Anda di halaman 1dari 37

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di seluruh dunia prevalensi kelebihan berat badan, overweight dan obesitas meningkat tajam dan telah mencapai tingkatan yang membahayakan. Di negara maju seperti negara-negara Eropa, USA dan Australia kejadian obesitas justru telah mencapai tingkatan epidemi (Hadi, 2004). Indonesia dihadapkan beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition) di satu pihak masalah gizi kurang dan buruk belum tuntas, di lain pihak masalah kegemukan dan obesitas muncul dan terus bertambah. Kedua-duanya berdampak negatif yaitu menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan membebani ekonomi Bangsa (Hadi, 2007). Di (RISKESDAS Indonesia berdasarkan data riset kesehatan (WHO, dasar 2005)

2007) dan World Health Organization

diketahui bahwa laki-laki berumur lebih dari 15 tahun dengan lingkar perut di atas 90 cm atau perempuan dengan lingkar perut di atas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral. Sedangkan prevalensi obesitas sentral pada perempuan sebanyak 29% yang lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu 7,7%. Menurut tipe daerah, obesitas sentral lebih tinggi di daerah perkotaan yaitu 23,6% dibandingkan daerah perdesaan yaitu 15,7%. Demikian juga semakin meningkat tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan, semakin tinggi prevalensi obesitas sentral. Obesitas pada anak dapat terjadi, oleh karena itu harus sedini mungkin dicegah. Obesitas pada anak akan beresiko menjadi obesitas di masa dewasa sekitar 30-60% (Mafies.et al. 2000). Konsekuensi kelebihan berat badan pada anak juga menyangkut kesulitan-kesulitan dalam psikososial, seperti diskriminasi dari teman-temannya, self-image negatif, depresi, dan penurunan sosialisasi (Dietz dan gortmaker, 2001). Huriyati (2006) yang mengikuti perkembangan anak SD hingga SMP selama 2 tahun menemukan bahwa perubahan status obesitas pada siswa-siswi tersebut
1

menjadi non obesitas sangat kecil. Hal ini juga yang mendasari perlunya penelitian obesitas anak sekolah, karena pada usia tersebut masih mudah diatasi sedangkan pada remaja akan lebih sulit. Obesitas pada anak tidak dapat dicegah dengan baik tanpa pengetahuan dan persepsi yang baik dari orang tua (Baughcum, 2000). Persepsi ibu dibutuhkan karena ibu adalah orang yang paling dekat mendidik anak. Ibu sebagai pendidik anak bertanggungjawab agar anakanak dibekali kekuatan rohani maupun jasmani dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Demikian pula peran ibu guru begitu penting dalam mendidik anak murid ketika berada di sekolah, karena kebersamaan murid SD dan guru di sekolah dengan di rumah hampir sama waktunya (Pertanta, 2007). Penelitian tentang persepsi orang tua terhadap berat badan anak di Atlanta didapatkan hasil bahwa satu dari tiga ibu yang memiliki anak obes mempunyai persepsi yang salah terhadap obesitas anak dengan menganggap bahwa anaknya lebih kurus dari berat badan sebenarnya (Maynar. 2003). Menurut penelitian di Cincinnati, Ohio ibu dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai persepsi yang salah terhadap berat badan anak atau ibu tidak menyadari kalau anaknya sebenarnya mengalami obesitas (Baughcum, 1999). Persepsi adalah gambaran subyektif internal seseorang tentang suatu hal. Pesepsi merupakan suatu proses yang didahului dengan pengindraan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stumulus oleh individu melalui alat serertipenya secara terus menerus dan terjadilah proses psikologis (Walgito, 2004). Persepsi ibu merupakan prediktor yang kuat bagi obesitas anak karena persepsi sangat mempengaruhi perilaku makan dan aktifitas fisik yang merupakan manifestasi pola pikir seseorang terhadap arti dan fungsi makan, makanan dan aktifitas fisik (Subarja, 2004). Sugih (2009) mengemukakan bahwa berat badan dipengaruhi perilaku makan dan aktifitas fisik (eating and physical activity behavior).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian obesitas?

2. Apa yang menjadi penyebab obesitas? 3. Bagaimana pathway dari obesitas? 4. Bagaimana klasifikasi obesitas? 5. Bagaimana gejala klinis obesitas? 6. Bagaimana cara menentukan obesitas? 7. Apa yang menjadi faktor resiko obesitas? 8. Bagaimana diagnosa obesitas? 9. Bagaimana cara atau terapi untuk mengatasi obesitas? 10. Bagaimana patogenesis dari obesitas? 11. Apa saja yang menjadi komplikasi dari obesitas? 12. Bagaimana prognosis dari obesitas? 13. Bagaimana cara mengurangi energi dalam diet obesitas?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui teori dari obesitas serta penatalaksanaannya dalam asuhan keperawatan dan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak II pada semester VI.

1.3.2

Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian obesitas 2. Mengetahui penyebab obesitas

3. Mengetahui payhway dari obesitas 4. Mengetahui klasifikasi obesitas 5. Mengetahui gejala klinis obesitas 6. Mengetahui cara menentukan obesitas
7. Mengetahui faktor resiko dari obesitas

8. Mengetahui diagnosa obesitas 9. Mengetahui cara atau terapi untuk mengatasi obesitas
10. Mengetahui patogenesis obesitas 11. Mengetahui komplikasi obesitas 12. Mengetahui prognosis obesitas 13. Mengetahui cara mengurangi energi dalam diet obesitas

BAB 2 TINJAUN TEORI


2.1 Pengertian Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya

penimbunan lemak yang berlebih daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mayer, 1973). Pada gizi lebih (overweight) terdapat berat badan yang melebihi berat badan rata-rata. Gizi lebih tidak selalu identik dengan obesitas. Seorang olahragawan professional berkat latihannya yang sangat intensif tubuhnya lebih tinggi dan otot-ototnya berkembang baik, hingga berat badannya bertambah. Orang demikian mungkin saja berat badannya lebih dari berat rata-rata dan dapat dikatakan dalam keadaan gizi lebih, akan tetapi orang tersebut tidak menderita obesitas. Pemeriksaan fisik dalam keadaan telanjang dapat menentukan apakah individu itu obeis atau hanya berotot baik. Biasanya bilamana gizi lebih itu sangat menonjol, maka ia pasti juga menderita obesitas. Kegemukan didefinisikan sebagi kelebihan akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20% dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan (Doengoes, Marilynn E. 1999). Obesitas merupakan IMT > sentil ke-95 menurut jenis kelamin dan umur (Nuryanto, Liena. 2007).

2.2 Penyebab

Obesitas merupakan gangguan keseimbangan energi yang biasanya bersifat multifaktor. Keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-hari mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan (positive energy balance). Biasanya terdapat pada anak yang cepat merasa lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Pada umumnya berbagai faktor menentukan keadaan obesitas seseorang seperti:

1. Herediter Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu telah lama diketahui. Mungkin saja keadaan ini disebabkan oleh kebiasaan keluarga makan banyak dan berkali-kali tiap harinya, susunan makanannya mengandung banyak lemak, sering jajan, dan sebagainya. Dengan demikian masukan energi tiap hari melebihi kebutuhannya. Akan tetapi adanya faktor keturunan dapat dibuktikan misalnya dengan observasi pada anak yang kembar yang dibesarkan terpisah akan tetapi menunjukkan berat badan yang sangat berkorelasi satu sama lain. Penyelidikan lain memberi hasil sebagai berikut: anak kembar monozigot walaupun dibesarkan terpisah mempunyai berat badan yang lebih mendekati dibandingkan dengan anak kembar dizigot walaupun dibesarkan bersama. Lagipula tidak terdapat korelasi antara berat badan anak pungut dan orang tua yang memungutnya, akan tetapi ada korelasi antara anak kandung dengan orang tuanya (Mc Laren, 1973). 2. Diet Faktor yang penting, tidak hanya mempunyai hubungan kuantitatif tetapi juga karena kandungan lemak/gula ang secara relatif berperan. 3. Bangsa atau suku Pada bangsa atau suku tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggota keluarganya yang menderita obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan faktor yang lebih menonjol: keturunan atau latar belakang
6

kebudayaannya seperti biasa makan makanan yang mengandung banyak energi, tidak berolah raga, dan sebagainya. 4. Gangguan emosi Gangguan emosi merupakan sebab terpenting obesitas anak besar dan remaja. Pada anak yang sedang bersedih hati dan memisahkan diri dari loingkungan timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Adakalanya kebiasaan makan yang terlampau banyak ini akan menghilang dengan menyembuhkan gangguan emosi yang dideritanya. 5. Gangguan hormon Walaupun sangat jarang, adakalanya obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antar hormon, seperti pada Sindrom Cushing, hiperaktivitas adrenocortikal, hipogonadisme, dan penyakit hormon lain. 6. Sindrom genetik a. Sindrom Prader-Willi: keinginan makan kompulsif, distribusi lemak sentral, hipogonadisme, ketidakmampuan belajar. b. Sindrom Lawrence-Moon-Biedl: hipogonadisme, ketidakmampuan belajar sedang-berat. c. Distrofi otot: manifestasi lambat d. Sindrom Turner

2.3 Pathway Faktor penyebab: 1. Herediter 2. Diet 3. Bangsa atau suku 4. Gangguan emosi 5. Gangguan hormon 6. Sindrom genetik 7. Gangguan responsi imunitas seluler

Asupan energi meningkat aktivitas kurang

Intoleransi aktivitas

Ketidakseimbangan

Disimpan dalam bentuk lemak

Jaringan adipose meningkat

Kadar leptin meningkat

Penumpukan lemak terus-menerus 8

Defisiensi leptin

Pengendalian lapar dan Koping inadekuat kenyang terganggu Kurang olah raga

Hipertrofi lemak

Regulasi

hormon

Obesitas

Pembesaran organ

Sindroma metabolik

Penumpukan plak

Ekstremitas membesar

Penurunan sirkulasi arteri

Gangguan mobilisasi Gangguan citra

Intoleransi aktivitas

Harga diri rendah

2.4 Klasifikasi Obesitas Berdasarkan klasifikasi WHO pada tahun 1998, dinyatakan BBL bila IMT 25,029,9 kg/m2 dan obesitas bila IMT 30,0 kg/m2. Hal ini lebih dirinci sebagai berikut: 1. Obesitas ringan IMT 30,034,9 2. Obesitas sedang IMT 35,039,9
3. Obesitas berat (morbid) IMT 40,0 kg/m2

IMT tergantung usia dan tidak membedakan jenis kelamin. Kelemahan metode ini adalah tidak membedakan BB tinggi yang disebabkan oleh lemak atau otot. Sehingga seseorang dengan BB tinggi selalu dianggap obes walaupundapat disebabkan oleh banyak otot.
9

Tabel 2.1: Klasifikasi internasional Berat badan rendah, Normal, Berat badan lebih dan Obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh (kg/m) Klasifikasi Berat badan rendah Kurus berat Kurus sedang Kurus ringan Rentang normal Berat badan lebih Pra Obes Obese Obese kelas I Obese kelas II Obese kelas III (Sumber WHO 2004) WHO mengusulkan untuk menurunkan batasan nilai potong untuk orang Asia. Berdasarkan kelasifikasi Asia Pasifik pada tahun 2000, dengan penyesuaian IMT untuk orang Asia, maka dinyatakan BBL bila IMT 23,0 yang dibedakan lagi menjadi BBL dengan risiko IMT 23,0 24,9, Obes I bila IMT 25,0 29,9 dan Obes II 30,0 kg/m2. Tabel 2.2. Klasifikasi Berat badan untuk orang Asia berdasarkan Indeks Masa Tubuh Klasifikasi Berat badan rendah Normal Berat badan lebih Berat badan lebih dengan risiko Obes I Obes II (kg/m2) < 18,5 18,5 22,9 23,0 23,0 - 24,9 25,0 - 29,9 30,0 Nilai Potong Utama < 18.50 < 16.00 16.00 - 16.99 17.00 - 18.49 18.50 - 24.99 25.00 25.00 - 29.99 30.00 30.00 - 34-99 35.00 - 39.99 40.00

2.4.1 Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh a. Obesitas Tipe Buah Apel
10

Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dandi rongga perut sehingga gemuk di perut dan mempunyai bentuk tubuhseperti buah apel (apple type). Karena lemak banyak berkumpul di rongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai obesitas tipe android. b. Obesitas Tipe Buah Pear Kelebihan lemak pada wanita disimpan di bawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul di pinggir tubuh yaitu di pinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas tipe gynoid.

2.4.2 Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak a. Obesitas Tipe Hyperplastik Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal, tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Obesitas ini biasa terjadi pada masa anak-anak. b. Obesitas Tipe Hypertropik Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal. Obesitas tipe ini terjadi pada usia dewasa, Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan tipe hyperplastik. c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
11

Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit. 2.4.3 Tipe Obesitas Menurut Gejala Klinis a. Obesitas Sederhana (Simple Obesity) Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan

hormonal/mental/fisik lainnya, obesitas ini terjadi karena faktor nutrisi. b. Bentuk Khusus Obsitas a) Kelainan endokrin/hormonal Tersering adalah syndrom Cushing, pada anak yang sensitif terhadap pengobatan dengan hormon steroid. b) Kelainan somatodismorfik Sindrom Prader-Willi, sindrom Summit dan Carpenter, sindrom Laurence Moon-Bield, dan sindrom Cohen. Obesitas pada kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan ortopedi. c) Kelainan hipotalamus Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan berakibat terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma, leukemia serebral, trauma kepala, dan lain-lain.

12

2.5 Gejala Klinis Obesitas a. Anak terlihat sangat gemuk b. Pada umumnya anak demikian lebih tinggi dari pada anak normal seumur
c. Sering-sering terlihat dagu yang berganda (double chin)

d. Buah dada seolah-olah berkembang e. Perut menggantung ke bawah f. Penis anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut tersembunyi dalam jaringan lemak pubis. Sedangkan menurut Soetjiningsih, 1995 dalam bukunya yang berjudul Tumbuh Kembang Anak mengatakan bahwa obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun dan pada masa remaja. Anak yang obesitas tidak hanya lebih berat dari anak seusianya, tetapi juga lebih cepat matang pertrumbuhan tulangnya. Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anak sebayanya. Bentuk muka anak yang obesitas tidak proporsional, hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara, dimana pada anak laki-laki sering merasa malu seolah-olah payudaranya tumbuh. Perut menggantung dan sering disertai strie. Alat kelamin pada laki-laki seolah-olah kecil, karena adanya timbunan lemak pada daerah pangkal paha. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relatif kecil dan runcing. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagaipenyebab atupun sebbagai akibat dari obesitas.

13

Anak lebih cepat mencapai masa pubertas. Kematangan seksual lebih cepat, pertumbuhan payudara, menarke, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih cepat.

2.6 Cara Menentukan Obesitas Banyak cara telah dikembangkan untuk menetukan banyaknya lemak, misalnya, a. Penentuan berat terhadap tinggi, umur, tipe tubuh
b. Mengukur tebal lipatan kulit (skin-fold thickness) di beberapa tempat,

seperti bagian trisep, subskapula, suprailiaka, dan sebagainya. Alat pengukur yang dipergunakan dinamakan Caliper. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku yang ada, dan jika didapati kelebihan melampaui 1SD (Standart Deviasi), maka orang tersebut dianggap menderita obesitas. Tebal lipatan kulit tidak tergantung dari tinggi badan, hingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin (Maaser, 1973).
c. Cara-cara

lain

yang

lebih

sukar

bagi

seorang

dokter

untuk

mempergunakannya, seperti underwater weighing, dengan sinar rongten, dan lain-lain.

2.7 Faktor Resiko Ada korelasi yang positif antara tingkat obesitas dengan tingginya angka kejadian berbagai penyakit, terkecuali dengan penyakit tuberculosis paru. Insidensi penyakit infeksi pada penderita obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang normal, dan angka kematian yang berhubungan dengan infeksi pun demikian (Seifert, 1971). Hasil penyelidikan Chandra dan Kutty (1980) menunjukkkan bahwa pada obesitas ditemukan: a. Gangguan responsi imuntas seluler baik di vitro maupun vitro

14

b. Penuruna aktivitas bakterisida dari leukosit polimorfonuklear (PMN); c. Kadar besi dan seng yang rendah. Mereka memperkirkan, bahwa gangguan mekanisme imunologis pada obesitas disebabkan adanya kekurangan besi dan seng. Seorang ahli gizi pernah mengatakan adanya korelasi yang negative antara panjangnya umur dan panjangnya ikat pinggang, yang berarti bahwa lebih gemuk seseorang (ikat pinggangnya panjang), lebih pendek umurnya. Asumsi demikian dapat dibuktikan dari angka-angka statistik perusahanperusahan asuransi. Hanya 60% penderita obesitas mencapai umur 60 tahun dibandingkan dengan 90% diantara orang yang kurus. Hanya 30% penderita obesitas mencapai umur 70 tahun sedangkan diantara yang kurus 50%. Yang mencapai umur 80 tahun hanya 10% diantara penderita obesitas, sedangkan di antara orang yang kurus 30%. Obesitas merupakan komplikasi yang berbahaya dan kadang-kadang mendahului penyakit lain, seperti diabetes mellitus. Menghindari atau sedikitdikitnya menghambat terjadinya diabetes mellitus dapat dilakukan dengan mencegah timbulnya obesitas. Lagipula orang yang terlalu gemuk sering menderita penyakit kardiovaskuler. Obesitas mengganggu kesehatan. Bilamana menginginkan vitalitas dan efisiensi fungsi tubuh yang maksimal maka berat badan normal harus dipertahankan. Orang tua atau sudara kandung mengalami obesitas (alamiah dan/ atau pengasuh), keluarga obese mempunyai anak kesayangan yang mengalami obese, DM pada ibu (Nuryanto, Liena. 2007).

2.8 Diagnosa Obesitas Diagnosis obesitas dibuat bila terdapat data antropometris untuk perbandingan berat badan dan tinggi badan, lingkaran lengan dan tebalnya

15

kulit, paling sedikit 10% di atas normal dengan gejala klinis obesitas (Staf Pengajar FKUI, 2007:368) Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang. Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain seperti usia dan berat badan (Arisman, 2004:181). Pada prinsipnya, ada tiga cara pemaparan indikator yaitu (1) persentase, (2) persentil dan (3) z-skor (Arisman, 2004:187). Menurut Depkes RI (2007:42), penilaian status gizi berdasarkan zskor dilakukan dengan cara : 1. Mengukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak 2. Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran 3. Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak 4. Dari angka berat badan tersebut lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD).

Berat badan anak laki-laki (kg) Tinggi Berat badan anak perempuan badan (kg)

16

Gemuk

Kurus sekali

Kurus sekali

Kurus

Kurus

Normal

< -2 SD s/d -3 SD

< -2 SD s/d -3 SD

> 2 SD

Normal

-2 SD s/d 2 SD

(cm) < -3 SD < -3 SD

1 6,8

2 2,8-6,7

3 2,0-2,7

4 1,9

5 55,0

6 2,2

7 2,3-2,9

-2 SD s/d 2 SD

8 3,06,7

6,8

7,0

2,9-6,9

2,2-2,8

2,1

55,5

2,3

2,4-3,0

3,16,9

7,0

7,2

3,1-7,1

2,3-3,0

2,2

56,0

2,4

2,5-3,1

3,27,1

7,2

7,4

3,2-7,3

2,4-3,1

2,3

56,5

2,5

2,6-3,3

3,47,3

7,4

7,5

3,4-7,4

2,6-3,3

2,5

57,0

2,6

2,7-3,4

3,57,4

7,5

7,7

3,5-7,6

2,7-3,4

2,6

57,5

2,7

2,8-3,5

3,67,6

7,7

7,9

3,7-7,8

2,8-3,6

2,7

58,0

2,9

3,0-3,7

3,87,8

7,9

8,0

3,8-7,9

3,0-3,7

2,9

58,5

3,0

3,1-3,8

3,97,9

8,0

8,2

4,0-8,1

3,1-3,9

3,0

59,0

3,1

3,2-3,9

4,08,1

8,2

8,5

4,3-8,4

3,4-4,2

3,3

60,0

3,3

3,4-4,2

4,38,4

8,5

8,7

4,4-8,6

3,5-4,3

3,4

60,5

3,4

3,5-4,3

4,48,6

8,7

8,8

4,5-8,7

3,6-8,4

2,6

61,0

3,5

3,6-4,4

4,5-

8,8 17

> 2 SD 9

Gemuk

8,7 9,0 4,7-8,9 3,6-4,4 3,7 61,5 3,6 3,7-4,5 4,68,9 9,1 4,8-9,0 3,9 -4,7 3,8 62,0 3,8 3,9-4,7 4,89,0 9,3 4,9-9,2 4,0-4,8 3,9 62,5 3,9 4,0-4,8 4,99,2 9,4 5,1-9,3 4,1-5,0 4,0 63,0 4,0 4,1-4,9 5,09,3 9,6 5,2-9,5 4,3-5,1 4,2 63,5 4,1 4,2-5,0 5,19,4 1 9.7 2 5,3-9,6 3 4,4-5,2 4 4,3 5 64,0 6 4,2 7 4,3-5,1 8 5,29,6 9.9 5,5-9,8 4,5-5,4 4,4 64,5 4,3 4,4-5,3 5,49,7 10,0 5,6-9,9 4,6-5,5 4,5 65,0 4,4 4,5-5,4 5,59,8 10,2 5,710,1 10,3 5,810,2 10,5 6,010,4 10,6 6,110,5 10,8 6,210,7 10,9 6,310,8 11,0 6,45,5-6,3 5,4 68,5 5,2 5,3-6,2 5,3-6,2 5,2 68,0 5,1 5,2-6,1 5,2-6,1 5,1 67,5 5,0 5,1-6,0 5,1-6,0 5,0 67,0 4,9 5,0-5,8 5,0-5,9 4,9 66,5 4,7 4,8-5,7 4,9-5,7 4,8 66,0 4,6 4,7-5,6 4,7-5,6 4,6 65,5 4,5 4,6-5,5 5,610,0 5,710,1 5,810,2 5,910,4 6,110,5 6,210,6 6,310,8 10,7 10,6 10,5 10,3 10,2 10,1 9,9 9,8 9 9,7 9,5 9,4 9,3 9,1 9,0

18

10,9 11,2 6,611,1 11,3 6,711,2 11,5 6,811,4 11,6 6,911,5 11,7 7,011,6 11,9 7,111,8 12,0 7,211,9 12,1 7,412,0 12,2 7,512,1 12,4 7,612,3 12,5 7,712,4 12,6 7,812,5 12,8 7,912,7 12,9 8,012,8 13,0 8,112,9 7,1-8,0 7,0 76,0 6,8 6,9-7,8 7,1-7,9 6,9 75,5 6,7 6,8-7,7 6,9-7,8 6,8 75,0 6,6 6,7-7,6 6,8-7,7 6,7 74,5 6,5 6,6-7,5 6,7-7,6 6,6 74,0 6,4 6,5-7,4 6,6-7,5 6,5 73,5 6,3 6,4-7,3 6,5-7,4 6,4 73,0 6,1 6,2-7,2 6,4-7,3 6,3 72,5 6,0 6,1-7,1 6,3-7,1 6,2 72,0 5,9 6,0-7,0 6,1-7,0 6,0 71,5 5,8 5,9-6,8 6,0-6,9 5,9 71,0 5,7 5,8-6,7 5,9-6,8 5,8 70,5 5,6 5,7-6,6 5,8-6,7 5,7 70,0 5,5 5,6-6,5 5,7-6,6 5,6 69,5 5,4 5,5-6,4 5,6-6,5 5,5 69,0 5,3 5,4-6,3

10,7 6,410,9 6,511,0 6,611,1 6,711,2 6,811,4 6,911,5 7,111,6 7,211,7 7,311,8 7,411,9 7,512,1 7,612,2 7,712,3 7,812,4 7,912,5 12,6 12,5 12,4 12,3 12,2 12,0 11,9 11,8 11,7 11,6 11,5 11,3 11,2 11,1 11,0

19

13,1

8,213,0

7,2-8,1

7,1

76,5

6,9

7,0-7,9

8,012,6

12,7

13,3

8,313,2

7,3-8,2

7,2

77,0

7,0

7,1-8,0

8,112,7

12,8

13,4

8,413,3

7,4-8,3

7,3

77,5

7,1

7,2-8,1

8,212,8

12,9

13,5

8,513,4

7,5-8,4

7,4

78,0

7,2

7,3-8,2

8,313,0

13,1

13,6

8,613,5

7,6-8,5

7,5

78,5

7,3

7,4-8,3

8,413,1

13,2

13,7

8,713,6

7,7-8,6

7,6

79,0

7,4

7,5-8,4

8,513,2

13,3

13,9

8,813,8

7,8-8,7

7,7

79,5

7,5

7,6-8,5

8,613,3

13,4

14,0

8,913,9

7,9-8,8

7,8

80,0

7,6

7,7-8,6

8,713,4

13,5

14,1

9,014,0

8,0-8,9

7,9

80,5

7,7

7,8-8,7

8,813,5

13,6

14,2

9,114,1

8,1-9,0

8,0

81,0

7,8

7,9-8,8

8,913,6

13,7

14,3

9,214,2

8,2-9,1

8,1

81,5

7,9

8,0-8,9

9,013,8

13,9

14,4

9,314,3

8,3-9,2

8,2

82,0

8,0

8,1-9,0

9,113,9

14,0

14,6

9,414,5

8,4-9,3

8,3

82,5

8,1

8,2-9,1

9,214,0

14,1

1 14,7

2 9,514,6

3 8,5-9,4

4 8,4

5 83,0

6 8,2

7 8,3-9,2

8 9,314,1

9 14,2

14,8

9,614,7

8,6-9,5

8,5

83,5

8,2

8,3-9,3

9,414,2

14,3

20

14,9

9,714,8

8,7-9,6

8,6

84,0

8,3

8,4-9,4

9,514,3

14,4

15,0

9,814,9

8,8-9,7

8,7

84,5

8,4

8,5-9,5

9,614,4

14,5

15,1

9,915,0

8,9-9,8

8,8

85,0

8,5

8,6-9,6

9,714,6

14,7

15,2

10,015,1

8,9-9,9

8,8

85,5

8,6

8,7-9,7

9,814,7

14,8

15,4

10,115,3

9,010,0 9,110,1 9,210,2 9,310,3 9,410,4 9,510,5 9,610,6 9,710,7 9,810,8 9,910,9 9,911,0 10,0-

8,9

86,0

8,7

8,8-9,8

9,914,8

14,9

15,5

10,215,4 10,315,5 10,415,6 10,515,7 10,615,8 10,716,0 10,816,1 10,916,2 11,016,3 11,116,4 11,2-

9,0

86,5

8,8

8,9-9,9 9,010,0 9,110,1 9,210,2 9,310,3 9,310,4 9,410,5 9,510,6 9,610,6 9,710,7 9,8-

10,014,9 10,115,1 10,215,2 10,315,3 10,415,4 10,515,6 10,615,7 10,715,8 10,715,9 10,816,1 10,9-

15,0

15,6

9,1

87,0

8,9

15,2

15,7

9,2

87,5

9,0

15,3

15,8

9,3

88,0

9,1

15,4

15,9

9,4

88,5

9,2

15,5

16,1

9,5

89,0

9,2

15,7

16,2

9,6

89,5

9,3

15,8

16,3

9,7

90,0

9,4

15,9

16,4

9,8

90,5

9,5

16,0

16,5 16,6

9,8 9,9

91,0 91,5

9,6 9,7

16,2 16,3

21

16,5 16,8 11,316,7 11,416,8 11,516,9 11,617,0 11,717,2 11,817,3 11,917,4

11,1 10,111,2 10,211,3 10,311,4 10,411,5 10,511,6 10,611,7 10,711,8 10,0 92,0 9,8

10,8 9,910,9 9,911,0 10,011,1 10,111,2 10,211,3 10,311,4 10,411,5

16,2 11,016,3 11,116,5 11,216,6 11,316,7 11,416,9 11,517,0 11,617,2

16,4

16,9

10,1

92,5

9,8

16,6

17,0

10,2

93,0

9,9

16,7

17,1

10,3

93,5

10,0

16,8

17,3

10,4

94,0

10,1

17,0

17,4

10,5

94,5

10,2

17,1

17,5

10,6

95,0

10,3

17,3

Tabel Berat Badan/Tinggi Badan Berdasarkan Z-Skore Baku NCHS Anak Laki-laki dan Perempuan

2.9 Cara atau Terapi Untuk Mengatasi Obesitas a.Penurunan kelebihan berat badan secra perlahan (kebutuhan pertumbuhan harus dipikirkan) b.Konseling diet dengan tambahan vitamin dan kakronutrien c.Modifikasi perilaku d.Program aktivitas fisik yang tepat e.Ketaatan pada rencana memerlukan dukungan kuat dari anak dan keluarga (Nuryanto, Liena. 2007). Tidak tepatnya keseimbangan antara masukan (intake) dan pemakaian (expenditure) energi, dalam hal mana masukan jauh melampaui

22

kebutuhan,

merupakan

penyebab

terjadinya

keadaan

obesitas,

maka

pengobatan obesitas dalam prinsipnya harus sebagai berikut: 1. Mengurangi masukan energi dan 2. Memperbesar penggunaanya. Kelihatannya pengobatan obesitas mudah saja, akan tetapi dalam prakteknya sering-sering sangat sulit hingga hasilnya tidak memuaskan. Obesitas biasanya tidak merupakan hanya masalah biomedik, melainkan berhubungan dengan kebiasaan makan, kejiwaan dan faktor-faktor sosial. Pada banyak kejadian sukar untuk memastikan faktor psiko-sosial sebagai penyebab primer atau sekunder keadaan obesitas. Sebelum memulai dengan pengobatan sebaiknya diketahui lebih dulu mengenai: a. Umur dimulainya obesitas b. Ada atau tidaknya obesitas dalam keluarga c. Kebiasaan makan dan keadaan lain yang dapat menyebabkan obesitas d. Aktivitas sehari-harinya e. Ada atau tidak adanya kelainan endokrin, seperti hipertiroidisme, dan sebagainya. Berlainan dengan orang dewasa anak masih tumbuh. Menurunkan berat badan sangat drastis dapat menghentikan juga pertumbuhannya. Pada obesitas yang sedang adakalanya mereka tidak mau makan terlalu banyak, melainkan aktivitas fisiknya yang sangat kurang, hingga terjadi ketidakseimbangan antara intake dan expenditure. Dalam hal ini mengurangi jumlah makanan sehari-harinya untuk menurunkan berat dapat mengganggu pertumbuhan tingginya. Mempertinggi expenditure dengan latihan jasmani yang lebih intensif merupakan pilihan pertama.

23

Pada obesitas berat latihan jasmani saja tidak akan menolong hingga harus bersama-sama dengan terapi dietetis. Jumlah energi sehati-hari harus dikurangi hingga tubuh mengambil kekurangannnya dari jaringan lemak tubuh sebagai sumber energi tanpa mengurangi pertumbuhannya. Diet rendah energi tersebut harus mengandung cukup zat-zat gizi yang esensial.

2.10 Patogenesis Anak dengan IMT > sentil ke-95 mungkin mengalami obesitas pada masa dewasa. Pasien dengan sindrom metabolik X secara bermakna berisiko mengalami penebalan plak pada dinding arteri yang menyebabkan CHD, stroke, pembentukan aneurisma, dan DM tipe II. 2.11 Komplikasi Obesitas a. Psikososial Diskriminasi teman sebaya, intimidasi, isosilasi sosial. b. Pertumbuhan Umur tulang maju, anak yang tinggi dengan IMT sekunder biasanya akibat diet dan inaktivitas fisik, anak yang pendek dengan IMT sekunder lebih mungkin mempunyai penyebab/sindrom organik. c. Pernafasan Apnea tidur, sindrom Pickwickian (sindrom obesitas hipoventilasi) d. Ortopedik SUFE, penyakit Blount (pembengkakan varus tibia idiopatik) e. Sindrom metabolik X Ditandai dengan resistensi insulin dan dislipidemia aterogenik sekunder akibat trigliserida sekunder/kolesterol HDL menurun dan hipertensi.

24

f.

Endokrin POS, pubertas prekoks.

g. Efek psikologis Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Juga sulit mendapatkan pacar, karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pegaulan dengan teman-temannya. Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan. (Soetjiningsih, 1995) h. Lain-lain Steatosis hepatis, batu kandung mepedu.

2.12 Prognosis a. Defisiensi leptin Leptin memberikan isyarat dari jaringan lemak ke nucleus hipotalamus yang mempunyai tugas mengintegrasikan metabolisme energi bagi seluruh tubuh. Leptin memberikan informasi nucleus tersebut mengenai besar cadangan energi. Pada kondisi ketiadaan leptin, tubuh merasa ketersediaan energi tidak cukup sehingga mengaktifkan mekanisme yang kuat untuk memulihkan simpanan energi.

2.13 Mengurangi Energi Dalam Diet Obesitas a. Protein

25

Mengurangi protein terlampau banyak akan menimbulkan keseimbangan nitrogen yang negativ. Oleh sebab protein merupakan zat pembangun, maka kekurangan protein berakibat atrofi otot. Fungsi protein lain seperti sebagai hormon dan enzim ikut terganggu. b. Lemak Masukan lemak harus dikurangi, sebab lemak mengandung banyak energi (9 kkal/g). Akan tetapi harus diingatkan bahwa makanan tanpa lemak tidak enak rasanya. Lagipula lemak diperlukan untuk metabolisme vitamin yang larut dalam lemak dan mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan.

c. Karbohidrat Pada umumnya obesitas merupakan akibat makan gula-gulaan dan tepung berlebihan. Maka sebaiknya karbohidratlah yang harus dikurangi betulbetul. d. Vitamin Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayuran. Makan banyak sayuran mengurangi rasa lapar dan mencegah konstipasi oleh sebab sayur mengandung banyak serat. e. Mineral Kita harus waspada terhadap kekurangan zat besi, maka tidak ada salahnya untuk memberi tambahan untuk pencegahan anemia. Pemberian tambahan susu dapat mencegah kekurangan kalsium. Air dan garam tidak perlu dikurangi, terkecuali jika ada tanda-tanda retensi air. Jumlah energi yang diberikan harus sedsemikia, hingga tambahan deposit lemak tidak terjadi, bahkan tubuh dipaksa untuk memakai sebagian dari persediaan lemaknya untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Jika ini
26

dilakukan, kama berat badan akan menurun. Menurunkan berat badan seorang anak dengan obesitas berat sebaiknya jangan melebihi 500 gram tiap minggunya. Untuk menurunkan berat badan sebanyak 500 g tiap minggunya, tubuh dipaksa untuk mengurangi cadangan lemaknya sebanyak 500 g juga. Oleh karena 1.4 g jaringan lemak sama nilainya dengan 1 g lemak, yaitu 9-9.3 kkal, maka jumlah energi yang harus dikurangi setiap minggunya sebanyak (500:1.4) X 9-9.3 kkal = kira-kira 3250 kkal atau tiap harinya 450-500 kkal.

BAB 3 TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien anak obesitas adalah: a. Anamnesis :
1) Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound, remaja

2) Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous) 3) Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul 4) Riwayat gaya hidup : a) b) Pola makan/kebiasaan makan Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi

27

5) Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan

resiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe II. b. Pemeriksaan fisik Adanya gejala klinis obesitas seperti di atas:
c. Pemeriksaan penunjang

Analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan). d. Pemeriksaan antropometri Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal. Rumus Broca Berat badan ideal berdasarkan rumus Broca adalah sebagi berikut : Berat badan ideal = (TB-100) - 10% (TB-100) Dari perhitungan rumus tersebut, jika berat badan seseorang melebihi angka 15% dari berat badan normal (TB-100), maka ia dapat dikategorikan dalam tingkat kegemukan (obese).
e. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT)

Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO. Metode IMT sangat cocok bagi orang-orang yang ingin mengetahui berat badannya ditinjau dari segi kesehatan. Keuntungan utama dari penggunaan IMT adalah praktis, obyektif, dan mempunyai nilai biologis. Berdasarkan usia anak, hasil perhitungan nilai IMT dibagi menjadi empat kategori berikut :
a) IMT di bawah persentil 5 disebut kekurangan berat badan (underweight) 28

b) IMT di antara persentil 5-85 disebut normal (normal weight) c) IMT di antara persentil 85-95 disebut memiliki risiko kelebihan berat

badan (at risk of overweight)


d) IMT di atas persentil 95 disebut kelebihan berat badan (overweight)

f. Cara pintar mengatasi kegemukan anak


a) Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal

lipatan kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85


b) Pengukuran

lemak

secara

laboratorik,

misalnya

densitometri,

hidrometri
3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda (1990), bahwa diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Adapun diagnosa keperawatan pada pasien anak dengan obesitas yang mungkin timbul adalah:
1. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsional

pola makan, faktor herediter


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sedentary life-style, physical bulk 3. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan olahraga sedikit atau tidak

ada olahraga, gizi buruk, kerentanan pribadi


4. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan fisik, internalisasi

umpan balik negatif


5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan manajemen sebuah obesitas remaja

3.3 Perencanaan Dan Tindakan Keperawatan

29

Perencanaan

merupakan

suatu

proses

penyusunan

berbagai

intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien (Hidayat A,A,2007). Dx.1 Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsional pola makan, faktor herediter Tujuan 1 : klien/keluarga dapat mengidentifikasi pola makan yang benar Kriteria Hasil : pola dan kebiasaan makan remaja mulai terlihat dengan jelas Intervensi :
1) Selalu waktu makan, jumlahnya, dimana biasanya makanan itu

dimakan, makan sendiri atau dengan orang lain, perasaan yang memicu keinginan untuk makan. Rasional : mengetahui fator yang dapat memperburuk berat badan.
2) Identifikasi stimulus makanan karena biasanya berpengaruh terhadap

obesitas : sering merasa lapar, iklan-iklan makanan di televisi, rasa dan penampilan fisik dari makanan. Rasional : dengan mengetahui apa saja yang dapat merangsang makan maka kelebihan intake dapat dikurangi.
3) Kaji lingkungan saat makan untuk menentukan kemungkinan yang

dapat menyebabkan obesitas, meliputi : dimana makanan itu dimakan, makan sendiri atau dengan orang lain, perasaan saat mengkonsumsi makanan, aktivitas yang dikerjakan ketika makan. Rasional : dengan mengetahui faktor yang memicu obesitas maka obesitas dapat dicegah.
4) Analisa data terdahulu tentang pola makan dan factor lain yang

berhubungan sebagai dasar untuk membuat keputusan. Rasional : membantu untuk menyusun pola makan yang sesuai. Dx.2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sedentary life-style, physical bulk Tujuan : klien akan meningkatkan aktivitas fisik Kriteria hasil : remaja melakukan olahraga dan aktivitas yang disukai secara rutin Intervensi :
30

1) Kaji pola aktivitas dan aktivitas yang penting dari remaja Rasional : mengetahui apa saja yang membutuhkan energi berlebih
2) Buat program aktivitas seperti lari, berenag, bersepeda, aerobic, atau

olahraga setelah pulang sekolah Rasional : dengan aktivitas yang terstruktur mengurangi penumpukan lemak 3) Dorong aktivitas rutin seperti berjalan dan menaiki tangga Rasional : membantu klien dalam menyeimbangkan output 4) Dorong untuk lebih meningkatkan aktivitas saat stress Rasional : aktualisasi kepercayaan diri DX. 3 Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan olahraga sedikit atau tidak ada olahraga, gizi buruk, kerentanan pribadi Tujuan : klien akan medapatkan support yang adekuat Kriteria Hasil: remaja terlibat dalam program-program dasar sekolah Intervensi :
1) Menerapkan program sekolah penurunan berat badan untuk mendorong

pencapaian target:
a. Menggunakan sistem body b. Menggunakan teman sebagai sponsor dan positif reinforcers c. Memberikan penguatan untuk perubahan berat badan : pujian sosial,

kontrak nyata yang mendapatkan penghargaan sederhana


d. Grafik perubahan berat badan positif dan tampilan grafik dalam

program dimana orang lain dapat melihatnya e. Menyediakan pendidikan gizi Rasional : program penurunan berat badan merupakan salah satu cara yang mungkin ditempuh untuk meningkatkan metabolisme sehingga lemak dalam tubuh dapat diuraikan
2) Mempunyai anggota keluarga yang berfungsi sebagai monitor di rumah

untuk membantu dalam kemajuan mencapai tujuan dan mendorong remaja dengan pernyataan positif

31

Rasional : keluarga merupakan faktor penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak Dx.4 Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan fisik, internalisasi umpan balik negative Tujuan : pasien akan memiliki kesempatan untuk mendiskusikan perasaan dan keprihatinan Kriteria Hasil :
a. Remaja mengungkapkan perasaan dan keprihatinan tentang masalah b. Remaja mempertahankan sikap positif terhadap program penurunan

berat badan Intervensi :


1) Mendorong anak untuk membicarakan perasaannya dan keprihatinan

karena ini dapat memfasilitasi koping Rasional : dengan menggali perasaan dapat mengetahui apa yang menjadi masalahnya
2) Memperkuat prestasi dorong perawatan yang baik, kebersihan, dan

sikap untuk meningkatkan penampilan dan meningkatkan harga diri Rasional : dengan harga diri yang baik, membuat anak lebih percaya diri terhadap keadaan dirinya sehingga lebih mudah dalam menjalankan terapi yang sudah diprogramkan
3) Bantu dengan mengeksplorasi aspek positif dari penampilan dan cara-

cara untuk meningkatkan aspek ini Rasional : dengan penerimaan terhadap klien terhadap keadaan dirinya membantu dalam psikologisnya, mengurangi stress sehingga dorongan makan bisa diminimalkan Dx. 5 : perubahan proses keluarga berhubungan dengan manajemen sebuah obesitas remaja Tujuan : klien/keluarga akan telibat dalam program penurunan berat badan Kriteria hasil/hasil yang diharapkan :
a. Keluarga menjadi aktif dalam program penurunan berat badan pada

anak
32

b. Support keluarga dalam pencapaian tujuan

Intervensi :
1) Keluarga berpendidikan tentang program penurunan berat badan,

meliputi nutrisi yang berhubungan dengan intake makan dan olahraga, support psikoligi Rasional : dengan pendidikan yang adekuat membantu keluarga dalam memberikan dukungan terhadap anak, sehingga anak terhadap program penurun berat badan
2) Mendorong keluarga untuk : a) Gunakan reinforcement yang sesuai b) Ubah makanan dan lingkungan makan c) Mempertahankan sikap yang tepat tentang program d) Membantu dalam memonitor kebiasaan makan, food intake,

kooperatif

aktivitas fisik, perubahan berat


e) Hilangkan makanan sebagai hadiah, karena hal ini dapat

berkontribusi untuk obesitas


f) mendorong remaja dengan perkataan positif, dalam rangka

untuk meningkatkan self-esteem


3.4 Evaluasi

Keefektifan dari intervensi keperawatan adalah dengan melakukan reassessment secara terus menerus berdasarkan pada petunjuk observasi dan hasil yang diharapkan : 1) klien/keluarga dapat mengidentifikasi pola makan yang benar 2) klien akan meningkatkan aktivitas fisik 3) klien akan mendapatkan support yang adekuat
4) klien mempertahankan sikap positif terhadap program penurunan berat

badan 5) keluarga menjadi aktif dalam program penurunan berat badan pada anak
33

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan Kegemukan didefinisikan sebagi kelebihan akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20% dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan (Doengoes, Marilynn E. 1999). Obesitas merupakan IMT > sentil ke-95 menurut jenis kelamin dan umur (Nuryanto, Liena. 2007). Obesitas merupakan gangguan keseimbangan energi yang biasanya bersifat multifaktor. Keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-hari mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan (positive energy balance). Biasanya terdapat pada anak yang cepat merasa lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Pada umumnya berbagai faktor menentukan keadaan obesitas seseorang seperti: 1. Herediter 2. Diet
3. Bangsa dan suku

4. Gangguan emosi 5. Ganguan hormon 6. Sindrom genetik


34

Gejala klinis obesita yang dapat terlihat adalah: 1. Anak terlihat sangat gemuk 2. Pada umumnya anak demikian lebih tinggi dari pada anak normal seumur
3. Sering-sering terlihat dagu yang berganda (double chin)

4. Buah dada seolah-olah berkembang 5. Perut menggantung ke bawah Sedangkan cara atau terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi obesitas adalah: 1. Penurunan kelebihan berat badan secra perlahan (kebutuhan

pertumbuhan harus dipikirkan) 2. Konseling diet dengan tambahan vitamin dan kakronutrien 3. Modifikasi perilaku 4. Program aktivitas fisik yang tepat 5. Ketaatan pada rencana memerlukan dukungan kuat dari anak dan keluarga (Nuryanto, Liena. 2007).

4.2 Saran Obesitas sebenarnya dapt diobati atau diminimalkan dengan beberapa cara yang dapat dilakukan seperti di atas. Namun itu semua tergantung dari niat dan keinginan masing-masing individu.

35

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC Chris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawtan alih Bahasa Oleh Estu Tiar. Jakarta : EGC Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta : EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Imam Nuryanto, Liena. Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak. Jakarta : EGC Indonesia. 1997. Buku Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehartan Masyarakat Pudjiadi, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

36

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Supriasa, I Dewa Nyoma. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC http://www.scribd.com/vera_nugraheni/d/90274171-WOC-Full Diakses tanggal 08 Mei 2011 jam 08.38 http://putrimuttz.blogspot.com/2009/10/obesitas-pada anak_01.html Diakses tanggal 07 Mei 2012 jam 12.44 www.emedicinehealth.com Diakses tanggal 25 April 2012 jam 10.01

37

Anda mungkin juga menyukai