk menerangkan sebab-sebab ketulian sensori neural yang lebih praktis akan kami kemukakan yang akut: ketulian sensori neural yang mendadak (sudden sensori neural deafness) dan yang lain adalah yang kronik yang disebut "tuli sensori neural kronika". * Tuli sensori neural akuta (sudden sensori neural deafness). Penyebabnya semua proses patologi di telinga dalam yang mendadak. Tetapi yang sering dijumpai sehari-hari adalah: - Trauma : Rudapaksa/kecelakaan yang dapat mengakibatkan ruptura labirin atau komosio labirin. Operasi : * karena kurang hati-hatinya operator. * pemakaian alat : bor frekuensi tinggi. Radang : * infeksi bakterial. * komplikasi dari penyakit virus : - parotitis. - varisela. - herpes zoster dll. - Tumor : * acustik neuroma * tumor sudut "cerebellopontine" - Penyebab lainnya : * Ototoksik karena obat-obatan dan penyakit menahun. * Endolimfatik hidrops * Gangguan vaskuler * Koklear otosklerosis * Psikogen * Idiopatik * Tuli sensori neural kronika.

22

Kelainan terjadi di telinga dalam dan prosesnya terjadi pelan-pelan tapi pasti; sedikit demi sedikit akan terjadi ketulian dengan perlahan-lahan tapi terus meningkat. Penyebabnya adalah : - Presbyakusis : - perubahan degenerasi telinga dalam oleh ketuaan. - Trauma suara (noise induce) - Keracunan obat-obatan. - Kelainan telinga tengah yang telah kronik (otitis media supurativa kronika). - Penyakit Meniere's - Neurinoma akustik - Penyakit sistemik yang kronik : * lues. * diabetes. * hipotiroidisme. * penyakit kolagen. * sarkoidosis. 2.4 Rehabilitasi Kekurangan Pendengaran Rehabilitasi yang dimaksud adalah memperbaiki pendengaran yang telah berkurang, atau dapat pula diartikan mengembalikan fungsi telinga sebagai alat pendengaran. Untuk itu, harus difahami betul mengenai mekanisme mendengar, maka dapat diketahui di mana lokalisasi dari bagian telinga yang perlu diperbaiki. Karena sistem pendengaran dapat dibedakan atas fase mekanik (penghantaran) dan fase elektrik (sensori), maka rehabilitasinya perlu dibedakan atas : * Rehabilitasi kekurangan pendengaran penghantaran Kekurangan pendengaran penghantaran berarti penghantaran gelombang suara dari luar ke telinga dalam kurang baik atau terputus. sifat kekurangan pendengaran penghantaran adalah terjadinya gap antara penghantaran tulang dan penghantaran udara: penghantaran melalui tulang harus normal.
23

Rehabilitasinya akan mendapatkan hasil yang baik dan pendengaran diharapkan akan menjadi normal kembali. Kekurangan pendengaran penghantaran pada umumnya kelainannya di telinga luar atau di telinga tengah, maka dengan mudah dapat diperbaiki. Kelainan di telinga luar dapat terlihat, pada umumnya berupa penyumbatan dari liang telinga, sehingga dengan tindakan sederhana sudah dapat menjadi baik kembali. Misalnya: serumen, discharge di kanalis auditorius eksternus, tumor benigna dan lain-lain. Selain itu, dengan obat-obatan dapat menghilangkan sumbatan tersebut misalnya radang. Kadang-kadang perlu dilakukan tindakan dengan operasi untuk merekonstruksinya kembali, misalnya timpano plastik. Pada penderita kekurangan pendengaran yang tidak mau dioperasi, dapat pula memakai alat bantu dengar. Bagi orang yang memakai alat bantu dengarpun harus berhati-hati. Bila pendengaran telinga sebelahnya masih normal maka tidak perlu memakai alat bantu dengar dulu, karena akan terjadi cross of hearing yang menyebabkan kekurangan pendengaran tipe sensori neural pada yang sehat. * Rehabilitasi kekurangan pendengaran sensori neural. Rehabilitasinya memang agak sukar dan memerlukan waktu yang lama dan biaya banyak. Bentuk kekurangan pendengaran sensori neural dapat menjadikan tuli sama sekali. Pada kekurangan pendengaran sensori neural perlu dibedakan anak lahir tuli atau tuli sebelum dapat bicara dan tuli setelah dapat bicara. Kedua-duanya perlu belajar membaca suara (speechreading) dengan melihat gerakan bibir. Penderita dan pembicara harus berhadap-hadapan; bila bibir tertutup maka penderita tidak akan dapat menerima apa yang diucapkan. Pada tuli sebelum dapat berbicara perlu belajar/latihan mendengar (auditory training). Di sini dapat pula penderita diberi alat bantu dengar bagi pnderita kekurangan pendengaran agar sisa-sisa pendengarannya dapat digunakan. Alat bantu dengar itu prinsipnya akan menaikkan intensitas (amplitudo) sehingga suara akan lebih keras sehingga pendidikannya tidak 'perlu berteriak. Pengelolaan pendidikan penderita tuli perlu ditangani oleh ahli audiologi, speech therapeutist, ahli psikologi dan pediatri. Karena anak tuli sering wataknya
24

berubah menjadi sering curiga, lekas marah (emosional). Sedang pada congenital hearing loss, sering juga ada kelainan organ lain. BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Anatomi telinga dalam terdiri dari :
1. Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum dan

koklea. 2. Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus dan duktus endolimfatikus serta koklea. Fisioligi pendengarannya getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang N.VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis. Ketulian menurut perspektif medis adalah ketidaksempurnaan atau kerusakan pada fungsi indera pendengaran yang dapat diperbaiki maupun disempurnakan dengan kecanggihan teknologi dan terapi-terapi pendengaran dan wicara untuk dapat memaksimalkan kemampuan mendengar maupun artikulasinya sehingga dapat hidup secara normal di masyarakat.
25

Macam-macam tuli dibedakan berdasarkan: 1) kelainan patologi 2) lokalisasi proses kelainan 3) jenis ketulian 4) derajat ketuliannya atau kehidupan sosial 5) waktu terjadinya tuli

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, S. Berkurangnya Pendengaran & Tuli. http://Medicastore.Com/Penyakit/357/Berkurangnya_Pendengaran_&_ Tuli.Html Soepardjo, H. dan Soetomo. 1985. Sebab-sebab Ketulian Dipandang Dari Sudut THT. Semarang: Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS. Dr. Kariadi http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_039_problema_dan_tatalaksana_kekuran gan_pendengaran.pdf http://publikasi.umy.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/3174/1934 http://eprints.undip.ac.id/31222/2/Bab_1.pdf
26

http://hearing.kasoem.co.id/pendengaran/32-deteksi-dini-gangguan-pendengaranpada-anak-1-

27

Anda mungkin juga menyukai